Professional Documents
Culture Documents
Bab 2
Turunan
Tujuan Instruksional Khusus
Mahasiswa mampu:
1. menggunakan definisi limit untuk menghitung turunan, atau untuk memastikan turunan
tidak ada
2. mencari turunan (tanpa bantuan TIK) menggunakan sifat‐sifat turunan, aturan turunan
untuk konstanta, pangkat, dan trigonometri, serta aturan untuk perkalian dan pembagian,
dan aturan rantai
3. mencari turunan kedua, ketiga, dan seterusnya. dari suatu fungsi
4. menggunakan turunan untuk mencari garis singgung kurva dan menentukan laju yang
berkaitan
5. mencari turunan dari fungsi yang didefinisikan secara implisit
6. menyelesaikan masalah yang terkait dengan laju perubahan peubah dari suatu hubungan
fungsional
2.1 Turunan fungsi
Masalah kecepatan sesaat
Misalkan anda berkendaraan selama 2 jam dan menempuh jarak 120 km, maka kecepatan rata‐
rata anda berkendaraan adalah 120/2 = 60 km/jam. Namun jika diperhatikan, speedometer
kendaraan anda tidak terus‐menerus menunjuk angka 60. Pada awalnya menunjukkan angka 0,
kemudian naik hingga angka tetentu, kemudian turun pada angka yang lain, kadang kala lebih
kecil atau lebih besar dari angka 60, dan ketika berhenti, akan kembali menunjuk ke 0. Angka
yang ditunjukkan oleh speedometer kendaraan anda adalah kecepatan sesaat, yang secara
intuitif dapat dikatakan sebagai kecepatan kendaraan anda pada saat anda melihat speedometer
tersebut.
Contoh lain, misalkan suatu benda B jatuh di ruang hampa udara. Dari hasil penelitian diketahui
bahwa awalnya benda itu diam, kemudian jatuh dengan f(t) = 10t2 meter pada waktu t detik.
Artinya, benda itu jatuh 10 meter pada 1 detik pertama, 40 meter pada 2 detik pertama, dan
selanjutnya, makin lama semakin cepat. Antara detik pertama dan detik kedua (antara t0 = 1 dan
t1 = 2), kecepatan rata – rata jatuhnya benda itu
30 meter/det.
Antara detik 1 dan detik 1,5 (antara t0 = 1 dan t1 = 1,5), kecepatan rata – rata jatuhnya benda itu
,
25 meter/det,
,
BAB 2. TURUNAN 50
dan selanjutnya (lihat Tabel 2.1). Terlihat bahwa ketika kita mengambil t1 semakin dekat
dengan 1 (t0), maka kecepatan rata‐rata semakin dekat dengan 20 m/det.
Tabel 2.1 Kecepatan rata‐rata benda jatuh
t 0 t1 t1 – t0 f(t0) f(t1) f(t1) ‐ f(t0) vrat
1 2 1 10 40 30 30
1 1,5 0,5 10 22,5 12,5 25
1 1,2 0,2 10 14,4 4,4 22
1 1,1 0,1 10 12,1 2,1 21
1 1,05 0,05 10 11,025 1,025 20,5
1 1 0,001 10 10,02 0,02001 20,01
Secara umum, jika kita menyatakan t1 = t0 + h dan f(t1) = f(t0 + h) untuk h bilangan real, maka
kecepatan rata‐rata dapat dinyatakan sebagai
Jika h semakin mendekati 0 maka kecepatan rata – rata ini akan mendekati kecepatan saat
(kecepatan sesaat saat ).
Definisi 2.1 Kecepatan sesaat
Jika suatu obyek bergerak sepanjang garis koordinat dengan fungsi posisi f(t), maka kecepatan
sesaatnya pada saat t0 adalah
asalkan limit ini ada dan bukan ∞ atau ∞.
Pada kasus f(t) = 10t2, kecepatan sesaat pada t = 1 adalah
1 1
lim
10 1 10
lim
10 20 10 10
lim
lim 20 10
= 20
Ini sesuai dengan yang kita duga menurut Tabel 2.1.
Contoh 2.1 Suatu benda pada awalnya diam, kemudian jatuh sejauh f(t) = 10t2 meter pada waktu
t detik. Berapakah kecepatan sesaat benda pada waktu t = 2, t = 2,3, dan t = 4,5?
Penyelesaian. Dari pada melakukan penghitungan 3 kali untuk masing – masing t, kita akan
mencari kecepatan sesaat pada sembarang waktu t = c.
lim
10 10
lim
10 20 10 10
lim
lim 20 10
= 20c
BAB 2. TURUNAN 51
Sehingga kecepatan sesaat benda pada waktu t = 2 adalah 20(2) = 40 m/det, t = 2,3 adalah
20(2,3) = 46 m/det, dan t = 4,5 adalah 20(4,5) = 90 m/det.
Contoh 2.2 Berapa lama waktu yang dibutuhkan benda jatuh pada contoh 2.1 untuk mencapai
kecepatan sesaat 30 m/det?
Penyelesaian. Dari contoh 2.1 diketahui bahwa kecepatan sesaat pada waktu c adalah 20c m/det.
Sehingga kita harus menyelesaikan persamaan 20c = 30. Penyelesaiannya adalah c = 30/20 = 1,5
detik.
Masalah kemiringan garis singgung kurva
Anda telah mengetahui bahwa persamaan garis secara umum adalah f(x) = mx + b, dengan m
menyatakan kemiringan garis dan b suatu konstanta. Suatu garis dapat dinyatakan secara pasti
jika kemiringan garis dan salah satu titik yang dilaluinya diketahui. Garis singgung kurva adalah
garis yang menyinggung kurva tepat di satu titik. Jika diberikan fungsi f(x) dan satu titik c pada
daerah asal f, maka untuk mengetahui dengan pasti garis singgung f di titik (c, f(c)), kita hanya
perlu mencari kemiringan dari garis singgung tersebut.
