You are on page 1of 35

TUGAS BAHAN BANGUNAN II

KAYU

BAHAN BANGUNAN II

Dibuat untuk memenuhi persyaratan mata kuliah bahan bangunan II

Semester IV Jurusan Teknik Sipil

NAMA : Stephanie K

NIM : 0609 3010 0021

KELAS : 4-SC

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA

PALEMBANG

2011
KAYU

Kayu adalah suatu bahan konstruksi yang didapatkan dari tumbuhan dalam alam serta
merupakan bahan mentah yang mudah diproses untuk dijadikan barang sesuai dengan keinginan dan
kemajuan teknologi. Karena itu tidak hanya merupakan salah satu bahan konstruksi pertama dalam
sejarah umat manusia, tetapi mungkin juga menjadi yang terakhir . Kayu juga sebagai salah satu
bahan yang pertama sebelum ilmu pengetahuan mulai dibicarakan .

Kayu adalah bagian keras tanaman yang digolongkan kepada pohon dan semak belukar.
Kayu digunakan untuk berbagai keperluan, mulai dari memasak, membuat perabot ( meja,kursi),
bahan bangunan (pintu, jendela, rangka atap), bahan kertas dan banyak lagi. Kayu juga dapat
dimanfaatkan sebagai hiasan-hiasan rumah tangga dan sebagainya. Secara kimia kayu tersusun atas
beberapa bagian utama yaitu selulosa dan lignin.

Kegunaan kayu:

- Konstruksi berat ; jembatan dan bangunan gedung tinggi.


Sebelum abad 20, kayu menjadi bahan bangunan utama bahkan sebagai bahan
struktur jalan kereta dan jembatan. Jembatan terdiri dari  struktur bawah dan struktur
atas. Struktur bawah terdiri dari abutment, tiang dan struktur lain untuk menyangga
struktur atas yang terdiri dari balok jembatan dan lantai jembatan.
Bentuk penyusun struktur dapat berupa kayu gelondong/log, kayu gergajian,
hingga kayu laminasi atau kayu buatan lainnya. Hingga produk glulam tersebar,
ketersediaan ukuran kayu menjadi kendala penyelenggaraan kayu untuk jembatam.
Kalaupun ada, jembatan kayu merupakan jembatan sementara dengan umur pakai
dibawah 10 tahun.

Struktur kayu laminasi telah membantu kapabilitas bentangan struktur yang


diperlukan untuk jembatan. Gelegar laminasi ukuran 0.60 m x 1.80 m mampu
mendukung suatu sistem deck laminasi hingga bentangan 12 m – 30 m bahkan lebih.
Balok laminasi dapat membentuk suatu deck/ lantai jembatan yang solid dan jika
dirangkai dengan batang tarik pengekang dapat membentuk suatu deck laminasi
bertegangan tarik. Kayu laminasi lengkung dapat dipakai untuk memproduksi
beragam jembatan yang indah.
Struktur pelengkung kayu telah banyak diselenggarakan untuk mendapatkan
ruang cukup lapang pada bangunan tempat ibadah, bangunan rekreasi hingga hanggar
terlebih saat teknologi kayu laminasi/glulam ditemukan. Struktur ini disusun dari
struktur tarikan di bagian bawah dan struktur tekan di bagian pelengkung atas.
Struktur bagian bawah bisa berbentuk lengkung atau lurus. Jika lurus maka atap
bangunan akan membentuk seperti payung. Sedangkan jika bagian bawah lengkung
simetris dan berpusat pada satu pusat, maka atap dome akan menyerupai bola.

Pada bangunan gedung, struktur balok dapat berupa balok loteng balok atap,
maupun gording. Struktur balok kayu dapat berupa kayu solid gergajian, kayu
laminasi, atau bentuk kayu buatan lainnya. Untuk penyambungan, batang balok
dengan balok perlu menghindari sambungan yang menerima momen yang relatif
besar. Karenanya sambungan balok umumnya dilakukan tepat di atas struktur
dudukan atau mendekati titik dudukan. Dengan begitu momen yang terjadi pada
sambungan relatif kecil.
Balok sering dibebani penggantung plafon atau komponen konstruksi lain di
bawahnya. Agar pembebanan tersebut tidak merusak struktur, pengantung dipasang di
atas separoh tinggi balok untuk menghindari sobek batang balok akibat pembebanan
tersebut. Penyelenggaraan beugel untuk penggantung sangat disarankan untuk
maksud tersebut.

