Professional Documents
Culture Documents
KAYU
BAHAN BANGUNAN II
NAMA : Stephanie K
KELAS : 4-SC
PALEMBANG
2011
KAYU
Kayu adalah suatu bahan konstruksi yang didapatkan dari tumbuhan dalam alam serta
merupakan bahan mentah yang mudah diproses untuk dijadikan barang sesuai dengan keinginan dan
kemajuan teknologi. Karena itu tidak hanya merupakan salah satu bahan konstruksi pertama dalam
sejarah umat manusia, tetapi mungkin juga menjadi yang terakhir . Kayu juga sebagai salah satu
bahan yang pertama sebelum ilmu pengetahuan mulai dibicarakan .
Kayu adalah bagian keras tanaman yang digolongkan kepada pohon dan semak belukar.
Kayu digunakan untuk berbagai keperluan, mulai dari memasak, membuat perabot ( meja,kursi),
bahan bangunan (pintu, jendela, rangka atap), bahan kertas dan banyak lagi. Kayu juga dapat
dimanfaatkan sebagai hiasan-hiasan rumah tangga dan sebagainya. Secara kimia kayu tersusun atas
beberapa bagian utama yaitu selulosa dan lignin.
Kegunaan kayu:
Pada bangunan gedung, struktur balok dapat berupa balok loteng balok atap,
maupun gording. Struktur balok kayu dapat berupa kayu solid gergajian, kayu
laminasi, atau bentuk kayu buatan lainnya. Untuk penyambungan, batang balok
dengan balok perlu menghindari sambungan yang menerima momen yang relatif
besar. Karenanya sambungan balok umumnya dilakukan tepat di atas struktur
dudukan atau mendekati titik dudukan. Dengan begitu momen yang terjadi pada
sambungan relatif kecil.
Balok sering dibebani penggantung plafon atau komponen konstruksi lain di
bawahnya. Agar pembebanan tersebut tidak merusak struktur, pengantung dipasang di
atas separoh tinggi balok untuk menghindari sobek batang balok akibat pembebanan
tersebut. Penyelenggaraan beugel untuk penggantung sangat disarankan untuk
maksud tersebut.
- Komponen bangunan : kusen pintu dan kusen jendela, daun pintu dan jendela serta
Kusen
Kusen untuk tempat tinggal terbuat dari kayu atau logam. Kusen kayu
memberikan penampilan yang hangat dan indah dari tampilan tekstur serat-serat kayu
yang dimilikinya, mempunyai nilai penyekat panas yang baik dan pada umumnya
tahan terhadap pengaruh cuaca. Rangka jenis ini dapat berupa produk pabrik yang
telah diselesaikan dengan pelapisan cat, pewarnaan atau masih berupa kayu asli tanpa
pelapisan.
Ukuran penampang batang kayu untuk rangka pintu dan jendela adalah
sebagai berikut : 5/10 5/12 5/14 5/15 6/10 6/12 6/14 6/15 7/12 cm
1. Tiang (style).
2. Ambang (dorpel) pada kusen jendela terdapat ambang atas dan ambang bawah
sedangkan pada pintu tidak ada ambang bawah.
3. Sponneng, yaitu tempat perletakan/melekatnya daun pintu atau daun jendela.
4. Telinga, yaitu bagian ambang (dorpel) yang masuk/ditanam kedalam tembok yang
berfungsi untuk menahan gerakan kusen kemuka atau kebelakang.
5. Alur kapur, bagian dari tiang (style) yang dialur/dicoak dengan fungsi untuk menahan
gerakan kusen kemuka atau kebelakang selain itu juga agar apabila terjadi
penyusutan, tidak timbul celah.
6. Angkur, dipasang pada tiang (style), berfungsi untuk memperkuat melekatnya pada
tembok juga menahan gerakan ke samping.dan ke muka/ke belakang.
7. Duk (neut), dipasang pada tiang (style) di bagian bawah, khusus untuk kusen pintu,
berfungsi untuk menahan gerakan tiang ke segala arah dan melindung tiang kayu
terhadap resapan air dari latai ke atas
Daun pintu
Daun pintu adalah daun penutup lubang pintu yang telah diberi rangka
(kusen).
