Professional Documents
Culture Documents
1. PENGERTIAN
2. CONTOH AYAT
Sebagaimana telah dijelaskan dalam pengertian di atas, bahwa ayat-ayat muhkam berisi tentang
halal, haram, hudud, kewajiban janji dan ancaman. Sedangkan ayat-ayat mutasyabih berisi
tentang asma Allah dan sifat-sifatNya. Berikut akan diuraikan beberapa contoh ayat Al-Qur’an
yang termasuk ayat muhkam dan mutasyabih.
ُ َيَايّّ َهاالن
اس اِنّا َخلَقن ُك ْم ِمنْ َذ َك ٍر َواُ ْنثى َو َج َع ْلن ُك ْم ش ُع ْوبًا َوقباَئِ َل لِتَ َعا َرفُ ْوا اِنّ اَ ْك َر َم ُك ْم ِع ْن َدهللاِ اَتق ُك ْم
)13 : اِنّ هللاَ َعلِ ْي ٌم َخبِ ْي ٌر (الحجرات
Artinya : Hai manusia sesaungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling
mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia disisi Allah adalah orang yang bertaqwa.
Sesungguhnya Allah maha mengetahui lagi maha mengenal. (Al-Hujarat : 13)
)3 : … ُح ّر َمتْ َعلَ ْي ُك ُم ا ْل َم ْيتةُ َوال ّد ُم َولَ ْح ُم ا ْل ِخ ْن ِز ْي ِر َو َمااُ ِه ّل لِغ ْي ِر هللاِ بِه (المائدة
Artinya : Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang
disenbelih atas nama selain Allah. (Al-Maidah : 3)
ْ ُك ّل
)88 : شي ٍء َهاِل ٌك اِال َو ْج َهه (القصص
Artinya : Tiap-tiap sesuatu pasti binasa kecuali wajah Allah ( Al Qashash : 88 )
)27 : َويَ ْبقى َو ْجهُ َربّكَ ُذ ْوا ْل َجال ِل َواال ْك َر ِام (الرحمن
Artinya : Dan tetap kekal wajah Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan
( Arrahman : 27 )
Rahasia muhkam dan mutasyabih dalam Al-Qur’an adalah agar kita dapat memetik hikmah
dibalik keberadaan ayat-ayat yang terdapat yang terdapat dalam Al-Qur’an. Adapun hikmahnya
adalah sebagai berikut;
Akal sedang dicoba untuk meyakini keberadaan ayat-ayat mutasyabih sebagaimana Allah
memberi cobaan pada badan untuk beribadah. Seandainya akal yang merupakan anggota badan
paling mulia itu tidak diuji, tentunya seseorang yang berpengetahuan tinggi akan
menyombongkan keilmuannya sehingga enggan tunduk kepada naluri kehambaan.
Ayat-ayat mutasyabih merupakan sarana bagi penundukan akal terhadap Allah karena
kesadarannya akan ketidakmampuan akalnya untuk mengungkap ayat-ayat mutasyabih itu.
Pada penghujung surat Al-Imran ayat 7, Allah menyebutkan wa ma yadzdzakkaru illa ulu Al-
albab sebagi cercaan terhadap orang-orang yang mengotak-atik ayat-ayat mutasyabih.
Sebaliknya, memberikan pujian pada orang-orang yang mendalami ilmunya, yakni orang-orang
yang tidak mengikuti hawa nafsunya untuk mengotak-atik ayat—ayat mutasyabih sehingga
mereka berkata rabbana latuzigh qulubana. Mereka menyadari keterbatasan akalnya dan
mengharapkan ilmu ladunni.
Sebagaimana diketahui bahwa pemahaman diperoleh manusia tatkala ia diberi gambaran indrawi
terlebih dahulu. Dalam kasus sifat-sifat Allah, sengaja Allah memberikan gambaran fisik agar
manusia dapat lebih mengenal sifat-sifatNya. Bersamaan dengan itu, Allah menegaskan bahwa
diriNya tidak sama dengan hambaNya dalam hal pemilikan anggota badan. (Oleh: Zubaidah
Khan)