(a) (b)
Gambar 2.1
Sebagai ilustrasi, perhatikan kurva fungsi f(x) pada Gambar 2.1. Misalkan kita ingin mencari
kemiringan garis singgung kurva di titik P (c, f(c)). Pertama‐tama kita dekati dengan mengambi 1
titik lain pada kurva, sebut saja titik Q (c + h, f(c + h)). Kemiringan garis yang menghubungkan
titik‐titik P dan Q adalah
Apabila kita mengambil nilai c + h semakin dekat dengan c, dengan kata lain mengambil nilai h
semakin kecil, maka garis PQ akan semakin mendekati garis singgung kurva f(x) pada titik (c,
f(c)) (Gambar 2.1.b). Terlebih lagi, jika kita mengambil nilai h mendekati 0, maka nilai
kemiringan di atas akan mendekati nilai kemiringan garis singgung kurva f(x) di titik (c, f(c)),
sehingga diperoleh definisi berikut.
Definisi 2.2 Garis singgung
Garis singgung kurva y = f(x) pada titik T(c, f(c)) adalah garis yang melalui T dengan kemiringan
asalkan limit ini ada dan bukan ∞ atau ∞.
BAB 2. TURUNAN 52
Contoh 2.3 Carilah kemiringan garis singgung kurva y = f(x) = x2 pada titik (1,1).
Penyelesaian. Kemiringan garis singgung pada titik (1, 1)
adalah
1 1
lim
1 1
lim
1 2 1 1
lim
lim 2
= 2
Gambar 2.2 Grafik dari y = f(x) = x2 dan garis singgungnya di titik (1, 1)
dapat dilihat pada Gambar 2.2
Contoh 2.4 Carilah persamaan garis singgung kurva y = x2 + 4x – 2 pada titik (3, 1).
Penyelesaian. Nyatakan f(x) = ‐x2 + 4x – 2
3 3
lim
3 4 3 2 3 4 3 2
lim
9 6 12 4 3
lim
lim 2
= ‐2
Gambar 2.3
Dengan mengetahui kemiringan garis adalah ‐2 dan titik (3, 1) berada pada garis, maka
persamaan garis singgung dapat diperoleh dengan menggunakan bentuk y – y0 = m(x – x0), yaitu
y – 1 = ‐2(x – 3) atau y = ‐2x + 7.
Gambar 2.3 memperlihatkan kurva y = ‐x2 + 4x – 2 dengan garis singgung pada titik (3, 1).
Bandingkan persamaan kecepatan sesaat (Definisi 2.1) dengan persamaan kemiringan garis
singgung (Definisi 2.2). Bentuk dari sisi kanan keduanya adalah sama, dan bentuk ini yang
kemudian didefinisikan sebagai turunan dari fungsi.
2.1.1 Pengertian Turunan Fungsi
Kita telah melihat bahwa kecepatan sesaat dan kemiringan garis singgung kurva adalah
manifestasi dari ide dasar yang sama. Bentuk lain dari ide dasar yang sama adalah tingkat
dissolusi (kimia), laju pertumbuhan organisme (biologi), kepadatan dari suatu kawat (fisika),
laju absorbsi obat (farmasi), biaya marjinal (ekonomi), dan lain‐lain. Dari pada mempelajari
berbagai istilah dan bidang aplikasi ini secara terpisah, kita akan menggunakan istilah yang lebih
netral yaitu turunan. Turunan, seperti fungsi dan limit, adalah salah satu kata kunci pada
kalkulus.
BAB 2. TURUNAN 53
Definisi 2.3 Turunan
Turunan dari suatu fungsi f(x) adalah fungsi lain f’(x) yang nilainya pada sembarang titik x adalah
asalkan nilai limit ini ada dan bukan ∞ atau ∞.
Jika nilai limit pada definisi turunan di atas ada pada suatu nilai x tertentu, maka dikatakan f
terturunkan pada x, jika nilai limit tidak ada (atau ∞ atau ‐∞), maka f tidak terturunkan pada x.
Jika f terturunkan pada setiap nilai x pada daerah asal maka f adalah fungsi yang terturunkan.
Contoh 2.5 Misalkan f(x) = 5x + 10, carilah f’(6).
Penyelesaian.
6 6
6 lim
5 6 10 40
lim
30 5 30
lim
lim 5
5
Contoh 2.6 Jika f(x) = 1/x, carilah f’(x).
Penyelesaian.
lim
1 1
lim
1
lim .
1
lim
1
Contoh 2.7 Jika f(x) = 1/x, carilah f’(0).
Penyelesaian. Dari contoh 2.6 kita dapatkan turunan f(x) = 1/x untuk sembarang nilai x adalah
1
Untuk x = 0,
1
0
0
tidak terdefinisi (pembagian dengan 0). Dengan kata lain untuk
f(x) = 1/x
0 0
0 lim
tidak ada.
Gambar 2.4 Dalam hal ini kita katakan bahwa turunan dari f(x) = 1/x di x = 0
tidak ada. Ini berarti fungsi f(x) tersebut tidak terturunkan untuk nilai x = 0. Perhatikan bentuk
kurva 1/ pada x = 0 (Gambar 2.4).
BAB 2. TURUNAN 54
Bentuk yang setara untuk turunan
Penggunaan huruf h pada definisi f’(c) bukanlah suatu keharusan. Bisa saja kita menggunakan
huruf lain seperti,
lim
lim
lim
Kita juga dapat mengambil x = c + h, sehingga h = x – c (lihat Gambar 2.5) dan h →0 berarti x→c,
maka
lim
(a) (b)
Gambar 2.5
Contoh 2.8 Diketahui f(x) = |x|. Dengan menggunakan bentuk f’(c) yang terakhir, carilah f’(0) jika
ada, atau nyatakan jika tidak ada.
Penyelesaian.
0
0 lim
0
| | |0|
lim
| |
lim
Kita ketahui definisi nilai mutlak adalah
jika 0
| |
jika 0
sehingga kita harus mengevaluasi limit fungsi di atas dari kiri
dan kanan.
| |
lim lim 1
| |
lim lim 1
Gambar 2.6
| | | | | |
Karena lim lim maka lim tidak ada.
BAB 2. TURUNAN 55
Dapat kita simpulkan f’(0) dari f(x) = |x| tidak ada. Dengan kata lain, fungsi nilai mutlak tidak
terturunkan untuk x = 0.
Perhatikan bentuk kurva | | pada titik x = 0 (Gambar 2.6).
, 0
Contoh 2.9 Diberikan f . Carilah turunan dari f(x) di x = 0.
, 0
Penyelesaian.
0
0 lim
0
Karena nilai f(x) untuk x < 0 berbeda dengan untuk x > 0 maka kita
harus mencari nilai limit secara terpisah.
0 0
lim lim 1
0
0 0
lim lim lim 0
0
Karena limit lim lim maka f’(0) tidak ada.