Bagian-bagian daun pintu ;
Secara sederhana daun pintu terdiri dari 2 bagian ialah :
Rangka daun pintu yang terdiri dari rangka tiang dan rangka ambang. Rangka tiang
pada umumnya mempunyai ukuran 3-4 /12 cm x 200 cm untuk pintu panil sedang
rangka bagian dalam jumlah maupun ukurannya sangat bervariasi, sangat tergantung
dari model yang dibuat. Rangka ambang dibedakan dengan ambang atas tengah dan
bawah. Ambang atas pada umumnya mempunyai ukuran sama dengan rangka tiang,
kecuali bila ambang atas mempunyai bentuk lengkung , maka ukuran menjadi berbeda,
ialah antara 12-16 cm dengan ketebalan 3-4 cm dan lebarnya sangat tergantung dengan
jenis dan fungsi pintu tersebut.. Ambang bawah disebut juga dengan istilahdoorpel
yang mempunyai ukuran 3-4 cm/20cm x lebar daun . Fungsi dari doorpel ini adalah
memberikan kekuatan dan kekakuan bagi daun pintu. Sambungan pada bagian ini
antara tiang dengan doorpel mempunyai dua purus sehingga lebih kokoh. Untuk
ambang tengah ukuran tebal harus sama dengan ukuran rangka yang lain, akan tetapi
ukuran lebar sangat tergantung dari bentuk dan model daun pintu yang dirancang.
Panel daun pintu adalah papan yang dipasang pada rangka daun pintu dengan
sambungan alur lidah, sehingga menutup rapat pada daun pintu tersebut. Ukuran tebal
papan panil juga sangat bervariasi, dimulai ukuran 1 cm ( dari yang paling tipis ) hingga
4 cm ( yang paling tebal ), dan ukuran tersebut mengikuti dari kegunaan atau fungsi dan
estetika dari daun pintu tersebut. Bahan papan panil biasanya dari papan dengan ukuran
3 x 25 x 400 cm, sehingga mudah dikerjakan sesuai dengan desain yang dibuat.
Kuda-kuda.
Kuda-kuda merupakan penopang (iga-iga) yang menyalurkan gaya tekan,
sedangkan balok dasar pada kuda - kuda yang berfungsi sebagai penahan dasar gaya
tarik, serta tiang tengah (ander) yang mendukung balok bubungan (molo) dan
menerima gaya tekan.
Daun jendela
Daun jendela adalah suatu daun yang berfungsi untuk menutup lubang jendela
yang dapat dibuat dengan daun yang dapat dibuka dan ditutup atau berupa kaca mati.
Penampang kayu bulat
a. Kulit luar (outer bark), yang merupakan kulit mati, kering dan berfingsi sebagai
pelindung bagian dalam kayu.
Kulit dalam (bast), kulit hidup, lunak basah, yang berfungsi mengangkut bahan
makanan dari daun kebagian lain.
b. Kambium (cambium), berada disebelah dalam kulit dalam, berupa lapisan sangat tipis
(tebalnya hanya berukuran mikroskopik). Bagian inilah yang memproduksi sel-sel
kulit dan sel-sel kayu.
c. Kayu gubal (sap wood), tebalnya bervariasi antara 1 - 20 cm tergantung jenis
kayunya, berwarna keputih-putihan, berfungsi sebagai pengangkut air (berikut zat-zat)
dari tanah ke daun. Untuk keperluan struktur umumnya kayu perlu diawetkan dengan
memasukan bahan-bahan kimia kedalam lapisan kayu gubal ini.
d. Kayu teras atau galih (heart wood), lebih tebal dari kayu gubal yang tidak bekerja
lagi. Kayu teras terjadi dari perubahan kayu gubal secara perlahan-lahan. Kayu teras
merupakan bagian utama pada struktur kayu yang biasanya lebih awet (terhadap
serangan serangga, bubuk, jamur) dari pada kayu gubal.
e. Hati (pith), menjadi bagian paling lunak pada kayu tetapi sangat kecil ukurannya
dibanding diameter kayu. bagian ini harus selalu dihindari dan dibuang.
f. Lingkaran tahun, garis-garis yang melingkar pada pohon yang menunjukkan umur
pohon. Lingkaran terbentuk setiap tahun berdasarkan musim di mana pohon itu
tumbuh.
g. Jari-jari teras (Rays), yang menghubungkan berbagai bagian dari pohon untuk
penyimpanan dan peralihan bahan makanan.
h. Kayu awal, lapisan yang terbentuk pada waktu musim gugur. Biasanya lebih tipis
karena pada musim ini pertumbuhan pohon lebih lambat.
i. Kayu akhir, lapisan yang terbentuk di waktu musim semi. memiliki ketebalan lebih
karena pohon tumbuh lebih cepat ketika musim ini dengan adanya proses pengolahan
makanan untuk pohon yang lebih banyak.
