You are on page 1of 8

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada hakikatnya, menyimak berarti mendengarkan dan memahami bunyi bahasa. Namun
sebelum sampai kepada taraf pemahaman, yang bersangkutan harus menapaki jalan yang
berliku-liku. Artinya, yang bersangkutan harus berupaya bersungguh-sungguh. Kenyataan ini
membuktikan bahwa menyimak sebenarnya bersifat aktif.
Bila perhatian kita hanya berpusat pada aktivitas fisik penyimak selama yang bersangkutan
terlibat dalam peristiwa menyimak, maka seolah-olah menyimak memang benar bersifat pasif.
Anggapan seperti ini memang pernah dianut orang. Tetapi kini anggapan seperti itu sudah
ditinggalkan. Meyimak dianggap bersifat aktif-reseptif.

B. Identifikasi Masalah

Setiap orang yang terlibat dalam proses menyimak harus menggunakan sejumlah kemampuan.
Jumlah kemampuan yang digunakan itu sesuai dengan aktivitas penyimak. Pada saat penyimak
menangkap bunyi bahasa, yang bersangkutan harus menggunakan kemampuan memusatkan
perhatian. Bunyi yang ditangkap perlu diidentifikasi. Di sini diperlukan kemampuan linguistik.
Kembali, bunyi yang sudah diidentifikasi itu harus diidentifikasi dan dipahami maknannya. Dala
hal ini penyimak harus menggunakan kemampuan linguistik dan non-linguistik. Makna yang
sudah diidentifikasi dan dipahami, makna itu harus pula ditelaah, dikaji, dipertimbangkan, dan
dikaitkan dengan pengalaman serta pengetahuan yang dimiliki si penyimak. Pada situasi ini
diperlukan kemampuan mengevaluasi.

C. Tujuan Masalah

Melalui kegiatan menilai ini, berfungi untuk mengetahui kemampuan penyimak sampai pada
tahap mengambil keputusan apakah dia menerima, meragukan, atau menolak isi bahan simakan.
Kecermatan menanggapi isi bahan simakan membutuhkan kemampuan mereaksi atau
menanggapi.

BAB II
ISI
A. Definisi Menyimak
Menyimak adalah suatu proses kegiatan menyimak lambang-lambang lisan dengan penuh
perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi
atau pesan serta memahami makna komunikasi yang telah disampaikan oleh sang pembicara
melalui ujaran atau bahasa lisan (HG.Tarigan : 28).
Beberapa orang ahli pengajaran bahasa beranggapan bahwa menyimak adalah suatu proses.
Loban membagi proses menyimak tersebut atas tiga tahap, yakni pemahaman,
penginterpelasikan, dan penilaian. Logan dan Greene membagi proses menyimak atas empat
tahap, yakni mendengarkan, memahami, mengevaluasi, dan menanggapi. Walker Morris
membagi proses menyimak itu atas lima tahap, yakni mendengar, perhatian, persepsi, menilai,
dan menanggapi.

B. Proses Menyimak
Berdasarkan keteraguan dan pendapat para ahli pengajaran bahasa tersebut di atas penyusun
modul ini berkesimpulan bahwa menyimak adalah suatu proses. Proses menyimak tersebut
mencakup enam tahap, yakni:
1. Mendengar
2. Mengidentifikasikan
3. Menginterpretasi
4. Memahami
5. Menilai
6. Menanggapi

