Professional Documents
Culture Documents
PENGERTIAN
Optika yaitu: cabang ilmu fisika yang mempelajari cahaya.
Optika dibagi mejadi 2 macam, yaitu:
1. Optika Geometri
Menganalisis/ mempelajari sifat-sifat cahaya (pemantulan dan pembiasan)
2. Optika Fisis
Mempelajari fenomena cahaya sebagai gelombang, misalnya cahaya bisa mengalami difraksi,
interferensi, polarisasi dan lain-lain
SIFAT-SIFAT CAHAYA
1. Dipancarkan dalam bentuk radiasi
2. Merambat menurut garis lurus
3. Arah rambat tegak lurus dengan arah getar (transversal)
4. Dapat dipantulkan
5. Memiliki energi
MACAM-MACAM BERKAS CAHAYA
1. Berkas cahaya sejajar
Yaitu: berkas cahaya yang arahnya sejajar satu sama lain.
Contoh:
JENIS-JENIS PEMANTULAN
1. Pemantulan teratur
Yaitu: pemantulan yang terjadi jika bidang pantulnya merupakan bidang yang datar dan licin.
Contoh:
2. Pemantulan baur
Yaitu: pemantulan yang terjadi jika bidang pantulnya merupakan bidang yang kasar dan tidak
rata.
Contoh:
CERMIN
Cermin yaitu: bidang pantul yang permukaanya dapat mamantulkan hampir seluruh cahaya yang
diterimanya.
JENIS-JENIS BAYANGAN
a. Bayangan Nyata yaitu: bayangan yang terjadi oleh perpotongan langsung sinar-sinar pantul,
dan dapat ditangkap oleh layar.
b. Banyangan Maya yaitu: bayangan yang terjadi oleh perpanjangan sinar pantul, dan tidak bisa
ditangkap oleh layar.
MACAM-MACAM CERMIN
1. Cermin Datar
Yaitu: cermin yang bidang pantulnya berupa bidang datar.
Pembentukan bayangan oleh cermin datar
h h’
S S’
Cermin datar
Pembentukan bayangan oleh dua buah cermin datar yang dipasang saling berhadapan
360
membentuk sudut , maka jumlah bayangan yang dibentuk dapat dirumuskan: n 1
LATIHAN SOAL CERMIN DATAR
1. Berapakah jumlah bayangan yang terbentuk jika dua buah cermin datar dipasang saling
berhadapan membentuk sudut:
0
a. 15
0
b. 30
0
c. 45
0
d. 60
0
e. 90
2. Orang yang tingginya 160 cm bercermin didepan sebuah cermin datar. Untuk dapat
melihat seluruh bagian badanya, berapakah panjang minimum cermin tersebut?
SU
M f O
R.III R. II R. I R.IV
Keterangan:
O = titik pusat bidang cermin
f = titik fokus cermin
M = pusat kelengkungan cermin
SU = sumbu utama
PM = OM = jari-jari cermin
1
f R
2
Sinar-sinar istimewa pada cermin cekung
1. Sinar datang sejajar sumbu utama akan dipantulkan melalui titik fokus
2. Sinar datang melalui titik fokus akan dipantulkan sejajar sumbu utama
3. Sinar datang melalui titik pusat kelengkungan cermin akan dipantulkan melalui pusat
kelengkungan cermin itu lagi.
Gambar sinar-sinar istimewa pada cermin cekung
SU
M f O
1 1 1
1.
f s s'
s ' h'
2. M
s h
Keterangan: f = fokus cermin
s = jarak benda
s ' = jarak bayangan
M = perbesaran bayangan
h = tinggi benda
h' = tinggi bayangan
Pada cermin cekung nilai f dan R selalu positif (+)
Jika M = (+), maka bayangannya maya dan tegak
M = (-), maka bayangannya nyata dan terbalik
SU
O f M
R.IV R. I R. II R.III
Keterangan:
O = titik pusat bidang cermin
f = titik fokus cermin
M = pusat kelengkungan cermin
SU = sumbu utama
PM = OM = jari-jari cermin
1
f R
2
SU
O f
1 1 1
1.
f s s'
s ' h'
2. M
s h
Pada cermin cembung nilai f dan R selalu negatif (-)
Jika M = (+), maka bayangannya maya dan tegak
LATIHAN SOAL
1. Sebuah cermin cembung mempunyai jarak fokus 20 cm. Sebuah benda yang tingginya 4
cm terletak pada sumbu utama berjarak 20 cm didepan cermin tersebut. Tentukanlah:
a. Jari-jari cermin
b. Jarak bayangan
c. Perbesaran bayangan
d. Tinggi bayangan
e. Lukislah pembentukan bayangannya
f. Sifat-sifat bayangan
2. Sebuah cermin cembung mempunyai jari-jari 20 cm. Pada jarak 40 cm didepan cermin
diletakkan sebuah benda yang tingginya 3 cm, tentukanlah:
a. Fokus cermin
b. Letak bayangan
c. Perbesaran bayangan
d. Tinggi bayangan
e. Proses pembentukan bayangan
f. Sifat-sifat bayangan
3. Sebuah cermin cembung jarak fokusnya 8 cm. Jika jarak bayangan ke cermin adalah 6
cm, maka jarak benda ke cermin adalah…
4. Sebuah cermin cembung mempunyai jari-jari 16 cm. benda setinggi 4 cm berada di depan
cermin sejauh 10 cm, berapakah tinggi bayangan benda?
