Professional Documents
Culture Documents
Kenapa demikian???
Dan menurut Drs. Sukadi berpendapat bahwa guru efektif adalah guru
yang mampu mendayagunakan (empowering) segala potensi yang ada
dalam dirinya dan di luar dirinya untuk mencapai tujuan pembelajaran.
http://www.ldkstaisiliwangi.co.cc/2010/03/guru-efektif.html
Guru Kreatif. Creative Teacher
omah kucink
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Guru adalah tokoh penting dalam pendidikan, jika dilihat dari beberapa
segi bahasa “guru” mempunyai beberapa arti. Bahasa India yang dimana
guru mempunyai arti orang yang mengajarkan tentang kelepasan dari
sengsara. Dalam tradisi agama Hindu, guru dikenal sebagai ‘maha resi
guru’, yakni para pengajar yang bertugas untuk menggembleng para calon
biksu. Sedangkan dalam bahasa Arab, kata “guru’ mempunyai arti yang
bertugas memberikan ilmu dalam majelis taklim.
Namun pada umumnya orang tidaklah sulit untuk mengartikan guru,
secara akademis guru adalah seseorang yang memiliki tugas sebagai
fasilitator agar siswa dapat belajar dan atau mengembangkan potensi
dasar dan kemampuannya secara optimal.
Daoed Yoesoef (1980) menyatakan bahwa seorang guru mempunyai tiga
tugas pokok yaitu tugas profesional, tugas manusiawi, dan tugas
kemasyarakatan (sivic mission). Jika dikaitkan pembahasan tentang
kebudayaan, maka tugas pertama berkaitan dengar logika dan estetika,
tugas kedua dan ketiga berkaitan dengan etika.
Dalam menghadapi tanatangan zaman, guru juga harus mampu untuk
menjawab tantangan tersebut. Maka guru harus punya cara untuk itu,
tantangan yang muncul adalah bagaiamana menjadi seorang motivator,
dan guru juga harus menguasai teknologi, dan guru juga harus punya
masalah dalam kependidikan.
Rumusan Masalah
1. Bagaimana peran guru dalam membangkitkan motivasi belajar siswa ?
2. Bagaimana guru meningkatkan pendidikan dengan bantuan
tehknologi ?
3. Bagaimana guru dalam menghadapi Problematika sistem pendidikan ?
BAB II
PEMBAHASAN
2.Hadiah
Berikan hadiah untuk siswa yang berprestasi. Hal ini akan memacu
semangat mereka untuk bisa belajar lebih giat lagi. Di samping itu, siswa
yang belum berprestasi akan termotivasi untuk bisa mengejar siswa yang
berprestasi.
3.Saingan/kompetisi
Guru berusaha mengadakan persaingan di antara siswanya untuk
meningkatkan prestasi belajarnya, berusaha memperbaiki hasil prestasi
yang telah dicapai sebelumnya.
4. Pujian
Sudah sepantasnya siswa yang berprestasi untuk diberikan penghargaan
atau pujian. Tentunya pujian yang bersifat membangun.
5.Hukuman
Hukuman diberikan kepada siswa yang berbuat kesalahan saat proses
belajar mengajar. Hukuman ini diberikan dengan harapan agar siswa
tersebut mau merubah diri dan berusaha memacu motivasi belajarnya.
http://omahkucink.blogspot.com/2010/03/peranan-guru-dalam-
menghadapi-tantangan.html
http://pakguruonline.pendidikan.net/buku_tua_pakguru_dasar_kpdd_154.h
tml
engertian Peran Guru Dalam Pendidikan
Pengertian guru sangat banyak makna dan arti, ada yang bilang juga arti
guru di gugu terus ditiru yang dalam bahas Indonesia artinya adalah
dipercaya dan di contoh. Guru dari bahasa Sansekerta guru yang juga
berarti guru, tetapi artinya harafiahnya adalah “berat” adalah seorang
pengajar suatu ilmu.
Guru adalah pendidik dan pengajar pada pendidikan anak usia dini jalur
sekolah atau pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan
menengah. Guru-guru seperti ini harus mempunyai semacam kualifikasi
formal. Dalam definisi yang lebih luas, setiap orang yang mengajarkan
suatu hal yang baru dapat juga dianggap seorang guru.
Selain siswa, faktor penting dalam proses belajar mengajar adalah guru.
Guru sangat berperan penting dalam menciptakan kelas yang komunikatif.
Breen dan Candlin dalam Nunan(1989:87) mengatakan bahwa peran guru
adalah sebagai fasilitator dalam proses yang komunikatif, bertindak
sebagai partisipan, dan yang ketiga bertindak sebagai pengamat.
Kepribadian Guru
Kompetensi
Jenis Kompetensi
1. Kompentensi Pribadi
a. Mengembangkan Kepribadian
2. Kompetensi Profesional
Profesionalsime
Profesionalsime sendiri berasal dari kata profesus (bahasa latin), yang
berarti siap tampil di depan publik. Jadi untuk tampil di depan umum,
seorang professional harus telah siap untuk menghadapi semua masalah
dan menyelesaikannya dengan baik
1. Disiplin
2. Berorientasi pada kualitas
3. Rajin dan antusias
4. Berpikir positif
5. Fleksibel
6. Rasional
7. Etis
8. Kompeten
9. Strategis
http://pengertian.baru2.net/pengertian-peran-guru-dalam-pendidikan.html
Jenis-jenis Kualitas Sikap Mental Guru
Dalam dunia pendidikan dan dalam buku-buku tentang pendidikan
dan keguruan selama ini, klasifikasi guru sejauh ini paling tidak baru
dibuat baru di sekitar dua hal: Pertama, kualitas guru berdasarkan jenjang
pendidikannya atau kelulusannya (SPG/PGA, D2, D3, Sarjana). Kedua,
kelompok guru berdasarkan bidang studi yang diasuhnya (misalnya guru
IPA, guru matematika, guru agama, guru IPS dst). Klasifikasi jenis-jenis
guru sepert ini dampaknya hanya pada penguasaan materi pendidikan.
Padahal, salah satu problem besar pendidikan adalah masalah moral dan
akhlak sebagai diantara tujuan utama pendidikan. Sesungguhnya,
klasifikasika guru tidak hanya yang disebut di atas. Tulisan ini
menguraikan lima jenis guru berdasarkan kualitas sikap mentalnya dalam
mengajar. Jenis-jenis sikap berdasarkam karakter mental ini memiliki
pengaruh penting terhadap keberhasilan guru dalam mengajar. Klasifikasi
karakter mental guru ini bisa diawasi oleh pimpinan sekolah, pengawas,
dewan sekolah bahkan oleh murid sendiri.