Pada dudukan dan sambungan antar balok secara tegak lurus, hindarkan


pengurangan tampang, sehingga bahaya sobek pada balok kayu tidak terjadi. Gambar
8.30 merupakan contoh sambungan antara balok, balok anak lantai disambungkan
pada balok utama/induk dari kayu laminasi. Penyambung pada balok diletakkan di
bagian atas untuk menghindari sobek

- Konstruksi sedang : bangunan rumah tinggal.


Konstruksi atap rangka kayu adalah suatu konstruksi yang berfungsi bagai
penahan beban penutup atap, yang melindungi penghuni rumah dan panas matahari,
angin dan air hujan, yang strukturnya terbuat dan rangka kayu.
Konstruksi atap rangka kayu memiliki elemen-elemen sebagai berikut :
a.   Kuda-kuda
Kuda-kuda merupakan penopang (iga-iga) yang menyalurkan gaya tekan,
sedangkan balok dasar pada kuda - kuda yang berfungsi sebagai penahan dasar gaya
tarik, serta tiang tengah (ander) yang mendukung balok bubungan (molo) dan
menerima gaya tekan.
Gording merupakan sebagai penyangga kasau (usuk) tenletak pada kuda
penopang dibutuhkanjikajarak antara bantalan dan bubungan> 2 m.
Kasau / Usuk merupakan balok melintang di atas balok dinding (bantalan),
gording, dan bubungan serta berfungsi sebagai penyangga reng. Ujung bawah kasau
diteruskan menonjol pada dinding rumah ke luar, membentuk lebar tritisan yang
dikehendaki.
Reng merupakan bilah yang melintang di atas kasau dan berfungsi sebagai
tempat menempatkan posisi genteng, sedangkan ring balok diletakkan di bagian
puncak dinding dan berfungsi sebagai pendukung balok kuda-kuda.
Listplank Tirisan terbuat dari papan tegak yang dipasang pada ujung bawah
kasau sebagai pengikat ujung kasau. Listplank harus dilindungi terhadap cucuran air
hujan dan terhadap panas matahari agar tidak cepat lapuk.

- Komponen bangunan : kusen pintu dan kusen jendela, daun pintu dan jendela serta
Kusen

Kusen untuk tempat tinggal terbuat dari kayu atau logam. Kusen kayu
memberikan penampilan yang hangat dan indah dari tampilan tekstur serat-serat kayu
yang dimilikinya, mempunyai nilai penyekat panas yang baik dan pada umumnya
tahan terhadap pengaruh cuaca. Rangka jenis ini dapat berupa produk pabrik yang
telah diselesaikan dengan pelapisan cat, pewarnaan atau masih berupa kayu asli tanpa
pelapisan. 

Ukuran penampang batang kayu untuk rangka pintu dan jendela adalah
sebagai berikut : 5/10 5/12 5/14 5/15 6/10 6/12 6/14 6/15 7/12 cm

Bagian-Bagian kusen terdiri atas :

1. Tiang (style).
2. Ambang (dorpel) pada kusen jendela terdapat ambang atas dan ambang bawah
sedangkan pada pintu tidak ada ambang bawah.
3. Sponneng, yaitu tempat perletakan/melekatnya daun pintu atau daun jendela.
4. Telinga, yaitu bagian ambang (dorpel) yang masuk/ditanam kedalam tembok yang
berfungsi untuk menahan gerakan kusen kemuka atau kebelakang.
5. Alur kapur, bagian dari tiang (style) yang dialur/dicoak dengan fungsi untuk menahan
gerakan kusen kemuka atau kebelakang selain itu juga agar apabila terjadi
penyusutan, tidak timbul celah.
6. Angkur, dipasang pada tiang (style), berfungsi untuk memperkuat melekatnya pada
tembok juga menahan gerakan ke samping.dan ke muka/ke belakang.
7. Duk (neut), dipasang pada tiang (style) di bagian bawah, khusus untuk kusen pintu,
berfungsi untuk menahan gerakan tiang ke segala arah dan melindung tiang kayu
terhadap resapan air dari latai ke atas