5. Sebuah cermin cembung mempunyai jarak fokus 10 cm. Sebuah benda ditempatkan 10
cm didepan cermin, tentukanlah perbesaran bayangan …
PEMBIASAN CAHAYA
Pembiasan cahaya yaitu: pembelokan arah rambat cahaya dari suatu medium ke medium yang lain
yang berbeda kerapatannya.
i
n1, 1 udara
air
n2, 2 r
sin i v1 1 n2
sin r v 2 2 n1
Keterangan:
i = sudut datang
r = sudut bias
v1 = cepat rambat cahaya pada medium 1
INDEKS BIAS
Indeks bias mutlak yaitu: perbandingan cepat rambat cahaya di udara dengan cepat rambat cahaya
pada medium.
Dapat dituliskan dengan persamaan sebagai berikut:
c
n
v
Keterangan :
n = indeks bias
8
c = cepat rambat cahaya di udara (3x10 m/s )
v = cepat rambat cahaya di vakum (m/s)
Indeks bias relatif yaitu: perbandingan cepat rambat cahaya dalam medium yang satu dengan
cepat rambat cahaya dalam medium yang lain.
n2 v1
n2.1
n1 v 2
Keterangan:
n2, 2 r =90
0 udara
n1, 1 i air
PEMANTULAN SEMPURNA
Terjadi bila sinar datang dari medium yang lebih rapat ke medium yang kurang rapat, dengan sudut
datang yang lebih besar dari sudut kritisnya, maka sinar itu tidak akan di biaskan melainkan
dipantulkan. Peristiwa pemantulan ini dinamakan pemantulan sempurna.
N N
Medium kurang rapat
ik
LATIHAN SOAL
0
1. Seberkas cahaya datang dari medium A ke medium B dengan sudut datang 30 dan dibiaskan
0
membentuk sudut 45 , tentukanlah:
a. Indeks bias relatif medium B terhadap medium A
b. Indeks bias relatif medium A terhadap medium B
2. Seberkas cahaya menembus bidang batas dua medium seperti gambar dibawah. Jika indeks
bias relatif medium 2 terhadap medium 1 adalah 2 , maka besarnya sudut pada gambar
tersebut adalah…
N
0
45
Medium 1
Medium 2
t i1 n1
Besarnya sudut i1 = r2, dan
sudut r1 = i2
r1 N n2
d
i2
r2
Besarnya pergeseran sinar yang masuk ke kaca dengan sinar yang keluar dari kaca dapat
dirumuskan dengan persamaan sebagai berikut:
d sin( i1 r1 )
t
cos r1
Keterangan:
t = pergeseran sinar yang masuk dan sinar yang keluar
d = tebal kaca
I1 = sudut datang 1
I2 = sudut datang 2
r1 = sudut bias 1
r2 = sudut bias 2
LATIHAN SOAL
1. Seberkas cahaya dijatuhkan pada kaca plan palaralel yang indeks biasnya 3 dengan sudut
0
dating 60 , jika tebal kaca 6 cm, maka pergeseran setelah keluar dari kaca planparalel
terhadap arah semula adalah…
2. Seberkas sinar dijatuhkan pada kaca planparalel yang indks biasnya 3 dating dengan sudut
0
dating 60 . Ternyata berkas yang keluar dari kaca planparalel menyalami pergeseran sejauh
1
3 cm terhadap arah semula,berapakah tebal kaca planparalel tersebut?
2
0
3. Seberkas cahaya datang pada kaca planparalel dengan sudut datang 30 , berapakah sudut
bias sinar yang keluar dari kaca palnparalel?
0
4. Seberkas cahaya dijatuhkan pada kaca planparalel dengan sudut datang 60 , jika indeks bias
kaca 3 , dan tebalnya 10 cm, berapakah jarak pergeseran cahaya terhadap berkas semula
setelah keluar dari kaca?
n1 r1 = sudut bias 1
n2 n1
r2 = sudut bias 2
n1 = indeks bias medium 1
n2 = indeks bias medium 2
D = sudut deviasi
Sudut Deviasi yaitu: sudut yang dibentuk oleh perpanjangan cahaya yang masuk ke prisma dengan
cahaya yang meninggalkanya.
Besarnya sudut deviasi dapat dinyatakan sebagai berikut:
D i1 r2 , dengan r1 i2
Deviasi minimum terjadi bila sudut datang pertama sama dengan sudut bias kedua, (r2=i1), maka:
Dm i1 i1
2i1
2i1 Dm
1
i1 Dm ………………(1)
2
r1 r1
2r1
1
r1 ……………(2)
2
Sesuai hukum snellius tentang pembiasan maka:
sin i
n2.1
sin r
1
sin D m
n2.1 2
1
sin
2
1
sin Dm n2.1 . sin 1 , untuk 15 0
2 2
Keterangan:
Dm = deviasi minimum
Sedangkan untuk sudut pembias prisma yang kecil ( 15 0 ), maka sudut deviasinya:
Dm n2.1 1.
n
2 1.
n1
LATIHAN SOAL
0
1. seberkas cahaya dijatuhkan pada salah satu sisi prisma dengan sudut datang 53 . Jika sudut
0
pembias prisma 60 dan indeks biasnya 1,6 berapakah besar Deviasinya?
