You are on page 1of 45

OPTIKA GEOMETRI

PENGERTIAN
Optika yaitu: cabang ilmu fisika yang mempelajari cahaya.
Optika dibagi mejadi 2 macam, yaitu:
1. Optika Geometri
Menganalisis/ mempelajari sifat-sifat cahaya (pemantulan dan pembiasan)
2. Optika Fisis
Mempelajari fenomena cahaya sebagai gelombang, misalnya cahaya bisa mengalami difraksi,
interferensi, polarisasi dan lain-lain
SIFAT-SIFAT CAHAYA
1. Dipancarkan dalam bentuk radiasi
2. Merambat menurut garis lurus
3. Arah rambat tegak lurus dengan arah getar (transversal)
4. Dapat dipantulkan
5. Memiliki energi
MACAM-MACAM BERKAS CAHAYA
1. Berkas cahaya sejajar
Yaitu: berkas cahaya yang arahnya sejajar satu sama lain.
Contoh:

2. Berkas cahaya menyebar (divergen)


Yaitu: Berkas cahaya yang berasal dari satu titik kemudian menyebar ke beberapa arah
Contoh:

3. Berkas cahaya mengumpul (konvergen)


Yaitu: Berkas cahaya yang berasal dari beberapa arah kemudian mengumpul ke suatu titik
tertentu.
Contoh:

JENIS-JENIS PEMANTULAN
1. Pemantulan teratur
Yaitu: pemantulan yang terjadi jika bidang pantulnya merupakan bidang yang datar dan licin.
Contoh:

2. Pemantulan baur
Yaitu: pemantulan yang terjadi jika bidang pantulnya merupakan bidang yang kasar dan tidak
rata.
Contoh:

Fisika SMA Kelas X


SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar
1
HUKUM PEMANTULAN CAHAYA (HUKUM SNELLIUS)
1. Sinar datang, sinar pantul dan garis normal terletak pada satu bidang datar.
2. Sudut datang sama dengan sudut pantul.
Keterangan:
N
i = sudut datang
Sinar datang Sinar pantul
r = sudut pantul
N = garis Normal
i r

CERMIN
Cermin yaitu: bidang pantul yang permukaanya dapat mamantulkan hampir seluruh cahaya yang
diterimanya.

JENIS-JENIS BAYANGAN
a. Bayangan Nyata yaitu: bayangan yang terjadi oleh perpotongan langsung sinar-sinar pantul,
dan dapat ditangkap oleh layar.
b. Banyangan Maya yaitu: bayangan yang terjadi oleh perpanjangan sinar pantul, dan tidak bisa
ditangkap oleh layar.

MACAM-MACAM CERMIN
1. Cermin Datar
Yaitu: cermin yang bidang pantulnya berupa bidang datar.
Pembentukan bayangan oleh cermin datar

h h’

S S’

Cermin datar
Pembentukan bayangan oleh dua buah cermin datar yang dipasang saling berhadapan

360
membentuk sudut  , maka jumlah bayangan yang dibentuk dapat dirumuskan: n  1

LATIHAN SOAL CERMIN DATAR
1. Berapakah jumlah bayangan yang terbentuk jika dua buah cermin datar dipasang saling
berhadapan membentuk sudut:
0
a. 15
0
b. 30
0
c. 45
0
d. 60
0
e. 90
2. Orang yang tingginya 160 cm bercermin didepan sebuah cermin datar. Untuk dapat
melihat seluruh bagian badanya, berapakah panjang minimum cermin tersebut?

Fisika SMA Kelas X


SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar
2
3. Seseorang mempunyai tinggi badan 170 cm, mata orang tersebut berada 5 cm ke bawah
dari bagian atas kepalanya, agar orang tersebut dapat melihat seluruh bagian badanya,
berapakah panjang minimum cermin yang harus digunakan?
0
4. Dua buah cermin datar X dan Y saling berhadapan dan menbentuk sudut 60 . Seberkas
0
sinar menuju ke cermin X dengan sudut datang 60 , kemudian dipantulkan ke cermin Y.
Sinar tersebut meninggalkan cermin Y dengan sudut…
5. Seorang anak berdiri didepan sebuah cermin datar. Kemudian anak tersebut bergerak
mendekati cermin dengan kelajuan v, tentukanlah:
a. Kelajuan bayangan anak terhadap cermin
b. Kelajuan anak terhadap bayangan anak tersebut
6. Dua buah cermin datar yang masing-masing panjangnya 1,6 m disusun saling
berhadapan. Jarak antara cermin 20 cm. Suatu berkas sinar dijatuhkan tepat diujung
0
salah satu cermin dengan sudut datang 30 . Sinar akan keluar dari pasangan cermin
tersebut setelah mengalami pemantulan sebanyak…

2. Cermin Cekung (cermin positif)


Yaitu: cermin yang permukaan pantulnya melengkung kedalam, yang merupakan dinding
bagian dalam bola.
Bagian-bagian cermin cekung

SU
M f O

R.III R. II R. I R.IV

Keterangan:
O = titik pusat bidang cermin
f = titik fokus cermin
M = pusat kelengkungan cermin
SU = sumbu utama
PM = OM = jari-jari cermin

1
f  R
2
Sinar-sinar istimewa pada cermin cekung
1. Sinar datang sejajar sumbu utama akan dipantulkan melalui titik fokus
2. Sinar datang melalui titik fokus akan dipantulkan sejajar sumbu utama
3. Sinar datang melalui titik pusat kelengkungan cermin akan dipantulkan melalui pusat
kelengkungan cermin itu lagi.
Gambar sinar-sinar istimewa pada cermin cekung

SU
M f O

Fisika SMA Kelas X


SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar
3
Persamaan pada cermin cekung:

1 1 1
1.  
f s s'
s ' h'
2. M  
s h
Keterangan: f = fokus cermin

s = jarak benda
s ' = jarak bayangan
M = perbesaran bayangan

h = tinggi benda
h' = tinggi bayangan
Pada cermin cekung nilai f dan R selalu positif (+)
Jika M = (+), maka bayangannya maya dan tegak
M = (-), maka bayangannya nyata dan terbalik

LATIHAN SOAL CERMIN CEKUNG


1. Sebuah benda tingginya 2 cm berdiri tegak didepan sebuah cermin cekung yang
mempunyai jari-jari 20 cm. Apabila benda itu berada 15 cm didepan cermin tentukanlah:
a. Jarak fokus cermin
b. Jarak bayangan
c. Perbesaran bayangan
d. Tinggi bayangan
e. Lukislah pembentukan bayangannya
f. Sifat-sifat bayangan
2. Sebuah benda diletakkan didepan cermin cekung dengan jarak 6 cm dari titik pusat
permukaan cermin. Bila jarak fokus cermin 4 cm, tentukanlah:
a. Jari-jari cermin
b. Jarak bayangan
c. Perbesaran bayangan
d. Lukislah pembentukan bayangannya
e. Sifat-sifat bayangan
3. Sebuah benda tingginya 2 cm berdiri tegak didepan sebuah cermin cekung yang
mempunyai jari-jari 30 cm. Apabila benda itu berada 10 cm didepan cermin tentukanlah:
a. Jarak fokus cermin
b. Jarak bayangan
c. Perbesaran bayangan
d. Tinggi bayangan
e. Lukislah pembentukan bayangannya
f. Sifat-sifat bayangan
4. Sebuah benda diletakkan di ruang II dari cermin cekung, maka banyangan benda akan
berada di ruang…

Fisika SMA Kelas X


SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar
4
5. Sebuah benda terletak 15 cm didepan cermin cekung. Bayangan yang terbentuk berada
didepan cermin dengan jarak 60 cm, berapakah panjang jari-jari cermin tersebut?
6. Jika panjang jari-jari kelengkungan cermin cekung adalah 8 cm, maka jarak benda ke
cermin agar dihasilkan bayangan nyata dengan perbesaran 2 kali adalah…
7. Sebuah cermin cekung menghasilkan bayangan maya dengan perbesaran 4 kali. Jarak
fokus cermin 16 cm, tentukanlah jarak bayangan ke cermin …
8. Sebuah benda berada pada jarak 25 cm. Jika bayangan yang terbentuk adalah bayangan
nyata dengan tinggi 4 kali tinggi benda, maka jarak fokus cermin adalah…
9. Sebuah benda terletak pada jarak 5 cm didepan sebuah cermin cekung yang berjari-jari
20 cm. Bagaimanakah sifat bayangan benda yang terbentuk oleh cermin tersebut…
10. Sebuah benda terletak pada jarak 15 cm didepan sebuah cermin cekung yang berjari-jari
20 cm. Sifat bayangan benda yang terbentuk oleh cermin adalah…

3. Cermin Cembung (cermin negatif)


Yaitu: cermin dimana bagian yang memantulkan cahaya berupa cembungan dan merupakan
bagian luar dari suatu bola.
Bagian-bagian cermin cembung

SU
O f M

R.IV R. I R. II R.III

Keterangan:
O = titik pusat bidang cermin
f = titik fokus cermin
M = pusat kelengkungan cermin
SU = sumbu utama
PM = OM = jari-jari cermin

1
f  R
2

Sinar-sinar istimewa pada cermin cembung


1. Sinar datang sejajar sumbu utama dipantulkan seolah-olah berasal dari titik fokus
2. Sinar datang seolah-olah menuju titik fokus dipantulkan sejajar sumbu utama
3. Sinar datang menuju pusat kelengkungan cermin akan dipantulkan kembali seolah-olah
berasal dari pusat kelengkungan cermin itu lagi.