1. Guru Sasar
Guru sasar adalah guru yang tidak sesuai antara statusnya sebagai
guru dengan perilakunya. Tidak sesuai juga antara kata-katanya dengan
perbuatannya, antara seruan dan sikapnya sendiri. Guru yang tidak
mencerminkan dirinya sebagai guru. Misalnya, akhlaknya kurang baik dan
tidak memiliki sifat seorang pendidik. Hasilnya, bukan membawa
kemajuan terhadap murid-muridnya tapi malah memberikan dampak
buruk dan menyesatkan. Tipe ini adalah mereka yang tidak memiliki
mental guru tapi terpaksa menjadi guru, akhirnya menjadi guru yang
kesasar. Guru sasar terpaksa menjadi guru daripada menganggur, tidak
punya pekerjaan lain dan seterusnya.
Secara profesional, guru mismatch (latar pendidikan dengan bidang studi)
adalah termasuk guru sasar terutama bila dirasakan murid tidak
membawa kemajuan dalam memahami pelajaran. Disebut guru sasar
karena tidak nyambung antara latar belakang pendidikan dengan
pekerjaannya sebagai guru. Ada satu-dua kasus guru mismatch
berdampak positif terhadap kemajuan murid dan sekolah, karena
disebabkan beberapa hal: (1) Tidak memiliki latar belakang ilmu
pendidikan, tetapi berbakat jadi guru, atau mempunyai mental guru,
senang membimbing, mengarahkan dsb. (2) Rajin dan tekun
mengembangkan diri untuk menjadi guru yang baik sehingga ia mampu
mengajar dengan baik, mengerjakan tugasnya dengan baik, bertanggung
jawab sebagai guru dsb. Namun demikian, tuntutan profesional tetap
mengharuskan seorang guru harus memiliki latar belakang pendidikan
yang sesuai dengan apa yang diajarkannya.
2. Guru Makelar
Guru yang kemampuannya lebih pada mengutip-ngutip pikiran orang,
menghapal dan menyebutkan pendapat-pendapat orang. Ia menjadi
“makelar” ilmu orang lain. Banyak mengutip pendapat orang lain tapi tidak
kritis, tidak punya refleksi, jarang memiliki pendapat sendiri, ujung-
ujungnya tidak punya pendirian. Kuat dalam hafalan tapi kurang memiliki
fikiran dan pendapat sendiri. Lebih buruk dari guru makelar adalah guru
yang kesukaannya mendiktekan pelajaran untuk dicatat secara pasif oleh
murid-muridnya.
3. Guru Layar
Guru yang kesenangannya menceritakan kemampuan-kemampuannya,
pengalaman-pengalamannya, kehebatan-kehebatannya, kelebihan-
kelebihannya di depan murid-muridnya. Hal itu dilakukan tanpa berfikir
penting tidaknya, manfaat tidaknya, relevan tidaknya kesenangan
menceritakan diri dengan pelajaran yang sedang dibahas di kelas. Dia
berlayar dalam pengalamannya. Dia senang kalau sudah bercerita
tentang pengalamannya, “tujuannya” adalah pengumuman bahwa dia
hebat dst.
4. Guru Bayar
Guru yang melakukan fungsi pendidikan karena dia dibayar oleh
status, peranan, pekerjaan atau lingkungannya sebagai guru, tanpa dia
sendiri menyadarinya. Dia melakukan sikap-sikap keguruan dan
kependidikan karena dia merasa dirinya sebagai guru. Misalnya,
berpenampilan rapih, bersikap manis, bertutur baik, sopan dan ramah
karena dia merasa sebagai guru. Status guru membentuknya seperti itu.
Ketika tidak menjadi guru sikapnya berubah. Sikap-sikap baik tersebut
bukan lahir dari sikap mentalnya sendiri, bukan pendapatnya sendiri yang
kuat dan kukuh. Ciri guru bayar adalah melakukan fungsi-fungsi keguruan
tetapi tidak dibarengi dengan penjiwaan, tidak memiliki ekspresi
emosionalnya sebagai guru sehingga umumnya kurang kreatif sebagai
guru. Guru bayar menjadi guru bila di sekolah, di luar sekolah lain lagi.
Guru bayar umumnya adalah pengajar bukan pendidik.
5. Guru Besar
Guru besar disini maksudnya bukan doktor atau profesor karena itu
menyangkut ilmu. Guru besar yang lebih hebat adalah guru besar dalam
hal sikap mental. Guru besar ilmu banyak yang tidak memiliki mental
pendidik dan sikapnya tidak terpuji. Guru besar disini maksudnya guru
yang pandai membesarkan hati, harapan dan cita-cita murid-muridnya,
guru yang pandai menumbuhkan motivasi dan mendorong murid-
muridnya untuk maju. Guru yang pandai membesarkan keinginan
sehingga anak didiknya merasa terdorong, termotivasi dan terbangun
jiwanya. Guru tipe ini sikapnya arif, mentalnya dewasa dan matang, tidak
mudah menyalahkan, ucapannya sejuk dan enak didengar, dan seorang
motivator yang baik. Guru besar selalu disukai murid-muridnya.
Refleksi
Yang terbaik dari kelima jenis itu tentu saja adalah guru besar. Guru besar
adalah guru yang baik, guru sejati, pendidik yang sebenarnya. Bila
sekolah ingin maju, perbanyaklah guru besar di sekolah. Arahkanlah guru-
guru yang ada di sekolah untuk menjadi atau memiliki mental guru besar
melalui program-program pelatihan, pendidikan mental, perluasan
wawasan dan peningkatan jenjang pendidikan. Kelompok guru besarlah
yang akan memiliki dampak positif terhadap anak didik dan dunia
pendidikan secara umum. Mental guru besar lah yang akan melahirkan
murid-murid yang sukses dan generasi muda yang berakhlak mulia yang
selama ini didambakan oleh orang tua dan masyarakat. Klasifikasi sikap
mental guru ini bisa melibatkan evaluasi dari kepala sekolah, pengawas,
masyarakat dan murid-murid secara tidak langsung demi kemajuan
pendidikan.[]
http://syaghafan.wordpress.com/2007/11/20/jenis-jenis-kualitas-sikap-
mental-guru/
DA 3 JENIS GURU, ANDA TERMASUK YANG MANA?
By Munif Chatib
“Pak Munif tolong beri motivasi dan semangat para guru ya agar mereka
lebih baik lagi dalam bekerja”.
Beberapa bulan yang lalu, ternyata hipotesa itu terjawab. Dari data
statistik yang dianalisa oleh teman-teman asesor menyebutkan bahwa
para guru penerima tunjangan profesi yang cukup besar, ternyata belum
menunjukkan kemajuan kualitas dalam proses mengajarnya. Mereka tidak
berubah, mengajar biasa-biasa saja. Meskipun mereka sudah menerima
tunjangan profesi sebagaimana yang diharapkan pemerintah untuk
menjadi guru yang professional dengan berbagai kriteria yang sudah
ditentukan dalam proses sertifikasi guru.
Jadi menurut penulis ada hipotesa baru, yaitu ‘besarnya penghasilan guru
belum tentu menjadi penyebab berkembangnya kualitas guru dalam
bekerja’.