0
2. Sebuah prisma yang indeks biasnya 3 , mempunyai sudut pembias 60 , berapakah besar
sudut deviasi minimumnya?
0
3. Sebuah prisma dengan indeks bias 1,6 mempunyai sudut pembias 9 , berapakah sudut
deviasi minimumnya?
h M
h’
n1 n2
s s’
Pada pembiasan cahaya pada permukaan yang lengkung berlaku:
n1 n 2 n 2 n1
s s' R
Perbesaran bayangan
h' s ' n1
M x
h s n2
Perjanjian tanda
Tanda R
a) Bila permukaan bidang batas cembung di lihat dari arah sinar datang maka R bernilai
positif.
b) Bila permukaan bidang batas cekung di lihat dari arah sinar datang maka R bernilai
negatif.
n1 n 2 n 2 n1
s s' R
Pada bidang datar maka R=~ , sehingga:
n1 n 2 n2 n1
s s' ~
n1 n 2
0
s s'
n1 n
2'
s s
LENSA
Lensa yaitu: benda bening yang dibatasi oleh dua bidang lengkung atau satu buah bidang
lengkung dan satu buah bidang datar.
Lensa di bagi menjadi:
1. lensa cembung (lensa konveks), yang meliputi:
a. lensa cembung-cembung (lensa bikonveks)
b. lensa cembung datar (plan konveks)
c. lensa cembung cekung (konkaf-konveks)
2. lensa cekung (lensa konkaf), meliputi
a. lensa cekung-cekung (lensa bikonkaf)
b. lensa cekung datar (plan konkaf)
c. lensa cekung cembung (konveks-konkaf)
Arah sinar R1
F2
M2 O F1 M1
R2
Keterangan:
F1 = fokus aktif
F2 = fokus pasif
M1 dan M2 = pusat kelengkungan lensa
O = pusat optik lensa
R1 dan R2 = jari-jari 1 dan 2
M2 O M1
F2 F1
2. sinar datang melalui titik fokus F2 akan dibiaskan sejajar sumbu utama
M2 O M1
F2 F1
3. sinar datang melalui titik pusat optik O akan diteruskan (tanpa dibiaskan)
M2 O M1
F2 F1
2. Lensa Cekung
Arah sinar R2
F1
M1 O F2 M2
R1
M1 O F2 M2
F1
2. sinar datang seolah-olah menuju titik fokus pasif F2 akan dibiaskan sejajar sumbu utama
M1 O F2 M2
F1
3. sinar datang melalui titik pusat optik O akan diteruskan (tanpa dibiaskan)
M1 O F2 M2
F1
1 1 1
f s s'
Perbesaran Bayangan Pada Lensa Tipis Cembung Dan Cekung
s ' h'
M
s h
1 nk nm 1 1
.
f nm R1 R2
Keterangan:
f = fokus
nk = indeks bias kaca
nm = indeks bias medium
R1 = jari-jari permukaan 1
R2 = jari-jari permukaan 2
Arah sinar
R2 = (+)
F1
M1 O F2
R1 = (-)
1
P
f
Keterangan:
P = kekuatan lensa (dioptri)
f = fokus lensa (m)
GABUNGAN LENSA
Jika ada beberapa lensa tipis yang digabung rapat dan sumbu utamanya berhimpit, maka kekuatan
lensanya adalah:
Pgab. P1 P2 P3 ...
1 1 1
....
f1 f 2 f 2
LATIHAN SOAL
1. Bayangan yang dibentuk oleh lensa cekung adalah?
2. Lensa bikonveks mempunyai jari-jari kelengkungan 10 cm dan 15 cm dan indeks biasnya 1,5,
berada diudara, berapakah jarak focus lensa tersebut?
3. Sebuah benda tingginya 2 cm, berada didepan cermin cekung yang berjari-jari 60 cm.
Bayangan yeng terbentuk berada pada jarak 120 cm didepan cermin tentukanlah
a. Jarak benda
b. Jarak bayangan
4. Sebuah lensa bikonkaf (n=1,4) mempunyai jari-jari kelengkungan 20 cm dan 30 cm. tentukan
jarak focus lensa tersebut?
4
5. sebuah kelereng berada didasar kolam yang kedalaman airnya 40 cm. jika indeks bias air 3 ,
3
7. Sebuah lensa yang indeks biasnya , diudara mempunyai jarak titik api 6 cm, berapa jarak
2
4
titik api lensa tersebut jika berada didalam air jika indeks bias airnya ?
3
8. Dua buah lensa tipis masing-masing jarak fokusnya 4 cm dan 6 cm diletakkan berhimpitan.
Tentukanlah jarak focus lensa gabungannya?