Keutungan:
Kerugian :
b. Kelas kuat
c. Kelas berat
d. Beradasarkan Mutu
Terletak di muka 1/8 lebar kayu 1/6 lebar kayu ¼ lebar kayu
sempit
1/5 tebal kayu 1/6 tebal kayu ½ tebal kayu
Retak
1/10 tebal atau lebar 1/6 tebal atau lebar ¼ tebal atau lebar kayu
Pingul kayu kayu
1 : 13 1:6
Arah serat 1:9
1/5 tebal kayu eksudasi ½ tebal kayu
Saluran dammar tidak diperkenankan 2/5 tebal kayu
Diperkenankan Diperkenankan
Gubal Diperkenankan
Diperkenankan asal Diperkenankan
Lubang serangga terpencar dan ukuran Diperkenankan asal asal terpencar dan
dibatasi dan tidak ada terpencar dan ukuran ukuran dibatasi
tanda-tanda serangga dibatasi dan tidak ada dan tidak ada
hidup tanda-tanda serangga tanda-tanda
hidup serangga hidup
Yang dimaksud kerusakan kayu adalah menurunnya kekuatan kayu akibat adanya
atau terjadinya reta-retak, pecah-pecah, belah, pelapukan karena cuaca, serangan serangga
atau jamur; juga menurunnya mutu kayu akibat terjadinya perubahan warna, berubahnya nilai
dekoratif. Hal ini dapat diakibatkan oleh ulah manusia yang kurang cermat dalam mengelola
kayu, misalnya :
- pemeliharaan hutan yang kurang baik
- cara penebangan pohon yang salah,
- pembagian kayu yang keliru,
- cara menggergaji yang keliru, dan
- pengeringan kayu yang tidak sesuai.
Pengaruh cacat jenis ini sama dengan halnya pengaruh cacat belah dan pecah.
Hati rapuh
Hati adalah pusat lingkaran tumbuh kayu bulat. Cacat hati rapuh merupakan
tanda khas yang umum dimiliki kayu daun lebar yang umum tumbuh didaerah
tropis, seperti : meranti. Bagian kayu yang rapuh ummnya menunjukkan
tanda-tanda berkurangnya kekerasan dan kepadatan namun hati rapuh yang
dimaksud tidak menunjukkan tanda-tanda pembusukan yang nyata.
Cacat hati rapuh mengurangi kekuatan terhadap kayu. Cacat ini akan
menyulitkan proses pembuatan finir secara rotary (pengupasan) karena tidak
adanya kekuatan dari sumbu mesin untuk mencengkram dolok tersebut.
Arah serat
Beberapa jenis kayu seperti lara, kesambi, memiliki serat yang berpadu
sehingga kayu sulit dikerjakan (misalnya pada proses ketam) dan hal ini
dianggap merugikan, namun mempunyai keteguhan belah yang tinggi.
Jenis kayu ini mempunyai serat yang melintang artinya tidak sejajar dengan
sumbu batang dan jenis serat semacam ini akan mengurangi keteguhan kayu.
Cacat akibat jamur penyerang kayu
Jamur penyerang kayu dapat dibedakan menjadi :
a. jamur pembusuk kayu
b. jamur pelapuk kayu
c. jamur penyebab noda kayu
Pada tahap permuaan serangan jamur akan mengakibatkan timbulnya
kerapuhan kayu yang nyata, cenderung kayu akan mengalami patah secara
mendadak jika diberi beban dengan perubahan bentuk sedikit serta patahan
halus tidakberserpih. Untuk
jamur penyebab noda kayu, secara umum sedikit sekali pengaruhnya terhadap
kekauatan kayu dan biasanya tidak menurunkan kekuatan yang besar,
pengaruh terbesar adalah mengurangi keindahan, akibat timbulnya warna-
warna yang kotor (nda-noda).
Cacat akibat Serangga perusak kayu
Jenis serangga perusak kayu, diantaranya : rayap, kumbang kayu, dan bubuk
kayu. Kayu merupakan makanan dan tempat tinggal serangga tersebut,
sehingga jelas bahwa serangga-serangga tersebut akan membuat lubang-
lubang terowongan didalam
kayu yang mengakibatkan kekuatan kayu akan berkurang.
Lubang gerek dan lubang cacing laut
Lubang gerek adalah lubang-lubang pada kayu yang disebabkan oleh serangga
penggerek dan leubang cacing laut adalah lubang-lubang yang disebabkan oleh
cacing laut. Lubang gerek yang kecil hanya akan menurangi keindahan kayu
saja, tetapi jika
banyak akan mengakibatkan menurunnya kekuatan kayu, bahkan kayu tidak
bias dimanfaatkan lagi. Begitu halnya dengan lubang cacing.
Berat suatu kayu tergantung dari jumlah zat kayu, rongga sel, kadar air dan zat
ekstraktif didalamnya. Berat jenis merupakan petunjuk untuk menentukan sifat-sifat kayu.
Makin berat kayu itu, kekatan kayu semakin besar. Makin ringan kayu itu, kekuatannya juga
makin kecil. Berarti berat suatu jenis kayu berbanding lurus dengan BJ-nya. Kayu
mempunyai berat jenis yang berbeda-beda, berkisar antara BJ minimum 0,2 (kayu balsa)
sampai BJ 1,28 (kayu nani). Umumnya makin tinggi BJ kayu, kayu semakin berat dan
semakin kuat pula.