Dilihat dari faktor ‘KEMAUAN’ untuk maju, maka ada 3 jenis guru.
Pertama, ‘GURU ROBOT’, yaitu guru yang bekerja persis seperti robot.
Mereka hanya masuk, mengajar, lalu pulang. Mereka yang peduli kepada
beban materi yang harus disampaikan kepada siswa. Mereka tidak
mempunyai kepedulian terhadap kesulitan siswa dalam menerima materi.
Apalagi kepedulian terhadap masalah sesame guru dan sekolah pada
umumnya. Mereka tidak peduli dan mirip robot yang selalu menjalankan
peritnah berdasarkan apa saja yang sudah di programkan. Guru jenis ini
banyak sekali menggunakan ungkapan seperti ini.
“Maaf aku tidak dapat membantu … sebab hal ini bukan tugas saya…”.
Dan seterusnya …
Sudah banyak contoh yang mana rizki seorang guru tiba-tiba diguyur oleh
Allah SWT dari pintu yang tidak terduga, atau dari akibat guru tersebut
terus menerus belajar.
http://munifchatib.wordpress.com/2009/10/05/ada-3-jenis-guru-anda-
termasuk-yang-mana/
3 ( TIGA ) MACAM JENIS GURU DILIHAT DARI FAKTOR KEMAUAN
A. Guru Robot
Guru Robot yaitu guru yang bekerja persis seperti robot. Mereka hanya
masuk, mengajar, lalu pulang. Mereka tidak perduli dengan kesulitan
siswa dalam menerima materi. Apalagi terhadap sesama guru dan
sekolah pada umumnya. Mereka tidak perduli dan mirip robotyang selalu
menjalankan perintah dan berdasarkan apa saja yang sudah di
programkan. Guru jenis ini banyak sekali mengungkapkan hal seperti ini.
"Wah... Itu bukan masalahku... Itu masalah kamu. Jadi selesaikan sendiri."
Atau
"Maaf aku tidak dapat membantu... Sebab hal ini bukan tugas saya."
B. Guru Metrealis
Ungkapan yang banyak dikeluarkan oleh guru seperti ini antara lain :
"Cuma digaji sekian saja kok mengharapkan saya total dalam mengajar."
"Percuma mau kreatif, orang penghasilan saya hanya cukup untuk biaya
transport."
C. Gurunya Manusia
http://delsajoesafira.blogspot.com/2010/05/3-tiga-macam-jenis-guru-
dilihat-dari.html
Menjadi Guru Kreatif
Guru kreatif tidak pernah puas dengan apa yang ada pada dirinya. Dia
terus belajar dan belajar sampai ajal menjemputnya. Baginya,
menemukan sesuatu yang baru dalam pembelajaran adalah sesuatu hal
yang harus dicari dan kemudian dibagikan kepada teman-teman guru
lainnya. Tak mudah memang, tapi disinilah tantangannya bila kita mau
terus instropeksi diri dalam pembelajaran yang kita lakukan di sekolah.
Berusaha terus-menerus memperbaiki kinerjanya sebagai guru dengan
terus melakukan penelitian tindakan kelas (PTK) dalam rangka
meningkatkan kualitas pembelajarannya.Saya teringat pesan pak Arif bila
anda ingin menjadi guru yang kreatif, maka anda harus berhenti untuk
menjadi guru pengeluh. Berusahalah semaksimal mungkin
memberdayakan apa yang dimiliki sekolah untuk anda gunakan dalam
menunjang pembelajaran anda. Bila kemudian anda menemukan alat
bantu atau media pembelajaran yang membantu anda menyampaikan
materi ke otak siswa dengan cepat, maka harus anda buktikan media itu
dengan terlebih dahulu dengan melakukan PTK.
Dengan melakukan PTK anda akan menjadi guru yang kreatif. Di dalam
PTK itulah akan anda dapatkan refleksi diri yang anda lakukan melalui
siklus-siklus yang anda lakukan sendiri sampai anda merasa yakin bahwa
yang anda lakukan telah berhasil. Penelitian kualitatif cenderung
berbasis kata, misalnya hasil wawancara, sedangkan penelitian
kuantitatif cenderung berbasis angka misalnya skor uji. Anda dapat
pelajari hal itu dengan membaca buku Action Research di ruang Kelas
karya Vivienne Baumfield, dkk. Buku ini dapat anda dapatkan dengan
mudah di toko buku Gramedia atau bisa juga anda pesan langsung ke
penerbit Indeks.
Jangan biarkan diri anda menjadi guru pengeluh dan terus mengeluh
karena anda tidak kreatif. Mari ciptakan khasanah ilmu pengetahuan baru
dengan menjadi guru kreatif. Kalau bukan kita sendiri yang menjadi guru
kreatif, lalu siapa lagi?
Omjay
http://umum.kompasiana.com/2009/05/27/menjadi-guru-kreatif/
Dibutuhkan guru yang tidak kaku, luwes, dan dapat memahami kondisi
anak didik, memahami cara belajar mereka, serta mampu mendekati anak
didik melalui berbagai cara sesuai kecerdasan dan potensi masing-masing
anak.
Optimistis
Respek
Cekatan
Humoris
Menjadi guru killer? Anak-anak malah takut kepada Anda dan tidak mau
belajar. Meskipun setiap orang mempunyai sifat humoris, sifat ini dituntut
untuk dimiliki seorang pengajar. Karena pada umumnya, anak-anak suka
sekali dengan proses belajar yang menyenangkan, termasuk dibumbui
dengan humor. Secara tidak langsung, hal tersebut dapat membantu
mengaktifkan kinerja otak kanan mereka.
Inspiratif
Lembut
Disiplin
Disiplin disini tidak hanya soal ketepatan waktu, tapi mencakup bebagai
hal lain. Sehingga, guru mampu menjadi teladan kedisplinan tanpa harus
sering mengatakan tentang pentingnya disiplin. Contoh, disiplin dalam
waktu, menyimpan barang, belajar dan sebagainya. Dengan demikian,
akan timbul pemahaman yang kuat pada anak didik tentang pentingnya
hidup disiplin.
Responsif
Ciri guru yang profesional antara lain cepat tanggap terhadap perubahan-
perubahan yang terjadi, baik pada anak didik, budaya, sosial, ilmu
pengetahuan maupun teknologi, dll.
