You are on page 1of 29

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Maksud
Maksud penulisan makalah studi kasus ini secara umum yaitu untuk
mengetahui proses pembentukan sungai Kali Garang yang terdapat di Kota
Semarang yang juga merupakan hasil dari proses fluviatil

1.2 Tujuan
1.2.1 Untuk mengetahui bentang alam fluvial yang ada di Kota Semarang
1.2.2 Untuk mengetahui geomorfologi, stratigrafi, dan morfologi yang ada di
Kota Semarang
1.2.3 Untuk mengetahui proses pembentukan sungai Kali Garang yang terdapat di
Kota Semarang
1.2.4 Untuk mendapatkan informasi secara terperinci tentang kaitan bentang alam
fluvial dengan pembentukan sungai dan delta yang ada di Kota Semarang
terutama di Sungai Kali Garang, Semarang
1.2.5 Untuk mendapatkan informasi secara terperinci yang berkaitan tentang
penanganan bencana yang terjadi di sekitar sungai Kali Garang, Semarang
1.2.6 Sebagai makalah studi kasus tentang potensi negative dari bentang alam
fluvial yang ada didaerah Kota Semarang
1.2.7 Sebagai tugas mata kuliah Geomorfologi dan Geologi Foto, Jurusan Teknik
Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro, Semarang

1
BAB II
ARTIKEL

Semarang: Warga Kelud Raya Selatan, Kota Semarang, Jawa Tengah, belum
lama ini, berhamburan keluar rumah, begitu mendengar ada warga yang tenggelam di
Sungai Kaligarang. Peristiwa itu bermula ketika beberapa anak bermain sepakbola di
daerah aliran Sungai Kaligarang.
Selepas bermain bola, dua orang di antaranya mandi di sungai, hingga
akhirnya keduanya tenggelam. Peristiwa itu diketahui Ojik, salah satu kakak dari
kedua bocah tersebut yang berteriak minta tolong.
Warga yang mengetahui peristiwa itu berhasil menyelamatkan salah satu dari
kedua bocah tersebut. Sedangkan satu bocah lainnya tidak bisa diselamatkan dan
tenggelam di sungai. Jasad bocah itu pun ditemukan dalam keadaan sudah tidak
bernyawa. Setelah dibungkus kain, selanjutnya mayat dibawa ke rumah sakit untuk
diotopsi.(ISW/ANS)

Sumber:
Bocah Tewas Tenggelam di Sungai Kaligarang, Semarang
Liputan 6.com
03/07/2009 01:23

2
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Pengertian Geomorfologi


Geomorfologi adalah sebuah studi ilmiah terhadap permukaan Bumi dan
poses yang terjadi terhadapnya. Secara luas, berhubungan dengan landform
(bentuk lahan) tererosi dari batuan yang keras, namun bentuk konstruksinya
dibentuk oleh runtuhan batuan, dan terkadang oleh perolaku organisme di tempat
mereka hidup. “Surface” (permukaan) jangan diartikan secara sempit; harus
termasuk juga bagian kulit bumi yang paling jauh. Kenampakan subsurface
terutama di daerah batugamping sangat penting dimana sistem gua terbentuk dan
merupakan bagian yang integral dari geomorfologi.
Pengaruh dari erosi oleh: air, angin, dan es, berkolaborasi dengan latitude,
ketinggian dan posisi relatif terhadap air laiut. Dapat dikatakan bahwa tiap daerah
dengan iklim tertentu juga memiliki karakteristik pemandangan sendiri sebagai
hasil dari erosi yang bekerja yang berbeda terhadap struktur geologi yang ada.
Torehan air terhadap lapisan batugamping yang keras dapat berupa aliran
sungai yang permanen dan periodik, dapat juga merupakan alur drainase yang
melewati bagian-bagian yang lemah. Sehingga membentuk cekungan-cekungan
pada bagian yag tererosi dan meninggalkan bagian yang lebih tinggi yang susah
tererosi. Ukuran dari cekungan dan tinggian ini bisa beberapa centimeter sampai
beberapa kilometer.

3.2 Bentang Alam Fluvial


Satuan geomorfologi yang pembentukannya erat hubungannya dengan
proses fluviatil. Proses fluviatil adalah semua proses yang terjadi di alam baik
fisika, maupun kimia yang mengakibatkan adanya perubahan bentuk permukaan
bumi, yang disebabkan oleh aksi air permukaan, baik yang merupakan air yang

3
mengalir secara terpadu (sungai), maupun air yang tidak terkonsentrasi ( sheet
water).
Proses fluviatil akan menghasilkan suatu bentang alam yang khas sebagai
akibat tingkah laku air yang mengalir di permukaan. Bentang alam yang dibentuk
dapat terjadi karena proses erosi maupun karena proses sedimentasi yang
dilakukan oleh air permukaan. Proses fluviatil ini bervariasi intensitasnya.
Perlu diketahui bahwa air permukaan merupakan salah satu mata rantai
dari siklus hidrologi. Adanya air permukaan sangat dikontrol oleh adanya air
hujan, sedangkan besar kecilnya jumlah air permukaan dipengaruhi oleh beberapa
factor. Adapun factor yang mempengaruhi proses fluviatil adalah:
a.Nilai curah hujan
b.Jumlah vegetasi
c.Kelerengan
d.Jenis Litologi
e.Iklim
3.2.1 Macam Proses Fluviatil
Proses Fluviatil dapat melalui beberapa macam. Proses fluviatil ini
dapat meliputi:
a. Proses Erosi
Proses erosi adalah proses terkikisnya batuan karena air.
Pengkikisan ini dapat berupa abrasi, skouring, pendongkelan, dan korosi.
Erosi yang dilakukan oleh air dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu:
 Quarrying, yaitu pendongkelan batuan yang dilaluinya.
 Abrasi, yaitu penggerusan terhadap batuan yang dilewatinya.
 Scouring, yaitu penggerusan dasar sungai akibat adanya ulakan sungai,
misalnya pada daerah cut off slope pada Meander.
 Korosi, yaitu terjadinya reaksi terhadap batuan yang dilaluinya.