SU
O f

Fisika SMA Kelas X


SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar
5
Persamaan pada cermin cembung:

1 1 1
1.  
f s s'
s ' h'
2. M  
s h
Pada cermin cembung nilai f dan R selalu negatif (-)
Jika M = (+), maka bayangannya maya dan tegak

LATIHAN SOAL
1. Sebuah cermin cembung mempunyai jarak fokus 20 cm. Sebuah benda yang tingginya 4
cm terletak pada sumbu utama berjarak 20 cm didepan cermin tersebut. Tentukanlah:
a. Jari-jari cermin
b. Jarak bayangan
c. Perbesaran bayangan
d. Tinggi bayangan
e. Lukislah pembentukan bayangannya
f. Sifat-sifat bayangan
2. Sebuah cermin cembung mempunyai jari-jari 20 cm. Pada jarak 40 cm didepan cermin
diletakkan sebuah benda yang tingginya 3 cm, tentukanlah:
a. Fokus cermin
b. Letak bayangan
c. Perbesaran bayangan
d. Tinggi bayangan
e. Proses pembentukan bayangan
f. Sifat-sifat bayangan
3. Sebuah cermin cembung jarak fokusnya 8 cm. Jika jarak bayangan ke cermin adalah 6
cm, maka jarak benda ke cermin adalah…
4. Sebuah cermin cembung mempunyai jari-jari 16 cm. benda setinggi 4 cm berada di depan
cermin sejauh 10 cm, berapakah tinggi bayangan benda?
5. Sebuah cermin cembung mempunyai jarak fokus 10 cm. Sebuah benda ditempatkan 10
cm didepan cermin, tentukanlah perbesaran bayangan …

PEMBIASAN CAHAYA
Pembiasan cahaya yaitu: pembelokan arah rambat cahaya dari suatu medium ke medium yang lain
yang berbeda kerapatannya.

HUKUM SNELLIUS TENTANG PEMBIASAN


1. Sinar datang, garis normal dan sinar bias terletak pada satu bidang datar.
2. Sinar datang dari medium kurang rapat menuju medium yang lebih rapat akan dibiaskan
mendekati garis normal.
3. Sinar datang dari medium yang lebih rapat ke medium yang kurang rapat akan dibiaskan
menjauhi garis normal.

Fisika SMA Kelas X


SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar
6
N

i
n1, 1 udara

air
n2, 2 r

Pada pembiasan cahaya berlaku:

sin i v1 1 n2
  
sin r v 2  2 n1
Keterangan:
i = sudut datang
r = sudut bias
v1 = cepat rambat cahaya pada medium 1

v2 = cepat rambat cahaya pada medium 2

1 = panjang gelombang cahaya pada medium 1

2 = panjang gelombang cahaya pada medium 2

n1 = indeks bias medium 1

n2 = indeks bias medium 2

INDEKS BIAS
Indeks bias mutlak yaitu: perbandingan cepat rambat cahaya di udara dengan cepat rambat cahaya
pada medium.
Dapat dituliskan dengan persamaan sebagai berikut:

c
n
v
Keterangan :
n = indeks bias
8
c = cepat rambat cahaya di udara (3x10 m/s )
v = cepat rambat cahaya di vakum (m/s)
Indeks bias relatif yaitu: perbandingan cepat rambat cahaya dalam medium yang satu dengan
cepat rambat cahaya dalam medium yang lain.

n2 v1
n2.1  
n1 v 2
Keterangan:

n2.1  Indeks bias relatif medium 2 terhadap medium 1


n1 = indeks bias medium 1

n2 = indeks bias medium 2

Fisika SMA Kelas X


SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar
7
v1 = cepat rambat cahaya pada medium 1

v2 = cepat rambat cahaya pada medium 2

SUDUT BATAS ATAU SUDUT KRITIS


Terjadi bila berkas sinar datang dari medium yang lebih rapat ke medium yang kurang rapat, pada
saat sudut biasnya ( r ) mencapai 90°, maka sudut datangnya disebut sudut kritis/sudut batas.
N

n2, 2 r =90
0 udara

n1, 1 i air

PEMANTULAN SEMPURNA
Terjadi bila sinar datang dari medium yang lebih rapat ke medium yang kurang rapat, dengan sudut
datang yang lebih besar dari sudut kritisnya, maka sinar itu tidak akan di biaskan melainkan
dipantulkan. Peristiwa pemantulan ini dinamakan pemantulan sempurna.

Perhatikan gambar berikut:

N N
Medium kurang rapat

ik

Medium lebih rapat

LATIHAN SOAL
0
1. Seberkas cahaya datang dari medium A ke medium B dengan sudut datang 30 dan dibiaskan
0
membentuk sudut 45 , tentukanlah:
a. Indeks bias relatif medium B terhadap medium A
b. Indeks bias relatif medium A terhadap medium B
2. Seberkas cahaya menembus bidang batas dua medium seperti gambar dibawah. Jika indeks

bias relatif medium 2 terhadap medium 1 adalah 2 , maka besarnya sudut  pada gambar
tersebut adalah…
N
0
45
Medium 1

Medium 2

Fisika SMA Kelas X


SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar
8
PEMBIASAN PADA KACA PLAN PARALEL
N

t i1 n1
Besarnya sudut i1 = r2, dan
sudut r1 = i2
r1 N n2
d
i2

r2

Besarnya pergeseran sinar yang masuk ke kaca dengan sinar yang keluar dari kaca dapat
dirumuskan dengan persamaan sebagai berikut:

d sin( i1  r1 )
t
cos r1
Keterangan:
t = pergeseran sinar yang masuk dan sinar yang keluar
d = tebal kaca
I1 = sudut datang 1
I2 = sudut datang 2
r1 = sudut bias 1
r2 = sudut bias 2

LATIHAN SOAL

1. Seberkas cahaya dijatuhkan pada kaca plan palaralel yang indeks biasnya 3 dengan sudut
0
dating 60 , jika tebal kaca 6 cm, maka pergeseran setelah keluar dari kaca planparalel
terhadap arah semula adalah…

2. Seberkas sinar dijatuhkan pada kaca planparalel yang indks biasnya 3 dating dengan sudut
0
dating 60 . Ternyata berkas yang keluar dari kaca planparalel menyalami pergeseran sejauh

1
3 cm terhadap arah semula,berapakah tebal kaca planparalel tersebut?
2
0
3. Seberkas cahaya datang pada kaca planparalel dengan sudut datang 30 , berapakah sudut
bias sinar yang keluar dari kaca palnparalel?
0
4. Seberkas cahaya dijatuhkan pada kaca planparalel dengan sudut datang 60 , jika indeks bias

kaca 3 , dan tebalnya 10 cm, berapakah jarak pergeseran cahaya terhadap berkas semula
setelah keluar dari kaca?