Empatik
Nge-friend
Jangan membuat jarak yang lebar dengan anak didik hanya karena posisi
Anda sebagai guru. Jika kita dapat menjadi teman mereka akan
menghasilkan emosi yang lebih kuat daripada sekadar hubungan guru-
murid. Sehingga, anak-anak akan lebih mudah beradaptasi dalam
menerima pelajaran dan bersosialisasi dengan lingkungannya.
http://rakarai.abatasa.com/post/detail/10202/ciri-ciri-seorang-guru-yang-
kreatif-
Guru Kreatif. Creative Teacher
22 ciri guru kreatif
Siapa bilang menjadi guru yang kreatif susah? Silahkan melihat daftar
dibawah ini anda akan menemukan bahwa beberapa dari ciri ini sudah
anda lakukan. Silahkan telaah dan cermati, jika anda sudah melakukan
satu saja dari sekian banyak ciri guru kreatif di bawah ini, maka saya
ucapkan selamat! Karena jalan untuk menjadi guru kreatif sudah
membentang di depan anda. Tinggal tunggu waktu untuk melengkapi
semua, yang penting sebagai guru anda sudah di jalur yang benar.
1. Mandiri
2. Selalu ingin tahu hal yang baru
3. Spontan
4. Seperti anak-anak, punya jiwa yang mau mencoba dan tidak takut
salah
5. Senang bermain
6. Percaya diri
7. Tanggap
8. Berpikiran terbuka
9. Ekspresif
10. Suka mencoba melakukan pengembaraan atau petualangan ilmu
baru
11. Bersimpati pada orang lain
12. Punya kemauan yang kuat
13. Reflektif
14. Tertarik untuk hal baru
15. Fleksibel
16. Introspektif
17. Terbuka untuk pengalaman
18. Punya hati nurani
19. Selalu punya suasana hati yang baik saat mengerjakan tugas
20. Menghargai keberagaman
21. Tidak peduli dengan omongan orang lain, sepanjang hal yang
dilakukannya demi siswa
22. Tertantang untuk menemukan
http://gurukreatif.wordpress.com/2010/01/12/ciri-ciri-guru-kreatif/
10 ciri guru profesional
with 82 comments
http://gurukreatif.wordpress.com/2009/11/06/10-ciri-guru-profesional/
SIKAP PROFESSIONAL KEGURUAN
10:53 Diposkan oleh mifdamds. sekolah tercinta
Label: Makalah
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
SIKAP PROFESSIONAL KEGURUAN
A. pengertian
Profesi adalah suatu pekerjaan yang dalam melaksanakan tugasnya
memerlukan/menuntut keahlian (expertise), menggunakan teknik-teknik
ilmiah, serta dedikasi yang tinggi. Keahlian diperoleh dari lembaga
pendidikan yang khusus diperuntukkan untuk itu dengan kurikulum yang
dapat dipertanggungjawabkan.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
Hermawan S, R. 1979. Etika Keguruan: Suatu Pendekatan Terhadap
Kode Etik Guru Indonesia. Jakarta: PT. Margi Wahyu.
PGRI. 1973. Buku Kenang-Kenangan Kongres PGRI XIII 21 s.d 25
November 1973 dan Hut PGRI XXIII. Jakarta: PGRI.
http://dromigo.blogspot.com/2008/12/sikap-professional-keguruan.html
MAKALAH PROFESI KEGURUAN
BAB I PENDAHULUAN
- Tenaga yang terlatih mampu memberikan jasa yang penting kepada
masyarakat. Dengan kata lain profesi berorientasi memberikan jasa untuk
kepentingan umum daripada kepentingan sendiri. Dokter, pengacara,
guru, pustakawan, engineer, arsitek memberikan jasa yang penting agar
masyarakat dapat berfungsi; hal tersebut tidak dapat dilakukan oleh
seorang pakar permainan catur, misalnya. Bertambahnya jumlah profesi
dan profesional pada abad 20 terjadi karena ciri tersebut. Untuk dapat
berfungsi maka masyarakat modern yang secara teknologis kompleks
memerlukan aplikasi yang lebih besar akan pengetahuan khusus daripada
masyarakat sederhana yang hidup pada abad-abad lampau. Produksi dan
distribusi enersi memerlukan aktivitas oleh banyak engineers. Berjalannya
pasar uang dan modal memerlukan tenaga akuntan, analis sekuritas,
pengacara, konsultan bisnis dan keuangan. Singkatnya profesi
memberikan jasa penting yang memerlukan pelatihan intelektual yang
ekstensif.’[3]
Menurut Ornstein dan Levine (1984) menyatakan bahwa profesi itu adalah
jabatan yang sesuai dengan pengertian profesi di bawah ini:
m. Mempunyai kadar kepercayaan yang tinggi dari pablik dan kpercayaan
diri setiap anggotanya
4. Organisasi profesi.
6. Sistem imbalan.
7. Pengakuan masyarakat.
BAB IV KESIMPULAN
[1] http://qade.wordpress.com/2009/02/11/profesi-keguruan/
[2] http://one.indoskripsi.com/judul-skripsi-makalah-tentang/konsep-
profesi-keguruan
[3] http://erwadi.polinpdg.ac.id
[4] http://qade.wordpress.com/2009/02/11/profesi-keguruan/
[5] http://one.indoskripsi.com/judul-skripsi-makalah-tentang/konsep-
profesi-keguruan
[6] http://ilmuwanmuda.wordpress.com/profesi-keguruan/
http://sopwanhadi.wordpress.com/2010/02/28/makalah-profesi-keguruan/
Guru Sebagai Profesi dan Standar Kompetensinya
3 Votes
Suparlan *)
Salah satu dari enam agenda seratus hari Kabinet Indonesia Bersatu dari
Departemen Pendidikan Nasional adalah ’mencanangkan guru sebagai
profesi”.
Seorang peserta diklat calon instruktur matematika sekolah dasar yang
sedang
mengikuti kegiatan diklat di Pusat Pengembangan Penataran Guru
(PPPG)
Matematika Yogyakarta memberikan komentar positif bahwa agenda itu
amatfokus dan mendasar. Sementara beberapa peserta lainnya
memberikan responyang netral-netral saya, yakni ’tunggu dan lihat’ atau
‘wait and see’,
sambil menaruh harapan yang besar agar agenda ini memiliki dampak
yang amat positif bagi upaya peningkatan kompetensi, perlindungan dan
kesejahteraanguru. Secara umum, banyak guru yang menaruh harapan
yang besar terhadappelaksanaan agenda tersebut, minimal sebagai salah
satu wujud kepedulianterhadap nasib guru.
Tulisan singkat ini akan menelaah makna yang tersurat dalam pengertian
’gurusebagai profesi’, ciri-ciri guru sebagai profesi, dan standarkompetensi
yang harus dimilikinya.
Yang menjadi persoalan terminologis dalam hal ini adalah karena guru
dikenaldengan empat fungsi sekaligus dalam proses pembelajaran, yakni
mengajar,mendidik, melatih, dan membimbing. Dengan demikian,
seharusnya pengertianguru lebih luas dibandingkan dengan pendidik.
Bahkan dosen di perguruantinggi pun sebenarnya juga disebut guru.