4
Berdasarkan arahnya, erosi yang dilakukan oleh air, dapat
dibedakan menjadi beberapa klasifikasi yaitu diantaranya:
o Erosi vertikal, erosi yang arahnya tegak dan cenderung terjadi pada
daerah bagian hulu dari sungai menyebabkan terjadinya pendalaman
lembah sungai.
o Erosi lateral, yaitu erosi yang arahnya mendatar dan dominan terjadi
pada bagian hilir sungai, menyebabkan sungai bertambah lebar .
o Erosi yang berlangsung terus hingga suatu saat akan mencapai batas
dimana air sungai sudah tidak mampu mengerosi lagi dikarenakan
sudah mencapai erosion base level.
Intensitas erosi pada suatu sungai akan berbanding lurus dengan
kecepatan aliran sungai tersebut. Erosi akan lebih efektif bila media yang
bersangkutan mengangkut bermacam-macam material. Erosi memiliki
tujuan akhir meratakan sehingga mendekati ultimate base level.
b. Proses Transportasi
Proses transportasi adalah proses terangkut dan berpindahnya
material-material hasil erosi olej suatu tubuh air yang dinamis yang
diakibatkan oleh tenaga kinetis yang ada pada sungai sebagai efek dari
gaya grafitasi. Proses ini dapat berupa menggelinding ,meloncat, traksi
dan mengambang. Dalam membahas transportasi sungai dikenal istilah :
 stream capacity : jumlah beban maksimum yang mampu diangkat oleh
aliran sungai
 stream competance : ukuran maksimum beban yang mampu diangkut
oleh aliran sungai.
Sungai mengangkut material hasil erosinya secara umum melalui 2
mekanisme, yaitu mekanisme bed load dan suspended load .
o Mekanisme bed load : pada proses material-material tersebut terangkut
sepanjang dasar sungai, dibedakan menjadi beberapa cara, antara lain:

5
Traction: material yang diangkut terseret di dasar sungai.
Rolling: material terangkut dengan cara menggelinding di dasar
sungai.
Saltation : material terangkut dengan cara menggelinding di dasar
sungai.
o Mekanisme suspended load : material-material terangkut dengan cara
melayang dalam tubuh sungai, dibedakan menjadi :
Suspension : material diangkut secara melayang dan bercampur
dengan air sehingga menyebabkan sungai menjadi keruh.
Solution : material terangkut, larut dalam air dan membentuk larutan
kimia.
c. Proses Sedimentasi (Pengendapan)
Proses sedimentasi terjadi ketika sungai tidak mampu lagi
mengangkut material yang dibawanya. Apabila tenaga angkut semakin
berkurang, maka material yang berukuran kasar akan diendapkan terlebih
dahulu baru kemudian diendapkan material yang lebih halus. Ukuran
material yang diendapkan berbanding lurus dengan besarnya energi
pengangkut, sehingga semakin ke arah hillir ukuran butir material yang
diendapkan semakin halus. Dalam proses ini, material-material yang lebih
berat akan terendapkan di bawah material yang lebih ringan.
3.2.2 Macam Pola Pengairan
Bentuk-bentuk tubuh air disebut pengaliran / penyaluran (drainage),
meliputi laut, danau, sungai, rawa dan sejenisnya. Satu sungai atau lebih
beserta anak sungai dan cabangnya dapat membentuk suatu pola atau sistem
tertentu yang dikenal sebagai pola pengaliran / pola penyaluran (drainage
pattern).
Pola pengaliran dapat dibedakan menjadi beberapa macam. Tiap-tiap
macam pola pengaliran dapat bervariasi, dan variasi tersebut antara lain

6
disebabkan oleh adanya struktur dan variasi batuan dimana pola pengaliran
itu terdapat. Adapun macam-macam pola pengairan yaitu:
a. Dendritik
Pola pengaliran ini dapat memiliki bentuk seperti pohon, dengan
anak-anak sungai dan cabang-cabangnya mempunyai arah yang tidak
beraturan.
Pola jenis ini umumnya berkembang pada batuan yang
resistensinya seragam, batuan sedimen datar, atau hampir datar, daerah
batuan beku masif, daerah lipatan, daerah metamorf yang kompleks.
Kontrol struktur tidak dominan di pola ini, namun biasanya pola
aliran ini akan terdapat pada daerah punggungan suatu antiklin.
b. Radial
Pola pengairan ini adalah pola pengaliran yang mempunyai pola
memusat atau menyebar dengan 1 titik pusat yang dikontrol oleh
kemiringan lerengnya.
c. Rectanguler
Pola pengaliran ini terbentuk dimana anak-anak sungainya
membentuk sudut tegak lurus dengan sungai utamanya, umumnya pada
daerah patahan yang memiliki bersistem (teratur)
d. Trellis
Pola pengaliran ini adalah berbentuk seperti daun dengan anak-
anak sungai sejajar. Sungai utamanya biasanya memanjang searah
dengan jurus perlapisan batuan. Umumnya terbentuk pada batuan
sedimen berselang-seling antara yang mempunyai resistensi rendah dan
tinggi. Anak-anak sungai akan dominan terbentuk dari erosi pada batuan
sedimen yang mempunyai resistensi rendah.
e. Annular
Pola pengaliran ini adalah pola pengaliran dimana sungai atau anak
sungainya mempunyai penyebaran yang melingkar. Pola ini sering

7
dijumpai pada daerah kubah berstadia dewasa. Pola ini merupakan
perkembangan dari pola radier. Pola penyaluran ini melingkar mengikuti
jurus perlapisan batuannya.
f. Multi basinal atau sink hole
Pola pengaliran ini adalah pola pengaliran yang tidak sempurna,
kadang nampak di permukaan bumi, kadang tidak nampak, yang dikenal
sebagai sungai bawah tanah. Pola pengaliran ini berkembang pada daerah
karst atau daerah batugamping.
g. Contorted
Pola pengaliran ini adalah pola pengaliran dimana arah alirannya
berbalik / berbalik arah. Kontrol struktur yang bekerja berupa pola lipatan
yang tidak beraturan yang memungkinkan terbentuknya suatu tikungan
atau belokan pada lapisan sedimen yang ada.
3.2.3 Macam Bentang Alam Fluvial
Bentang alam fluvial tentunya memiliki berbagai macam. Macam-
macam bentang alam fluvial yaitu:
a. Sungai Teranyam (Braided Stream)
Sungai teranyam terbentuk pada bagian hilir sungai yang memiliki
slope hampir datar – datar, alurnya luas dan dangkal. terbentuk karena
adanya erosi yang berlebihan pada bagian hulu sungai sehingga terjadi
pengendapan pada bagian alurnya dan membentuk endapan gosong
tengah. Karena adanya endapan gosong tengah yang banyak, maka
alirannya memberikan kesan teranyam. Keadaan ini disebut juga
anastomosis( Fairbridge, 1968).
b. Bar deposit
Bar deposit adalah endapan sungai yang terdapat pada tepi atau
tengah dari alur sungai. Endapan pada tengah alur sungai disebut gosong
tengah (channel bar) dan endapan pada tepi disebut gosong tepi (point
bar).Bar deposit ini bisa berupa kerakal, berangkal, pasir, dll.