Fisika SMA Kelas X


SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar
9
PEMBIASAN PADA PRISMA
Prisma adalah: benda bening yang terbuat dari bahan gelas yang dibatasi oleh dua bidang
permukaan yang membentuk sudut tertentu.
Keterangan:
N
 N = garis normal
N
D
i1 r2 i1= sudut datang 1
r1 i2
i2 = sudut datang 2

n1 r1 = sudut bias 1
n2 n1
r2 = sudut bias 2
n1 = indeks bias medium 1
n2 = indeks bias medium 2
D = sudut deviasi

 = sudut pembias prisma

Sudut Deviasi yaitu: sudut yang dibentuk oleh perpanjangan cahaya yang masuk ke prisma dengan
cahaya yang meninggalkanya.
Besarnya sudut deviasi dapat dinyatakan sebagai berikut:

D  i1  r2    , dengan   r1  i2
Deviasi minimum terjadi bila sudut datang pertama sama dengan sudut bias kedua, (r2=i1), maka:

Dm  i1  i1  
 2i1  
2i1  Dm  
1
i1  Dm    ………………(1)
2
  r1  r1
 2r1
1
r1   ……………(2)
2
Sesuai hukum snellius tentang pembiasan maka:

sin i
n2.1 
sin r
1
sin D m   
n2.1  2
1
sin 
2
1
sin Dm     n2.1 . sin 1  , untuk   15 0
2 2
Keterangan:

Dm = deviasi minimum

Fisika SMA Kelas X


SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar
10
 = sudut pembias prisma

n2.1 = indeks bias relatif medium 2 terhadap medium 1


n1 = indeks bias medium 1 (udara)
n2 = indeks bias medium 2 (prisma)

Sedangkan untuk sudut pembias prisma yang kecil (   15 0 ), maka sudut deviasinya:
Dm  n2.1  1.

n 
  2  1.
 n1 

LATIHAN SOAL
0
1. seberkas cahaya dijatuhkan pada salah satu sisi prisma dengan sudut datang 53 . Jika sudut
0
pembias prisma 60 dan indeks biasnya 1,6 berapakah besar Deviasinya?
0
2. Sebuah prisma yang indeks biasnya 3 , mempunyai sudut pembias 60 , berapakah besar
sudut deviasi minimumnya?
0
3. Sebuah prisma dengan indeks bias 1,6 mempunyai sudut pembias 9 , berapakah sudut
deviasi minimumnya?

PEMBIASAN CAHAYA PADA BIDANG LENGKUNG

h M
h’
n1 n2

s s’
Pada pembiasan cahaya pada permukaan yang lengkung berlaku:

n1 n 2 n 2  n1
 
s s' R
Perbesaran bayangan

h' s ' n1
M   x
h s n2

Perjanjian tanda
Tanda R
a) Bila permukaan bidang batas cembung di lihat dari arah sinar datang maka R bernilai
positif.
b) Bila permukaan bidang batas cekung di lihat dari arah sinar datang maka R bernilai
negatif.

Fisika SMA Kelas X


SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar
11
PEMBIASAN CAHAYA PADA BIDANG DATAR
Pada pembiasan cahaya pada permukaan yang lengkung berlaku:

n1 n 2 n 2  n1
 
s s' R
Pada bidang datar maka R=~ , sehingga:

n1 n 2 n2  n1
 
s s' ~
n1 n 2
 0
s s'
n1 n
  2'
s s

LENSA
Lensa yaitu: benda bening yang dibatasi oleh dua bidang lengkung atau satu buah bidang
lengkung dan satu buah bidang datar.
Lensa di bagi menjadi:
1. lensa cembung (lensa konveks), yang meliputi:
a. lensa cembung-cembung (lensa bikonveks)
b. lensa cembung datar (plan konveks)
c. lensa cembung cekung (konkaf-konveks)
2. lensa cekung (lensa konkaf), meliputi
a. lensa cekung-cekung (lensa bikonkaf)
b. lensa cekung datar (plan konkaf)
c. lensa cekung cembung (konveks-konkaf)

Bagian-bagian lensa cembung dan cekung


1. Lensa Cembung

Arah sinar R1
F2
M2 O F1 M1
R2

Keterangan:
F1 = fokus aktif
F2 = fokus pasif
M1 dan M2 = pusat kelengkungan lensa
O = pusat optik lensa
R1 dan R2 = jari-jari 1 dan 2

Fisika SMA Kelas X


SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar
12
Sinar-sinar istimewa pada lensa cembung
1. sinar datang sejajar sumbu utama, akan dibiaskan melalui titik fokus aktif F1

M2 O M1
F2 F1

2. sinar datang melalui titik fokus F2 akan dibiaskan sejajar sumbu utama

M2 O M1
F2 F1

3. sinar datang melalui titik pusat optik O akan diteruskan (tanpa dibiaskan)

M2 O M1
F2 F1

2. Lensa Cekung

Arah sinar R2
F1
M1 O F2 M2
R1

Sinar-sinar istimewa pada lensa cekung


1. sinar datang sejajar sumbu utama lensa, akan dibiaskan seolah-olah berasal titik fokus
aktif F1

M1 O F2 M2
F1

2. sinar datang seolah-olah menuju titik fokus pasif F2 akan dibiaskan sejajar sumbu utama

M1 O F2 M2
F1

3. sinar datang melalui titik pusat optik O akan diteruskan (tanpa dibiaskan)

M1 O F2 M2
F1

Fisika SMA Kelas X


SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar
13
Persamaan Pada Lensa Tipis Cembung Dan Cekung

1 1 1
 
f s s'
Perbesaran Bayangan Pada Lensa Tipis Cembung Dan Cekung

 s ' h'
M  
s h

PERJANJIAN TANDA PADA LENSA


1. Perjanjian tanda untuk benda
a. Jika benda didepan lensa , maka benda nyata (s = positif )
b. Jika benda dibelakang lensa, maka benda maya (s = negatif )
2. Perjanjian tanda untuk bayangan
a. Jika bayangan dibelakang lensa , maka bayangan nyata (s’ = positif )
b. Jika bayangan didepan lensa, maka bayangan maya (s’ = negatif )
3. Perjanjian tanda untuk lensa
a. Jika lensa cembung, maka fokusnya positif
b. Jika lensa cekung, maka fokusnya negatif

PERSAMAAN PEMBUAT LENSA


Untuk menentukan fokus suatu lensa yang ditempatkan pada suatu medium maka kita gunakan
persamaan sebagai berikut:

1  nk  nm  1 1 
 .  
f  nm   R1 R2 
Keterangan:
f = fokus
nk = indeks bias kaca
nm = indeks bias medium
R1 = jari-jari permukaan 1
R2 = jari-jari permukaan 2

Ketentuan tanda jari-jari pada lensa:


1. Untuk lensa cembung
Arah sinar R1 = (+)
F2
M2 O F1 M1
R2 = (-)

2. Untuk lensa cekung

Arah sinar
R2 = (+)
F1
M1 O F2
R1 = (-)

Fisika SMA Kelas X


SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar
14
KEKUATAN LENSA
Kekuatan Lensa yaitu: kemampuan suatu lensa untuk mengumpulkan cahaya/ menyebarkan
cahaya yang diterimanya.
Kekuatan lensa dapat dituliskan dengan persamaan sebagai berikut:

1
P
f
Keterangan:
P = kekuatan lensa (dioptri)
f = fokus lensa (m)

GABUNGAN LENSA
Jika ada beberapa lensa tipis yang digabung rapat dan sumbu utamanya berhimpit, maka kekuatan
lensanya adalah:

Pgab.  P1  P2  P3  ...
1 1 1
    ....
f1 f 2 f 2

LATIHAN SOAL
1. Bayangan yang dibentuk oleh lensa cekung adalah?
2. Lensa bikonveks mempunyai jari-jari kelengkungan 10 cm dan 15 cm dan indeks biasnya 1,5,
berada diudara, berapakah jarak focus lensa tersebut?
3. Sebuah benda tingginya 2 cm, berada didepan cermin cekung yang berjari-jari 60 cm.
Bayangan yeng terbentuk berada pada jarak 120 cm didepan cermin tentukanlah
a. Jarak benda
b. Jarak bayangan
4. Sebuah lensa bikonkaf (n=1,4) mempunyai jari-jari kelengkungan 20 cm dan 30 cm. tentukan
jarak focus lensa tersebut?
4
5. sebuah kelereng berada didasar kolam yang kedalaman airnya 40 cm. jika indeks bias air 3 ,

tentukan jarak bayangan kelereng dari permukaan air?