Dalam tahap mendengar, penyimak berusaha menagkap pesan pembicara yang sudah
diterjemahkan dalam bentuk bunyi bahasa. Untuk menangkap bunyi bahasaitu diperlukan telinga
yang peka dan perhatian terpusat.
Bunyi yang sudah ditangkap perlu diidentifikasi, dikenali dan dikelompokkan menjadi suku kata,
kata, kelompk kata, kalimat, paragraf, atau wacana. Pengidentifikasian bunyi bahasa akan
semakin sempurna apabila penyimak memiliki kemampuan linguistik.
Kemudian, bunyi bahasa itu perlu diinterprestasikan maknannya. Perlu diupayakan agar
interpretasi makna ini sesuai atau mendekati makna yang dimaksudkan oleh pembicara.
Setelah proses penginterpretasian makna selesai, maka penyimak dituntut untuk memahamiatau
menghayati makna itu. Hal ini sangat perlu buat langkah berikutnya, yakni penilaian.
Makna pesan yang sudah dipahami kemudian ditelaah, dikaji, dipertimbangkan, dikaitkan
dengan pengalaman, dan pengetahuan penyimak. Kualitas hasil penilaian sangat tergantung
kepada kualitas pengetahuan dan pengetahuan penyimak.
Tahap akhir dari proses menyimak ialah menanggapi makna pesan yang telah selesai dinilai.
Tanggapan atau reaksi penyimak terhadap pesan yang diterimanya dapat berujud berbagai
bentuk seperti mengagguk-angguk tanda setuju, mencibir atau mengerjakan sesuatu.

C. Menyimak Sebagai Proses


Menyimak adalah suatu proses. Proses itu terbagi atas tahap-tahap, yakni:
1. Mendengar
2. Mengidentifikasi
3. Menginterpretasi
4. Memahami
5. Menilai
6. Menaggapi
Dalam setiap tahap itu diperlukan kemampuan tertentu agar proses menyimak dapat berjalan
mulus. Misalnya, dalam fase mendengar bunyi bahasa diperlukan kemampuan menangkap bunyi.
Telinga penyimak harus peka. Gangguan pada alat pendengaran menyebabkan penangkapan
bunyi kurang sempurna. Di samping itu penyimak ditunutut pula dapat mengingat bunyi yang
telah ditangkap oleh telinganya. Kemampuan menangkap danmengingat itu harus dilandasi
kemampuan memusatkan perhatian.
Kemampuan memusatkan perhatian sangat penting dalam menyimak, baik sebelum, sedang
maupun setelah proses menyimak berlangsung. Artinya kemampuan memusatkan perhatian
selalu diperlukan dalam setiap fase menyimak. Memusatkan perhatian terhadap sesuatu berarti
yang bersangkutan memusatkan pikiran dan perasaannya pada objek itu.
Memusatkan perhatian merupakan pekerjaan yang sangat melelahkan. Karena itu kemampuan
memusatkan perhatian tidak sama pada setiap saat. Hanya tiga perempat dari jumlah orang
dewasa dapat meusatkan perhatiannya kepada bagian simakan dalam 15 menit pertama. Dalam
15 menit bagian kedua jumlah itu meyusut menjadi setengahnya. Dan 15 menit bagian ketiga
jumlah itu hanya tingghal seperempatnya. Menyimak setelah lewat waktu 45 menit merupakan
pekerjaan sia-sia karena pendengar sudah tak dapat lagi memusatkan perhatiannya.
Disamping kemampuan memusatkan kemampuan memusatkan perhatian, masih ada satu
kemampuan lagi yang diperlukan dalam setiap fase menyimak, yakni kemampuan menyimak,
kemampuan mengingat digunakan untuk hal-hal yang berkaitan dengan hal yang akan
disampaikan. Pada saat menyimak berlangsung, kemampuan menyimak digunakan untuk
mengingat bunyi yang sudah didengar, pernagkat kebahasaan untuk mengidentifikasi dan
menafsirkan makna bunyi bahasa. Dalam fase menilai perlu diingat kembali isi pesan bahan
simakan, hasil penilaian, tuntutan isi bahan simakan, sebagai landasan menyusun reaksi, respon,
atau tanggapan yang tepat.
Perlu didasari bahwa kemampuan mengingat seseorang terbatas. Apa yang sudah ditangkap,
dipahami, diketahui bila disimpan dalam dua bulan sudah berkurang setengahnya saat diproduksi
kembali. Mungkin dalam dua bulan berikutnya hanya tinggal sedikit yang tinggal. Karena itu