8
c. Dataran banjir ( Floodplain) dan Tanggul alam (Natural levee)
Sungai stadia dewasa mengendapkan sebagian material yang
terangkut saat banjir pada sisi kanan maupun kiri sungai, seiring dengan
proses yang berlangsung kontinyu akan terbentuk akumulasi sedimen
yang tebal sehingga akhirnya membentuk tanggul alam.
d. Kipas Aluvial (alluvial fan)
Bila suatu sungai dengan muatan sedimen yang besar mengalir dari
bukit atau pegunungan, dan masuk ke dataran rendah, maka akan terjadi
perubahan gradien kecepatan yang drastis, sehingga terjadi pengendapan
material yang cepat, yang dikenal sebagai kipas aluvial, berupa suatu
onggokan material lepas, berbentuk seperti kipas, biasanya terdapat pada
suatu dataran di depan suatu gawir.
Biasanya pada daerah kipas aluvial terdapat air tanah yang
melimpah. Hal ini dikarenakan umumnya kipas aluvial terdiri dari
perselingan pasir dan lempung sehingga merupakan lapisan pembawa air
yang baik.
e. Meander
Meander merupakan bentukan pada dataran banjir sungai yang
berbentuk kelokan karena pengikisan tebing sungai, daerah alirannya
disebut sebagai Meander Belt. Meander ini terbentuk apabila pada suatu
sungai yang berstadia dewasa/tua mempunyai dataran banjir yang cukup
luas, aliran sungai melintasinya dengan tidak teratur sebab adanya
pembelokan aliran Pembelokan ini terjadi karena ada batuan yang
menghalangi sehingga alirannya membelok dan terus melakukan
penggerusan ke batuan yang lebih lemah.
f. Danau tapal kuda
Danau tapal kuda akan terbentuk jika lengkung meander terpotong
oleh pelurusan air.

9
g. Delta
Delta adalah bentang alam hasil sedimentasi sungai pada bagian
hilir setelah masuk pada daerah base level. Selanjutnya akan dibahas
dalam bentang Alam Pantai dan Delta.
3.2.4 Bentang Alam Fluvial dalam Peta Topografi
Dalam peta topografi standar, sebagian dari bentang alam fluvial
tidak terekspresikan, terutama yang berukuran kecil, misalnya gosong
sungai, tanggul alam. Sebagian bentang alam yang berukuran besar dapat
terekspresikan dalam peta topografi, misalnya kipas aluvial.
Dalam peta topografi alur sungai tampak jelas dengan pola kontur
yang khas, ditandai oleh kontur yang meruncing ke arah hulu sungai.
3.2.5 Aplikasi Bentang Alam Fluvial
Daerah-daerah yang termasuk bentang alam fluvial merupakan
daerah yang sangat potensial untuk dimanfaatkan bagi kehidupan manusia,
khususnya di sekitar aliran sungai. Daerah sekitar aliran sungai merupakan
daerah yang potensial sebagai penyedia air irigasi, air minum, dan material
pasir batu ( BG. gol C) yang dapat dijadikan sebagai bahan bangunan.
Daerah aliran sungai juga bisa menjadi sesumber bencana seperti
banjir, dan tanah longsor. Analisa terhadap bentang alam ini dapat
memberikan informasi tentang kondisi geologi suatu daerah, yang akan
terekspresikan dalam pola penyaluran dan bentukan bentang alam lokal,
seperti kipas alluvial, dataran banjir, dan sejenisnya.
Analisa tersebut juga akan memberikan informasi tentang stadia
daerah maupun stadia erosi daerah yang terkait, yang akan memberikan
kontribusi pemikiran dalam rencana pengembangan wilayah.

3.3 Sungai
Sungai merupakan hasil dari proses fluviatil. Sungai yang mengalir
termasuk air permukaan. Berdasarkan stadia erosinya, sungai dibedakan menjadi :

10
a. Sungai Muda : sungai dengan ciri-ciri :
- Penampang melintang sungai berbentuk huruf V
- Banyak dijumpai air terjun
- Tidak terjadi pengendapan
- Erosi vertikal efektif
- Relatif lurus dan mengalir di atas batuan induk
b. Sungai Dewasa : sungai dengan ciri-ciri :
- Penampang melintang sungai berbentuk huruf U
- Erosi relatif kecil
- Bermunculan cabang-cabang sungai
- Erosi lateral efektif
c. Sungai Tua : sungai dengan ciri-ciri :
- Penampang melintang sungai berbentukcawan
- Erosi lateral sangat efektif
- Anak sungai lebih banyak
- Bermeander
- Kemiringan datar

3.4 Tinjauan Geomorfologi dan Fisiologi Kota Semarang dan Sekitarnya


Letak geografi Kota Semarang merupakan simpul empat pintu gerbang,
yakni koridor pantai Utara, koridor Selatan ke arah kota-kota dinamis seperti
Kabupaten Magelang, Surakarta yang dikenal dengan koridor Merapi-Merbabu,
koridor Timur ke arah Kabupaten Demak/Grobogan dan Barat menuju Kabupaten
Kendal.
Posisi geografi Kota Semarang terletak di pantai Utara Jawa Tengah,
tepatnya pada garis 6º, 5′ – 7º, 10′ Lintang Selatan dan 110º,0’ – 1100,35′ Bujur
Timur dengan luas wilayah mencapai 37.366.838 Ha atau 373,7 Km2.