6. Sebuah lensa bikonveks mempunyai jari-jari 20 cm, jika indeks bias lensa 1,5 dan lensa
berada di udara tentukan
a. Jarak focus lensa
b. Jarak bayangan benda yang berada 30 cm didepan lensa

3
7. Sebuah lensa yang indeks biasnya , diudara mempunyai jarak titik api 6 cm, berapa jarak
2
4
titik api lensa tersebut jika berada didalam air jika indeks bias airnya ?
3
8. Dua buah lensa tipis masing-masing jarak fokusnya 4 cm dan 6 cm diletakkan berhimpitan.
Tentukanlah jarak focus lensa gabungannya?

Fisika SMA Kelas X


SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar
15
4
9. Sebuah kelereng berada didasar bak yang berisi air sedalam 40 cm, jika indeks bias air ,
3
maka jarak bayangan kelereng dari permukaan air adalah….
10. Seekor ikan berada dalam aquarium yang didingnya berupa bidang cembung berjari-jari 2 cm,

1 4
ikan berada tepat m dari dinding, jika indeks bias air , maka letak bayangan ikan yang
2 3
terlihat adalah…
11. Benda yang berada 5 m diatas permukaan air (indeks bias 1,4) dapat dilihat dengan jelas oleh
orang yang sedang menyelam didalam air. Berapakah jarak yang terlihat oleh penyelam
tersebut ketika berada didalam air?
12. Sebuah lensa diudara mempunyai jarak focus 40 cm, dengan indeks bias 1,5 berapakah jarak
focus lensa tersebut ketika berada didalam air yang mempunyai indeks bias 1,2?
13. Sebuah lensa plankonveks mempunyai jari-jari kelengkungan 20 cm dan indeks biasnya 1,5,
berapakah focus lensa tersebut jika berada didalam air yang mempunyai indeks bias 1,2?
14. Sebuah benda berada 80 cm didepan sebuah lensa plankonvek yang indkes biasnya 1,5
dengan jari-jari kelengkungan 40 cm. Berapakah perbesaran yang dihasilkan?
15. Jika bayangan dari sebuah benda , yang berada 6 cm didepan lensa adalah 6 cm dibelakang
lensa, maka jarak focus lensa tersebut adalah….
16. Sebuah benda diletakkan didepan lensa cembung yang berjarak 12 cm, jika bayangan yang
terjadi adalah bayangan tegak dan diperbesar 3 kali maka letak benda adalah….

Fisika SMA Kelas X


SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar
16
ALAT-ALAT OPTIK
1. MATA
Bagian-bagian mata

Lensa kornea

Pupil Aqeous humor


retina
Syaraf mata Iris

Vitreus humor
Bintik Kuning

Otot mata
Proses penglihatan pada mata:
Sinar datang dari obyek masuk pada lensa mata, kemudian mengalami pembiasan dan
terbentuk bayangan nyata, terbalik dan diperkecil tepat pada retina.

Dalam mengamati suatu benda, mata dibatasi oleh dua buah jarak, yaitu:
a. Punctum Proximum (PP)
Punctum Proximum yaitu: jarak terdekat yang masih terlihat jelas dengan mata
berakomodasi maksimum.
b. Punctum Remotum (PR)
Punctum Remotum yaitu: jarak terjauh yang masih terlihat jelas dengan mata tidak
berakomodasi.
Mata Normal
Untuk mata normal (emetropi)
 titik terdekat mata (Sn) = 25 cm
 titik terjauh mata = ~

Cacat Mata
Cacat Mata dibedakan menjadi beberapa macam
a. Miopi/ Rabun Jauh/ Terang Dekat
Miopi yaitu: cacat mata yang tidak mampu melihat dengan jelas benda-benda yang
letaknya jauh.
Miopi dapat ditolong dengan menggunakan lensa cekung/ lensa negatif

Skema penglihatan pada penderita cacat mata miopi

(-)

Sebelum pakai kaca mata ditolong dengan lensa cekung/negatif (-)

Fisika SMA Kelas X


SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar
17
S=~ sedangkan S’ = -titik jauhnya

PR = tertentu PP < 25

b. Hipermetropi/ Rabun Dekat/ Terang Jauh


Hipermetropi yaitu: cacat mata yang tidak mampu melihat dengan jelas benda-benda yang
dekat.
Hipermetropi dapat ditolong dengan menggunakan lensa cembung/ lensa positif
Skema penglihatan pada penderita cacat mata Hipermetropi

(+)

Sebelum pakai kaca mata ditolong dengan lensa cembung/positif (+)

S = 25 cm sedangkan S’ = -titik dekatnya

PR = ~ PP > 25

c. Presbiopi/ Mata Tua/ Gabungan Cacat Mata Miopi dan Presbiopi


Presbiopi yaitu: cacat mata yang tidak mampu melihat dengan jelas benda-benda yang
letaknya jauh maupun benda yang letaknya dekat. Cacat mata ini disebabkan karena
daya akomodasi berkurang. Daya akomodasi yaitu: kemampuan lensa mata untuk
menebal / menipis sesuai dengan jarak benda yang diamati
Presbiopi dapat ditolong dengan menggunakan kaca mata rangkap, yaitu: lensa cekung
dan cembung atau kacamata bifokal / kaca mata dengan dua fokus.

PR = tertentu PP > 25

d. Astigmatisma
Astigmatisma yaitu: cacat mata yang tidak dapat melihat garis vertikal dan horizontal
secara bersamaan.
Astigmatisma dapat ditolong dengan menggunakan kaca mata silindrik.

2. LUP
LUP yaitu: alat optik yang terdiri dari lensa positif yang digunakan untuk mengamati benda-
benda yang kecil agar tampak lebih besar
Pengamatan dengan LUP dibedakan menjadi:
a. Pengamatan LUP dengan mata tak berakomodasi, S’ = ~
Sn
M 
f
b. Pengamatan LUP dengan mata berakomodasi maksimum, S’ = - Sn

Sn
M  1
f

Fisika SMA Kelas X


SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar
18
c. Pengamatan LUP dengan mata berakomodasi pada jarak x, S’ = - x

Sn Sn
M  
f x
Keterangan:
M = Perbesaran sudut
Sn = jarak titik dekat mata (Sn= 25 cm)
f = fokus

3. MIKROSKOP
Mikroskop yaitu: alat optik yang digunakan untuk melihat benda-benda yang sangat kecil.
Mikroskop terdiri atas susunan dua buah lensa cembung yaitu:
a. Lensa obyektif (lensa yang dekat dengan benda)
b. Lensa okuler ( lensa yang dekat dengan mata)
Ciri lensa pada mikroskop, fokus lensa okuler lebih panjang dari pada lensa obyektif

 f ok  f ob  , sedangkan benda yang dilihat harus berada diantara f ob dan 2 f ob atau

f ob  S ob  2 f ob
Pengamatan benda dengan menggunakan mikroskop dibedakan menjadi:
a. Pengamatan mikroskop dengan mata berakomodasi maksimum

Lensa Ok
Lensa Oby S’ob Sok

h f ob f ob
fOk
h’
Sob

S’ok
d
 Untuk lensa obyektif berlaku:

1 1 1
 
f ob S ob S ' ob
Perbesaran untuk lensa obyektif:

 S' 
M Ob   ob 
 S ob 
 Untuk lensa okuler berlaku:

1 1 1
  , disini nilai dari S’Ok = -Sn
f Ok S Ok S 'Ok
= - 25 cm

Perbesaran untuk lensa okuler

S 
M Ok   n  1
 f ok 

Fisika SMA Kelas X


SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar
19
 Panjang Mikroskop/ Panjang Tubus adalah:

d  S ' Ob  S Ok
 Perbesaran total dari Mikroskop adalah:

M Total  M Ob xM Ok
b. Pengamatan mikroskop dengan mata tidak berakomodasi
Jika mata tidak berakomodasi maka bayangan benda yang dibentuk oleh lensa obyektif
jatuh dititik fokus lensa okuler.