2. Keawetan
Keawetan adalah ketahanan kayu terhadap serangan dari unsur-unsur perusak kayu
dari luar seperti jamur, rayap, bubuk dll. Keawetan kayu tersebut disebabkan adanya zat
ekstraktif didalam kayu yang merupakan unsur racun bagi perusak kayu. Zat ekstraktif
tersebut terbentuk pada saat kayu gubal berubah menjadi kayu teras sehingga pada umumnya
kayu teras lebih awet dari kayu gubal.
1. Membakar Kayu.
Salah satu cara untuk menambah ketahanan kayu adalah dengan membakar lapisan
luar kayu tersebut. Bagian luar yang berlapis arang tidak akan mudah termakan
rayap. Cara ini biasanya dipakai untuk tiang-tiang yang sebagian tertanam dalam
tanah. Cara ini tidak baik sebab kayu akan retak, sehingga bubuk/rayap akan
mudah masuk dalam retak-retak itu dan akan menyebabkan rusaknya kayu.
2. Mengetir.
Biasanya dipakai pada tiang pagar dan rangka atap dari kayu muda. Ada dua
macam tir yang sering dipakai yaitu : “kolter” dan “sweedsteer” warnanya coklat
muda dan cair.
3. Penggunaan Karbolium.
Karbolium lebih baik dari pada tir, sebab pori-pori kayu tidak tertutup dan
getahnya masih bisa keluar. Biasanya digunakan pada bangunan air dan umum,
misalnya untuk tiang jembatan dalam laut, perahu, dll.
5. Proses Burnett.
Proses ini sama dengan proses minyak kreosoot, hanya bahannya yang berbeda
yaitu Zn Cl2 berbusa dan tak berwarna. Cara ini tidak dapat digunakan untuk
struktur yang terendam air.
Pada proses ini digunakan dua bejana (tangki) khusus. Tangki bagian atas diisi
campuran kopervitriool dan air, kayu dimasukan kedalam tangki bagian bawah,
sehingga kopervitriool bercampur air akan mengalir dan mengisi pori-pori kayu.
7. Proses Kijan.
Kayu direndam dalam air yang sudah dicampur bahan pengawet Hg Cl2 (zat cair
putih yang beracun sangat berbisa dan tak berwarna) selama 5 - 14 hari, kemudian
ditumpuk pada tempat yang berangin. Kayu yang sudah diobati tidak berbau dan
berwarna, setelah kering bisa di cat. Cara ini tidak baik jika digunakan pada
struktur yang berlengas, juga tidak baik dipadukan (komposit) dengan besi.
8. Proses Wolman.
Proses ini menggunakan garam wolman, yaitu bahan pengawet yang terdiri dari Na
Fe di tambah dini trophenol dan bichromat kers. dijual dalam bentuk bubuk. Kayu
yang akan diawetkan harus dikeringkan terlebih dahulu, kemudian direndam dalam
air yang sudah dicampur garam wolman selama 7 hari dan kemudian dikeringkan.
3. Warna
Kayu yang beraneka warna macamnya disebabkan oleh zat pengisi warna dalam kayu
yang berbeda-beda. Warna suatu jenis kayu dipengaruhi : tempat di dalam batang, umur
pohon dan kelembaban udara.
4. Tekstur
Tekstur adalah ukuran relatif sel-sel kayu. Berdasarkan teksturnya, kayu digolongkan
kedalam kayu bertekstur halus (contoh: giam, kulim dll), kayu bertekstur sedang (contoh: jati,
sonokeling dll) dan kayu bertekstur kasar (contoh: kempas, meranti dll).
5. Arah Serat
Arah serat adalah arah umum sel-sel kayu terhadap sumbu batang pohon. Arah serat
dapat dibedakan menjadi serat lurus, serat berpadu, serat berombak, serta terpilin dan serat
diagonal (serat miring).
6. Kesan Raba
Kesan raba adalah kesan yang diperoleh pada saat meraba permukaan kayu (kasar,
halus, licin, dingin, berminyak dll). Kesan raba tiap jenis kayu berbeda-beda tergantung dari
tekstur kayu, kadar air, kadar zat ekstraktif dalam kayu.
Bau dan rasa kayu mudah hilang bila kayu lama tersimpan di udara terbuka.
Beberapa jenis kayu mempunyai bau yang merangsang dan untuk menyatakan bau kayu
tersebut, sering digunakan bau sesuatu benda yang umum dikenal misalnya bau bawang
(kulim), bau zat penyamak (jati), bau kamper (kapur) dsb.
8. Nilai Dekoratif
Gambar kayu tergantung dari pola penyebaran warna, arah serat, tekstur, dan
pemunculan riap-riap tumbuh dalam pola-pola tertentu. Pola gambar ini yang membuat
sesuatu jenis kayu mempunyai nilai dekoratif.