Gambar 2.7
Perhatikan juga bentuk kurva f(x) di x = 0 (Gambar 2.7).
, 0
Jika diberikan , dapatkah anda memberi dugaan apakah f(x) mempunyai
1, 0
atau tidak mempunyai turunan di x = 0? Periksalah, apakah dugaan anda benar.
Eksplorasi. Carilah fungsi – fungsi lain yang tidak mempunyai turunan di satu titik dan
perhatikan bentuk kurva fungsi pada titik dimana turunannya tidak ada. Apakah anda dapat
mengambil kesimpulan terhadap bentuk – bentuk tersebut?
Notasinotasi turunan
Diberikan fungsi y = f(x). Misalkan peubah bebas
berubah dari x ke x + ∆ , maka peubah terikat y
berubah menjadi
∆ ∆
dan perbandingan
∆ ∆
∆ ∆
merepresentasikan kemiringan garis yang
menghubungkan titik , dengan
∆ , ∆ (Gambar 2.8).
Gambar 2.8
Jika ∆ 0 maka garis ini akan mendekati garis singgung f(x) di titik , . Untuk
kemiringan garis singgung juga dapat digunakan notasi ⁄ .
∆ ∆
lim lim
∆ ∆ ∆ ∆
BAB 2. TURUNAN 56
⁄ adalah notasi yang standar untuk turunan, yang dikenal dengan notasi Leibniz.
Grafik dari turunan
Secara geometri turunan dari f’(x) suatu fungsi f(x) di suatu titik c adalah kemiringan garis
singgung kurva di titik (c, f(c)). Jika garis singgung fungsi naik searah pertambahan x, maka
turunan fungsi positif, dan jika garis singgung fungsi turun maka turunan fungsi negatif. Ini
berarti dari grafik fungsi kita dapat mengetahui gambaran kasar dari turunannya.
Latihan 2.1. Buku Latihan
Bahan pendalaman materi :
• Subbab 3.1 dan 3.2 dari Kalkulus, Jilid 1, E.J. Purcell, D. Varberg, S.E. Rigdon, Ed. 8, Penerbit
Erlangga, Jakarta, 2004.
• Subbab 3.1 dari Calculus, C.H. Edwards, D.E. Penney, Pearson Education International, New
Jersey, 2002.
• Subbab 2.1 – 2.2 dari Calculus, D. Varberg, E.J., Purcell, S.E. Rigdon, 9 ed., Pearson Education
International, New Jersey, 2007.
2.2 Aturan turunan
Mencari turunan suatu fungsi menggunakan definisi tidaklah praktis dan dapat menjadi sangat
melelahkan. Ketika kita mencari turunan dari f, kita sedang menurunkan f. Turunan
mengoperasikan f untuk menghasilkan f’. Biasanya digunakan simbol untuk menyatakan
operasi penurunan (pendiferensialan).
Simbol menyatakan bahwa kita mengambil turunan (terhadap x) dari apa yang mengikutinya,
sehingga f(x) = f’(x).
Hingga saat ini kita telah mengenal 3 notasi untuk turunan. Jika y = f(x), turunan dari f(x) dapat
nyatakan dengan
atau atau
Pada subbab ini akan dibahas mengenai rumus‐rumus untuk mencari turunan fungsi aljabar.
Rumus ini diperoleh menggunakan definisi turunan pada subbab sebelumnya.
Fungsi konstan adalah fungsi yang nilainya sama untuk setiap nilai pada domain.
Teorema 2.1 Aturan fungsi konstan
Jika f(x) = k dengan k suatu konstanta, maka untuk setiap x berlaku
0 atau 0.
Bukti.
lim lim 0
Teorema 2.2 Aturan fungsi identitas
Jika f(x) = x maka untuk setiap x berlaku
1 atau 1
BAB 2. TURUNAN 57
Bukti.
lim lim lim 1
Untuk membuktikan aturan pangkat digunakan Binomium Newton, yaitu
.
Teorema 2.3 Aturan pangkat
Jika dengan n bilangan bulat positif, maka
Bukti.
lim lim
1
lim 2
Contoh 2.10 Carilah turunan dari .
Penyelesaian. Jika maka 5 .
Pada Teorema 2.3 dikatakan bahwa aturan pangkat berlaku untuk bilangan bulat positif n.
Dengan menggunakan aturan pembagian (Teorema 2.8) dapat dibuktikan bahwa aturan pangkat
juga benar untuk n berupa bilangan bulat negatif. Buktinya dapat anda lihat di buku referensi
yang disarankan. Bahkan dengan menggunakan konsep yang lebih rumit, yang belum dapat kita
bahas saat ini, dapat dibuktikan bahwa aturan pangkat pun berlaku untuk n sembarang bilangan
real.
/
Contoh 2.11 Carilah turunan dari dan .
Penyelesaian.
maka 8 .
/
maka 1 /
.
3
Aturan perkalian dengan konstanta (Teorema 2.4) mengatakan bahwa konstanta dapat
dikeluarkan dari operator turunan, sedangkan aturan penjumlahan beserta pengurangan
menyatakan bahwa operator turunan bersifat linear.
Teorema 2.4 Aturan perkalian dengan konstanta
Jika k adalah konstanta dan f fungsi yang terturunkan, maka
atau
Bukti dapat dilihat di buku‐buku referensi yang ada.
Teorema 2.5 Aturan penjumlahan
Jika f dan g adalah fungsifungsi yang terturunkan maka
atau
Bukti.
Misalkan
BAB 2. TURUNAN 58
lim
lim
lim
Teorema 2.6 Aturan pengurangan
Jika f dan g adalah fungsifungsi yang terturunkan maka
atau
Bukti sejajar dengan bukti Teorema 2.6
Contoh 2.12 Carilah turunan dari 7 4 12 .
Penyelesaian.
7 4 12
7 4 12
7 4 4 2 12 1
28 8 12
Contoh 2.13 Carilah turunan dari 2 2 / 5 2 .
Penyelesaian.
4 /
5 2 4 2 5 2 2
3
/
5 8 5 4
Teorema 2.4 dan 2.5 meyatakan bahwa turunan dari penjumlahan (pengurangan) fungsi sama
dengan penjumlahan (pengurangan) dari turunan fungsi. Apakah sifat ini juga berlaku untuk
operasi perkalian?