Lensa Ok
Lensa Oby S’ob Sok

h f ob f ob fOk

fOk
h’
Sob

S’ok= ~
d
 Untuk lensa obyektif berlaku:

1 1 1
 
f ob S ob S ' ob
Perbesaran untuk lensa obyektif:

 S' 
M Ob   ob 
 S ob 
 Untuk lensa okuler berlaku:

1 1 1
  , disini nilai dari S’Ok = ~
f Ok S Ok S 'Ok
Perbesaran untuk lensa okuler

 S 
M Ok   n 
 fOk 
 Panjang Mikroskop/ Panjang Tubus adalah:

d  S 'Ob  SOk atau d  S 'Ob  fOk


 Perbesaran total dari Mikroskop adalah:

M Total  M Ob xM Ok

4. TELESKOP/ TEROPONG
Teleskop yaitu: alat optik yang digunakan untuk melihat benda-benda yang jauh agar tampak
lebih dekat dan jelas
Teleskop/ teropong dibedakan menjadi:
a. Teropong Bias
Teropong bias dibagi lagi menjadi:

Fisika SMA Kelas X


SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar
20
1) Teropong Bintang/ Teropong Astronomi
Ciri-ciri teropong bintang:
 Terdiri dari 2 buah lensa positif

 Fokus lensa obyektif lebih panjang dari pada fokus lensa okuler  fOb  fOk 
Cara pengamatan dengan teropong bintang dibedakan menjadi:
a) Mata tidak berakomodasi
Pada saat mata tidak berakomodasi bayangan yang dibentuk oleh lensa obyektif
sekaligus berada dititik fokus lensa okuler (fokus lensa obyektif dan fokus lensa
okuler berhimpit)
Perhatikan gambar berikut:

Lensa Ok
Lensa Oby
S’Ob = fOb Sok = fOk

f ob , fOk fOk
h’

S’ok= ~
d

 Untuk lensa obyektif berlaku:

1 1 1
 
f Ob S Ob S ' Ob
SOb  ~
Sehingga S 'Ob  fOb
 Untuk lensa okuler berlaku:

1 1 1
  , disini nilai dari S’Ok = ~
f Ok S Ok S 'Ok

Sehingga S Ok  f Ok
 Panjang Teropong/ Panjang Tubus adalah:

d  fOb  f Ok
 Perbesaran total dari teropong bintang adalah:

f 
M Tot   ob 
 f ok 
b) Mata berakomodasi maksimum
Bayangan yang dibentuk oleh lensa obyektif tetap berada dititik fokus lensa
obyektif dan berada diantara pusat optik dan fokus lensa okuler.

Fisika SMA Kelas X


SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar
21
Perhatikan gambar berikut:
Lensa Ok
Lensa Oby
S’Ob = fOb Sok

fOk f ob , fOk
h’

S’ok
d

 Panjang Teropong/ Panjang Tubus adalah:

d  f Ob  SOk atau d  S 'Ob  SOk


 Perbesaran total dari Teropong Bintang adalah:

 f   S 'ob 
M tot   ob  atau M tot   
 Sok   Sok 
2) Teropong Bumi
Teropong bumi digunakan untuk mengamati benda-benda yang berada dipermukaan
bumi.
Ciri teropong bumi:
 Terdiri dari 3 buah lensa cembung, yaitu: lensa obyektif, lensa pembalik dan
lensa okuler
 Fokus lensa obyektif lebih panjang dari pada fokus lensa okuler.
Pada teropong bumi bayangan yang dibentuk oleh lensa obyektif berada dititik fokus
lensa obyektif, dan merupakan titik 2f lensa pembalik. Oleh lensa pembalik akan
dibentuk bayangan dititk 2f yang lain, yang juga merupakan titik fokus lensa okuler.
Oleh lensa okuler dibentuk bayangan maya, tegak dan diperbesar terletak dijarak
takhingga S’ok = ~

Lensa Oby
Lensa Ok
Lensa Pemb.

fob, 2fp fp
fp 2fp, fok fok

 Panjang Teropong/ Panjang Tubus adalah:

d  f Ob  4 f p  f Ok
 Perbesaran total dari Teropong Bintang adalah:

f 
M tot   ob 
 f ok 

Fisika SMA Kelas X


SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar
22
3) Teropong Panggung (teropong galilei)
Teropong ini menggunakan dua buah lensa. Lensa obyektif menggunakan lensa
positif dan lensa okulernya menggunakan lensa negatif. Bayangan yang dihasilkan
merupakan bayangan tegak.
Proses pembentukan bayangan pada teropong Galilie
Lensa Oby
(+) Lensa Ok
(-)
f ok
fOk

f ob
 Panjang teropong adalah

d  f ob  f ok
 Perbesaran total teropong adalah

f 
M tot   ob 
 f ok 
b. Teropong Pantul
Teropong yang menggunkan cermin disebut teropong pantul. Cermin yang digunakan
adalah cermin cekung. Teropong ini digunakan untuk mengamati benda-benda angkasa,
misalnya bintang dan anggota tata surya lainya.

Perhatikan gambar proses pembentukan banyangan pada teropong pantul

Bayangan
benda

Lensa cembung

Cermin datar

Cermin cekung

Fisika SMA Kelas X


SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar
23
SUHU DAN KALOR
A. SUHU
Suhu yaitu: Besaran yang menyatakan derajat panas atau dinginya suatu benda yang diukur
dengan termometer.
Sifat termometrik zat yaitu: kepekaan suatu benda terhadap adanya perubahan suhu.
Akibat adanya perubahan suhu dapat mengakibatkan
1. Perubahan panjang
2. Perubahan volume
3. Perubahan warna, dll
Macam termometer
1. Termometer Gas
Termometer ini digunakan untuk mengukur suhu yang sangat rendah
2. Termometer Cair
Termometer ini digunakan untuk mengukur suhu yang sedang
Misalnya termometer Raksa dan Alkohol
3. Termometer Padat
Termometer ini digunakan untuk mengukur suhu yang sangat tinggi
Misalnya termometer Bimetal dan Termokopel
Raksa sangat baik untuk mengisi termometer karena:
1. Panas jenisnya kecil, jadi peka sekali untuk menyerap panas disekelilingnya.
2. Tak membasahi kaca yang ditempatinya( gaya kohesinya besar)
3. Muainya teratur, sebanding dengan kenaikan suhu
4. Mudah dilihat karena warnanya seperti perak
Pada termometer terdapat dua titik sebagai acuan yaitu:
1. Titik tetap bawah
Titik tetap bawah didasarkan pada suhu es yang sedang melebur pada tekanan normal
(76 cmHg)
2. Titik tetap atas
Titik tetap atas didasarkan pada suhu air yang mulai mendidih pada tekanan normal (76
cmHg)

Termometer zat cair dibagi menjadi

C R F K
100 80 212 373 Titik didih air

100 80 180 100

Titik lebur es
0 0 0 32 273

C : R : (F-32) = 100 : 80 : 180


C : R : (F-32) = 5 : 4 : 9

Fisika SMA Kelas X


SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar
24
Suhu mutlak
T = tc + 273
Keterangan:
0
T : suhu dalam kelvin ( K)
0
tc : suhu dalam celcius ( C)

Hubungan Antara 2 Termometer Sembarang

Termometer acuan Termometer buatan (x)


tA tAX

t tx

tB tBX

tA  t t  tX
 AX
t A  t B t AX  t BX
Keterangan:
tA = suhu titik tetap atas termometer acuan
tB = suhu titik tetap bawahtermometer acuan
t = suhu yang terbaca pada termometer acuan
tAX = suhu titik tetap atas termometer buatan
tBX = suhu titik tetap bawah termometer buatan
tx = suhu termometer buatan

B. PEMUAIAN ZAT
1. Pemuaian zat padat

a. Muai panjang ( l )

lo
l

l  l0 *  * T
Keterangan:

l = pertambahan panjang (m)


l 0 = panjang mula-mula (m)
 = koefisien muai panjang (/0C)
b. Muai luas

A
A0

Fisika SMA Kelas X


SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar
25
A  A0 *  * T
Keterangan:

A = pertambahan luas (m2)


A0 = luas mula-mula (m2)
 = koefisien muai luas (/0C)
c. Muai volume

V0

V

V  V0 *  * T
Keterangan:

V = pertambahan volume (m3)


3
V0 = volume mula-mula (m )
0
 = koefisien muai volume (/ C)

Hubungan antar koefisien muai yaitu:

3
    3
2
2. Pemuaian zat cair
0 0
Anomali air yaitu: ketidaknormalan sifat air, bila dipanaskan dari suhu 0 C sampai 4 C,
0
volumenya justru menyusut, dan setelah melewati suhu 4 C akan memuai.
V

t
0 4 0C
0
Setelah suhunya diatas 4 C volumenya ditentukan dengan:

V  V0  V0 *  * T 
Maka massa jenisnya juga berubah:
Massa jenis mula-mula:

m
0  atau m   0 *V0
V0

Fisika SMA Kelas X


SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar
26
Massa jenis setelah dipanaskan:

m

V
m

V0  V0 *  * T 
m

V0 (1   * T )
 0 * V0

V0 (1   * T )
0

(1   * T )
3. Pemuaian gas
a. Hukum Boyle
Keterangan:
P1V1  P2V2 P = Tekanan (atm)
3
b. Hukum Gay lussac V = Volume (m )
T = Suhu mutlak (K)
P1 P2

T1 T2
c. Hukum Boyle-Gay Lussac

P1V1 P2V2

T1 T2
C. KALOR
Kalor merupakan suatu bentuk energi, sehingga satuan dari kalor adalah joule. Satuan kalor
bisa juga dinyatakan dengan kalori.
0
Satu kalori yaitu: Banyaknya kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu 1 C air yang
massanya 1 gram.
Kesetaraan antara Joule dan kalori
1 Kalori = 4,2 Jolule
1 Joule = 0,24 Kalori

Apabila ada dua buah benda yang saling bersentuhan, maka benyaknya kalor yang dilepas/ di
terima oleh benda tersebut dapat dinyatakan dengan persamaan:

Q  m * c * t
Keterangan:
Q = Kalor yang dilepas/ diterima (J)
m = massa (kg)
0
c = kalor jenis (J/kg C)

t = perubahan suhu (0C)

Fisika SMA Kelas X


SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar
27
0
Kapasitas Kalor yaitu: banyaknya kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu 1 C

Q
C
t
Keterangan:
0
C = kapasitas kalor (J/ C)
Kalor jenis yaitu: banyaknya kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu tiap 1 kg zat sebesar
0
1 C.

Q
c
m * t
Keterangan:
c = kalor jenis (J/kg 0C)
Asas Black
“ Pada percampuran dua zat, banyaknya kalor yang dilepas dari zat yang bersuhu lebih tinggi,
sama dengan banyaknya kalor yang diterima zat yang bersuhu lebih rendah”
Asas Black dapat dirumuskan

Qlepas  Qterima

m1c1 t1  m2 c 2 t 2
m1c1 (t1  t c )  m2 c 2 (t c  t 2 )
Keterangan:
0
tc = suhu campuran kedua benda ( C)
0
t1 = suhu benda yang melepaskan kalor (sebelum bersingungan) ( C)
0
t2 = suhu benda yang menerima kalor (sebelum bersingungan) ( C)
0
c1= kalor jenis benda 1(J/kg C)
0
c2= kalor jenis benda 2 (J/kg C)
m1 = massa benda 1 (kg)
m2 = massa benda 2 (kg)
Alat yang digunakan untuk mengukur perpindahan kalor yaitu: Kalorimeter.

PERUBAHAN WUJUD ZAT


Keterangan:
GAS 1. Mencair
2. Membeku
5 4
6 3 3. Menguap

1
4. Mengembun
PADAT CAIR 5. Menyublim
2
6. Menyublim
Ketika zat sedang mengalami perubahan wujud, suhu zat tetap meskipun terus diberikan kalor.
Kalor yang diserap tadi tidak untuk menaikkan suhu, tetapi digunakan untuk mengubah wujud
zat. Kalor yang digunakan untuk mengubah wujud zat tadi dinamakan KALOR LATEN.

Fisika SMA Kelas X


SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar
28
Untuk mempercepat proses penguapan dapat dilakukan dengan beberapa cara sebagai
berikut:
1. Pemanasan/ diberikan kalor
2. Memperluas permukaan zat cair
3. Mengalirkan (meniupkan) udara ke permukaan zat cair
4. Mengurangi tekanan uap diatas permukaan zat cair.

KALOR UAP
Kalor uap yaitu: banyaknya kalor yang diperlukan oleh 1 kg zat untuk menguap pada titik
didihnya. Banyaknya kalor yang diperlukan selama mendidih sebanding dengan massa zat
dan kalor uapnya.
Sehingga dapat dituliskan dengan persamaan sebagi berikut:

Q  m * ku
Keterangan:

Q = banyaknya kalor untuk mendidih (J)


m = massa (kg)
ku = kalor uap

KALOR LEBUR
Kalor Lebur yaitu: banyaknya kalor yang diperlukan untuk mengubah satu satuan massa zat
padat menjadi zat cair pada titik leburnya.
Melebur adalah : peristiwa perubahan wujud dari padat menjadi cair dan terjadi pada titik
leburnya. Jumlah kalor yang diperlukan untuk melebur dapat dituliskan:

Q  m * kL
Keterangan:

Q = banyaknya kalor untuk melebur (J)


m = massa (kg)
kL = kalor lebur

DIAGRAM KALOR TERHADAP SUHU PADA PROSES PEMANASAN ES PADAT MENJADI


UAP
Perhatikan diagram berikut:
t

Q5
Uap
Q4

Q3 Air Uap
Q2

0
Q
Q1 0
Es, 0 C Air, 0 C

Es

Fisika SMA Kelas X


SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar
29
Banyaknya kalor yang diperlukan untuk mengubah wujud zat dari padat menjadi bentuk gas
adalah:

1. Q1  m * ces * t , kalor untuk mengubah dari es padat menjadi air 0 0C


2. Q2  m * K L , kalor yang digunakan untuk melebur
3. Q3  m * c air * t , kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu dari 0 0C menjadi 100
0
C

4. Q4  m * K U , kalor yang digunakan untuk menjadi uap


5. Q5  m * cU * t , kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu dari 100 0C menjadi t
0
C

Jadi Kalor total Qtot  Q1  Q2  Q3  Q4  Q5

D. PERPINDAHAN KALOR
Secara garis besar dikenal 3 macam perpindahan kalor, yaitu:
1. Perpindahan kalor secara Konduksi
Konduksi adalah: proses perpindahan kalor tanpa disertai perpindahan partikel.
Banyaknya kalor yang melalui dinding selama waktu t dapat dinyatakan dengan
persamaan sebagai berikut:

k . AT
H
L
Apabila terdapat dua batang logam yang berbeda jenisnya dan disambungkan, maka
berlaku bahwa laju aliran kalor dalam kedua batang adalah sama besar, dan dapat
dituliskan:

H1  H 2
k1 . A.T1 k 2 . A.T2

L1 L2
Keterangan:
H= Jumlah kalor yang mengalir tiap satu satuan waktu (J/s)
k = Koefisien konduksi termal (daya hantar panas) (W/mK)
2
A = Luas penampang koduktor (m )
T = selisih temperatur antara kedua ujung (K)
L = Panjang konduktor (m)

2. Perpindahan kalor secara Konveksi


Konveksi adalah: proses perpindahan kalor yang dilakukan oleh pergerakan fluida akibat
perbedaan massa jenis.
Ada 2 jenis konveksi, yaitu:
a. Konveksi alamiah
b. Konveksi Buatan

Fisika SMA Kelas X


SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar
30
Laju kalor (H) ketika sebuah benda panas memindahkan kalor ke fluida sekitarnya secara
konveksi adalah sebanding dengan luas permukaan benda yang bersetuhan (A),dan

beda suhu ( T ) diantara benda dan fluida, dapat dituliskan:

H  h. A.T
Keterangan:
H = Jumlah kalor yang mengalir tiap satu satuan waktu (J/s)
2
h = Koefisien Konveksi (W / m K)
2
A = Luas penampang koduktor (m )

T = selisih temperatur antara kedua ujung (K)

3. Perpindahan kalor secara Radiasi


Radiasi atau pancaran yaitu: perpindahan energi kalor dalam bentuk gelombang
elektromagnetik. Misalnya perpindahan kalor dari matahari ke permukaan bumi.
Hukum Stefan-Boltzmann
”Energi Yang Dipancarkan Oleh Suatu Permukaan Hitan Dalam Bentuk Radiasi Kalor
Tiap Satu Satuan Waktu (H) Sebanding Dengan Luas Permukaan (A) Dan Sebanding
Dengan Pangkat Empat Suhu Mutlak Permukaan Itu”

H  e. .A.T 4
Keterangan:
H = Energi yang dipancarkan oleh satu satuan luas permukaan dalam satu
2 2
satuan waktu, dalam watt/detik.m , atau Joule/m .
T = suhu permukaan benda (Kelvin)
-8 2 4
 = Konstanta stefan bolzman (5,67 x 10 W / m K )
e = emisivitas benda, nilainya tergantung pada sifat permukaan benda

Emisivitas adalah: suatu ukuran seberapa besar pemancaran radiasi kalor suatu benda
dibandingkan dengan benda hitam sempurna.