9. Higroskopis
Kayu mempunyai sifat dapat menyerap atau melepaskan air. Makin lembab udara
disekitarnya makin tinggi pula kelembaban kayu sampai tercapai keseimbangan dengan
lingkungannya. Masuknya air ke dalam kayu menyebabkan berat kayu bertambah. Sifat ini
berhubungan dengan sifat mengembang dan menyusut kayu. Dalam kondisi kelembaban
kayu sama dengan kelembaban udara disekelilingnya disebut kandungan air keseimbangan
(EMC = Equilibrium Moisture Content).
Sifat akustik, yaitu kemampuan untuk meneruskan suara berkaitan erat dengan
elastisitas kayu.
Sifat resonansi, yaitu turut bergetarnya kayu akibat adanya gelombang suara.
Kualitas nada yang dikeluarkan kayu sangat baik, sehingga kayu banyak dipakai
untuk bahan pembuatan alat musik (kulintang, gitar, biola dll).
Sifat daya hantar kayu sangat jelek sehingga kayu banyak digunakan untuk membuat
barang-barang yang berhubungan langsung dengan sumber panas.
Pada umumnya kayu merupakan bahan hantar yang jelek untuk aliran listrik. Daya
hantar listrik ini dipengaruhi oleh kadar air kayu. Pada kadar air 0 %, kayu akan menjadi
bahan sekat listrik yang baik sekali, sebaliknya apabila kayu mengandung air maksimum
(kayu basah), maka daya hantarnya boleh dikatakan sama dengan daya hantar air.
1. Keteguhan Tarik
Keteguhan tarik adalah kekuatan kayu untuk menahan gaya-gaya yang berusaha menarik
kayu. Terdapat 2 (dua) macam keteguhan tarik yaitu :
Kekuatan tarik terbesar pada kayu ialah keteguhan tarik sejajar arah serat. Kekuatan tarik
tegak lurus arah serat lebih kecil daripada kekuatan tarik sejajar arah serat.
Pada semua kayu, keteguhan tegak lurus serat lebih kecil daripada keteguhan kompresi
sejajar arah serat.
3. Keteguhan Geser
Keteguhan geser adalah kemampuan kayu untuk menahan gaya-gaya yang membuat suatu
bagian kayu tersebut turut bergeser dari bagian lain di dekatnya. Terdapat 3 (tiga) macam
keteguhan yaitu :
Keteguhan geser tegak lurus serat jauh lebih besar dari pada keteguhan geser sejajar arah
serat.
Keteguhan lengkung statik, yaitu kekuatan kayu menahan gaya yang mengenainya
secara perlahan-lahan.
Keteguhan lengkung pukul, yaitu kekuatan kayu menahan gaya yang mengenainya
secara mendadak.
5. Kekakuan
Kekakuan adalah kemampuan kayu untuk menahan perubahan bentuk atau lengkungan.
Kekakuan tersebut dinyatakan dalam modulus elastisitas.
6. Keuletan
Keuletan adalah kemampuan kayu untuk menyerap sejumlah tenaga yang relatif besar atau
tahan terhadap kejutan-kejutan atau tegangan-tegangan yang berulang-ulang yang melampaui
batas proporsional serta mengakibatkan perubahan bentuk yang permanen dan kerusakan
sebagian.
II 100. 000
IV 60. 000
7. Kekerasan
Kekerasan adalah kemampuan kayu untuk menahan gaya yang membuat takik atau lekukan
atau kikisan (abrasi). Bersama-sama dengan keuletan, kekerasan merupakan suatu ukuran
tentang ketahanan terhadap pengausan kayu.
8. Keteguhan Belah
Keteguhan belah adalah kemampuan kayu untuk menahan gaya-gaya yang berusaha
membelah kayu. Sifat keteguhan belah yang rendah sangat baik dalam pembuatan sirap dan
kayu bakar. Sebaliknya keteguhan belah yang tinggi sangat baik untuk pembuatan ukir-ukiran
(patung). Pada umumnya kayu mudah dibelah sepanjang jari-jari (arah radial) dari pada arah
tangensial.
Ukuran yang dipakai untuk menjabarkan sifat-sifat keku-atan kayu atau sifat mekaniknya
dinyatakan dalam kg/cm2. Faktor-faktor yang mempengaruhi sifat mekanik kayu secara
garis besar digolongkan menjadi dua kelompok :
1. Faktor luar (eksternal): pengawetan kayu, kelembaban lingkungan, pembebanan dan
cacat yang disebabkan oleh jamur atau serangga perusak kayu.
2. Faktor dalam kayu (internal): BJ, cacat mata kayu, serat miring dsb.
Pengeringan kayu
Kayu baru tebang memiliki kadar air yang tinggi, 200%-300%. Setelah ditebang
kandungan air tersebut berangsur berkurang karena menguap. Mulanya air bebas atau air di
luar serat (free water) yang menguap. Penguapan ini masih menyisakan 25%-35% kandungan
air. Selanjutnya penguapan air dalam serat (bound water). Kayu dapat di keringkan melalui
udara alam bebas selama beberapa bulan atau dengan menggunakan dapur pengering (kiln).