11
3.4.1 Geomorfologi Kota Semarang
Secara garis besar keadaan geomorfologi dan geologi Semarang dan
sekitarnya dapat dibedakan menjadi dua sub unit yaitu, daerah perbukitan di
bagian selatan dan dataran aluvial pantai disebelah selatan dan dataran
pantai di bagian utara.
a. Daerah Perbukitan
Daerah perbukitan ini terletak di bagian selatan yang masih dapat
di kelompokkan menjadi :
 Volkan Ungaran
Volkan Ungaran yang ada sekarang ini adalah volkan
Ungaran muda yang terbentuk dari aktivitas magma pada awal
holosen, yaitu sesudah peruntuhan kerucut utama Ungaran tua.
Volkan ini terletak di sebelah selatan Semarang dengan jarak
± 25 km. Berdasarkan bentuknya volkan ini dapat di golongkan ke
dalam volkan strato. Hal ini karena pada lereng dan kaki volkan
terdiri dari bahan lepas seperti breksi lahar dan lapisan tuff.
Volkan Ungaran mempunyai beberapa puncak, dari puncak-
puncak inilah terjadi aliran lava berbentuk lidah mengalir turun ke
segala arah. Pada lerengnya masih Nampak adanya bekas (sisa
Ungaran tua, yang mencapai ketinggian antara 1300-1600 mdpl).
Sekarang volkan ini pada fase istirahat, sehingga yang ada
berupa gejala-gejala post volkanis seperti sumber air panas, sumber
gas belerang di dekat kompleks candi Gedong Songo.

12
Gambar 2.1 Peta Geologi Semarang

 Plato Breksi Notopuro


Plato Breksi Notopuro adalah daerah di sekitar kompleks
Ungaran yang di batasi oleh escarpment (lereng terjal bekas patahan)
yang berbentuk lingkaran. Patahan-patahan transversal yang
melingkar ini terjadi ketika peruntuhan kerucut volkan Ungaran tua
pada akhir Pleistosen.
Di bagian utara patahan ini memotong plato breksi notopuro
dengan bukit candi. Plato breksi notopuro seluruhnya tertutup oleh
bahan-bahan volkanik yang terdiri dari breksi lahar, konglomerat,
kerikil, batu pasir, dan tuff hasil erupsi volakn Ungaran tua. Dewasa
ini bagian permukaan plato mengalami proses erosi sehingga terjadi
lembah-lembah yang berbentuk huruf “V”.
 Perbukitan Candi (Bukit-Bukit Lipatan)
Perbukitan Candi adalah termasuk pegunungan lipatan yang
terletak di sebelah utara plato breksi notopuro. Perbukitan ini
meliputi daerah selebar antara 4 - 8 km, dengan bukit-bukit yang
tidak teratur letaknya pada ketinggian rata-rata 100 mdpl.
Lipatan-lipatan pada Bukit Candi terjadi akibat peluncuran
ke bawah kerucut volkan Ungaran Tua pada waktu peruntuhan,
sehingga dataran di sebelah utaranya terdesak dan terlipat.

13
Batuan dasar Bukit Candi terdiri dari lapisan Notopuro dan
lapisan Seri Damar. lapisan Semi Damar adalah lapisan sedimen
klastika dari Ungaran tua. Batuan seri dammar dikelompokkan
menjadi tiga bagian yaitu: (1) Seri Damar Bawah, terdiri dari
konglomerat bercampur dengan komponen batu kapur, pasir dan
tanah liat; (2) Seri Damar Tengah, terdiri dari breksi bercampur
dengan komponen batu kapur, batu pasir dan tanah liat; (3) Seri
Damar Atas, terdiri dari batu pasir, tuff, dan berselingan dengan
lapisan endapan marine yang berupa tanah liat napalan yang
mengandung pasir.
b. Dataran Aluvial Pantai
Dataran aluvial pantai merupakan daerah yang mempunyai struktur
horizontal, dan terjadi karena hasil pengendapan material di pantai laut.
Daerah ini mempunyai ketinggian rata-rata kurang dari 200 dpal.
Daerah aluvial pantai Semarang adalah daerah yang ada di bagian
utara, dan di apit oleh bukit candi di sebelah selatan dan laut Jawa di
sebelah utara. Daerah aluvial pantai yang membujur dari arah barat-timur
sepanjang pantai utara Jawa. Lebar dataran ini antara 3-4 km, tetapi di
antara Weleri dan Kaliwungu (muara Kali Bodri) lebarnya mencapai 16
km.
Dataran aluvial pantai ini mempunyai relief yang lebih halus, dan
agak miring ke arah utara. Delta kali Garang misalnya, di tepi laut
ketinggian sekitar 1.5 m, bahkan disekitar pelabuhan hanya 0.5 m, tetapi
ke arah selatan berangsur-angsur naik mencapai ketinggian antara 5-7 m
di perbatasan dengan bukit candi. Batuannya berupa endapan marine
holosen yang sebagian besar terdiri dari lempung dan pasir, dengan
ketebalan rata-rata 50 m.
Dalam perkembangannya dataran aluvial pantai Semarang di
tandai adanya bentuk-bentuk :

14
 Dataran Delta Kali Garang
Endapan aluvial pantai di sebelah utara bukit candi meliputi
tiga delta, yaitu delta kali Bodri (bagian barat); delata Kali Garang
(bagian tengah); delta kali pengkol (bagian timur).
Delta kali garang terbentuk dari aluvial fans yang mengalami
penenggelaman, yang terdiri dari sisipan-sisipan pasir lempung. Hal
ini berdasarkan analisis terhadap profil pengeboran sumur-sumur
artesis yang tersebar di Semarang.
Aluvium sepanjang sungai ketebalannya antara 1-3 m, yang
terdiri dari kerikil dangan bongkah-bongkah terkumpul pada dasarnya,
kemudain di tutupi oleh pasir dan lanau. Bongkah-bongkah
kebanyakan berupa batuan volkanik terutama andesit.
Pembentukan delta kali garang melalui tiga fase, yang mana
setiap fase pembentukan bukit/gumuk pantai (beach ridge) dan
tanggul alam sungai (natural levee), sehingga arah aliran sungai akan
berubah dan arah pertumbuhan delta juga berubah.
Terbentuknya delta kali garang disebabkan karena banyaknya
material yang mengangkut 15 gr debu kering per liter. Dari tahun
1956-1968 (selama 12 tahun) endapan yang disalurkan kali garang
dekat asrama polisi Kalisari tebalnya 1,5 m. ini berarti rata-rata 12,5
cm tiap tahunnya.
Pada waktu pembentukan delta yang pertama di kanan-kiri
sungai terbentuk beting pantai yang makin lama makin tinggi,
sehingga akan membentuk bukit pantai. Bukit pantai ini terbentuk dari
endapan yang di bawa oleh sungai kearah laut, tetapi kemudian
dikembalikan oleh ombak ke arah pantai.
Di antara bukit pantai dan pantai terjadi laguna (bagian laut
yang terpisah dengan laut bebas oleh beting pantai). Laguna ini