Contoh 2.14 Misalkan , 2, dan 2 . Carilah ,
, dan , serta tunjukkan bahwa .
Penyelesaian.
2
1
3 4
2 1 2
Terlihat bahwa 2 3 4 .
Teorema 2.7 Aturan perkalian
Jika f dan g adalah fungsifungsi yang terturunkan maka
· atau
Bukti.
Misalkan
lim
BAB 2. TURUNAN 59
lim
lim
Contoh 2.15 Dengan menggunakan aturan perkalian carilah turunan dari 1 1 dan
tunjukkan dengan cara yang berbeda bahwa hasil yang diperoleh benar.
Penyelesaian.
1 1 1 1 1 1
1 2 1 4
2 2 4 4
6 4 2
Cara lain,
1 1 1 6 4 2
Sekarang anda diberi kesempatan untuk menerapkan aturan pangkat untuk mencari turunan
dari h(x) = f(x)g(x) pada contoh 2.14
Teorema 2.8 Aturan pembagian
Jika f dan g adalah fungsifungsi yang terturunkan dan 0 maka
atau
Bukti dapat dilihat di buku‐buku referensi yang ada.
Contoh 2.16 Carilah .
Penyelesaian.
3 4 5 2 3 4 3 4 5 2
5 2 5 2
5 2 6 3 4 5
5 2
30 12 15 20
5 2
15 12 20
5 2
Memilih Aturan yang digunakan
Daripada menggunakan aturan pembagian untuk menemukan turunan dari
,
lebih baik melakukan ekspansi pada pembilang dan bagi dengan
1 2 3 2
3 2
BAB 2. TURUNAN 60
dan gunakan aturan Penjumlahan dan Pangkat :
3 2 2 3
1 6 6
TIK. Menggunakan Maple turunan dari suatu fungsi dapat diperoleh dengan menggunakan
perintah diff sebagai berikut,
> diff(a, x1)
dengan
a – ekspresi yang turunannya ingin dicari
x1 – nama peubah bebas terhadap apa turunan akan dicari
Latihan 2.2. Buku Latihan
Bahan pendalaman materi :
• Subbab 3.3 dari Kalkulus, Jilid 1, E.J. Purcell, D. Varberg, S.E. Rigdon, Ed. 8, Penerbit Erlangga,
Jakarta, 2004.
• Subbab 3.3 dan 3.4 dari Calculus, C.H. Edwards, D.E. Penney, Pearson Education
International, New Jersey, 2002.
• Subbab 2.3 dari Calculus, D. Varberg, E.J., Purcell, S.E. Rigdon, 9 ed., Pearson Education
International, New Jersey, 2007.
2.3 Turunan fungsi trigonometri
Turunan fungsi trigonometri merupakan fungsi trigonometri juga. Untuk mencari turunan dari
fungsi trigonometri diperlukan rumus‐rumus trigonometri berikut ini:
1. sin sin 2 cos sin .
2. cos cos 2 sin sin .
3.
Teorema 2.9
dan adalah fungsifungsi yang terturunkan
dan
Bukti. Dari aturan sinus kita ketahui kesamaan
sin sin cos cos sin .
dan menurut definisi turunan
sin sin
sin lim
sin cos cos sin sin
lim
sin cos 1 cos sin
lim
BAB 2. TURUNAN 61
cos 1 sin
lim sin . lim cos .
cos 1 sin
sin . lim cos . lim
sin . 0 cos . 1
cos
Untuk turunan dari kosinus dapat anda buktikan sebagai latihan.
Contoh 2.17 Carilah .
Penyelesaian.
Teorema 2.10 Untuk setiap x pada daerah asal fungsi
Bukti.
sin cos sin sin cos
tan
cos cos
cos sin
cos
1
sec
cos
Teorema‐teorema sisanya dapat anda buktikan sebagai latihan. Anda dapat menggunakan
aturan pembagian terhadap pengertian fungsi‐fungsi tersebut, sebagai berikut:
cos 1 1
cot sec csc
sin cos sin
Contoh 2.18 Carilah 3 .
Penyelesaian.
3 cot 3 cot 3 csc
Contoh 2.19 Cari turunan dari .
Penyelesaian.
cos sin sin 2 cos
2 cos
BAB 2. TURUNAN 62
cos cos sin 2 sin
2 cos
2 cos cos 2 sin sin
2 cos
TIK. Menggunakan Maple turunan dari suatu fungsi trigonometri dapat diperoleh dengan
menggunakan perintah diff seperti pada fungsi aljabar.
Latihan 2.3. Buku Latihan
Bahan pendalaman materi :
• Subbab 3.4 dari Kalkulus, Jilid 1, E.J. Purcell, D. Varberg, S.E. Rigdon, Ed. 8, Penerbit Erlangga,
Jakarta, 2004.
• Subbab 3.7 dari Calculus, C.H. Edwards, D.E. Penney, Pearson Education International, New
Jersey, 2002.
• Subbab 2.4 dari Calculus, D. Varberg, E.J., Purcell, S.E. Rigdon, 9 ed., Pearson Education
International, New Jersey, 2007.
2.4 Aturan rantai
Dengan aturan turunan yang telah dibahas sampai saat ini, kita dapat mencari turunan dari
sembarang fungsi aljabar dan fungsi trigonometri. Ketika membahas fungsi di Bab 1, kita juga
mengenal komposisi fungsi. Jika diketahui y = f(u) dan u = g(x), maka kita selalu dapat
menyatakan y sebagai fungsi dari x dengan . Dengan terlebih dahulu
melakukan komposisi, kita pun dapat mencari turunan dari y terhadap x.
Sebagai contoh, diberikan dan
Menggunakan fungsi‐fungsi ini, y dapat dinyatakan sebagai fungsi dari x
1
2
1
1
2
atau
1
2 3
Turunan dari y dapat dicari dengan aturan pembagian
2 3 1 1 2
2 3
1
.
2 3
Namun, jika kita menurunkan masing‐masing fungsi diperoleh
1 1 1
1
1
1
dan
2 1 1 1
2
1
.
2
BAB 2. TURUNAN 63
Perkalian dari turunan ini adalah
1 1
· ·
1 2
1 1
·
1 2
1
2
1
.
2 3
Akibatnya, untuk kasus ini dapat disimpulkan
.
Teorema berikut akan menunjukkan bahwa turunan dari fungsi komposisi selalu dapat dicari
dengan cara di atas.