1 4
ikan berada tepat m dari dinding, jika indeks bias air , maka letak bayangan ikan yang
2 3
terlihat adalah…
11. Benda yang berada 5 m diatas permukaan air (indeks bias 1,4) dapat dilihat dengan jelas oleh
orang yang sedang menyelam didalam air. Berapakah jarak yang terlihat oleh penyelam
tersebut ketika berada didalam air?
12. Sebuah lensa diudara mempunyai jarak focus 40 cm, dengan indeks bias 1,5 berapakah jarak
focus lensa tersebut ketika berada didalam air yang mempunyai indeks bias 1,2?
13. Sebuah lensa plankonveks mempunyai jari-jari kelengkungan 20 cm dan indeks biasnya 1,5,
berapakah focus lensa tersebut jika berada didalam air yang mempunyai indeks bias 1,2?
14. Sebuah benda berada 80 cm didepan sebuah lensa plankonvek yang indkes biasnya 1,5
dengan jari-jari kelengkungan 40 cm. Berapakah perbesaran yang dihasilkan?
15. Jika bayangan dari sebuah benda , yang berada 6 cm didepan lensa adalah 6 cm dibelakang
lensa, maka jarak focus lensa tersebut adalah….
16. Sebuah benda diletakkan didepan lensa cembung yang berjarak 12 cm, jika bayangan yang
terjadi adalah bayangan tegak dan diperbesar 3 kali maka letak benda adalah….
Lensa kornea
Vitreus humor
Bintik Kuning
Otot mata
Proses penglihatan pada mata:
Sinar datang dari obyek masuk pada lensa mata, kemudian mengalami pembiasan dan
terbentuk bayangan nyata, terbalik dan diperkecil tepat pada retina.
Dalam mengamati suatu benda, mata dibatasi oleh dua buah jarak, yaitu:
a. Punctum Proximum (PP)
Punctum Proximum yaitu: jarak terdekat yang masih terlihat jelas dengan mata
berakomodasi maksimum.
b. Punctum Remotum (PR)
Punctum Remotum yaitu: jarak terjauh yang masih terlihat jelas dengan mata tidak
berakomodasi.
Mata Normal
Untuk mata normal (emetropi)
titik terdekat mata (Sn) = 25 cm
titik terjauh mata = ~
Cacat Mata
Cacat Mata dibedakan menjadi beberapa macam
a. Miopi/ Rabun Jauh/ Terang Dekat
Miopi yaitu: cacat mata yang tidak mampu melihat dengan jelas benda-benda yang
letaknya jauh.
Miopi dapat ditolong dengan menggunakan lensa cekung/ lensa negatif
(-)
PR = tertentu PP < 25
(+)
PR = ~ PP > 25
PR = tertentu PP > 25
d. Astigmatisma
Astigmatisma yaitu: cacat mata yang tidak dapat melihat garis vertikal dan horizontal
secara bersamaan.
Astigmatisma dapat ditolong dengan menggunakan kaca mata silindrik.
2. LUP
LUP yaitu: alat optik yang terdiri dari lensa positif yang digunakan untuk mengamati benda-
benda yang kecil agar tampak lebih besar
Pengamatan dengan LUP dibedakan menjadi:
a. Pengamatan LUP dengan mata tak berakomodasi, S’ = ~
Sn
M
f
b. Pengamatan LUP dengan mata berakomodasi maksimum, S’ = - Sn
Sn
M 1
f
Sn Sn
M
f x
Keterangan:
M = Perbesaran sudut
Sn = jarak titik dekat mata (Sn= 25 cm)
f = fokus
3. MIKROSKOP
Mikroskop yaitu: alat optik yang digunakan untuk melihat benda-benda yang sangat kecil.
Mikroskop terdiri atas susunan dua buah lensa cembung yaitu:
a. Lensa obyektif (lensa yang dekat dengan benda)
b. Lensa okuler ( lensa yang dekat dengan mata)
Ciri lensa pada mikroskop, fokus lensa okuler lebih panjang dari pada lensa obyektif
f ob S ob 2 f ob
Pengamatan benda dengan menggunakan mikroskop dibedakan menjadi:
a. Pengamatan mikroskop dengan mata berakomodasi maksimum
Lensa Ok
Lensa Oby S’ob Sok
h f ob f ob
fOk
h’
Sob
S’ok
d
Untuk lensa obyektif berlaku:
1 1 1
f ob S ob S ' ob
Perbesaran untuk lensa obyektif:
S'
M Ob ob
S ob
Untuk lensa okuler berlaku:
1 1 1
, disini nilai dari S’Ok = -Sn
f Ok S Ok S 'Ok
= - 25 cm
S
M Ok n 1
f ok
d S ' Ob S Ok
Perbesaran total dari Mikroskop adalah:
M Total M Ob xM Ok
b. Pengamatan mikroskop dengan mata tidak berakomodasi
Jika mata tidak berakomodasi maka bayangan benda yang dibentuk oleh lensa obyektif
jatuh dititik fokus lensa okuler.