15
menjadi tempat penampungan sedimen, baik yang berasal dari darat
dan air laut melalui saluran pasang (tetapi kini telah hilang). Dengan
demikian pertumbuhan pantai di percepat, tetapi perkembangan delta
kea rah laut terhalang.
Sesudah delta ke dua terbentuk dengan arah timur laut, namun
perkembangannya tehalang oleh tanggul-tanggul alam kali candi
(sekarang kira-kira terletak pada jalan Mataram dan jalan Dr. Cipto).
Dengan terbentuknya delta ke dua kali garnag dan tanggul alam kali
candi, maka terbentuklah laguna di darat yang dinamakan Rwa delta
(sekarang kira-kira terletak di sekitar lapangan Pancasila/Simpang
Lima, Atmodirono, dan lapangan/stadion Diponegoro).
Penampungan sedimentasi dari bukit candi dalam rawa delta
belum mencapai base level of deposition nya, sehingga daerah ini
berbentuk cekung seperti mangkuk. Oleh sebab itu seperti turun hujan,
akan terjadi genangan air.
Pembentukan delta ke dua di samping terhalang oleh bukit
pantai ke dua.hal ini menyebabkan arah aliran kali garang membentuk
ke arah barat laut (kira-kira sekarang belokan ini di kampung
kuningan), dan selanjutnya fase pembentukan delta ke tiga mulai
terjadi.
 Tanggul Alam (Natural Levee)
Tanggul alam suatu sungai terbentuk karena pengendapan
material yang diangkut oleh sungai dan diendapkan di kanan-kiri
sungai pada waktu banjir. Terbentuknya tanggul alam pada kali candi
sangat banyak. Hal ini kemungkinan karena kecepatan aliran yang
lebih kecil, pengendapan material dalam jumlah yang besar hanya
pada waktu banjir. Arah tanggul ini kira-kira sepanjang jalan Mataram
dan Dr. Cipto.

16
 Bukit Pantai (Beach Ridge)
Bukit pantai adalah deposit/endapan material laut yang berupa
igir kecil yang letaknya sejajar pantai. Bukit pantai ini terbentuk dari
endapan-endapan sepanjang pantai yang dikembalikan oleh hempasan
ombak dan ditimbun sebagai beting-beting yang membujur sepanjang
pantai.
Di dataran aluvial Semarang minimal ada tiga bukit pantai.
Terjadinya bukit-bukit ini karena adanya perubahan imbangan antara
sedimentasi di muka pantai dengan intensitas hempasn gelombang.
Rubahan imbangan ini di sebabkan karena penyimpangan iklim yang
menyebabkan perubahan banyaknya material yang di angkut sungai
dan rubahan kekuatan gelombang.
Beberapa tempat, misalnya Tawangaglik Kidul terdapat sungai
yang airnya tawar sedangkan air sekitarnya asin. Hal ini menunjukkan
adanya lapisan pasir yang merupakan ciri daerah endapan.
 Dataran Sungai (Fluvial Plain)
Dataran sungai adalah dataran yang terdapat di kanan-kiri
sungai, terjadi karena hasil pengendapan material yang di angkut
sungai. Material pembentukan dataran sungai Kali Garang (Semarang
Barat) dan Kali Pengkol (Semarang Timur) berasal dari Plato Breksi
Notopuro dan Bukit Candi. Dataran sungai pada bagian bawah lembah
Kali Garang (pertemuan Kali Garang dan kali kripik di Sukorejo
sampai pada Simongan), lebarnya mencapai beberapa puluh sampai
beberapa ratus meter.
 Rawa Delta
Rawa delta yang di maksudkan adalah rawa yang terjadi dalam
proses pembentukan suatu delta. Rawa delta Semarang sekarang
berupa komplek lapangan Pancasila (Simpang Lima), sekitar stadion

17
Diponegoro, Atmodirono. Rawa delta terletak pada pusat depresi yang
di kelilingi oleh delta Kali Semarang, tanggul alam Kali Candi dan
perbukitan Candi.
 Laguna
Laguna adalah bagian laut yang terpisah dari laut bebas oleh
beting pantai. Daerah bekas laguna di dataran aluvial Semarang
terdapat diantara bukit-bukit pantai yang satu dengan yang lain.
Daerah ini berupa cekungan yang tergenang air.
 Daerah yang Dipengaruhi oleh Pasang
Daerah yang mempengaruhi oleh pasang terdapat di bagian
utara dataran aluvial dan langsung berbatsan dengan laut. Daerah ini
sekarang berupa pertambakan, tetapi sudah ada kecenderungan untuk
tempat pemukiman (perumahan). Ketinggiannya rata-rata kurang dari
2 m, sehingga pada waktu pasang naik terjadi genangan air.
Bentuk-bentuk dataran delta Kali Garang, tanggul alam, bukit
pantai, dataran sungai, rawa delta, laguna, dan daerah pasang yang
menandai perkembangan dataran aluvial pantai Semarang penyebarannya.
Menurut Van Bemmelen dataran aluvial pantai Semarang tumbuh
dengan cepat ke arah utara. Berdasrkan peta-peta Semarang tahun 1695,
1719, 1816/1842, 1847, 1892, dan tahun 1940 dapat diketahui bahwa
proses pelumpuran selama 2,5 abad sudah menghasilkan daratan pantai
selebar kira-kira 2 km. hal ini berarti bahwa pertambahan daratan ke arah
laut utara rata-rata mencapai 8 meter tiap tahunnya.
Oleh karena daratan aluvial pantai Semarang sampai tahun 1940
lebarnya mencapai 4 km, maka dapat diperkirakan 5 abad yang silam
pantai laut Semarang pada tepi bukit Candi. Kemungkinan pada 5 abad
yang lau muara Kali garang merupakan pelabuhan alam untuk daerah