Daun pintu
Daun pintu adalah daun penutup lubang pintu yang telah diberi rangka
(kusen).
Bagian-bagian daun pintu ;
Secara sederhana daun pintu terdiri dari 2 bagian ialah :
Rangka daun pintu yang terdiri dari rangka tiang dan rangka ambang. Rangka tiang
pada umumnya mempunyai ukuran 3-4 /12 cm x 200 cm untuk pintu panil sedang
rangka bagian dalam jumlah maupun ukurannya sangat bervariasi, sangat tergantung
dari model yang dibuat. Rangka ambang dibedakan dengan ambang atas tengah dan
bawah. Ambang atas pada umumnya mempunyai ukuran sama dengan rangka tiang,
kecuali bila ambang atas mempunyai bentuk lengkung , maka ukuran menjadi berbeda,
ialah antara 12-16 cm dengan ketebalan 3-4 cm dan lebarnya sangat tergantung dengan
jenis dan fungsi pintu tersebut.. Ambang bawah disebut juga dengan istilahdoorpel
yang mempunyai ukuran 3-4 cm/20cm x lebar daun . Fungsi dari doorpel ini adalah
memberikan kekuatan dan kekakuan bagi daun pintu. Sambungan pada bagian ini
antara tiang dengan doorpel mempunyai dua purus sehingga lebih kokoh. Untuk
ambang tengah ukuran tebal harus sama dengan ukuran rangka yang lain, akan tetapi
ukuran lebar sangat tergantung dari bentuk dan model daun pintu yang dirancang.
Panel daun pintu adalah papan yang dipasang pada rangka daun pintu dengan
sambungan alur lidah, sehingga menutup rapat pada daun pintu tersebut. Ukuran tebal
papan panil juga sangat bervariasi, dimulai ukuran 1 cm ( dari yang paling tipis ) hingga
4 cm ( yang paling tebal ), dan ukuran tersebut mengikuti dari kegunaan atau fungsi dan
estetika dari daun pintu tersebut. Bahan papan panil biasanya dari papan dengan ukuran
3 x 25 x 400 cm, sehingga mudah dikerjakan sesuai dengan desain yang dibuat.

Kuda-kuda.
Kuda-kuda merupakan penopang (iga-iga) yang menyalurkan gaya tekan,
sedangkan balok dasar pada kuda - kuda yang berfungsi sebagai penahan dasar gaya
tarik, serta tiang tengah (ander) yang mendukung balok bubungan (molo) dan
menerima gaya tekan.

Daun jendela

Daun jendela adalah suatu daun yang berfungsi untuk menutup lubang jendela
yang dapat dibuat dengan daun yang dapat dibuka dan ditutup atau berupa kaca mati.
Penampang kayu bulat

a. Kulit luar (outer bark), yang merupakan kulit mati, kering dan berfingsi sebagai
pelindung bagian dalam kayu.
Kulit dalam (bast), kulit hidup, lunak basah, yang berfungsi mengangkut bahan
makanan dari daun kebagian lain.
b. Kambium (cambium), berada disebelah dalam kulit dalam, berupa lapisan sangat tipis
(tebalnya hanya berukuran mikroskopik). Bagian inilah yang memproduksi sel-sel
kulit dan sel-sel kayu.
c. Kayu gubal (sap wood), tebalnya bervariasi antara 1 - 20 cm tergantung jenis
kayunya, berwarna keputih-putihan, berfungsi sebagai pengangkut air (berikut zat-zat)
dari tanah ke daun. Untuk keperluan struktur umumnya kayu perlu diawetkan dengan
memasukan bahan-bahan kimia kedalam lapisan kayu gubal ini.
d. Kayu teras atau galih (heart wood), lebih tebal dari kayu gubal yang tidak bekerja
lagi. Kayu teras terjadi dari perubahan kayu gubal secara perlahan-lahan. Kayu teras
merupakan bagian utama pada struktur kayu yang biasanya lebih awet (terhadap
serangan serangga, bubuk, jamur) dari pada kayu gubal.
e. Hati (pith), menjadi bagian paling lunak pada kayu tetapi sangat kecil ukurannya
dibanding diameter kayu. bagian ini harus selalu dihindari dan dibuang.
f. Lingkaran tahun, garis-garis yang melingkar pada pohon yang menunjukkan umur
pohon. Lingkaran terbentuk setiap tahun berdasarkan musim di mana pohon itu
tumbuh.
g. Jari-jari teras (Rays), yang menghubungkan berbagai bagian dari pohon untuk
penyimpanan dan peralihan bahan makanan.
h. Kayu awal, lapisan yang terbentuk pada waktu musim gugur. Biasanya lebih tipis
karena pada musim ini pertumbuhan pohon lebih lambat.
i. Kayu akhir, lapisan yang terbentuk di waktu musim semi. memiliki ketebalan lebih
karena pohon tumbuh lebih cepat ketika musim ini dengan adanya proses pengolahan
makanan untuk pohon yang lebih banyak.