Bahkan perguruan tinggi jugamenggunakan istilah Guru Besar. Selain itu,
guru pada jenjang pendidikandasar dan menengah pun memiliki
kompetensi untuk melakukan penelitiantindakan kelas (classroom action
research) dan menjalin hubungan dan kerjasama dengan orangtua siswa
dan masyarakat yang tergabung dalam KomiteSekolah.
Ciri-ciri Profesi
Kompetensi Guru
Simpulan
Posisi guru sebagai salah satu profesi memang harus diakui dalam
kehidupan masyarakat. Guru harus diakui sebagai profesi yang sejajar
sama tinggi dan duduk sama rendah dengan profesi-profesi lainnya,
seperti dokter, hakim,jaksa, akuntan, desainer interior, arsitektur, dan
masih banyak yanglainnya.
Bahan Pustaka:
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem
pendidikan Nasional dan Peraturan pemerintah Nomor 19 Tahun 2005
tentang standar nasional pendidikan mengamanatkan bahwa kurikulum
pendidikan dasar dan menengah di susun oleh satuan pendidikan
mengacu kepada standar isi dan standar kompetensi serta berpedoman
pada panduan yang disusun oleh badan standar nasional. Disini
dimaksudkan untuk menjamin pencapaian tujuan pendidikan nasional.
Kurikulum dikembangkan sebagai acuan penyelenggaraan kegiatan
pendidikan nasional yang sesuai dengan kondisi, potensi peserta didik.
Oleh sebab itu, kurikulum disusun oleh satuan pendidikan untuk
memungkinkan penyesuaian program pendidikan dengan keutuhan dan
potensi yang ada di setiap daerah.
Kurikulum dilaksanakan dengan harapan peserta didik dapat menegakkan
lima pilar belajar, yaitu :
1) Beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT
2) Memahami dan menghayati
3) Mampu melaksanakan dan berbuat
4) Berguna bagi orang lain
5) Membangun serta menemukan jati, diri melalui proses pembelajaran
yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan.
B. Perumusan Masalah
Hal-hal yang di bahas dalam Makalah ini adalah berkisar tentang Guru
dalam Meningkatkan Kualitas Pendidikan, Peran Guru dalam Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan, Implementasi Peran Guru dalam Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pendidikan merupakan investasi sumber daya manusia (SDA) jangka
panjang yang mempunyai nilai yang tinggi bagi kelangsungan peradaban
manusia di dunia. Hampir semua negara di dunia menempatkan
pendidikan sebagai suatu yang penting dan utama dalam pembangunan
bangsa dan negara. Begitu pula Indonesia menempatkan pendidikan
sebagai sesuatu yang penting dan utama, hal ini sesuai dengan tujuan
pendidikan nasional, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa.
Untuk mencapai ke arah itu, kurikulum dan peran guru sangat
menentukan keberhasilan pendidikan, karena kurikulum berjalan,
sedangkan kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran pada KTSP ada beberapa
alasan yang menjadi pilihan dalam upaya perbaikan kondisi pendidikan
dalam upaya perbaikan kondisi pendidikan di tanah air, salah satunya
adalah potensi siswa itu berbeda-beda dan potensi tersebut akan
berkembang jika stimulusnya tepat dan mutu hasil pendidikan yang masih
rendah serta mengabaikan aspek-aspek moral, akhlak, budi pekerja seni
dan olahraga serta life skill.
Selain itu kurikulum harus mempunyai tujuan yang ingin di capai baik yang
bersifat kongkrit maupun abstrak dan berbagai konsepsinya seperti yang
disebutkan di atas, sehingga hakekat kurikulum sebagai alat untuk
mencapai tujuan pendidikan benar-benar terwujud.
B. Saran
Penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari
semua pihak untuk kesempurnaan makalah yang akan datang.
Daftar Pustaka
Sanjaya, Wina. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta :Kencana Perdana
Media Group. 2008
http://www.rancahbetah.info/2010/04/peran-guru-dalam-implementasi-
kurikulum.html
PERANAN GURU DALAM PENDIDIKAN KARAKTER, BUDAYA, DAN
MORAL
PERANAN GURU DALAM PENDIDIKAN KARAKTER, BUDAYA, DAN
MORAL
Itulah beberapa fakta yang terjadi di sekitar kita yang akhir-akhir ini
menjadi suatu isu yang banyak terjadi. Bangsa ini kehilangan suatu
teladan dalam bidang pendidikan. Pendidikan yang seharusnya menjadi
tolok ukur suatu keberhasilan suatu bangsa dalam mendidik tunas bangsa
menjadi bahan olok-olokan dan dinomor sekiankan dari program
pembangunan negara. Menurut Fritz R Tambunan, bahwa negara kita
berada pada puncak tragedi pendidikan dimana aneka ketidakjujuran
sudah berlangsung lama, dari kecurangan, penjiplakan karya ilmiah,dan
konversi nilai ujian akhir. Pernyataan ini memberikan bukti bahwa
kebobrokan di bidang pendidikan bukan hanya terjadi hulu tetapi juga di
hilir. Hal ini memiliki makna bahwa bukan hanya peserta didik,
masyarakat, dan guru yang memiliki andil dalam kehancuran pendidikan
ini tetapi juga pemerintah dalam hal ini Kementerian Pendidikan Nasional.
Guru atau pendidik memiliki tanggung jawab besar dalam
menghasilkan generasi yang berkarakter, berbudaya, dan bermoral. Guru
merupakan teladan bagi siswa dan memiliki peran yang sangat besar
dalam pembentukan karakter siswa. Jika kita menengok kembali tugas
guru yang luar biasa. Dalam UU Guru dan Dosen, UU no 14 tahun 2005,
guru didefinisikan sebagai pendidik profesional dengan tugas utama
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan
mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur
pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Lebih
jauh Slavin (1994) menjelaskan secara umum bahwa performa mengajar
guru meliputi aspek kemampuan kognitif, keterampilan profesional dan
keterampilan sosial. Di samping itu, Borich (1990) menyebutkan bahwa
perilaku mengajar guru yang baik dalam proses belajar-mengajar di kelas
dapat ditandai dengan adanya kemampuan penguasaan materi pelajaran,
kemampuan penyampaian materi pelajaran, keterampilan pengelolaan
kelas, kedisiplinan, antusiasme, kepedulian, dan keramahan guru
terhadap siswa.
h. agama;
i. dinamika perkembangan global; dan
Peran guru sebagai model atau contoh bagi anak. Setiap anak
mengharapkan guru mereka dapat menjadi contoh atau model baginya.
Oleh karena itu tingkah laku pendidik baik guru, orang tua atau tokoh-
tokoh masyarakat harus sesuai dengan norma-norma yang dianut oleh
masyarakat, bangsa dan negara. Karena nilai nilai dasar negara dan
bangsa Indonesia adalah Pancasila, maka tingkah laku pendidik harus
selalu diresapi oleh nilai-nilai Pancasila.