Lensa Ok
Lensa Oby S’ob Sok
h f ob f ob fOk
fOk
h’
Sob
S’ok= ~
d
Untuk lensa obyektif berlaku:
1 1 1
f ob S ob S ' ob
Perbesaran untuk lensa obyektif:
S'
M Ob ob
S ob
Untuk lensa okuler berlaku:
1 1 1
, disini nilai dari S’Ok = ~
f Ok S Ok S 'Ok
Perbesaran untuk lensa okuler
S
M Ok n
fOk
Panjang Mikroskop/ Panjang Tubus adalah:
M Total M Ob xM Ok
4. TELESKOP/ TEROPONG
Teleskop yaitu: alat optik yang digunakan untuk melihat benda-benda yang jauh agar tampak
lebih dekat dan jelas
Teleskop/ teropong dibedakan menjadi:
a. Teropong Bias
Teropong bias dibagi lagi menjadi:
Fokus lensa obyektif lebih panjang dari pada fokus lensa okuler fOb fOk
Cara pengamatan dengan teropong bintang dibedakan menjadi:
a) Mata tidak berakomodasi
Pada saat mata tidak berakomodasi bayangan yang dibentuk oleh lensa obyektif
sekaligus berada dititik fokus lensa okuler (fokus lensa obyektif dan fokus lensa
okuler berhimpit)
Perhatikan gambar berikut:
Lensa Ok
Lensa Oby
S’Ob = fOb Sok = fOk
f ob , fOk fOk
h’
S’ok= ~
d
1 1 1
f Ob S Ob S ' Ob
SOb ~
Sehingga S 'Ob fOb
Untuk lensa okuler berlaku:
1 1 1
, disini nilai dari S’Ok = ~
f Ok S Ok S 'Ok
Sehingga S Ok f Ok
Panjang Teropong/ Panjang Tubus adalah:
d fOb f Ok
Perbesaran total dari teropong bintang adalah:
f
M Tot ob
f ok
b) Mata berakomodasi maksimum
Bayangan yang dibentuk oleh lensa obyektif tetap berada dititik fokus lensa
obyektif dan berada diantara pusat optik dan fokus lensa okuler.
fOk f ob , fOk
h’
S’ok
d
f S 'ob
M tot ob atau M tot
Sok Sok
2) Teropong Bumi
Teropong bumi digunakan untuk mengamati benda-benda yang berada dipermukaan
bumi.
Ciri teropong bumi:
Terdiri dari 3 buah lensa cembung, yaitu: lensa obyektif, lensa pembalik dan
lensa okuler
Fokus lensa obyektif lebih panjang dari pada fokus lensa okuler.
Pada teropong bumi bayangan yang dibentuk oleh lensa obyektif berada dititik fokus
lensa obyektif, dan merupakan titik 2f lensa pembalik. Oleh lensa pembalik akan
dibentuk bayangan dititk 2f yang lain, yang juga merupakan titik fokus lensa okuler.
Oleh lensa okuler dibentuk bayangan maya, tegak dan diperbesar terletak dijarak
takhingga S’ok = ~
Lensa Oby
Lensa Ok
Lensa Pemb.
fob, 2fp fp
fp 2fp, fok fok
d f Ob 4 f p f Ok
Perbesaran total dari Teropong Bintang adalah:
f
M tot ob
f ok
f ob
Panjang teropong adalah
d f ob f ok
Perbesaran total teropong adalah
f
M tot ob
f ok
b. Teropong Pantul
Teropong yang menggunkan cermin disebut teropong pantul. Cermin yang digunakan
adalah cermin cekung. Teropong ini digunakan untuk mengamati benda-benda angkasa,
misalnya bintang dan anggota tata surya lainya.
Bayangan
benda
Lensa cembung
Cermin datar
Cermin cekung
C R F K
100 80 212 373 Titik didih air
Titik lebur es
0 0 0 32 273
t tx
tB tBX
tA t t tX
AX
t A t B t AX t BX
Keterangan:
tA = suhu titik tetap atas termometer acuan
tB = suhu titik tetap bawahtermometer acuan
t = suhu yang terbaca pada termometer acuan
tAX = suhu titik tetap atas termometer buatan
tBX = suhu titik tetap bawah termometer buatan
tx = suhu termometer buatan
B. PEMUAIAN ZAT
1. Pemuaian zat padat
a. Muai panjang ( l )
lo
l
l l0 * * T
Keterangan:
A
A0
V0
V
V V0 * * T
Keterangan:
3
3
2
2. Pemuaian zat cair
0 0
Anomali air yaitu: ketidaknormalan sifat air, bila dipanaskan dari suhu 0 C sampai 4 C,
0
volumenya justru menyusut, dan setelah melewati suhu 4 C akan memuai.