Keuntungan dan kerugian penggunaan kayu pada konstruksi :

Keutungan:

- Banyak didapat di Indonesia dan bisa didaur ulang lagi ketersediaannyadengan


menanam kembali (Reboisasi).
- Mudah dikerjakan dan mudah dibentuk sesuai kebutuhan dan kegunaannya serta
harga yang relatif murah.
- Kekuatan kayu cukup tinggi dan ringan.
- Daya tahan terhadap listrik dan bahan kimia (kecuali bahan imia yang keras) cukup
tinggi/baik.
- Pada jenis kayu tertentu mempunyai tekstur yang indah, sehingga mempunyai nilai
dekoratif yang indah/baik.
- Kedap suara.

Kerugian :

- Sifatnya kurang homogen.


- Mudah dipengaruhi oleh iklim/cuaca.
- Lendutan dapat terjadi pada keadaan kelembaban tinggi.
- Mudah terserang serangga, jamur dan cacing laut.
- Adanya cacat-cacat bawaan dan cacat alam, seperti : mata kayu dan pecah-pecah.
- Agak mudah terbakar.

Klasifikasi kayu berdasarkan :


a. Kelas awet
Berdasarkan pemakaian, kondisinya dan perlakuannya, kayu dibedakan atas
kelas awet I (yang paling awet) – V (yang paling tidak awet). Kondisi kayu dimaksud
adalah lingkungan/tempat kayu digunakan sebagai batang struktur. Sedangkan
perlakuan meliputi pelapisan/tindakan lain agar kayu terhindar/terlindungi dari kadar
air dan ancaman serangga. Tabel kelas awet dan kondisinya dapat dikemukakan
dalam Tabel 8.2.

b. Kelas kuat

c. Kelas berat
d. Beradasarkan Mutu

Macam cacat Kelas mutu A Kelas mutu B Kelas Mutu C


Mata kayu:
Terletak di muka lebar 1/6 lebar kayu ¼ lebar kayu ½ lebar kayu

Terletak di muka 1/8 lebar kayu 1/6 lebar kayu ¼ lebar kayu
sempit
1/5 tebal kayu 1/6 tebal kayu ½ tebal kayu
Retak
1/10 tebal atau lebar 1/6 tebal atau lebar ¼ tebal atau lebar kayu
Pingul kayu kayu

1 : 13 1:6
Arah serat 1:9
1/5 tebal kayu eksudasi ½ tebal kayu
Saluran dammar tidak diperkenankan 2/5 tebal kayu

Diperkenankan Diperkenankan
Gubal Diperkenankan
Diperkenankan asal Diperkenankan
Lubang serangga terpencar dan ukuran Diperkenankan asal asal terpencar dan
dibatasi dan tidak ada terpencar dan ukuran ukuran dibatasi
tanda-tanda serangga dibatasi dan tidak ada dan tidak ada
hidup tanda-tanda serangga tanda-tanda
hidup serangga hidup

Tidak diperkenankan Tidak


Cacat lain (lapuk, hati Tidak diperkenankan diperkenankan
rapuh, retak melintang)
Kerusakan cacat pada kayu

Yang dimaksud kerusakan kayu adalah menurunnya kekuatan kayu akibat adanya
atau terjadinya reta-retak, pecah-pecah, belah, pelapukan karena cuaca, serangan serangga
atau jamur; juga menurunnya mutu kayu akibat terjadinya perubahan warna, berubahnya nilai
dekoratif. Hal ini dapat diakibatkan oleh ulah manusia yang kurang cermat dalam mengelola
kayu, misalnya :
- pemeliharaan hutan yang kurang baik
- cara penebangan pohon yang salah,
- pembagian kayu yang keliru,
- cara menggergaji yang keliru, dan
- pengeringan kayu yang tidak sesuai. 

 Cacat mata kayu


Mata kayu merupakan lembaga atau bagian cabang yang berada di dalam
kayu.
Mata kayu dapat dibedakan :
a. Mata kayu sehat : mata kayu yang tidak busuk, berpenampang keras,
tumbuhkukuh dan rapat pada kayu, berwarna sama atau lebih gelap
dibandingkan dengankayu sekitarnya.
b. Mata keyu lepas : mata kayu yang tidak tumbuh rapat pada kayu, biasanya
padaproses pengerjaan, mata kayu ini akan lepas dan tidak ada gejala busuk.
c. Mata kayu busuk : mata kayu yang menunjukkan tanda-tanda pembusukan
danbagian-bagian kayunya lunak atau lapuk, berlainan dengan bagian-bagian
kayu sekitarnya
 Pengaruh mata kayu :
a. Mengurangi sifat keteguhan kayu
b. Menyulitkan pengerjaan karena kerasnya penampang mata kayu (mata
kayusehat).
c. Mengurangi keindahan permukaan kayu
d. Menyebabkan lubangnya lembara-lembaran finir.
 