18
Semarang. Muara Kali Garang pada waktu itu berada di belakang pulau
kecil Bergota (sekarang mencakup daerah Bergota dan daerah Mugas).
Pertumbuhan pantai dewasa ini menunjukkan lebih cepat yaitu
rata-rata sekitar 12 meter tiap tahunnya. Hal ini karena penggundulan di
daerah perbukitan Candid an lereng Ungaran, sehingga erosi berjalan
dengan cepat.
3.4.2 Geomorfologi Kota Semarang Menurut Satuan Geomorfologi
Menurut Nugroho dan Dwiyanto (1998), secara geomorfologi Kota
Semarang dan sekitarnya dapat dikelompokkan menjadi beberapa satuan,
yang secara garis besar dapat diuraikan sebagai berikut :
 Satuan Dataran Pantai
Satuan ini menyembur secara lateral mulai dari bagian timur
sampai barat sepanjang pantai dengan lebar berkisar 500 m- 1000 m.
Sebagian besar satuan ini digunakan sebagai area budidaya tambak,
tanaman bakau dan jika difungsikan area ini akan berubah menjadi rawa
yang dipengaruhi proses pasang surut. Elevasi satuan ini berkisar dari
0.50 m 1.50 m dengan kelerengan dari 3%.
 Satuan Dataran Aluvial
Satuan ini mempunyai penyebaran dari bagian timur Trimulya,
Bangetayu, Pedurungan Tengah kemudian ke arah barat tengah kota di
Mluyu Barat, Widiharjo, Karangturi, dan Wonodri. Di bagian barat
melampar dari panggung, Tambakharjo, tugurejo, dan mangkang. Satuan
ini mempunyai elevasi 1 m – 5 m dengan kelerengan 3 - 4 %.
 Satuan Dataran Limpasan Banjir
Satuan geomorfologi ini menyisip pada satuan dataran pantai dan
dataran aluvial, yaitu sepanjang aliran sungai di wilayah Semarang
Timur, Semarang Utara dan sebagian wilayah Semarang Barat. Di
bagian tenggara dijumpai Kali Pengkol. Satuan ini berelevasi 0.5 m –

19
1.5 m.
 Satuan Perbukitan Lereng Curam
Satuan ini disebut juga sebagai satuan perbukitan sedimen
vulkanik Karanganyar Gunung – karang Kumpul dengan kelerengan 3 –
10 % dan elevasi 25 m – 150 m m diatas permukaan air laut
 Satuan Perbukitan Bergelombang
Satuan perbukitan lereng sedang ini melampar di sekitar Gunung
pasepan, Gunung Bubak dan Tinjomoyo dengan kelerengan 15 –30 %
serta elevasi 100 m – 150 m.
 Satuan Dataran Tinggi
Satuan ini juga disebut juga Plato dengan penyebaran disekitar
wilayah Banyumanik, Gunungpati dan Mijen. Kelerengan satuan ini
kurang dari 15% dengan elevasi 150 m – 300 m.
Sungai yang ada di daerah Semarang dan sekitarnya membentuk
pola radial dari Gunung Ungaran yang ada pada akhir bermuara ke laut jawa
melalui Kali Garang, Kali Kreo, Kali Kripik, Kali Bade, Kali Lana dan Kali
Pengkol.
3.4.3 Statigrafi Kota Semarang
Stratigrafi daerah Ungaran dapat dikelompokkan menjadi beberapa
formasi yang secara umum termasuk kelompok batuan vulkanik dan batuan
sedimen. Formasi yang ada yaitu :
 Formasi Kerek ( Tmk)
Litologi batu lempung berwarna abu-abu muda – tua, gampingan
sebagian bersisipan dengan batu lanau, batupasir mengandung fosil
moluska dan koloni koral. Tersingkap di Banyumanik, sebelah timur
Ungaran, Lembah terdiri dari perselingan batu lempung napal, batu pasir
tufan, konglomerat, breksi vulkanik dan batu gamping Kali Kripik, Kali
Kreo, dan Kali Garang serta di sekitar Jabungan.

20
 Formasi Kerek ( Tmk)
Formasi ini terletak secra tidak selaras diatas Formasi Kerek
dengan litologi terdiri dari Napal pejal di bagian atas dan setempat
mengandung karbon, napal sisipan batu pasir tufan dan batugamping.
Tersingkap di sekitar lembah kali kreo, kali kripik dan kali garang serta
di Tembalang, Meteseh, Ruwosari, lembah kali pengkol bade.
 Formasi Kligetas (Qpkg)
Formasi ini terdiri dari breksi vulkanik antara lain lava, tuvan
dan batulempung. Umumnya telah mengalami pelapukan cukup intensif
menghasilkan material tanah berwarna coklat kemerahan, tersingkap di
Tembalang, Banyumanik, Grobogan, Wonorejo. Daerah aliran sungai
Prigsari.
 Formasi Damar (Qtd)
Formasi ini terletak tidak selaras di atas Formasi Kalibeng dan
terdiri dari mineral feldspar dan mineral mafic, sebagian tufa, sebagian
gampingan.Singkapan dijumpai di Kedung Mundu, Karanganyar, dan
Ngadirejo.
 Endapan Aluvium (Qa)
Terdiri dari kerikil, pasir kerakal dan lanau dengan tebal 1 – 3 m
yang merupakan endapan sungai. Tersingkap di Lembah Kali Pengkol
dan sekitarnya.
3.4.4 Struktur Geologi Kota Semarang
Wilayah Ungaran dan sekitarnya merupakan daerah yang cukup
komplek struktur geologinya, terutama didominasi oleh sesar turun. Sesar
geser dijumpai berarah timur laut – barat daya yang melalui Gunung
Genting hingga Rowosari.
Sedangkan dua sesar turun melengkung dijumpai relatif pararel
melalui badarejo melewati Gunung Turun hingga sebelah utara Karang

21
Manggis di satu sisi dan sesar Kramas, Gombel hingga Jatibarang di sisi
yang lain. Sesar turun yang relatif kecil dijumpai di Kaligarang, Srondol dan
Gadjah.

Gambar 2.2 peta Geologi Semarang


3.4.5 Topografi Kota Semarang
Topografi Kota Semarang terdiri dari daerah pantai, dataran rendah
dan perbukitan. Adanya daerah-daerah tersebut menjadikan Kota Semarang
memiliki wilayah yang disebut sebagai kota bawah dan kota atas. Topografi
Kota Semarang menunjukkan adanya berbagai macam kemiringan dan
tonjolan (relatif) kemiringan antara 0% sampai 2% (0 - 2%), sedangkan
dibagian selatan yang merupakan daerah dataran tinggi memiliki kemiringan
yang sangat bervariasi, yaitu antara 2 - 40%.
Dataran pantai mempunyai ketinggian antara 0 – 0,75 m dpl dan
meliputi sekitar 1% dari wilayah Kota Semarang. Daerah Simpanglima dan
pusat kota mempunyai ketinggian antara 0,75 – 3,50 m dpl, dari perbukitan
atau dataran tinggi yang meliputi kawasan Jatingaleh, 259 m dpl dengan
luas sekitar 60%. Diantara kawasan perbukitan tersebut wilayah Gunungpati
sebelah barat merupakan kawasan tertinggi di wilayah Kota Semarang.
Selain itu terdapat juga kawasan tanah bergerak.