V
t
0 4 0C
0
Setelah suhunya diatas 4 C volumenya ditentukan dengan:
V V0 V0 * * T
Maka massa jenisnya juga berubah:
Massa jenis mula-mula:
m
0 atau m 0 *V0
V0
m
V
m
V0 V0 * * T
m
V0 (1 * T )
0 * V0
V0 (1 * T )
0
(1 * T )
3. Pemuaian gas
a. Hukum Boyle
Keterangan:
P1V1 P2V2 P = Tekanan (atm)
3
b. Hukum Gay lussac V = Volume (m )
T = Suhu mutlak (K)
P1 P2
T1 T2
c. Hukum Boyle-Gay Lussac
P1V1 P2V2
T1 T2
C. KALOR
Kalor merupakan suatu bentuk energi, sehingga satuan dari kalor adalah joule. Satuan kalor
bisa juga dinyatakan dengan kalori.
0
Satu kalori yaitu: Banyaknya kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu 1 C air yang
massanya 1 gram.
Kesetaraan antara Joule dan kalori
1 Kalori = 4,2 Jolule
1 Joule = 0,24 Kalori
Apabila ada dua buah benda yang saling bersentuhan, maka benyaknya kalor yang dilepas/ di
terima oleh benda tersebut dapat dinyatakan dengan persamaan:
Q m * c * t
Keterangan:
Q = Kalor yang dilepas/ diterima (J)
m = massa (kg)
0
c = kalor jenis (J/kg C)
Q
C
t
Keterangan:
0
C = kapasitas kalor (J/ C)
Kalor jenis yaitu: banyaknya kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu tiap 1 kg zat sebesar
0
1 C.
Q
c
m * t
Keterangan:
c = kalor jenis (J/kg 0C)
Asas Black
“ Pada percampuran dua zat, banyaknya kalor yang dilepas dari zat yang bersuhu lebih tinggi,
sama dengan banyaknya kalor yang diterima zat yang bersuhu lebih rendah”
Asas Black dapat dirumuskan
Qlepas Qterima
m1c1 t1 m2 c 2 t 2
m1c1 (t1 t c ) m2 c 2 (t c t 2 )
Keterangan:
0
tc = suhu campuran kedua benda ( C)
0
t1 = suhu benda yang melepaskan kalor (sebelum bersingungan) ( C)
0
t2 = suhu benda yang menerima kalor (sebelum bersingungan) ( C)
0
c1= kalor jenis benda 1(J/kg C)
0
c2= kalor jenis benda 2 (J/kg C)
m1 = massa benda 1 (kg)
m2 = massa benda 2 (kg)
Alat yang digunakan untuk mengukur perpindahan kalor yaitu: Kalorimeter.
1
4. Mengembun
PADAT CAIR 5. Menyublim
2
6. Menyublim
Ketika zat sedang mengalami perubahan wujud, suhu zat tetap meskipun terus diberikan kalor.
Kalor yang diserap tadi tidak untuk menaikkan suhu, tetapi digunakan untuk mengubah wujud
zat. Kalor yang digunakan untuk mengubah wujud zat tadi dinamakan KALOR LATEN.
KALOR UAP
Kalor uap yaitu: banyaknya kalor yang diperlukan oleh 1 kg zat untuk menguap pada titik
didihnya. Banyaknya kalor yang diperlukan selama mendidih sebanding dengan massa zat
dan kalor uapnya.
Sehingga dapat dituliskan dengan persamaan sebagi berikut:
Q m * ku
Keterangan:
KALOR LEBUR
Kalor Lebur yaitu: banyaknya kalor yang diperlukan untuk mengubah satu satuan massa zat
padat menjadi zat cair pada titik leburnya.
Melebur adalah : peristiwa perubahan wujud dari padat menjadi cair dan terjadi pada titik
leburnya. Jumlah kalor yang diperlukan untuk melebur dapat dituliskan:
Q m * kL
Keterangan:
Q5
Uap
Q4
Q3 Air Uap
Q2
0
Q
Q1 0
Es, 0 C Air, 0 C
Es
D. PERPINDAHAN KALOR
Secara garis besar dikenal 3 macam perpindahan kalor, yaitu:
1. Perpindahan kalor secara Konduksi
Konduksi adalah: proses perpindahan kalor tanpa disertai perpindahan partikel.
Banyaknya kalor yang melalui dinding selama waktu t dapat dinyatakan dengan
persamaan sebagai berikut:
k . AT
H
L
Apabila terdapat dua batang logam yang berbeda jenisnya dan disambungkan, maka
berlaku bahwa laju aliran kalor dalam kedua batang adalah sama besar, dan dapat
dituliskan:
H1 H 2
k1 . A.T1 k 2 . A.T2
L1 L2
Keterangan:
H= Jumlah kalor yang mengalir tiap satu satuan waktu (J/s)
k = Koefisien konduksi termal (daya hantar panas) (W/mK)
2
A = Luas penampang koduktor (m )
T = selisih temperatur antara kedua ujung (K)
L = Panjang konduktor (m)
H h. A.T
Keterangan:
H = Jumlah kalor yang mengalir tiap satu satuan waktu (J/s)
2
h = Koefisien Konveksi (W / m K)
2
A = Luas penampang koduktor (m )
H e. .A.T 4
Keterangan:
H = Energi yang dipancarkan oleh satu satuan luas permukaan dalam satu
2 2
satuan waktu, dalam watt/detik.m , atau Joule/m .
