Professional Documents
Culture Documents
temanku semuanya anak orang kaya, sedangkan aku hanya anak orang miskin.
Mereka semua menggunakan seragam sepatu dan semua peralatan sekolah yang
bagus-bagus tetapi aku tidak. Tapi aku sadar aku hanya seorang anak miskin. Pada
suatu hari aku ingin sekali membeli sepatu, karena sepatuku sudah robek-robek,
Suatu hari aku ingin menemui ibuku, ibuku sedang mengerjakan pekerjaan
sehari-harinya yaitu mencuci baju, piring dan lain sebagainya. Namun aku tidak
berani untuk mengungkapkan keinginanku ini, di lain sisi aku kasihan kepada ibuku,
karena ibuku hanyalah seorang ibu rumah tangga yang tidak berkerja, namun aku
keinginanku ini tanpa ada orang pun yang mengetahui. Ketiak ibu sudah selesai
Namun aku tidak menceritakan keinginan ku itu. Setelah itu ibu pergi kewarung
untuk membeli sayuran dan untuk dimasaknya. Aku ingin mengatakan keinginanku,
tapi saat ini mungkin belum saatnya untuk mengatakannya, karena ku lihat ibu,
Waktu itu aku berniat untuk mengatakan keinginanku ku ini, ketika kami sedang
berkumpul diruang tamu, dan waktu itulah akhirnya aku mengatakan keinginanku
ini
“Bu, aku ingin sekali membeli sepatu baru, bu itu juga kalau ibu punya uang !”
“Iya nak, entar kalau ibu punya uang. Ibu pasti akan membelikan sepatu
Namun aku tidak marah pada ibu, karena aku tahu ibu memang tidak punya uang.
Senja pun mulai terlihat. Langit yang biru berubah jadi warna kemerah-
merahan. Teriknya sang raja siang pun mulai menghilang dan mungkin kembali ke
peraduannya. Aku terlelap sendiri diruang yang selama ini menjadi tempat tidur
dan istirahatku. Aku bermimpi dan malam mimpiku aku dan kakeku pergi berjalan-
jalan untuk membeli sepatu. Kakek ku telah meninggalkanku selama 5 tahun akhir
ini. Namun karena aku sangat terlelap dalam tidurku, tak disangka malampun mulai
pergi meninggalkan. Ayam jago berkokok, tanda pagi telah datang. Aku terbangun
yang merupakan rutinitasku sehari-hari, mandi, setelah mandi apabila ada waktu
luang, aku membantu ibuku mengerjakan pekerjaannya. Raja siang pun telah
tinggi, waktunya aku berangkat pergi ke sekolah, sesampai disekolah tepat pukul
06.40, sedangkan jam masuk sekolah pukul 07.00 pas. Aku memulai perjalananku
dengan senang, namun pada waktu itu juga aku melihat teman-temanku, mereka
****
Setelah lonceng akhir pelajaran berbunyi, yaitu tepat pukul 13.45 itu tanda
pelajaran sekolah selesai, dan aku pun bergegas untuk kembali pulang. Sesampai
sehari-hari. Dalam ruang yang agak setengah sepi, aku kembali merenungkan
keinginanku ini “Aku ingin membeli sepatu” namun dilain kenyataannya aku
teringat akan keadaan ibuku sekarang ini. Suatu saat ibu mendekati aku, ibu
“Saya mengerti, Bu !” jawab ku. Aku akan tunggu sampai ibu punya uang untuk
membelikan ku sepatu.
Ibu bergegas pergi sekarang ini, ibu selain sebagai ibu rumah tangga. Ibu pun
bekerja sebagai pembantu rumah tangga di rumah tangga sebelah rumahku. Aku
sangat kasihan kepada ibu, karena tidak ada seorang pun yang membantu dirinya.
Setelah beberapa hari terlewati, tiba-tiba ibu mendekati ku, dalam hatiku
berkata : “Apa mungkin, ibu sudah punya uang untuk membelikan sepatu, apa
Pagi hari pun berganti siang, aku bersama ibuku pergi ke pasar untuk
“Yang seperti apa aja la, Bu yang penting pantas buatku dan harganya tidak
kira-kira 1 km untuk mencapai jalan raya. Sesampai di jalan raya aku dan ibuku
menunggu alat transportasi yang di gunakan oleh setiap orang untuk menuju ke
pasar. Aku dan ibuku dihalte, yaitu tempat menunggu Bis. Tak lama kemudian Bis
yang akan aku naiki datang dari arah selatan, kami menaiki Bis jurusan
menaiki. Mulai dari ibu-ibu yang akan kepasar. Bapak-bapak dan suara-suara
merdu para pengamen. Aku dan ibu duduk di samping, barisan ketiga. Mesin bis
pun terus meraung-raung bagaikan suara singa sang raja hutan, tiba-tiba sang
sopir mengerem mendadak, tanda ada penumpang yang menaikinya, sering kali
juga seperti itu. Tak lama kemudian aku dan ibu sampai ketempat tujuan, kami
berjalan ke toko sepatu langganan kami selama ini. Ketika telah sampai aku
langsung melihat sepatu, sepatu sangat bagus-bagus sekali ada yang berwarna
hitam, putih, merah dan lain sebagainya. Aku langsung memilah-milih sepatu yang
akan aku beli, dan pilihanku jatuh pada sepatu yang berwarna hitam dan ada corak
warna putihnya di depan bagian sepatu itu, dan ada tawar-menawar antara ibu dan
tukang sepatu.