Emisivitas tidak memiliki satuan, nilainya dari 0 sampai dengan 1 (0  e  1) .


Permukaan mengkilap memiliki nilai e yang lebih kecil dari pada permukaan yang kasar.
Pemantulan sempurna (penyerap paling buruk) memiliki nilai e=0, sedangkan penyerap
sempurna sekaligus pemancar sempurna (benda hitam sempurna) memiliki nilai e=1.

Fisika SMA Kelas X


SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar
31
LISTRIK DINAMIS

Listrik di bagi menjadi 2, yaitu :


1. Listrik Statis.
2. Listrik Dinamis.
Listrik Dinamis mempelajari muatan-muatan yang bergerak yang di sebut sebagai arus listrik.

Arus listrik di bagi menjadi 2 macam :


1. Arus Bolak-bolik / AC ( Alternating Current ).
2. Arus Searah / DC ( Direct Current ).

Rangkaian listrik arus searah.


1. Hambatan pada suatu penghantar.
Besarnya hambatan dalam suatu penghantar dapat di tuliskan :

 *L
R
A
Keterangan:
R : hambatan kawat (  )

 : hambat jenis kawat (  .m )


L : panjang kawat ( m )
2
A : luas penampang ( m )
Suatu penghantar apabila suhunya di naikkan maka hambatannya akan bertambah,
besarnya pertambahan hambatan dapat di tuliskan :

R  R0 *  * T

Keterangan:
O
 = koefisien suhu ( / C )

R = pertambahan hambatan (  )
R0 = hambatan mula-mula (  )
T = perubahan suhu (0C)

2. Proses terjadinya arus listrik.


Arus listrik terjadi karena adanya beda potensial ( V ). Arus listrik selalu mengalir dari
potensial tinggi ke potensial rendah. Sedangkan elektron mengalir dari potensial rendah
ke potensial tinggi.
Syarat terjadinya arus listrik : L
a) Ada sumber tegangan.
b) Ada konduktor / kabel
c) Rangkaian dalam kondisi tertutup. saklar
E

Fisika SMA Kelas X


SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar
32
3. Kuat Arus dan Tegangan.
Kuat arus ( I ) yaitu : banyaknya muatan yang mengalir pada suatu penghantar tiap satu
satuan waktu.
Dapat dituliskan :

q
I
t
Keterangan :
I = kuat arus ( A )
q = jumlah muatan ( Coulomb )
t = waktu ( s )

Hukum Ohm
“ Besarnya kuat arus listrik yang mengalir melalui suatu penghantar tergantung pada beda
potensial antara ujung-ujung penghantar tersebut.”
Dapat dituliskan :

V  I *R

Keterangan: V= tegangan (volt)


I = Kuat arus (A)
R = hambatan (ohm)
4. Amperemeter dan Voltmeter
Amperemeter yaitu : alat yang digunakan untuk mengukur arus yang mengalir pada
suatu konduktor.
Cara mengukur arus : Amperemeter harus dirangkai secara seri dengan alat yang akan di
ukur.
Contoh :
L
A

saklar
E
Untuk menaikkan batas ukur Amperemeter, maka harus di pasang ” Hambatan Shunt ”
yang dirangkai secara paralel dengan Amperemeter.
Contoh:

Rshunt L
A

saklar
E
Besarnya hambatan Shunt dapat dicari dengan:

 1  Keterangan:
Rshunt    xR A
 n 1 n = faktor penguat
RA = hambatan amperemeter (  )

Fisika SMA Kelas X


SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar
33
Voltmeter yaitu : alat yang digunakan untuk mengukur beda potensial.
Voltmeter harus dirangkai secara paralel dengan titik yang akan di ukur beda
potensialnya.
Contoh : V

saklar
E
Untuk menaikkan batas ukur Voltmeter maka di pasang ” Hambatan depan ” yang di
pasang seri dengan Voltmeter.
Contoh :
Rd
V Rd  n  1Rv

Keterangan:
L
Rd = Hambatan depan (  )
n = faktor penguat
saklar RV = hambatan amperemeter (  )
E

5. Hukum I Kirchoff.
Hukum I Kirchoff,
” Jumlah arus yang masuk pada sebuah titik percabangan sama dengan jumlah arus yang
meninggalkan titik percabangan itu. ”

I1 I3
IMasuk = IKeluar
I1 + I2 = I3 + I4 + I5
I2
I5 I4

6. Rangkaian Resistor / tahanan / hambatan


a) Rangkaian seri.

R1 R2 R3

A B C D

E
1. Kuat arus pada masing-masing hambatan besarnya sama.

I R1  I R 2  I R 3  I

Fisika SMA Kelas X


SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar
34
2. Tegangan pada masing-masing hambatan tidak sama VR1  VR 2  VR 3 
VR1  I * R1
V R 2  I * R2
VR 3  I * R3
3. Beda potensial antara ujung A dan D, sama dengan jumlah tegangan pada
ujung-ujung tiap komponen.

V AD  V AB  VBC  VCD
4. Hambatan pengganti susunan seri

RS  R1  R2  R3
Contoh :
Tiga buah hambatan yang masing-masing besarnya 2ohm, 4ohm dan 6ohm disusun
secara seri dan di pasang pada tegangan 60 V.
Tentukan :
a) Besarnya hambatan penggantinya.
b) Besarnya arus yang mengalir pada masing-masing hambatan.
c) Besarnya tegangan pada masing-masing hambatan.
Jawab :
2ohm 4 ohm 6 ohm

60 V

a) Rs = R1 + R2 + R3 c) V1 = I . R1 =10 V
=2+4+6 V2 = I . R2 = 20 V
= 12 ohm V3 = I . R3 = 30 V
b) Rangakaian seri, sehingga
I = I1 = I2 = I3
V
I =
R
6
=
12
=5A

Fisika SMA Kelas X


SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar
35
b) Rangkaian Paralel.
R1
I1
I2 R2 B
A

R3
I3

1. Tegangan pada ujung-ujung komponen besarnya sama.

VR1  VR 2  VR 3  V AB
2. Kuat arus pada masing cabang besarnya tidak sama.

V AB
I1 
R1
V AB
I2 
R2
V AB
I3 
R3
3. Kuat arus I merupakan jumlah kuat arus pada tiap cabang.

I  I1  I 2  I 3
4. Hambatan pengganti susunan paralel

1 1 1 1
  
RP R1 R2 R3
Contoh :
Tiga buah hambatan R1,R2 dan R3 di susun paralel. Bila masing-masing hambatan
mempunyai nilai 12 ohm, 6 ohm dan 4 ohm, tentukan :
a) Besarnya hambatan pengganti susunan tersebut
b) Besarnya tegangan pada msing-masing hambatan jika E = 60 V.
c) Besarnya arus listrik yang mengalir pada masing-masing hambatan.
Jawab : 12
I1
I2 6

4
I3

E = 60 v
1 1 1 1
a)   
RP R1 R2 R3
1 1 1 1
  
RP 12 6 4

Fisika SMA Kelas X


SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar
36
1 1 2 3
  
RP 12 12 12
1 6

RP 12
12
RP 
6
2 ohm

b) Rangakaian secara paralel, V tiap cabang sama dengan sumber tegangan. V1 =


V2 = V3 = V = 60 V

V1 60
c) I1  = =5A
R1 12
V1 60
I1  = = 10 A
R1 6
V1 30
I1  = = 15 A
R1 4
c) Rangkaian Campuran.
Rangkaian Campuran merupakan gabungan antara rangkaian seri dan rangkaian
paralel.
Contoh :
Tiga buah hambatan masing-masing 6 ohm disusun seperti pada gambar, dan di
pasang pada tegangan 18 V. Tentukan :
a) Hambatan pengganti rangkaian tersebut.
b) Kuat arus pada masing-masing hambatan.
c) Tegangan pada masing-masing hambatan.
R1= 2
R1= 1
A B R1= 3 C