Tentu saja usaha ini akan menjadi isapan jempol belaka jika
pemerintah ataupun stakeholder suatu sekolah tidak ikut berperanserta
dalam upaya kampanye besar-besaran perlunya pendidikan moral,
budaya, dan karakter ataupun hanya dilakukan dalam hitungan jari saja,
tetapi hendaknya dilaksanakan secara menyeluruh dan berkelanjutan.
Kampanye pendidikan moral, budaya, dan karakter ini akan lebih
bermakna jika pemerintah menjadi lokomotif penggerak
dengan memberikan contoh bagi masyarakatnya.
DAFTAR PUSTAKA
23 Februari 2010 11:51 WIB
Nur Arifah D, M.Pd
PERANAN GURU DALAM PENDIDIKAN KARAKTER, BUDAYA, DAN
MORAL
Jadi nilai-nilai yang diteruskan oleh guru atau tenaga kependidikan
dalam rangka melaksanakan tugasnya, tugas profesional, tugas
manusiawi, dan tugas kemasyarakatan, apabila diutarakan sekaligus
merupakan pengetahuan, pilihan hidup dan praktek komunikasi. Jadi
walaupun pengutaraannya berbeda namanya, oleh karena dipandang dari
sudut guru dan dan sudut siswa, namun yang diberikan itu adalah nilai
yang sama, maka pendidikan tenaga kependidikan pada umumnya dan
guru pada khususnya sebagai pembinaan prajabatan, bertitik berat
sekaligus dan sama beratnya pada tiga hal, yaitu melatih mahasiswa,
calon guru atau calon tenaga kependidikan untuk mampu menjadi guru
atau tenaga kependidikan yang baik, khususnya dalam hal ini untuk
mampu bagi yang bersangkutan untuk melaksanakan tugas profesional.
Selanjutnya, pembinaan prajabatan melalui pendidikan guru ini harus
mampu mendidik mahasiswa calon guru atau calon tenaga kependidikan
untuk menjadi manusia, person (pribadi) dan tidak hanya menjadi
teachers (pengajar) atau (pendidik) educator, dan orang ini kita didik untuk
menjadi manusia dalam artian menjadi makhluk yang berbudaya. Sebab
kebudayaanlah yang membedakan makhluk manusia dengan makhluk
hewan. Kita tidak dapat mengatakan bahwa hewan berbudaya, tetapi kita
dapat mengatakan bahwa makhluk manusia adalah berbudaya, artinya di
sini jelas kalau yang pertama yaitu training menyiapkan orang itu menjadi
guru, membuatnya menjadi terpelajar, aspek yang kedua mendidiknya
menjadi manusia yang berbudaya, sebab sesudah terpelajar tidak dengan
sendirinya orang menjadi berbudaya, sebab seorang yang dididik dengan
baik tidak dengan sendirinya menjadi manusia yang berbudaya.
Peran guru sebagai model atau contoh bagi anak. Setiap anak
mengharapkan guru mereka dapat menjadi contoh atau model baginya.
Oleh karena itu tingkah laku pendidik baik guru, orang tua atau tokoh-
tokoh masyarakat harus sesuai dengan norma-norma yang dianut oleh
masyarakat, bangsa dan negara. Karena nilai nilai dasar negara dan
bangsa Indonesia adalah Pancasila, maka tingkah laku pendidik harus
selalu diresapi oleh nilai-nilai Pancasila.
Peranan guru sebagai pengajar dan pembimbing dalam pengalaman
belajar. Setiap guru harus memberikan pengetahuan, keterampilan dan
pengalaman lain di luar fungsi sekolah seperti persiapan perkawinan dan
kehidupan keluarga, hasil belajar yang berupa tingkah laku pribadi dan
spiritual dan memilih pekerjaan di masyarakat, hasil belajar yang berkaitan
dengan tanggung jawab sosial tingkah laku sosial anak. Kurikulum harus
berisi hal-hal tersebut di atas sehingga anak memiliki pribadi yang sesuai
dengan nilai-nilai hidup yang dianut oleh bangsa dan negaranya,
mempunyai pengetahuan dan keterampilan dasar untuk hidup dalam
masyarakat dan pengetahuan untuk mengembangkan peserta didiki
menjadi manusia yang berkarakter, berbudaya , dan berkarakter sesuai
cita-cita UUD 1945 dan Pancasila.
Peran guru sebagai pelajar (leamer). Seorang guru dituntut untuk
selalu menambah pengetahuan dan keterampilan agar supaya
pengetahuan dan keterampilan yang dirnilikinya tidak ketinggalan jaman.
Pengetahuan dan keterampilan yang dikuasai tidak hanya terbatas pada
pengetahuan yang berkaitan dengan pengembangan tugas profesional,
tetapi juga tugas kemasyarakatan maupun tugas kemanusiaan terutama
yang berkaitan dengan pendidikan karakter, budaya dan moral.
Guru sangat berperan dalam mendidik peserta didik dengan
pendidikan karakter, budaya, dan moral. Bagaimana solusi yang
ditawarkan kepada peserta didik dengan jumlah pelajaran yang banyak?
Sebagai gambaran saja, untuk sekolah umum sekolah dasar ada 9 mata
pelajaran, sekolah menengah pertama ada 12 mata pelajaran, dan
sekolah menengah umum 17 mata pelajaran. Jika ditambah dengan
pendidikan moral, pendidikan budaya, dan pendidikan moral maka
masing-masing bertambah tiga pelajaran. Dikhawatirkan hal ini akan
sangat kontra produktif. Bukan bertambah pemahaman mengenai
karakter, budaya, ataupun moral peserta didik tetapi sebaliknya, peserta
akan bersikap masa bodoh atau tidak peduli.
Terdapat beberapa solusi yang penulis tawarkan. Ketiga solusi ini bisa
dilakukan secara individu ataupun dilaksanakan secara bersama sama.
Pertama, calon pendidik atau guru diberi tambahan mata kuliah pada saat
belajar di perguruan tinggi. Tambahan mata kuliah yaitu pendidikan
karakter, pendidikan budaya, dan pendidikan moral. Mengapa sebaiknya
diberikan kepada mahasiswa calon guru? Beberapa alasannya adalah
banyak sekali mahasiswa calon guru meskipun umurnya sudah diatas 18
tahun tetapi tetap saja sikapnya masih seperti orang yang tidak
mengenyam pendidikan. Misalnya menyeberang jalan dengan seenaknya
padahal diatas jalan tersebut ada jembatan penyeberangan. Banyak calon
guru yang tidak mengerti pendidikan karakter itu apa, pendidikan moral
itu apa, dan juga pendidikan budaya itu apa. Sehingga yang terjadi adalah
setelah lulus menjadi guru akan menjadi guru yang suka memukul peserta
didiknya, menjadi guru yang memperkosa peserta didiknya sendiri, dan
yang terparah adalah membunuh peserta didiknya sendiri. Inilah yang
disebut kehancuran pendidikan secara menyeluruh, baik secara akademis
dan secara sikap.