T = suhu permukaan benda (Kelvin)
-8 2 4
= Konstanta stefan bolzman (5,67 x 10 W / m K )
e = emisivitas benda, nilainya tergantung pada sifat permukaan benda
Emisivitas adalah: suatu ukuran seberapa besar pemancaran radiasi kalor suatu benda
dibandingkan dengan benda hitam sempurna.
*L
R
A
Keterangan:
R : hambatan kawat ( )
R R0 * * T
Keterangan:
O
= koefisien suhu ( / C )
R = pertambahan hambatan ( )
R0 = hambatan mula-mula ( )
T = perubahan suhu (0C)
q
I
t
Keterangan :
I = kuat arus ( A )
q = jumlah muatan ( Coulomb )
t = waktu ( s )
Hukum Ohm
“ Besarnya kuat arus listrik yang mengalir melalui suatu penghantar tergantung pada beda
potensial antara ujung-ujung penghantar tersebut.”
Dapat dituliskan :
V I *R
saklar
E
Untuk menaikkan batas ukur Amperemeter, maka harus di pasang ” Hambatan Shunt ”
yang dirangkai secara paralel dengan Amperemeter.
Contoh:
Rshunt L
A
saklar
E
Besarnya hambatan Shunt dapat dicari dengan:
1 Keterangan:
Rshunt xR A
n 1 n = faktor penguat
RA = hambatan amperemeter ( )
saklar
E
Untuk menaikkan batas ukur Voltmeter maka di pasang ” Hambatan depan ” yang di
pasang seri dengan Voltmeter.
Contoh :
Rd
V Rd n 1Rv
Keterangan:
L
Rd = Hambatan depan ( )
n = faktor penguat
saklar RV = hambatan amperemeter ( )
E
5. Hukum I Kirchoff.
Hukum I Kirchoff,
” Jumlah arus yang masuk pada sebuah titik percabangan sama dengan jumlah arus yang
meninggalkan titik percabangan itu. ”
I1 I3
IMasuk = IKeluar
I1 + I2 = I3 + I4 + I5
I2
I5 I4
R1 R2 R3
A B C D
E
1. Kuat arus pada masing-masing hambatan besarnya sama.
I R1 I R 2 I R 3 I
V AD V AB VBC VCD
4. Hambatan pengganti susunan seri
RS R1 R2 R3
Contoh :
Tiga buah hambatan yang masing-masing besarnya 2ohm, 4ohm dan 6ohm disusun
secara seri dan di pasang pada tegangan 60 V.
Tentukan :
a) Besarnya hambatan penggantinya.
b) Besarnya arus yang mengalir pada masing-masing hambatan.
c) Besarnya tegangan pada masing-masing hambatan.
Jawab :
2ohm 4 ohm 6 ohm
60 V
a) Rs = R1 + R2 + R3 c) V1 = I . R1 =10 V
=2+4+6 V2 = I . R2 = 20 V
= 12 ohm V3 = I . R3 = 30 V
b) Rangakaian seri, sehingga
I = I1 = I2 = I3
V
I =
R
6
=
12
=5A
R3
I3
VR1 VR 2 VR 3 V AB
2. Kuat arus pada masing cabang besarnya tidak sama.
V AB
I1
R1
V AB
I2
R2
V AB
I3
R3
3. Kuat arus I merupakan jumlah kuat arus pada tiap cabang.
I I1 I 2 I 3
4. Hambatan pengganti susunan paralel
1 1 1 1
RP R1 R2 R3
Contoh :
Tiga buah hambatan R1,R2 dan R3 di susun paralel. Bila masing-masing hambatan
mempunyai nilai 12 ohm, 6 ohm dan 4 ohm, tentukan :
a) Besarnya hambatan pengganti susunan tersebut
b) Besarnya tegangan pada msing-masing hambatan jika E = 60 V.
c) Besarnya arus listrik yang mengalir pada masing-masing hambatan.
Jawab : 12
I1
I2 6
4
I3
E = 60 v
1 1 1 1
a)
RP R1 R2 R3
1 1 1 1
RP 12 6 4
V1 60
c) I1 = =5A
R1 12
V1 60
I1 = = 10 A
R1 6
V1 30
I1 = = 15 A
R1 4
c) Rangkaian Campuran.
Rangkaian Campuran merupakan gabungan antara rangkaian seri dan rangkaian
paralel.
Contoh :
Tiga buah hambatan masing-masing 6 ohm disusun seperti pada gambar, dan di
pasang pada tegangan 18 V. Tentukan :
a) Hambatan pengganti rangkaian tersebut.
b) Kuat arus pada masing-masing hambatan.
c) Tegangan pada masing-masing hambatan.