“Bang, yang ini sepatunnya brapa ?” tanya ibu sambil memegang sepatu yang aku
pilih.
“Oh … kalau sepatu yang ini harganya Rp. 85.000 saja !” jawab tukang sepatu.
“Bisa… bisa maunya berapa, Bu ?” jawab tukang sepatu itu, dengan logat
medannya.
“Kalo bisa sih Rp. 70.000 saja bang !” kata ibu. Pada saat itu terjadi tawar-
menawar dan transaksi. Setelah ibu dan tukang sepatu itu, membungkus kembali
Setelah itu aku dan ibu mampir ketukang sayur untuk membeli sayuran dan saat
itu pula terjadi teran saksi antara ibu dan tukang sayur tersebut.
Hari pun semakin siang, panas terik matahari sesering kali membuat
keringatku bercucuran. Aku dan ibu berjalan menuju terminal untuk pulang,
Setelah penumpang dalam angkot penuh, sang sopir pun mengemudian mobilnya.
Aku dan ibu duduk disamping pintu, supaya lebih mudah untuk turunnya, namun
ketika cuaca yang sangat panas didalam angkot tiba-tiba seorang laki-laki yang
memakai pakaian serba hitam, bermuka sangar. Laki-laki itu duduk disamping ibu.
Aku merasa khawatir kalau-kalau orang ini orang jahat, dia selalu memandangi
keranjang ibu, yang didalamnya terdapat dompet ibu. Namun tidak lama kemudian
seorang laki-laki itu menghentikan angkot yang aku naiki dan dia berhenti
diperempatan jalan. Aku sangat senang dan tak khawatir lagi, karena laki-laki itu
telah turun. Namun lihat kenyataannya pada waktu itu ibu akan ngambil
dompetnya, berniat untuk membayar angkot, tapi dompet ibu sudah tidak ada lagi
di keranjangnya, ibu terus mencari dompet, dan aku membantu mencari dompet
itu.
“Ibu … ibu apakah lihat dompet ku yang ada di keranjang ku ini ?” Tanya ibu
“Tidak tahu Bu, emangnya kenapa ?” jawab salah seorang ibu yang ikut naik
“Dompet saya hilang !!!” jawab ibu. Dan salah satu penumpang ada yang
mengatakan.
“Tadi saya curiga sekali, dengan orang yang duduk di samping ibu tadi ?” jawab
seorang laki-laki tanpa pirkir panjang ibu langsung menyuruh angkot itu mundur
Ketika anggkot sudah mundur ke perbatasan itu, ibu melihat laki-laki tadi
itu, yang duduk disamping ibu tadi. Tanpa berpikir panjang ibu berlari mengejar
seseorang laki-laki itu, tapi tak disengaja ibu menginjak botol bekas air mineral,
dan laki-laki itu menengok kearah belakang, dengan repleknya laki-laki itu berlari
terpingkal-pingkal. Mungkin karena laki-laki itu sudah tahu banwa ibu korban
pencopetannya. Pada saat itu aku dan ibu mengejar pencopet itu, aku dan ibu
membuat strategi untuk mengangkat pencopet itu, aku dan ibu berpencar, ibu
kearah barat dan aku kearah selatan. Pas dipertigaan kami memergoki pencopet
itu.
“Hey Bung, kenapa anda lari sewaktu saya mendekati anda ?” tanya ibu dengan
“Anda telah mencopet dompetku, mana dompetku ?” kata ibu sambil memegang
kerah jaket pencopet itu, tapi pencopet itu masih mengelak dengan perasaan yang
“Buuuuuukk !!!”
Pencopet itu mencoba untuk membalas tinjuan ibu tadi, tapi dengan sigap ibu
“Slettttt”
Tangan pencopet itu oleh ibu ditekuk kearah belakang, setelah dengan tindakan
“ Ya … Ya… Ya … saya yang salah, saya telah mengambil dompet itu ! jawab
pencopet itu.
Lalu pencopet itu mengembalikan dompet itu, ketika ibu sedang memeriksa
dompetnya, tiba-tiba pencopet itu lari dan isi dalam dompet ibu ternyata sudah
tidak ada, dengan sigap kemudian ibu mengejar kembali pencopet itu dan sedikit
Dari arah belakang ibu menendang pencopet itu, pencopet itu tersungkur ke
depan.
Dengan perasaan yang takut pencopet itu tanpa berpikir panjang langsung