Kayu dapat dikeringkan ke kadar sesuai permintaan. Kadar air kayu untuk kuda-kuda
biasanya harus kurang dari atau sama dengan 19 persen. Kadang diminta kadar air kayu
hingga 15% (MC 15). Namun karena kayu bersifat higroskopis, pengaruh kelembaban udara
sekitar kayu akan mempengaruhi kadar air kayu yang akan mempengaruhi kembang
susut kayu dan kekuatannya.
Pengawetan kayu
Ada 3 hal yang perlu diperhatikan pada akhir proses pengawetan kayu :
1. Pembongkaran kayu dari tumpukan dalam bak celup (rendaman) harus dilakukan
dengan hati-hati, jangan sampai terjadi kerusakan kayu yang mengakibatkan
tergoresnya permukaan yang telah terlapiskan bahan pengawet.
2. Untuk pengeringan kayu setelah diawetkan, dapat digunakan pengeringan secara
alami atau buatan. Hanya perlu diperhatikan, tidak semua bahan pengawet dapat
dikeringkan secara pengeringan buatan (dry kiln). Sebab dengan pengeringan yang
mendadak, bahan pengawet akan menguap dari dalam kayu, yang berarti pelunturan
bahan pengawet. Biasanya bahan pengawet larut minyak dan berupa minyak
mengijinkan pengeringan akhir dengan kiln. Setelah kayu benar-benar kering,
penggunaan dapat dilakukan.
3. Penyimpanan sementara sebelum kayu dipakai harus dilakukan di tempat terlindung
dan terbuka bagi sirkulasi udara. caranya seperti penyusunan kayu gergajian dengan
menggunakan alat ganjel.
1. Metode Rendaman
Keuntungan :
Kerugian :
2. Metode Pencelupan
Keuntungan :
Kerugian :
Keuntungan :
Kerugian :
4. Metode Pembalutan
Keuntungan :
Peralatan sederhana
Penetrasi lebih baik, hanya waktu agak lama
Digunakan untuk tiang-tiang kering ataupun basah
Kerugian :
Keuntungan :
Kerugian :
1. Cara rendaman: kayu direndam di dalam bak larutan baha pengawet yang telah
ditentukan konsentrasi (kepekatan) bahan pengawet dan larutannya, selama beberapa
jam atau beberapa hari. Waktu pengawetan (rendaman) kayu harus seluruhnya
terendam, jangan sampai ada yang terapung. Karena itu diberi beban pemberat dan
sticker. Ada beberapa macam pelaksanaan rendaman, antara lain rendaman dingin,
rendaman panas, dan rendaman panas dan rendaman dingin. Cara rendaman dingin
dapat dilakukan dengan bak dari beton, kayu atau logam anti karat. Sedangkan cara
rendaman panas atau rendaman panas dan dingin lazim dilakukan dalam bak dari
logam. Bila jumlah kayu yang akan diawetkan cukup banyak, perlu disediakan dua
bak rendaman (satu bak untuk merendam dan bak kedua untuk membuat larutan
bahan pengawet, kemudian diberi saluran penghubung). Setelah kayu siap dengan
beban pemberat dan lain-lain, maka bahan pengawet dialirkan ke bak berisi kayu
tersebut. Cara rendaman panas dan dingin lebih baik dari cara rendaman panas atau
rendaman dingin saja. Penetrasi dan retensi bahan pengawet lebih dalam dan banyak
masuk ke dalam kayu. Larutan bahan pengawet berupa garam akan memberikan hasil
lebih baik daripada bahan pengawet larut minyak atau berupa minyak, karena proses
difusi. Kayu yang diawetkan dengan cara ini dapat digunakan untuk bangunan di
bawah atap dengan penyerang perusak kayunya tidak hebat.
2. Cara pencelupan: kayu dimasukkan ke dalam bak berisi larutan bahan pengawet
dengan konsentrasi yang telah ditentukan, dengan waktu hanya beberapa menit
bahkan detik. Kelemahan cara ini: penetrasi dan retensi bahan pengawet tidak
memuaskan. Hanya melapisi permukaan kayu sangat tipis, tidak berbeda dengan cara
penyemprotan dan pelaburan (pemolesan). Cara ini umumnya dilakukan di industri-
industri penggergajian untuk mencegah serangan jamur blue stain. Bahan pengawet
yang dipakai Natrium Penthachlorophenol. Hasil pengawetan ini akan lebih baik baila
kayu yang akan diawetkan dalam keadaan kering dan bahan pengawetnya dipanaskan
lebih dahulu.
3. Cara pemulasan dan penyemprotan : cara pengawetan ini dapat dilakukan dengan alat
yang sederhana. Bahan pengawet yang masuk dan diam di dalam kayu sangat tipis.
Bila dalam kayu terdapat retak-retak, penembusan bahan pengawet tentu lebih dalam.
