Professional Documents
Culture Documents
Reaktan yang digunakan pada percobaan ini yaitu sodium silicate dan sodium
hydroxide.
Distribusi ukuran partikel diukur menggunakan Sedigraph 5100, dimana:
Kaolinite, 41%< 2µm, median ESD 2.59µm, metakaolinite, 11.9% < 2µm, median
ESD 4.24µm. Densitas kaolinite dan metakaolinite masing – masing 2.51 g/cc dan
2.32 g/cc. Trace DTA menunjukkan kekhasan kaolinite, endotermik dehydroxilasi
pada 500 – 700 oC dan bentuk eksotermik pada 998 oC dan 1250 oC.
Variasi pembuatan polimer Na-PSS dibuat dengan komposisi sebagai
berikut :
Masing – masing komponen polimer dengan proporsi yang sesuai,
ditempatkan pada cetakan plastik berbentuk silinder, pematangan pada temperatur
ruang selama 60 menit, proses cured pada 65 oC selama 90 menit, dan
pengeringan pada 65 oC selama 60 menit. Selama tahap curing, air yang penting
untuk polimerisasi, ditahan dengan cara menutup bagian atas cetakan dengan film
tipis polyethylene. Dalam hal ini kecepatan penguapan air cukup rendah untuk
menghapuskan kebutuhan untuk lapisan polyethylene dan campuran didiamkan
dalam cetakan selama 15 jam. Campuran polimer diatur pada pH sekitar 13,9.
Perubahan viskositas campuran terhadap waktu diamati pada temperatur
kamar menggunakan Krebs-Stomer viscometer. Proses polimerisasi diamati
29
dengan mengukur fasa liquid 11.7 T Si NMR spectra pada interval tertentu
selama reaksi berlangsung menggunakan Varian Unity 500 spectrometer dan
penyelidikan liquid 10 mm denga 15µs 90o pulse dan penundaan daur ulang 1 s.
Spektra direferensikan untuk tetramethylsilane (TMS) dalam CDCl3.
Setelah pengeringan, dilakukan pengukuran kekerasan material dengan
angka-angka Mohs dan Vickers serta pengukuran kekuatan tekanan menggunakan
100 ton mesin penguji. Sampel polimer yang berbentuk serbuk dipelajari dengan
mengikuti teknik :
• Metode bubuk X-ray diffraction (XRD)
• 27
Al, 29Si, dan 23Na MAS NMR pada 11.7 T
• Fourier transform infrared spectroscopy (FTIR)
PEMBAHASAN
Mekanisme Polimerisasi
Perubahan viskositas selama polimerisasi campuran pada komposisi
optimum (Na-PSS1) ditunjukkan pada gambar berikut :
Fig. 1. (A) Viscosity of Na–PSS1 as a function of elapsed time after mixing. (B) Log–log plot of
the above data.
Perubahan viskositas terhadap waktu setelah pencampuran komponen polimer
menunjukkan perubahan slope setelah 40 menit reaksi. Ketika diplotkan pada
skala log – log, perilaku secara kualitatif mirip dengan hubungan antara viskositas
dan massa molekul polimer dan memberikan konfirmasi bahwa reaksi
polimerisasi terjadi dimana rata-rata massa molekul meningkat terhadap waktu.
Perilaku viskositas yang ditunjukkan oleh sistem mirip seperti “efek gel” yang
terjadi selama radikal polimerisasi.
Pada percobaan untuk menentukan perbedaan antara komposisi baik dan
buruk, NMR liquid-state dilakukan pada campuran Na-PSS1, Na-PSS2, dan Na-
PSS7. Spektrum 29Si NMR liquid dari sodium silicate menunjukkan bahwa bentuk
puncak dari Q0, Q1, Q2, dan Q3 adalah berturut-turut sekitar -72, -80, -87, dan -96
ppm. Setelah penambahan NaOH pada sodium silicate, spektrum tidak mengalami
perubahan penting, tetapi pada penambahan metakaolinite (Na-PSS1)
29
menyebabkan perluasan spektrum Si dan perubahan posisi puncak yang
menunjukkan reaksi langsung antara sodium silicate dengan padatan aluminate.
Pada gambar dibawah ini menunjukkan dalam Na-PSS1 intensitas meluas
tetapi diduga resonansi sodium silicate semakin menurun setelah 7 jam pertama
dari reaksi, sebagai silikat yang digunakan oleh pembentukan polimer. Sisa
spektrum 29Si setelah hilangnya puncak sodium silicate terdiri luas signal asli dari
tabung gelas, dengan perpanjangan bidang berasal dari polimer yang dipadatkan.
Untuk spektra Na-PSS2 dan Na-PSS7 menunjukkan bahwa meskipun resonansi
silikat diperluas oleh penembahan metakaolinite, intensitas tidak berubah hingga
15 jam setelah pencampuran, mengindikasikan bahwa formasi polimer dengan
menggunakan sodium silicate tidak perlu dilakukan.