22
3.5 Sungai yang Ada di Kota Semarang
Salah satu sungai yang ada di Kota Semarang adalah Sungai Kali Garang.
Sungai Kali Garang ini merupakan salah satu delta yang ada di Kota Semarang.
Delta kali garang terbentuk dari aluvial fans yang mengalami penenggelaman,
yang terdiri dari sisipan-sisipan pasir lempung. Hal ini berdasarkan analisis
terhadap profil pengeboran sumur-sumur artesis yang tersebar di Semarang.
Pembentukan delta kali garang melalui tiga fase, yang mana setiap fase
pembentukan bukit/gumuk pantai (beach ridge) dan tanggul alam sungai (natural
levee), sehingga arah aliran sungai akan berubah dan arah pertumbuhan delta juga
berubah.
Terbentuknya delta kali garang disebabkan karena banyaknya material
yang mengangkut 15 gr debu kering per liter. Dari tahun 1956-1968 (selama 12
tahun) endapan yang disalurkan kali garang dekat asrama polisi Kalisari tebalnya
1,5 m. ini berarti rata-rata 12,5 cm tiap tahunnya.
Pada waktu pembentukan delta yang pertama di kanan-kiri sungai
terbentuk beting pantai yang makin lama makin tinggi, sehingga akan membentuk
bukit pantai. Bukit pantai ini terbentuk dari endapan yang di bawa oleh sungai
kearah laut, tetapi kemudian dikembalikan oleh ombak ke arah pantai.
Di antara bukit pantai dan pantai terjadi laguna (bagian laut yang terpisah
dengan laut bebas oleh beting pantai). Laguna ini menjadi tempat penampungan
sedimen, baik yang berasal dari darat dan air laut melalui saluran pasang (tetapi
kini telah hilang). Dengan demikian pertumbuhan pantai di percepat, tetapi
perkembangan delta kearah laut terhalang.
Sesudah delta ke dua terbentuk dengan arah timur laut, namun
perkembangannya tehalang oleh tanggul-tanggul alam kali candi (sekarang kira-
kira terletak pada jalan Mataram dan jalan Dr. Cipto). Dengan terbentuknya delta
ke dua kali garnag dan tanggul alam kali candi, maka terbentuklah laguna di darat
yang dinamakan Rawa delta (sekarang kira-kira terletak di sekitar lapangan
Pancasila/Simpang Lima, Atmodirono, dan lapangan/stadion Diponegoro).

23
Penampungan sedimentasi dari bukit candi dalam rawa delta belum
mencapai base level of deposition nya, sehingga daerah ini berbentuk cekung
seperti mangkuk. Oleh sebab itu seperti turun hujan, akan terjadi genangan air.
Pembentukan delta ke dua di samping terhalang oleh bukit pantai ke
dua.hal ini menyebabkan arah aliran Kali Garang membentuk ke arah barat laut
(kira-kira sekarang belokan ini di kampung kuningan), dan selanjutnya fase
pembentukan delta ke tiga mulai terjadi.
Sungai Kali Garang merupakan salah satu contoh sungai terbesar dan
terluas di Kota Semarang. Sungai Kali Garang ini merupakan sungai besar yang
akan mengalir ke daerah kanal barat. Sungai Kali Garang ini memiliki tataguna
lahan positif yang dapat digunakan sebagai media pengairan dan penampung air
hujan yang baik, bahkan sungai ini dapat menjadi media penyedia air dikala
musim kering.
Tak hanya itu, Sungai Kali Garang ini memiliki tataguna lahan yang
negative diantaranya adalah kondisi rob, banjir bahkan ancaman krisis kekeringan
yang akan menjadi tantangan bagi kita untuk mencari solusi yang lebih baik. Ada
kemungkinan banjir bandang besar seperti yang terjadi pada tahun 1990, atau
dengan kekuatan dan dampak lebih kecil pada Desember 2007 lalu. Kondisi yang
seperti ini tentulah sangat berdampak buruk bagi warga Kota Semarang ketika
musim hujan, air sungai akan meluap dan akan berdampak banjir yang tentunya
akan memberikan efek buruk bagi warga yang bertempat tinggal dipinggir sungai
Kali Garang ini.

24
BAB IV
SOLUSI

Untuk mengantisipasi adanya bahaya banjir yang akan mengancam warga


yang bertempat tinggal dipinggir sungai Kali Garang, pemerintah telah berupaya
untuk meminimalisir dan mengantisipasi untuk menanggulangi masalah tersebut.
Adapun cara-cara yang telah ditempuh adalah:
4.1 Adanya pembangunan mega proyek system penanganan banjir
Pencanagan dengan dimulainya pembangunan mega proyek sistem
penanganan banjir senilai Rp 1,7 triliun di Goa Kreo, yang dilaksanakan oleh
Menteri Pekerjaan Umum Djoko Kirmanto, di Kawasan Wisata Goa Kreo Kota
Semarang. Mega proyek ini didanai Japan International Cooperation Agency
(JICA). Megaproyek yang direncanakan selesai pada tahun 2013 ini diharapkan
mampu mengatasi banjir dan rob di tujuh kecamatan yang berada di Semarang
bagian tengah.
Megaproyek penanganan banjir tersebut terdiri atas, pembangunan Waduk
Jatibarang, normalisasi Kali Garang dan Sungai Banjir Kanal Barat, serta
peningkatan sistem drainase di Kali Semarang, Kali Asin, dan Kali Baru. Kondisi
rob, banjir bahkan ancaman krisis kekeringan akan menjadi tantangan untuk
mencari solusi yang lebih baik.
Normalisasi aliran sungai, pembuatan polder, waduk, bendungan, ataupun
pembenahan saluran air di permukiman penduduk, menjadi langkah utama dalam
mengurangi dampak bencana yang bisa diakibatkan oleh air.
Disamping itu, keberadaan sungai-sungai besar perlu ditata sedemikian
rupa, sehingga bukan hanya bermanfaat bagi pengairan pertanian dan penampung
air hujan, tetapi juga menjadi penyedia cadangan air di kala musim kering.
Dengan adanya megaproyek tersebut diharapkan dapat mengendalikan
banjir dan rob di Semarang bagian tengah yang meliputi tujuh kecamatan, yaitu