Solusi kedua, belajar dari negara tetangga, yaitu Singapura. Di negara
ini dari pendidikan dasar sampai pendidikan menengah diajarkan
pendidikan nilai (values education). Pendidikan nilai ini wajib bagi sekolah
negeri atau swasta. Pendidikan ini didasarkan pada enam hal yang
disesuaikan dengan usia peserta didik. Keenam hal tersebut adalah care
(kasih sayang), respect (saling menghormati), responsible (bertanggung
jawab), integrity (integritas), harmony (keseimbangan), resilience (daya
tahan atau tangguh). Meskipun di negara ini pelajaran agama ditiadakan
tetapi diajarkan di keluarga masing masing, tetapi terlihat hasinya bahwa
keenam hal yang diatas sangat mempengaruhi kehidupan di setiap aspek
kehidupan.
Solusi ketiga, pendidikan karakter, budaya, dan moral disampaikan
secara terpadu dengan seluruh pelajaran yang diajarkan di sekolah.
Semua guru mata pelajaran diberikan tugas tambahan untuk menganalisa
semua aspek yang diajarkan dan dihubungkan dengan pendidikan
karakter, budaya, dan moral. Sebagai contoh adalah guru biologi
mengajarkan tentang berbagai jenis tumbuhan. Materi ini akan ditambah
dengan bagaimana siswa menghargai tumbuhan, bagaimana menjaga
lingkungan dan sebagainya. Demikian juga guru bahasa. Selain mengajar
materi bahasa, guru tersebut juga mengajarkan tentang pendidikan
karakter, budaya, dan moral. Contohnya peserta didik diajarkan untuk
tidak melakukan penjiplakan dengan cara dididik untuk membuat kalimat
sendiri sampai peserta didik paham benar bagaimana menulis dengan
baik dan benar, peserta didik dididik untuk memiliki budaya datang tepat
waktu, dan peserta didik dididik untuk selalu menghormati karya orang
lain. Demikian juga berlaku bagi semua guru mata pelajaran yang ada di
sekolah.
Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar, terdiri dari ribuan pulau,
budaya yang beraneka ragam, beraneka suku, dan beratus bahasa
berada di dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pendidikan
karakter, budaya, dan moral merupakan prioritas dalam usaha
memperbaiki dan menjaga negara Indonesia tercinta ini. Washington
P.Napitupulu (2001) menyatakan bahwa fundamental moralitas dan etika
kemanusiaan diterapkan pada setiap profesi dan pada setiap bidang
upaya manusia. Pernyataan ini memiliki arti yang mendalam bahwasanya
sebagai guru bukan hanya mendidik peserta didiknya agar berhasil dalam
bidang akademis melainkan guru juga merupakan teladan atau contoh
dari suatu karakter manusia yang baik, memiliki budaya perdamaian dan
juga moral yang dapat dipertanggungjawabkan di hadapan manusia dan
Tuhannya. Sehingga diharapkan dengan adanya pendidikan karakter,
budaya, dan moral, diharapkan bahwa tidak ada perkelahian antar suku,
perkelahian antar agama, perkelahian antar tetangga yang hanya dibatasi
oleh jalan raya. Adanya budaya malu untuk berbuat curang, malu
menyontek, malu berbuat sesuatu kejahatan, malu untuk korupsi benar -
benar tertanam di hati dan pikiran setiap manusia Indonesia. Maka dalam
rangka mempercepat usaha perbaikan moral, budaya, dan karakter
bangsa Indonesia perlu diadakan kampanye besar-besaran bagi para
guru di seluruh Indonesia untuk dapat kembali mendidik para peserta
didiknya dengan teladan yang berdasar pada pendidikankarakter, budaya
dan moral.
Tentu saja usaha ini akan menjadi isapan jempol belaka jika
pemerintah ataupun stakeholder suatu sekolah tidak ikut berperanserta
dalam upaya kampanye besar-besaran perlunya pendidikan moral,
budaya, dan karakter ataupun hanya dilakukan dalam hitungan jari saja,
tetapi hendaknya dilaksanakan secara menyeluruh dan berkelanjutan.
Kampanye pendidikan moral, budaya, dan karakter ini akan lebih
bermakna jika pemerintah menjadi lokomotif penggerak dengan
memberikan contoh bagi masyarakatnya.
Contoh dari karakter yang perlu diperbaiki adalah kedisiplinan. Bangsa
Indonesia telah dikenal dengan bangsa dengan jam karetnya, jika tidak
terlambat maka dianggap bukan orang Indonesia. Hal ini sudah menjadi
karakter yang seharusnya diperbaiki dengan segera. Disiplin nasional
perlu digalakkan dengan sungguh-sungguh dalam upaya mewujudkan
masyarakat, bangsa, negara yang bercita-cita luhur. Disiplin ini meliputi
pelatihan dan pengajaran yang bertujuan memperbaiki tingkah laku dan
moral bagi seluruh manusia yang tinggal di Indonesia, baik bagi kalangan
akademisi dan juga para pelaku bisnis di Indonesia. Termasuk dalam
pengertian disiplin adalah disiplin kerja, disiplin cara hidup sehat, disiplin
berlalu-lintas, sanitasi, pelestarian lingkungan, dan sebagainya.Hal-hal
yang mendasar yang kita lakukan sehari-hari sebaiknya dijadikan dasar
atau pijakan dalam mengembangkan konsep disiplin yang bersifat
abstrak.
Disiplin nasional akan berhasil jika di setiap individu manusia yang ada
didalmnya melaksanakan disiplin tersebut dengan kesungguhan hati dan
memahami bahwa disiplin diri merupakan cikal bakal dari disiplin diri yang
akan berimbas pada disiplin nasional yang akan membawa bangsa ini ini
menuju kemajuan yang dicita-citakan. Dengan demikian,dengan adanya
pendidikan karakter, budaya dan moral bukan hanya generasi yang telah
menjadi guru, tetapi juga setiap anak, pemuda, dan orang dewasa yang
ada di Indonesia dapat melaksanakannya dengan sebaik-baiknya. Melalui
pendidikan karakter, pendidikan budaya, dan pendidikan moral yang
berkelanjutan dan sungguh-sungguh akan menghasilkan watak dan
manusia Indonesia yang seutuhnya. Di satu sisi, guru berusaha dengan
gigih untuk memberikan teladan bagi peserta didiknya, dan di sisi lain,
pemerintah dan juga stakeholder membantu dalam meningkatkan moral,
budaya, dan karakter peserta didik. Dengan demikian akan terbina budaya
kerja gotong - royong dalam rangka kemajuan bersama. Guru, digugu dan
ditiru, bukan hanya menjadi slogan atau simbol semata, melainkan akan
menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat di sekitarnya.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.labschool-unj.sch.id/smpjkt/publikasi.php?
action=artikel&id=997
Sebagian besar orang tua zaman dulu menjadikan profesi guru sebagi
idaman bagi anak-anaknya, karena posisi itu memiliki nilai lebih di mata
masyarakat. Ini tercermin misalnya, pada kebanyakan orang Jawa,
sebutan mas atau pak guru masa itu merupakan sebutan yang sangat
istimewa sekaligus sebutan yang mengandung makna penghormatan.