Cara pengawetan ini hanya dipakai untuk maksut tertentu, yaitu : a. Pengawetan
sementara (prophylactic treatment) di daerah ekploatasi atau kayu-kayu gergajian
untuk mencegah serangan jamur atau bubuk kayu basah. b. Untuk membunuh
serangga atau perusak kayu yang belum banyak dan belum merusak kayu (represif). c.
Untuk pengawetan kayu yang sudah terpasang. Cara pengawetan ini hanya dianjurkan
bila serangan perusak kayu tempat kayu akan dipakai tidak hebat (ganas).
4. Cara pembalutan : cara pengawetan ini khusus digunakan untuk mengawetkan tiang-
tiang dengan menggunakan bahan pengawet bentuk cream (cairan) pekat, yang
dilaburkan/diletakkan pada permukaan kayu yang masih basah. Selanjutnya dibalut
sehingga terjadilah proses difusi secara perlahan-lahan ke dalam kayu.
5. Proses vakum dan tekanan (cara modern) :
Proses Bethel
Proses Burnett
Proses Rueping
Proses Lowry
Tentunya tidak semua sifat-sifat di atas dimiliki oleh sesuatu jenis bahan pengawet.
Dalam praktek biasanya diperhatikan sifat-sifat mana yang perlu tergantung pada tujuan
pemakaian kayu itu nantinya. Pada waktu memilih bahan pengawet kayu harus diperhatikan
hal-hal sebagai berikut
Pada kayu yang akan digunakan di tempat yang lembab dengan resiko serangan perusak
kayu yang hebat, perlu diambil bahan pengawet yang tidak mudah luntur dan cukup beracun
bagi jamur. Bagi kayu untuk bangunan di bawah atap, perlu adanya bahan pengawet yang
tidak mengganggu kesehatan manusia, tidak mempengaruhi cat, politur, dan lain-lain. Untuk
kayu yang dipakai di luar ruangan, digunakan tipe bahan pengawet larut air tapi tidak mudah
mengubah warna kayu tersebut. Bahan pengawet yang mengandung garam arsen umumnya
digenakan untuk serangan serangga yang hebat. Kayu yang akan digunakan di tempat yang
berhubungan dengan air laut umumnya diawetkan dengan penggunaan tipe CCA (tembaga-
chroom-arsen) atau dengan creosot, carbolineum, yang memiliki kadar racun yang tinggi.
Macam-macam bahan pengawet kayu menurut bahan pelarut yang digunakan:
1. Bahan pengawet yang larut dalam air, menggunakan air biasa sebagai bahan
pengencer.
2. Bahan pengawet yang larut dalam minyak, menggunakan minyak sebagai bahan
pengencer.
3. Bahan pengawet yang berupa minyak, tapi masih dapat diencerkan dengan
bermacam-macam minyak.
Dijual dalam perdagangan berbentuk cairan agak pekat, bubuk (tepung). Pada waktu
akan digunakan, dilarutkan lebih dahulu dalam pelarut-pelarut antara lain: solar,
minyak disel, residu, dan lain-lain.
Bersifat menolak air, daya pelunturannya rendah, sebab minyak tidak dapat
bertoleransi dengan air.
Daya cegah terhadap makhluk perusak kayu cukup baik.
Memiliki bau tidak enak dan dapat merangsang kulit (alergis).
Warnanya gelap dan kayu yang diawetkan menjadi kotor.
Sulit di-finishing karena lapisan minyak yang pekat pada permukaan kayu.
Penetrasi dan retensi agak kurang, disebabkan tidak adanya toleransi antara minyak
dan kandungan air pada kayu.
Mudah terbakar.
Tidak mudah luntur.
Nama-nama perdagangan bahan pengawet larut minyak antara lain: PCP (Pentha Chlor
Phenol), Rentokil, Cu-Napthenate, Tributyltin-oxide, Dowicide, Restol, Anticelbor, Cuprinol,
Solignum, Xylamon, Brunophen, Pendrex, Dieldrien, dan Aldrin.
Ukuran kayu
Kayu bangunan adalah kayu olahan yang diperoleh dengan jalan mengkonversikan
kayu bulat menjadi kayu berbentuk balok, papan atau bentuk-bentuk yang sesuai dengan
tujuan penggunaannya.
• Ukuran nominal kayu untuk bangunan, tebal dan lebar minimal (10x10) mm, (10x30)mm,
(20x30) nm, sampai (120x120) mm, (25x30) mm, (30x30) nm, (30x50) mm, (60x80) mm,
(60x100) mm, 60x120)mm, (80x80) mm, (80x100) mm, 120x120) mm.
Kusen pintu dan jendela (mm): 60 (100, 120, 130, 150) ; 80 (100, 120, 150).
Kuda-kuda (mm): 80 (80, 100, 120, 150, 180), 100 (100, 120, 150, 180).
Kaso (mm) : 40x60; 40x80; 50x70.