diperlukan penyegaran, misalnya, membaca kembali sumbernya, memperhatikan kebali catat-
annya, mengekspresikan kembali simpanan itu baik secara lisan maupun tulisan.
Dalam fase mengidentifikasi, menginterpretasi, dan memahami diperlukan tiga atau empat
kemampuan. Dan diantaranya, yakni kemampuan linguistik dan non-linguistik akan dijelaskan
dalam paragraf berikut.
Melalui proses persepsi bunyi yang ditangkap oleh gendang pendengaran diteruskan ke syaraf-
syaraf pendengaran. Penyimak menterjemahkan pesan dalam bentuk bunyi bahasa itu. Di sini
diperlukan kemampuan linguistik. Penyimak harus memahami susunan dan makna dari fonem,
kata,kalimat paragraf atau wacana yang telah dilisankan. Tidak hanya itu, gerak-gerik tubuh,
ekspresi wajah, cara pengucapan, nada, dan intonasi pembicara, serta situasi yang menyertai
pembicara perlu dipahami agar penafsiran makna dan pemahaman makna tepat. Kemampuan
yang terakhir ini disebut kemampuan nonlinguistik.
Pesan yang sudah ditangkap, ditafsirkan dan dipahami maknanya. Setelah itu makna pesan itu
perlu pula ditelaah, dikaji, diuji kebenaran isinya. Di sini diperlukan pengalaman yang luas,
kedalaman dan keluasan ilmu dari penyimak. Kualitas hasil pengujian sangat ditentukan oleh
kualitas orang yang mengujinya. Dalam fase menilai inilah diperlukan kemampuan menilai.
Bunyi bahasa yang disampaikan oleh pembicara diterima oleh penyimak. Bunyi itu kemudian
diidentifikasi, ditafsirkan, dipahami maknanya. Makna itu kemudian dikaji dari berbagai segi.
Hasil pengkajian itu digunakan sebagai dasar untuk memberikan reaksi, respon atau tanggapan.
Di sini diperlukan kemampuan memberikan tanggapan.
Kualitas tanggapan diwarnai dan dipengaruhi oleh kualitas penangkapan pesan,
penginterpretasian makna pesan, pemahaman makna pesan, penilaian pesan, dan ketepatan
memberikan reaksi atas makna pesan. Kualitas individu yang berbeda menyebabkan reaksi yang
berbeda atas makna pesan yang sama.
Kualitas pesan yang diterima menentukan ragam respon yang terjadi. Pesan yang kebenarannya
diragukan kurang meyakinkan, atau pesan yang tidak didukung oleh argumentasi yang kuat akan
menimbulkan reaksi cemooh, cibiran atau gelengan kepala penyimak. Serbaliknya pesan yang
meyakinkan akan menghadirkan reaksi mengiakan, mengangguk, acungan jempol dari
penyimak.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam setiap fase penyimak diperlukan
kemampuan tertentu. Kemampuan inilah yang dimaksud dengan kemampuan penunjang
menyimak. Menurut pengamatan penulis, paling sedikit ada tujuh kemampuan penunjang
penyimak yaitu :
1. Kemampuan memusatkan perhatian
2. Kemampuan mengingat
3. Kemampuan menangkap bunyi
4. Kemampuan linguistik
5. Kemampuan nonlinguistik
6. Kemampuan menilai
7. Kemampuan menanggapi

B. Saran
Adapun sumbangan/saran pemikiran yang dapat penulis sarankan dari hasil penelitian ini
adalah :
1. Setiap orang yang terlibat dalam proses menyimak harus menggunakan sejumlah kemampuan
sesuai dengan aktivitas penyimak.
2. Proses menyimak harus diterapkan dalam kegiatan menyimak agar kualitas menyimak lebih
baik.
DAFTAR PUSATAKA

Tarigan, Henry Guntur. 1985. Menyimak Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.


Bandung: Penerbit Angkasa

Tarigan, Henry Guntur. 1985a . Aneka Dimensi Dalam Kurikulum Bahasa Indonesia.
Bandung: Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Bandung

Tarigan, Henry Guntur. 1985b. Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.


Bandung: Penerbit Angkasa

Tarigan, Djago. 1986. Keterampilan Menyimak. Jakarta: Karunia

Simaremare, Rumasi. 2008. Keterampilan Menyimak. Medan: UNIMED


Oleh : Silverius S.S.
Kelas : XII-IPA 2

SMA NEGERI 2
PALANGKARAYA
2009

You might also like