25
Gunungpati, Mijen, Semarang Barat, Semarang Selatan, Semarang Tengah,
Semarang Timur, dan Semarang Utara.
4.2 Adanya perbaikan perilaku masyarakat tentang pengolahan sampah dan
penanganan lingkungan
4.3 Mencanangkan pembangunan kolam retensi yang terdapat di Semarang Utara dan
merupakan bagian dari megaproyek.
4.4 Ada pemberitahuan yang dapat dipantau secara online lewat internet.
Situs peringatan dini banjir yang terkoneksi dengan www.semarang.go.id
itu menyediakan informasi yang lebih detail tentang kondisi sungai-sungai yang
dipantau.
Informasi yang bernama resmi Flood Forecasting and Warning System
(FFWS) atau sistem prediksi dan peringatan dini banjir itu meliputi kegiatan
prediksi besar dan kapan akan terjadi banjir, sekaligus pemberitahuan kepada
masyarakat yang kemungkinan akan terjadinya. Kejadian banjir dapat diantisipasi
dengan menggunakan sistem peringatan dini banjir
4.5 Ada system pemberitahuan dan pembuatan sistem dengan menggunakan media
SMS dan WEB sebagai media tempat aplikasi dintegrasikan.
Tujuan sistem ini adalah memberi peringatan dini kepada masyarakat
khususnya yang berada di sekitar sungai Kaligarang tentang kenaikan debit air
sungai yang bisa mengakibatkan banjir.
Dari hasil penelitian ini, masyrakat sekitar Kaligarang Semarang sangat
menyambut baik terbukti dengan 86% responden mengaku sangat membutuhkan
Sistem Peringatan Dini ini.
Dengan adanya Sistem Peringatan Dini ini, Informasi muka air Kaligarang
yang disampaikan lewat SMS, merupakan salah satu bentuk early warning system
(peringatan dini–Red) atas kemungkinan terjadinya banjir. Diharapkan, dengan
peringatan dini itu, kemungkinan banjir bandang besar seperti terjadi pada tahun
1990, atau dengan kekuatan dan dampak lebih kecil pada Desember 2007 lalu,
bisa diantisipasi.4.6 Pemkot sudah memasang peranti peringatan dini banjir.

26
Alat ini dipasang di hulu sungai Kali Garang, tepatnya di Jl Pramuka yang
berada di perbatasan Kota dan Kabupaten Semarang. Alat serupa ditempatkan di
Bendungan Pucanggading, untuk memantau muka air Kali Siangker dan Kali
Silandak.

27
BAB V
KESIMPULAN

5.1 Terjadinya proses fluviatil tentunya akan mempengaruhi terbentuknya bentang


alam fluvial
5.2 Di Kota Semarang, salah satu sungai terbesar dan terluas yaitu sungai Kali
Garang yang memiliki peran positif dan negative bagi masyarakat yang
bertempat tinggal disekitar sungai tersebut
5.3 Sungai Kali Garang memiliki dampak positif yang bermanfaat sebagai media
pengairan dan penampung air hujan yang baik, bahkan sungai ini dapat menjadi
media penyedia air dikala musim kering.
5.4 Sungai Kali Garang juga memiliki dampak negative yaitu adalah kondisi rob,
banjir bahkan ancaman krisis kekeringan
5.5 Dengan melihat sisi positif dan negative yang ada, pemerintah telah melakukan
berbagai upaya demi meminimalisasi dampak yang diakibatkan oleh banjir dan
rob yang disebabkan oleh sungai Kali Garang dan Kanal Barat yaitu diantaranya
adalah:
5.5.1 Adanya mega proyek system penanganan banjir
5.5.2 Adanya perbaikan perilaku masyarakat yang berkaitan dengan pengolahan
sampah dan penanganan lingkungan
5.5.3 Mencanangkan pembangunan kolam retensi yang terdapat di Semarang
Utara dan merupakan bagian dari megaproyek
5.5.4 Adanya pemberitahuan yang dapat dipantau secara online lewat internet
5.5.5 Adanya system pemberitahuan dan pembuatan sistem dengan
menggunakan media SMS dan WEB sebagai media tempat aplikasi
dintegrasikan.

28
DAFTAR PUSTAKA

http://adityamulawardhani.blogspot.com/2009/02/bentang-alam-fluvial.html diakses
pada tanggal 18 Maret 2011 pukul 13.01
http://blog.rudiest.com/?p=7 diakses pada tanggal 19 Maret 2011 pukul 13.07
http://buser.liputan6.com/berita/200907/235644/Bocah_Tewas_Tenggelam_di_Sunga
i_Kaligarang diakses pada tanggal 19 Maret 2011 pukul 13.00
http://geologikita.blogspot.com/2008/12/bentang-alam-fluvial.html diakses pada
tanggal 18 Maret 2011 pukul 12.58
http://id.wikipedia.org/wiki/Geomorfologi diakses pada tanggal 18 Maret 2011 pukul
13.05
http://learningeography.blogspot.com/2010/05/geomorfologi-dan-geologi-
semarang.html diakses pada tanggal 18 Maret 2011 pukul 13.07
http://nooradinugroho.wordpress.com/2010/03/22/tinjauan-fisiografi-semarang-dan-
sekitarnya/ diakses pada tanggal 18 Maret 2011 pukul 13.08
http://sorasem.wordpress.com/2009/01/13/kaligarang-awas-tinggi-muka-air-569-
meter/ diakses pada tanggal 19 Maret 2011 pukul 14.09
http://www.alpensteel.com/article/66-105-energi-sungai-plta--waduk--
bendungan/2695--sistem-penanganan-banjir-di-semarang.html diakses pada
tanggal 19 Maret 2011 pukul 13.07
http://www.bgl.esdm.go.id/dmdocuments/jurnal20080302.pdf diakses pada tanggal
18 Maret 2011 pukul 13.13
http://www.jatengprov.go.id/?document_srl=7652 diakses pada tanggal 19 Maret
2011 pukul 13.03

29

You might also like