Teorema 2.11 Aturan rantai
Jika dan adalah dua fungsi yang terturunkan, maka turunan dari komposisi
fungsi adalah
° ,
dengan kata lain
°
atau
.
Umumnya buku‐buku referensi yang ada memberikan pembuktian tidak lengkap (partial proof)
dari teorema ini, sedangkan bukti lengkap dapat dilihat di buku‐buku yang lebih lanjut.
√
Contoh 2.20 Carilah untuk t = 4 jika dan .
Penyelesaian.
1
1 √ 1
2 1 2
1
1
4 1 4 √4
2 25 1 2
4 1
9 3
5 100
21
500
Contoh 2.21 Carilah turunan dari 3 .
Penyelesaian. Kita dapat melihat 3 sebagai komposisi fungsi, dengan
dan 3 .
BAB 2. TURUNAN 64
120 15 3
3 15 3 .
Contoh 2.22 Carilah turunan dari 4 3 .
Penyelesaian.
sin 4 3
2 cos 4 3 sin 4 3 2 4
Contoh 2.23 Suatu studi lingkungan dari komunitas pedesaan menyatakan bahwa tingkat rata –
rata harian karbon monoksida di udara dinyatakan dengan formula
0,6 15
bagian per juta saat populasi sebesar p ribu. Studi ini juga memperkirakan bahwa t tahun dari
sekarang, populasi pada komunitas tersebut akan menjadi
3,3 0,1
ribu. Berapakah laju perubahan tingkat karbon monoksida pada waktu 3 tahun dari sekarang?
Penyelesaian.
1
0,6 15 0,6 2 0,1 2
2
Saat t = 3, 3,3 0,1 3 4,2 dan
1
0,6 4,2 15 0,6 2 4,2 0,1 2 3 0,298
2
Tingkat karbon monoksida akan berubah dengan laju 0,298 bagian per juta pada waktu tiga
tahun dari sekarang.
Latihan 2.4. Buku Latihan
Bahan pendalaman materi:
• Subbab 3.5 dari Kalkulus, Jilid 1, E.J. Purcell, D. Varberg, S.E. Rigdon, Ed. 8, Penerbit Erlangga,
Jakarta, 2004.
• Subbab 2.5 dari Calculus, D. Varberg, E.J., Purcell, S.E. Rigdon, 9 ed., Pearson Education
International, New Jersey, 2007.
2.5 Turunan tingkat tinggi
Operasi penurunan mengambil fungsi f sebagai masukan dan menghasilkan fungsi f’. Karena f’
juga adalah fungsi, maka f’ juga dapat diturunkan untuk menghasilkan fungsi lain yang disebut
turunan kedua dari f dan dilambangkan dengan f’’. Hal ini juga dapat dilanjutkan untuk
memperoleh turunan ketiga, keempat, dan seterusnya.
Sebagai ilustrasi, misalkan
3 4 2
maka
4 9 4
12 18
24 18
24
0.
BAB 2. TURUNAN 65
Karena turunan dari fungsi 0 adalah fungsi 0, maka turunan ke‐5 dan turunan‐turunan yang
lebih tinggi dari f adalah 0.
Kita telah mengenal notasi dari turunan (pertama) dari , yaitu
atau atau
Masing‐masing notasi ini memiliki notasi lanjutan untuk turunan tingkat tinggi, seperti yang
diberikan pada Tabel 2.2.
Tabel 2.2 Notasi‐notai untuk turunan tingkat tinggi
Turunan Notasi Notasi Notasi Notasi Leibniz
Pertama
Kedua
Ketiga
Keempat
Ke‐n
Contoh 2.24 Carilah turunan ken dari
Penyelesaian.
1
1
1 2
1 2 3
1 2 3 4
1 !
Di awal bab ini kita telah mempelajari bahwa turunan pertama dari fungsi posisi suatu benda
menyatakan laju perubahan posisi terhadap perubahan waktu, yang kemudian kita sebut dengan
kecepatan sesaat. Turunan kedua merupakan laju perubahan kecepatan terhadap perubahan
waktu. Di pelajaran fisika, kita menyebutnya percepatan suatu benda.
Contoh 2.25 Posisi dari suatu partikel diberikan oleh persamaan
6 9
di mana t dalam detik dan s dalam meter.
(a) Cari percepatan saat t. Berapakah percepatan setelah 4 detik?
(b) Gambarkan fungsi posisi, kecepatan, percepatan partikel untuk 0 5
(c) Kapankah partikel tersebut mengalami percepatan dan kapan mengalami perlambatan?
Penyelesaian.
(a) Fungsi kecepatan merupakan turunan dari fungsi posisi
6 9
3 12 9
BAB 2. TURUNAN 66
Fungsi percepatan merupakan turunan dari fungsi kecepatan
6 12
4 6 4 12 12 /
(b) Grafik fungsi posisi, kecepatan, percepatan partikel untuk 0 5 diberikan pada
Gambar 2.9.a
(a) (b)
Gambar 2. 9
(c) Partikel mengalami percepatan (a positif) ketika kecepatannya naik (v dan a keduanya
positif) dan juga ketika kecepatannya turun secara negatif atau penurunan kecepatan
berkurang (v dan a keduanya negatif). Dengan kata lain, partikel dipercepat ketika
kecepatan dan percepatan memiliki tanda yang sama. Partikel didorong ke arah yang
sama dengan arah gerakan. Dari Gambar 2.9, dapat dilihat bahwa hal itu terjadi ketika
1 2 dan ketika 3. Partikel diperlambat ketika v dan a memiliki tanda yang
berlawanan, yakni, ketika 0 1 dan ketika 2 3. Gambar 2.9.b merangkum
penjelasan tentang gerakan dari partikel.
Latihan 2.5. Buku Latihan
Bahan pendalaman materi:
• Subbab 3.7 dari Kalkulus, Jilid 1, E.J. Purcell, D. Varberg, S.E. Rigdon, Ed. 8, Penerbit Erlangga,
Jakarta, 2004.
• Subbab 4.5 dari Calculus, C.H. Edwards, D.E. Penney, Pearson Education International, New
Jersey, 2002.
• Subbab 2.6 dari Calculus, D. Varberg, E.J., Purcell, S.E. Rigdon, 9 ed., Pearson Education
International, New Jersey, 2007.