Bahkan, sejak jaman penjajahan atu awal kemerdekan, profesi guru
disanjung-sanjung. Guru memiliki strata social yang begitu menjulan
gsehingga mencucuk atap langit. Apalagi di desa-desa, sosok guru bias
dikatakan setara dengan kaum priayi, penuh wibawa dan cukup disegani.
Tidak mengherankan kalau waktu itu setiap orng tua menginginkan anak-
anaknyamenjadi guru. Namun hal itu berbeda sekali dibandingakn dengan
posisi guru zaman sekarang.
Korban korupsi
Berkaitan dengan korupsi, sangat menarik melihat posisi guru. Pada satu
sisi, masyarakat menempatkan mereka sebagai actor utama di balik
mahalnya biaya sekolah. Namun, di sisi lain, guru kerap dikerjai pejabat di
atasnya, seperti gaji atau honor kegiatan dipotong tanpa alas an.
Gambaran tersebut memberikan penjelasan bahwa sebenarnya guru
merupakan pelaku sekaligus korban korupsi. Namun, dua posisi tersebut
tidak berdiri sendiri karena yang menjadi penyebab guru melakukan
korupsi adalah korupsi atau perlakuan tidak adil pejabat di atasnya.
Setidaknya ada tiga kondisi yang bisa menjelaskan hal itu. Yang pertama
adalah kenyataan bahwa pendapatan yang diterima guru tidak lebih besar
disbanding pengeluaran untuk mendudkung proses belajar-mengajar.
Sebagai contoh, sewaktu penulis mengajar di salah satu sekolah
menengah pertama swasta di Jakarta, biaya yang dikeluarkan setiap kali
datang dan membuat persiapan mengajar mencapai Rp 45 ribu, belum
termasuk makan. Sedangkan bayaran mengajar Rp 10 ribu per jam.
Karena mengajar dalam semingu hanya enam jam, total pendapatan yang
diterima Rp 60 ribu setiap bulan. Jika dihitung datang ke sekolah seminggu
sekali, total pengeluaran dalam satu bulan mencapai Rp 180 ribu (4
minggu dikali Rp 45 ribu), padahal gaji hanya Rp 60 ribu. Jadi setiap bulan
deficit Rp 120 ribu. Alternatif menutup deficit dan kebutuhan hidup adalah
mencari dana ekstra dari siswa atau ngobyek di tempat lain, bisa di
sekolah, bisa juga di pangkalan ojek. Kedua, guru bukan penentu
kebijakan di sekolah. Umumnya guru diposisikan sebagai pengajar yang
bertugas mentransfer pengetahuan kepada murid, sedangkan dalam
penentuan kebijakan akademis apalagi financial sering diabaikan. Hasil
penelitian Indonesian Corruption Watch pada beberapa kota di Indonesia
secara umum menunjukkan bahwa guru tidak mengetahui kebijakan apa
saja yang digulirkan sekolah. Bahkan banyak yang mengaku belum pernah
melihat bentuk anggaran pendapatan dan belanja sekolah (APBS) di
sekolahnya. Padahal keuangan sekolah, baik bersumber pada pemerintah,
orang tua murid, maupun pihak lain, dicantumkan dalam APBS. Karena itu,
agar bisa melakukan korupsi, terlebih dahulu mesti mengetahui APBS.
Dengan demikian, guru, yang umumnya tidak ikut merencanakan dan
mengelola keuangan, kecil kemungkinan menjadi aktor di balik maraknya
korupsi di sekolah. Ketiga, guru merupakan mata rantai terlemah di antara
penyelenggara pendidikan lain sehingga selalu menjadi korban mata rantai
yang lebih kuat, seperti kepala sekolah dan pejabat dinas pendidikan.
Selain guru menjadi korban obyekan atasan, porsi anggaran atau
pendapatan yang diperoleh pun biasanya kecil. Penelitian Indonesian
Corruption Watch pada APBS beberapa sekolah di Jakarta dan Tangerang
memperlihatkan bahwa alokasi anggaran untuk guru tidak mencapai
setengah porsi untuk kepala sekolah. Secara ekonomi, penikmat hasil
korupsi bukanlah guru. Nasibnya seperti istilah orang lain yang makan
nangka, tapi guru yang terkena getahnya. Stigma biang keladi korupsi di
sekolah membuat citra guru jatuh di hadapan orang tua dan murid.
Padahal tuntutan profesinya bukan hanya kemahiran dalam
menyampaikan materi pelajaran, tapi juga keterampilan untuk menjadi
contoh. Guru korup adalah guru buruk dan guru buruk tidak bisa dijadikan
contoh. Karena itu, guru sebenarnya memiliki kepentingan ikut
memberantas korupsi, khususnya di sector pendidikan. Sebab, selain
dapat mengembalikan citra, apa yang mereka lakukan akan menjadi
pembelajaran sangat efektif, tidak hanya bagi murid, tapi juga bagi
masyarakat umum. Usaha memberantas korupsi bisa diawali dengan
perjuangan memperbaiki nasib guru sendiri. Peluang tersebut sangat
terbuka dengan mendorong Undang-Undang Guru sesuai dengan tujuan
awal: mengangkat harkat dan derajat guru. Walau undang-undang itu
sudah disahkan, peluang perbaikan belum tertutup.
Mutu Pendidikan
Kesimpulan
Dalam peningkatan Mutu Pendidikan, guru memiliki peran antara lain : (a)
sebagai salah satu komponen sentral dalam system pendidikan, (b)
sebagai tenaga pengajar sekaligus pendidik dalam suatu instansi
pendidikan (sekolah maupun kelas bimbingan), (c) penentu mutu hasil
pendidikan dengn mencetak peseta didik yang benar-benar menjadi
manusia seutuhnya yaitu manusia yang beriman danbertaqwa kepada
Tuhan YME, percaya diri, disiplin, dan bertnggung jawab, (d) sebagai
factor kunci, mengandung arti bahwa semua kebijakan, rencana inovasi,
dan gagasan pendidikan yang ditetapkan untuk mewujudkan perubahan
system pendidikan, dalam rangka mencapai tujuan pendidikan yang
diinginkan, (e) sebagai pendukung serta pembimbing peserta didik sebagai
generasi yang akan meneruskan estafet pejuang bangsa untuk mengisi
kemerdekaan dalam kancah pembangunan nasional serta dalam
penyesuaian perkembangaanjaman dan teknologi yang semakin
spektakuler, (f) sebagai pelayan kemanusiaan di lingkungan masyarakat,
(g) sebagai pemonitor praktek profesi.
DAFTAR PUSTAKA