E = 18 V

Jawab :
a) R2 dan R3 dirangkai parelel,
1 1 1
 
RP R2 R3
1 1 1
 
RP 6 6

Fisika SMA Kelas X


SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar
37
1 2

RP 6
6
RP 
2
RP  3 
R1 dan Rp dirangkai seri,
Rseri = R1 + Rp
=6+3
= 9 ohm

V AB V BC VBC
b) I1  I2  I3 
R AB R2 R3
18 6 6
  
9 6 6
2 A 1 A 1 A

c) Tegangan pada masing-masing hambatan

V AB  I * R AB
 2*6
 12V
VBC  I * RBC
 2 *3
 6V

7. Rangkaian Sumber Tegangan.


Pengertian Gaya Gerak Listrik ( GGL ) dan Tegangan jepit.
 Gaya Gerak Listrik ( E ) adalah : Tegangan pada ujung-ujung bateray pada saat
saklar terbuka.
 Tegangan jepit ( v ) adalah : tegangan pada ujung-ujung bateray saat batteray
mencatu arus ke beban.
a) Sumber tegangan disusun Seri.
R

E E E
I
r r r
GGL totalnya adalah:

Etot  E  E  E
 3E

Fisika SMA Kelas X


SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar
38
Sehingga GGL pengganti yang disusun secara seri dapat dituliskan:

E seri  n * E

Hambatan dalam total adalah:

rtot  r  r  r
 3r
Jika GGL disusun seri maka maka hambatan dalam dapat dirumuskan:

rseri  n * r

Keterangan :
Eseri = GGL total yang di susun seri
n = banyaknya batteray yang disusun seri
r = hambatan dalam

Besarnya kuat arus pada rangkaian di atas

3E
I
R  3r

b) Sumber tegangan di susun paralel


R

I E r

E r

E r

Besarnya GGL pengganti = E


Hambatan dalam pengganti dapat ditentukan dengan:

1 1 1 1
  
rP r r r
1 3

rP r
r
rP 
3

Fisika SMA Kelas X


SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar
39
Jadi besarnya hambatan dalam penggantinya dapat dirumuskan:

r
rP 
n

Keterangan:
rP = hambatan dalam yang dirangkai secara paralel
n = banyaknya batteray tang dirangkai secara paralel

8. Hukum II Kirchoff
Hukum II Kirchoff yaitu tentang tegangan, bunyinya :
” Jumlah Aljabar perubahan Tegangan mengelilingi suatu rangkaian tertutup (loop ) sama
dengan nol.

V  0
E  I *R  0
Perjanjian tanda
1. Buatlah arah perputaran loop (pengandaian aliran arus pada rangkaian tertutup )
2. Menjumlahkan GGL.
Jika dalam perjalanannya kutup ( + ) di temui lebih dahulu maka E di hitung (+) dan
sebaliknya.
3. Perjalanan Arus
Jika arah arus sama dengan arah putaran loop maka I di hitung (+) dan sebaliknya.
4. Semua hambatan di hitung (+)
5. Jika arus I hasilnya positif, maka sesuai dengan arah putaran loop, dan sebaliknya.

Contoh
Tentukan kuat arus dalam rangkaian jika di ketahui E1=10 V, E2=4 V, R1= R2= 1 ohm
(Perhatikan gambar)

E1

R1 R2

E2

Fisika SMA Kelas X


SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar
40
Jawab :
Perhatikan loop ABCDA. D E1 C

R1 Loop R2

A E2 B
E  I *R  0
 E2  I * R2  E1  I * R1  0
 4  I * 1  10  I * 1  0
 4  I  10  I  0
2 I  14  0
2 I  14
14
I
2
I 7 Ampere
(didapatkan nilai arus positif, maka arah arus sesuai dengan loop yang kita gambar)

Contoh :
Hitunglah Kuat arus pada masing-masing cabang dari rangkain listrik berikut ini

R1= 4 ohm R2= 2 ohm

E1= 8 V R3= 6 ohm E2= 18 V

Jawab :

C R1= 4 ohm B R2= 2 ohm F

E1= 8 V E2= 18 V
R3= 6

D A E
Perhatikan loop 1 (DCBAD )

E  I *R  0
 E1  I 1 * R1  I 3 * R3  0
 8  I1 * 4  I 3 * 6  0
 8  4 I 1  6( I 1  I 2 )  0

Fisika SMA Kelas X


SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar
41
 8  4I1  6I1  6 I 2 )  0
 8  10 I 1  6 I 2 )  0 .....................................(1)
Perhatikan loop 2 (EFBAE )

E  I *R  0
 E2  I 2 * R2  I 3 * R3  0
 18  I 2 * 2  I 3 * 6  0
 18  2 I 2  ( I 1  I 2 ) * 6  0
 18  2 I 2  6 I1  6 I 2  0
 18  6 I 1  8 I 2  0 ................................(2)
Eliminasi persamaan (1) dan (2)

10 I1  6 I 2  8 x4 40 I 1  24 I 2  32
6 I 1  8I 2  18 x3 18 I1  24 I 2  54
22 I 1  22
I 1  1A (tanda negatif menyatakan arah arus

berlawanan dengan arah loop yang kita buat)


Substitusikan jawaban tadi ke persamaan 1

10 I1  6 I 2  8
10(1)  6 I 2  8
 10  6 I 2  8
6 I 2  18
I 2  3A (Nilai arus positif, menyatakan arah arus searah dengan arah loop yang kita

buat)

I3  I1  I 2
I3  1 3
I3  2A (Nilai arus positif, menyatakan arah arus searah dengan arah loop yang kita

buat)

Fisika SMA Kelas X


SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar
42
9. ENERGI dan DAYA LISTRIK
Energi listrik R

E
Energi ( W ) yang di berikan oleh sumber tegangan V yang mensuplay Kuat arus I dalam
selang waktu t yaitu :

W  V .I .t , Menurut hukum Ohm V  I .R

V
W  I 2 R.t , karena I , maka
R

V2
W  .t
R

Keterangan:
W = energi listrik (J)
V = tegangan listrik (volt)
I = kuat arus (A)
R = hambatan (ohm)
t = waktu (s)
Daya listrik
Daya listrik adalah : banyaknya energi yang di butuhkan tiap satu satuan waktu.

W
P
t

Ingat W  V .I .t , sehingga persamaan di atas menjadi

V2
P  V .I atau P
R

Keterangan:
P= daya listrik (watt)
W = energi listrik (J)
I= kuat arus (A)

Fisika SMA Kelas X


SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar
43
10. Data Elemen listrik
Suatu lampu listrik mempunyai spesifikasi lampu 220V 60 W, lampu tersebut akan
menyala normal jika di pasang pada tegangan 220 V, apa yang akan terjadi jika lampu
tersebut di pasang pada tegangan 110 V ?
Hambatan lampu akan tetap saat di pasang pada tegangan 220 V atau pun 110 V, maka ;

R1  R2
2 2
V1 V
 2
P1 P2
2
V2
P2  2
xP1
V1
2

110 
x60
220 2
= 15 watt
Jadi lampu akan menyala seperti lampu yang mempunyai daya 15 W.

11. Transformator
Transformator di bagi menjadi :
1. Transformator Step-Up (Transformator Penaik Tegangan)
Ciri-ciiri :
a. Jumlah lilitan primer lebih kecil dari jumlah lilitan sekunder ( Np<Ns )
b. Tegangan primer lebih kecil dari tegangan sekunder. ( Vp<Vs )
2. Transformator Step-Down (Transformator Penurun Tegangan)
Ciri-ciri :
a. Jumlah lilitan primer lebih besar dari jumlah lilitan sekunder. ( Np>Ns )
b. Tegangan primer lebih besar dari tegangan sekunder. ( Vp>Vs )

Skema transformator

IP IS

VP NP NS Vs

Persamaan umum transformator

VP I S N
  P
VS I P N S
Keterangan:
Vp = Tegangan Primer (volt)

Fisika SMA Kelas X


SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar
44
VS = Tegangan sekunder (volt)
Ip = Arus Primer (ampere)
IS = Arus sekunder (ampere)
NP= Jumlah liilitan Primer
NS= Jumlah liilitan Sekunder
Efisiensii Transformator

PS
 x100%
PP

Keterangan:
 = Efisiensi transformator (%)
Pp = Daya Primer (watt)
PS = Daya Sekunder (watt)

Fisika SMA Kelas X


SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar
45

You might also like