R1= 2
R1= 1
A B R1= 3 C
E = 18 V
Jawab :
a) R2 dan R3 dirangkai parelel,
1 1 1
RP R2 R3
1 1 1
RP 6 6
V AB V BC VBC
b) I1 I2 I3
R AB R2 R3
18 6 6
9 6 6
2 A 1 A 1 A
V AB I * R AB
2*6
12V
VBC I * RBC
2 *3
6V
E E E
I
r r r
GGL totalnya adalah:
Etot E E E
3E
E seri n * E
rtot r r r
3r
Jika GGL disusun seri maka maka hambatan dalam dapat dirumuskan:
rseri n * r
Keterangan :
Eseri = GGL total yang di susun seri
n = banyaknya batteray yang disusun seri
r = hambatan dalam
3E
I
R 3r
I E r
E r
E r
1 1 1 1
rP r r r
1 3
rP r
r
rP
3
r
rP
n
Keterangan:
rP = hambatan dalam yang dirangkai secara paralel
n = banyaknya batteray tang dirangkai secara paralel
8. Hukum II Kirchoff
Hukum II Kirchoff yaitu tentang tegangan, bunyinya :
” Jumlah Aljabar perubahan Tegangan mengelilingi suatu rangkaian tertutup (loop ) sama
dengan nol.
V 0
E I *R 0
Perjanjian tanda
1. Buatlah arah perputaran loop (pengandaian aliran arus pada rangkaian tertutup )
2. Menjumlahkan GGL.
Jika dalam perjalanannya kutup ( + ) di temui lebih dahulu maka E di hitung (+) dan
sebaliknya.
3. Perjalanan Arus
Jika arah arus sama dengan arah putaran loop maka I di hitung (+) dan sebaliknya.
4. Semua hambatan di hitung (+)
5. Jika arus I hasilnya positif, maka sesuai dengan arah putaran loop, dan sebaliknya.
Contoh
Tentukan kuat arus dalam rangkaian jika di ketahui E1=10 V, E2=4 V, R1= R2= 1 ohm
(Perhatikan gambar)
E1
R1 R2
E2
R1 Loop R2
A E2 B
E I *R 0
E2 I * R2 E1 I * R1 0
4 I * 1 10 I * 1 0
4 I 10 I 0
2 I 14 0
2 I 14
14
I
2
I 7 Ampere
(didapatkan nilai arus positif, maka arah arus sesuai dengan loop yang kita gambar)
Contoh :
Hitunglah Kuat arus pada masing-masing cabang dari rangkain listrik berikut ini
Jawab :
E1= 8 V E2= 18 V
R3= 6
D A E
Perhatikan loop 1 (DCBAD )
E I *R 0
E1 I 1 * R1 I 3 * R3 0
8 I1 * 4 I 3 * 6 0
8 4 I 1 6( I 1 I 2 ) 0
E I *R 0
E2 I 2 * R2 I 3 * R3 0
18 I 2 * 2 I 3 * 6 0
18 2 I 2 ( I 1 I 2 ) * 6 0
18 2 I 2 6 I1 6 I 2 0
18 6 I 1 8 I 2 0 ................................(2)
Eliminasi persamaan (1) dan (2)
10 I1 6 I 2 8 x4 40 I 1 24 I 2 32
6 I 1 8I 2 18 x3 18 I1 24 I 2 54
22 I 1 22
I 1 1A (tanda negatif menyatakan arah arus
10 I1 6 I 2 8
10(1) 6 I 2 8
10 6 I 2 8
6 I 2 18
I 2 3A (Nilai arus positif, menyatakan arah arus searah dengan arah loop yang kita
buat)
I3 I1 I 2
I3 1 3
I3 2A (Nilai arus positif, menyatakan arah arus searah dengan arah loop yang kita
buat)
E
Energi ( W ) yang di berikan oleh sumber tegangan V yang mensuplay Kuat arus I dalam
selang waktu t yaitu :
V
W I 2 R.t , karena I , maka
R
V2
W .t
R
Keterangan:
W = energi listrik (J)
V = tegangan listrik (volt)
I = kuat arus (A)
R = hambatan (ohm)
t = waktu (s)
Daya listrik
Daya listrik adalah : banyaknya energi yang di butuhkan tiap satu satuan waktu.
W
P
t
V2
P V .I atau P
R
Keterangan:
P= daya listrik (watt)
W = energi listrik (J)
I= kuat arus (A)
R1 R2
2 2
V1 V
2
P1 P2
2
V2
P2 2
xP1
V1
2
110
x60
220 2
= 15 watt
Jadi lampu akan menyala seperti lampu yang mempunyai daya 15 W.
11. Transformator
Transformator di bagi menjadi :
1. Transformator Step-Up (Transformator Penaik Tegangan)
Ciri-ciiri :
a. Jumlah lilitan primer lebih kecil dari jumlah lilitan sekunder ( Np<Ns )
b. Tegangan primer lebih kecil dari tegangan sekunder. ( Vp<Vs )
2. Transformator Step-Down (Transformator Penurun Tegangan)
Ciri-ciri :
a. Jumlah lilitan primer lebih besar dari jumlah lilitan sekunder. ( Np>Ns )
b. Tegangan primer lebih besar dari tegangan sekunder. ( Vp>Vs )
Skema transformator
IP IS
VP NP NS Vs
VP I S N
P
VS I P N S
Keterangan:
Vp = Tegangan Primer (volt)
PS
x100%
PP
Keterangan:
= Efisiensi transformator (%)
Pp = Daya Primer (watt)
PS = Daya Sekunder (watt)