Tiang balok (mm) :80 (80, 100, 120); 100 (100, 120; 120 (120, 150).
Balok antar tiang (mm): 40 (60, 80); 60 (80, 120, 150); 80 (120, 150, 180), 100(120,
150).
Balok langit (mm): 80 (120, 150, 180, 200); 100 (150, 180, 200).
• Toleransi ukuran panjang kayu ditetapkan berdasarkan ukuran nominal 100 mm dan
toleransi ukuran tebal dan lebar kayu ditetapkan 0-15 mm dari ukuran nominal.
• Ketentuan kadar air kayu adalah ukuran kayu gergajian dalam keadaan kering udara,
maksimum 23%, kecuali untuk kusen daun pintu, daun jendela, jelusi dan elemen lainnya
mempunyai kadar air maksimum 20%
Kayu olahan
1. Solid
Kayu utuh yang tidak dibentuk dari sambungan atau gabungan, kayu solid yang cukup
populer di Indonesia al; kayu jati, sungkai, nyatoh, ramin, dan jati belanda, dll. Harga
kayu solid dihitung berdasarkan kubikasi, panjang x lebar x tebal. Umumnya harga
kayu solid cenderung lebih mahal.
2. Layered (plywood, multiplex,triplex, dll)
Kayu lapis yang biasa disebut tripleks atau multipleks, sesuai dengan namanya kayu
lapis terbentuk dari beberapa lapis lembaran kayu. Lembaran-lembaran tersebut
direkatkan dengan tekanan tinggi dan menggunakan perekat khusus. Kayu lapis yang
terdiri dari tiga lembar kayu disebut tripleks. Sedangkan yang terdiri dari lebih dari
tiga lembar kayu, disebut multipleks.Ketebalan kayu lapis bervariasi, mulai dari 3mm,
4mm, 9mm, dan 18mm dengan ukuran penampang standart yaitu 120cm x 240cm.
Kayu lapis bisa digunakan sebagai material untuk kitchen set, tempat tidur, lemari,
atau meja.Plywood memiliki banyak pilihan motif, yang kerap digunakan sebagai
pelapis lemari ataupun kitchen set al ; motif jati, sungkai, nyatoh, dll.....masing-
masing motif mempunyai ciri khas dan warna tersendiri, umumnya plywood yang
dilapisi oleh lapisan bermotif ini difinishing dengan cara plitur/ NC dan
melamik.Selain itu ada juga melaminto, yaitu kayu lapis dengan lapisan anti air yang
umumnya dipasang pada bagian dalam kitchen set ataupun untuk bagian dalam pintu
kamar mandi. Ada beberapa pilihan warna pada melaminto.
3. Partikelboard
Jenis kayu olahan yang satu ini terbuat dari serbuk kayu kasar yang dicampur dengan
bahan kimia khusus campuran tersebut disatukan dengan lem dan dikeringkan dengan
suhu tinggi. Kayu partikel banyak digunakan sebagai material untuk berbagi furnitur,
namun kayu partikel tergolong jenis kayu yang tidak tahan lama. Dalam kurun waktu
tertentu kayu partikel bisa berubah bentuk, terutama terkena air dan menahan beban
terlalu berat.
Volume Log
Volume log yang dihitung berdasarkan perkalian luas penampangnya terhadap panjang log
ketika dibelah menjadi beberapa lembar papan atau balok, total volume log tersebut akan
terpecah menjadi beberapa bagian dari yang terbesar adalah balok, lalu serpihan kayu dan
serbuk gergaji.
Rumus volume kayu log: 3,14 x (luas penampang) x (panjang log)
Contoh:
Diameter (Ø) sebuah log kayu adalah 40cm (0,40 mtr) dengan panjang 2,5 meter.
Volume logs = 3,14 x (0,20 cm x 0,20 m) x 2,5 mtr
Volume logs = 3,14 x 0,040 x 2,5 mtr = 0,314 m3
Logs tersebut dibelah menjadi beberapa batang kayu balok sehingga menghasilkan 11 batang
kayu yang efektif bisa dipakai sebagai bahan baku furniture (lihat gambar) dengan rincian
sebagai berikut:
Dari hasil perhitungan di atas anda bisa melihat bahwa hanya 0,184 m³ yang menjadi kayu
gergajian sehingga kalau kita konversikan menjadi: volume kayu gergajian : vol kayu logs,
yaitu: 0,184 : 0,314 = 0,585 = 58,5 %
Berarti dari 100% volume kayu log, hanya 58,5% yang menjadi kayu gergajian. Sisanya
sebesar 41,5% telah menjadi serpihan kayu dan serbuk gergaji. Prosentase ini tidaklah nilai
yang mutlak karena akan bisa berubah lebih tinggi atau lebih rendah tergantung dari berbagai
faktor misalnya jenis kayu, bentuk penampang kayu dan metode penggergajian.