2.6 Turunan fungsi implisit
Sejauh ini fungsi‐fungsi yang diturunkan merupakan fungsi yang dinyatakan secara eksplisit
sebagai y = f(x). Selain secara eksplisit, fungsi pun dapat dinyatakan secara implisit dalam
bentuk f(x, y) = 0. Untuk mencari turunan dari persamaan yang dinyatakan secara implisit, dapat
dilakukan dengan terlebih dahulu menyatakannya sebagai fungsi ekslisit.
Contoh 2.26 Carilah turunan dari fungsi 4 3 1.
BAB 2. TURUNAN 67
Penyelesaian. Pertama‐tama nyatakan persamaan tersebut sebagai fungsi ekspisit.
4 3 1
1
4 3
4 3 3 8 1
4 3
Akan tetapi menyatakan persamaan implisit menjadi fungsi eksplisit tidak selalu dapat
dilakukan, misalnya untuk persamaan
.
Mencari turunan dari fungsi seperti ini dilakukan dengan menurunkannya secara implisit.
Dalam melakukan penurunan secara implisit perlu diingat bahwa y adalah fungsi dari x sehingga
kita dapat menerapkan aturan rantai dalam penurunan implisit ini.
Sebagai contoh, untuk mencari turunan dari fungsi di atas, kita dapat membayangkan y sebagai
fungsi dari x seperti berikut ini.
5
5
2 5 3
2 5 3
3
2 5
Contoh 2.27 Cari ⁄ jika .
Penyelesaian.
sin
sin
2 2 cos
2 2 cos
2 cos 2 cos
Gambar 2.10
2 cos 2 cos
2 cos
2 cos
Pada Gambar 2.10 diberikan grafik dari sin .
Contoh 2.28 Kurva disebut lemniscates (Gambar 2. 11). Gunakan penurunan implisit
untuk mencari ⁄ dari fungsi tersebut dan diskusikan apa yang terjadi ketika titik (0, 0)
disubsitusikan ke hasil yang diperoleh.
BAB 2. TURUNAN 68
Penyelesaian.
2 2 4
2
Hasil ini tidak terdefinisi pada titik (0, 0). Pada Gambar 2.11 terlihat
Gambar 2.11 bahwa fungsi tersebut tidak terturunkan pada (0, 0).
Contoh 2.29 Carilah / jika 4 6 9.
Penyelesaian.
Pertama – tama lakukan penurunan implisit untuk memperoleh /
4 6 9
4 6 9
12 12 0
0
, 0
Kemudian lakukan penurunan implisit terhadap 0 untuk memperoleh y”:
0
2 " 0
" 2
2
" , 0
Terakhir, substitusikan / agar y” dalam bentuk x dan y:
2 / 2
" 0
TIK. Menggunakan Maple turunan implicit dari suatu fungsi dapat diperoleh dengan
menggunakan perintah implicitdiff sebagai berikut,
> implicitdiff(a, y, x)
dengan
a – ekspresi yang turunannya ingin dicari
y – nama peubah terikat
x1 – nama peubah bebas terhadap apa turunan akan dicari
Latihan 2.6. Buku Latihan
Bahan pendalaman materi:
• Subbab 3.8 dari Kalkulus, Jilid 1, E.J. Purcell, D. Varberg, S.E. Rigdon, Ed. 8, Penerbit Erlangga,
Jakarta, 2004.
• Subbab 4.1 dari Calculus, C.H. Edwards, D.E. Penney,Pearson Education International, New
Jersey, 2002.
• Subbab 2.7 dari Calculus, D. Varberg, E.J., Purcell, S.E. Rigdon, 9 ed., Pearson Education
International, New Jersey, 2007.
BAB 2. TURUNAN 69
2.7 Laju yang berkaitan
Jika y adalah fungsi dari waktu t maka ⁄ disebut laju perubahan terhadap waktu. Jika y
menyatakan posisi maka ⁄ menyatakan perubahan posisi terhadap perubahan waktu atau
kecepatan. Dalam kenyataan banyak sekali variasi tentang perubahan terhadap waktu yang
menarik untuk dipelajari, seperti laju prubahan volume udara yang dipompakan ke wadah
elastis tertutup, laju perubahan zat cair yang mengalir dari suatu wadah, laju perubahan harga
rumah pada real‐estate, dan lain‐lain. Jika y secara eksplisit dinyatakan dalam t maka kita
langsung dapat menurunkan y terhadap t. Namun hal seperti ini tidak selalu terjadi, kadang kala
y dinyatakan dalam suatu peubah lain, sebut saja x, dan kemudian ada hubungan keterkaitan
yang belum tentu eksplisit antara x dengan t. Dalam hal ini kita perlu menggunakan aturan
rantai, dan penurunan implisit.
Contoh 2.30 Satu balon berbentuk bola sedang diisi dengan udara. Jarijari r dari balon itu
bertambah dengan laju 0,3 cm/detik ketika r = 5 cm. Dengan laju berapakah volume balon
bertambah pada saat itu?
Penyelesaian.
Perhatikan Gambar 2.12. Diberikan ⁄ 0,3 cm/det ketika r = 5
cm, ingin dicari ⁄ pada saat yang bersamaan. Karena volume
dari balon adalah
4
3
maka
4
dan menurut aturan rantai
Gambar 2.12
4
Penyelesaian.
Modelkan. Karena bumi berotasi setiap 24 jam sekali, atau 86.400
detik. Kita ketahui bahwa ⁄ (tandanya negatif karena
.
berkurang seiring dengan matahari terbenam). Kita ingin
mengetahui ⁄ saat /4.
Gambar 2. 14
Dari Gambar 2.14 dapat diketahui hubungan x dan memenuhi
cot ⁄12, sehingga 12 cot .
Turunkan dan Evaluasi. Lakukan penurunan secara implisit 120 cot terhadap t untuk
memperoleh
2
12 csc csc
86.400 3600
Saat /4, kita peroleh
csc √2 0.0017 /
3600 4 3600 1800
Perhatikan bahwa saat matahari terbenam, menurun (karena ⁄ negatif), sedangkan
panjang bayangan x memanjang (karena ⁄ positif).
Contoh 2.33 Pengejaran di Jalan tol
Suatu mobil patroli bergerak mendekati suatu persimpangan yang tegak lurus dari arah utara,
mengejar mobil yang sedang mengebut dan telah berbelok lurus ke arah timur. Saat mobil patroli
berada 0,6 km dari perpotongan di arah utara dan mobil yang dikejar berada 0,8 km ke arah
timur, sang polisi lewat radar mengukur jarak antara mobil patroli dengan mobil yang sedang
BAB 2. TURUNAN 71
dikejarnya bertambah 20 km/jam. Jika mobil patroli bergerak dengan kecepataan 60 km/jam saat
pengukuran, berapakah kecepatan mobil yang dikejar?
Penyelesaian.
Gambarkan. Kita gambarkan mobil patroli dan mobil pada bidang koordinat dengan
menggunakan sumbu‐x positif sebagai batas timur jalan dan sumbu‐y positif sebagai batas
selatan jalan raya (Gambar 2.15).
Gambar 2.15
Modelkan. Misalkan t sebagai waktu dan
x = posisi mobil saat t
y = posisi mobil patrol saat t
s = jarak antara mobil dengan mobil patrol saat t
Asumsikan x, y, dan s adalah fungsi terturunkan dari t. Dari soal dapat kita ketahui bahwa,
0,8 km, 0,6 km, 60 km/jam, 20 km/jam.
Nilai / negatif karena kecepatan y menurun.
Masalahnya adalah mencari /
atau dapat juga menggunakan .
Turunkan dan Evaluasi. Turunkan terhadap t.
2 2 2
1
1
• Subbab 3.9 dari Kalkulus, Jilid 1, E.J. Purcell, D. Varberg, S.E. Rigdon, Ed. 8, Penerbit Erlangga,
Jakarta, 2004.
• Subbab 4.1 dari Calculus, C.H. Edwards, D.E. Penney, Pearson Education International, New
Jersey, 2002.
• Subbab 2.8 dari Calculus, D. Varberg, E.J., Purcell, S.E. Rigdon, 9 ed., Pearson Education
International, New Jersey, 2007.
2.8 Diferensial dan aproksimasi
Kadang kala kita perlu dengan cepat mengaproksimasi perubahan f(x) dari perubahan x yang
diberikan. Kita tuliskan dan misalkan perubahan pada nilai x adalah penambahan ∆ ,
sehingga x berubah dari nilai awalnya ke nilai ∆ . Perubahan nilai y adalah penambahan ∆
yang dapat dihitung dengan
∆ ∆ .
Secara geometri penambahan ∆ dan ∆ ditunjukkan pada Gambar 2.16.
Notasi Leibniz ⁄ digunakan untuk menyatakan
turunan y terhadap x. Notasi ⁄ digunakan sebagai
operator turunan yang sama artinya dengan .
Sampai saat ini kita memperlakukan ⁄ sebagai
satu simbol. Pada bagian selanjutnya kita akan
mencoba memberikan arti yang terpisah untuk dy dan
dx.
Misalkan f adalah fungsi yang terturunkan dan
, adalah satu titik pada kurva y = f(x) (Gambar
2.16). Karena f terturunkan
∆
lim .
Gambar 2.16 ∆ ∆
Sehingga jika ∆ kecil, ∆ ⁄∆ akan
mengaproksimai nilai , atau
∆ ⁄∆
Sisi kiri dari pesamaan di atas disebut ∆ yang menyatakan perubahan aktual peubah y ketika x
berubah dari ke ∆ . Sisi kanan disebut dy, yang merupakan aproksimasi dari ∆ . Gambar
2.16 menunjukkan nilai dy sama dengan perubahan pada garis singgung kurva pada P ketika
ketika x berubah dari ke ∆ . Ketika ∆ kecil, dy diharapkan menjadi nilai aproksimasi
yang baik untuk ∆ .
Definisi 2.4 Diferensial
Misalkan adalah fungsi yang terturunkan atas peubah bebas x.
∆ adalah sembarang penambahan pada peubah bebas x.
dx, yang disebut dengan diferesial dari peubah bebas x, adalah sama dengan ∆
∆ perubahan aktual peubah y ketika x berubah dari ke ∆ , yaitu ∆ ∆
dy, yang disebut dengan diferesial dari peubah terikat y, didefinisikan dengan .
Contoh 2.34 Carilah dy jika
BAB 2. TURUNAN 73
a. 2 3
b. 1
Penyelesaian. Diketahui .
a. 3 2
b. sin 1 5 2
Ada dua hal yang perlu diperhatikan di sini. Yang pertama, karena maka dengan
membagi kedua sisi dengan dx diperoleh
Dalam hal ini kita dapat menginterpretasikan turunan sebagai pembagian dari dua diferensial.
Kedua, untuk setiap aturan turunan ada aturan diferensial yang diperoleh dari aturan turunan
dengan mengalikannya dengan dy, seperti yang diberikan pada Tabel 2.3.
Tabel 2.3 Aturan diferensial yang besesuaian dengan aturan turunan yang diberikan
Aturan Turunan Aturan Diferensial
1. 0 1. 0
2. 2.
3. 3.
4. 4.
⁄ ⁄ ⁄
5. 5.
6. 6.
Aproksimasi
Turunan memegang berbagai peranan dalam kalkulus, saat ini turunan akan digunakan untuk
memberikan nilai pendekatan (aproksimasi).
Misalkan seperti pada Gambar 2.16 Suatu perubahan ∆ menghasilkan perubahan ∆
yang bersesuaian di y, yang dapat diaproksimasi dengan dy. Artinya, ∆ diaproksimasi
dengan
∆ ∆ .
Contoh 2.35 Frekuensi osilasi (banyak putaran per detik) dari suatu bandul berayun diberikan
oleh
2
di mana l adalah panjang bandul dan g > 0 adalah percepatan gravitasi. Jika panjang bandul
ditambah ¼%. Berapakah aproksimasi persentase perubahan f.
Penyelesaian. Aproksimasi perubahan f diberikan oleh
1 /
2 /
2
Dan persentase perubahan frekuensi adalah
/
1
100 100 100 .
2 2
Karena panjang bandul, l, bertambah ¼%, maka 100(dl/l) = ¼, dan
BAB 2. TURUNAN 74
1
100
8
Sehingga frekuensi bandul berubah sebesar %. Tanda negatif menggambarkan bahwa jika l
bertambah, maka f berkurang.
Contoh 2.36 Hukum Poiseuille untuk aliran darah menyatakan bahwa aliran darah yang
melewati arteri sebanding dengan jari – jari arteri pangkat empat, yakni . Seberapa
besarkah jari – jari arteri harus diperbesar agar aliran darah meningkat 40%?
Penyelesaian.
Dengan menurunkan V secara implisit diperoleh 4 . Perubahan relatif volume adalah
Δ 4
4 .
Karena volume darah harus meningkat 40%, maka
0,4 4
dan perubahan yang sebanding pada r adalah
Δ 0,4
0,1.
4
Maka dengan memperbesar jari – jari arteri sebesar 10%, aliran darah akan meningkat sebesar
kira – kira 40%.
Aproksimasi linear
Jika f terturunkan di c, kemudian persamaan garis singgung f di (c, f(c)) diberikan oleh
, maka fungsi
.
disebut aproksimasi linear dari fungsi f di c dan umumnya menjadi aproksimasi yang sangat baik
untuk f jika x dekat dengan c.
Contoh 2.37 Carilah apoksimasi linear dari fungsi √1 di sekitar titik x = 0.
Penyelesaian. Kita tahu bahwa f(0) = 1 dan
1 1
1 /
2 2√1 ,
sehingga 0 . Dengan mengambil c = 0 kita peroleh aproksimasi
1 0 1 .
Contoh 2.38 Misalkan anda memerlukan nilai dari (123)2/3 tetapi anda tidak mempunyai
kalkulator, apa yang dapat anda lakukan?
Penyelesaian. Karena ingin mengaproksimasi suatu nilai tertentu dari / , maka kita dapat
/
menerapkan rumus apoksimasi ke , dengan mengambil c =125 karena kita ketahui
/
125 25.
/
2 /
∆ ∆
3
2 2
123 125 / 125 / 123 125 25 2 24,7333.
3 15
Artinya (123) dapat diaproksimasi dengan 24,7333. Nilai sebenarnya dari (123)2/3 adalah
2/3
24,7326.
BAB 2. TURUNAN 75
Latihan 2.8. Buku Latihan
Bahan pendalaman materi:
• Subbab 3.10 dari Kalkulus, Jilid 1, E.J. Purcell, D. Varberg, S.E. Rigdon, Ed. 8, Penerbit
Erlangga, Jakarta, 2004.
• Subbab 4.2 dari Calculus, C.H. Edwards, D.E. Penney, Pearson Education International, New
Jersey, 2002.
• Subbab 2.9 dari Calculus, D. Varberg, E.J., Purcell, S.E. Rigdon, 9 ed., Pearson Education
International, New Jersey, 2007.
BAB 3. PENGGUNAAN TURUNAN 76
Daftar pustaka
1. Ayres, F. dan J.C. Ault, Schaum’s outline of theory and problems of differential and integral
calculus in SI metric units, 2nd ed., McGraw‐Hill, Singapore, 1989.
2. Barnett, R. A., Michael R. Z., Karl E. B., Calculus for Business, Economics, Life Science, and
Social Science, 8th ed., Prentice Hall, 1999.
3. Binmore, K. G., Mathematical analysis, a straightforward approach, 2nd ed., Cambridge
University Press, England, 1982.
4. Bittinger M. L., Ellenbogen D. J., Calculus ant Its Applications, 9th ed., Addison‐Wesley, 2007.
5. Boas, M. L. Mathematical Methods in The Physical Sciences. John Wiley and Sons, Inc, 1966.
6. Crilly, T. 50 mathematical ideas you really need to know, Quercus, Italy, 2007.
7. Don E., How to Solve Word Problems in Calculus, McGaw‐Hill,
http://site.ebrary.com/lib/indonesiau/Doc?id=5008112, 2002.
8. Dowkins, P., 2007, Calculus I, e‐book, http://tutorial.math.lamar.edu/terms.aspx.
9. Edwards, C. H. Jr., The historical development of the calculus, Springer‐Verlag, New York,
1979.
10. Edwards C. H. dan Edward D. P., Calculus, 6th ed., Prentice Hall, 2002.
11. Finney, R. L., Maurice D. Weir, F. R. Giordano, Thomas’ Calculus, Addison – Wesley Publishing
Company, 2001.
12. Goldstein L. J., Lay D.C., Schneider D. I., Calculus and Its Applications, 11th ed., Prentice Hall
International, Inc.
13. Kelley, W. M.. The Complete Idiots’ Guide to Calculus, 2nd ed. Alpha, 2006.
14. Knisley, J. dan K. Shirley, Calculus: A Modern Approach, e‐book, 2002.
15. Knisley J., Shirley K., Calculus: A Modern Approach,
http://faculty.etsu.edu/knisleyj/calculus/home.htm, 2002.
16. Krantz S., Calculus Demystified, McGrow‐Hill Professional,
http://site.ebrary.com/lib/indonesiau/Doc?id=10018403, 2002.
17. Lial, M. L., C.D. Miller, R.N. Greenwell, Calculus with applications, HarperCollings College
Publishers, 5th ed., 1993.
18. Lopez, R. L., Maple via Calculus, A tutorial approach, Birkh¨auser, Boston, 1994.
19. Marsden J., Weinstein. A, Calculus Unlimited, The Benjamin/Cummings Publishing Company,
Inc, 1981.
20. Morgan, F., Real analysis and applications, including Fourier Series and the Calculus of
variations, American Mathematical Society, Rhode Island, 2005.
21. Muschla, J. A., Gary R. M., Hands – on Math Project with Real – Life Application, 2nd ed. Jossey –
Bass, 2006.
22. Purcell, E. J., D. Varberg, S. E. Rigdon., Calculus 9th ed., Pearson Prentice Hall, 2007.
23. Purcell, E. J., D. Varberg, S. E. Rigdon, Kalkulus Jilid 1, Edisi 8, Penerbit Erlangga, Jakarta,
2004.
24. Shenk, A., Calculus, Addison – Wesley Longman, Inc. 2000.
25. Stein, S. K., Calculus and analytic geometry, 4 ed., McGraw‐Hill, Singapore, 1987.
26. Stewart, J., Calculus, 4 ed., Brooks/Cole Publishing Company, USA, 1999.
27. Strang G.,Calculus, http://ocw.mit.edu/ans7870/resources/Strang/strangtext.htm, 20
Agustus 2008.
28. Thomas Jr, George B., R. L. Finney, M. D. Weir, Calculus and Analytic Geometri, 9th ed.,
Addison – Wesley Publishing Company, 1996.
29. Trim, D. Calculus for Engineers, 4th ed., Peason Prentice Hall, 2008.
BAB 3. PENGGUNAAN TURUNAN 77