 Pecah dan belah
Pada kayu bulat sering terlihat adanya serat-serta yang terpisah memanjang;
Berdasarkan ketentuan pengujian kayu, maka : 
- lebar terpisahnya serat ≤ 2 mm, dinamakan retak.
- Lebar terpisahnya serat ≤ 6 mm, dinamakan pecah
- Lebar terpisahnya serat ≥ 6 mm, dinamakan belah 

Penyebab terjadinya cacat pecah dan belah, diantaranya :


- Ketidakseimbangan arah penyusutan pada waktu kayu menjadi kering.
- Tekanan di dalam tubuh kayu yang kemudian terlepas pada waktu kayu
ditebang.
- Kesalahan dalam teknik penebangan atau menimpa benda-benda keras.

Pengaruh cacat pecah atau belah :


- Mengurangi keteguhan tarik
- Mengurang keteguhan kompresi, distrubsi beba jadi tidak merata.
- Keteguhan geser berkurang, akibat luasan daerah yang menahan
bebanberkurang. 
 Pecah busur dan pecah gelang
Pecah busur adalah pecah yang mengikuti arah lingkaran tumbuh, bentuknya
kurang dari setengah lingkaran. Sedangkan pecah gelang adalah klanjutan dari
pecah busur yang kedua ujungnya bertemu membentuk lingkaran penuh atau
lebih dari setengah lingkaran.

Penyebab terjadinya cacat pecah busur atau peah gelang, diantaranya :


- Ketidakseimbangan dalam penyusutan pada waktu kayu mengering.
- Tegangan di dalam kayu yang terlepas secara tiba-tiba pada saat penebangan.

Pengaruh cacat jenis ini sama dengan halnya pengaruh cacat belah dan pecah.
 
 Hati rapuh
Hati adalah pusat lingkaran tumbuh kayu bulat. Cacat hati rapuh merupakan
tanda khas yang umum dimiliki kayu daun lebar yang umum tumbuh didaerah
tropis, seperti : meranti. Bagian kayu yang rapuh ummnya menunjukkan
tanda-tanda berkurangnya kekerasan dan kepadatan namun hati rapuh yang
dimaksud tidak menunjukkan tanda-tanda pembusukan yang nyata.
Cacat hati rapuh mengurangi kekuatan terhadap kayu. Cacat ini akan
menyulitkan proses pembuatan finir secara rotary (pengupasan) karena tidak
adanya kekuatan dari sumbu mesin untuk mencengkram dolok tersebut.
 
 Arah serat
Beberapa jenis kayu seperti lara, kesambi, memiliki serat yang berpadu
sehingga kayu sulit dikerjakan (misalnya pada proses ketam) dan hal ini
dianggap merugikan, namun mempunyai keteguhan belah yang tinggi.
Jenis kayu ini mempunyai serat yang melintang artinya tidak sejajar dengan
sumbu batang dan jenis serat semacam ini akan mengurangi keteguhan kayu.
 
 Cacat akibat jamur penyerang kayu
Jamur penyerang kayu dapat dibedakan menjadi :
a. jamur pembusuk kayu
b. jamur pelapuk kayu
c. jamur penyebab noda kayu
Pada tahap permuaan serangan jamur akan mengakibatkan timbulnya
kerapuhan kayu yang nyata, cenderung kayu akan mengalami patah secara
mendadak jika diberi beban dengan perubahan bentuk sedikit serta patahan
halus tidakberserpih. Untuk
jamur penyebab noda kayu, secara umum sedikit sekali pengaruhnya terhadap
kekauatan kayu dan biasanya tidak menurunkan kekuatan yang besar,
pengaruh terbesar adalah mengurangi keindahan, akibat timbulnya warna-
warna yang kotor (nda-noda).
 
 Cacat akibat Serangga perusak kayu
Jenis serangga perusak kayu, diantaranya : rayap, kumbang kayu, dan bubuk
kayu. Kayu merupakan makanan dan tempat tinggal serangga tersebut,
sehingga jelas bahwa serangga-serangga tersebut akan membuat lubang-
lubang terowongan didalam
kayu yang mengakibatkan kekuatan kayu akan berkurang.
 
 Lubang gerek dan lubang cacing laut
Lubang gerek adalah lubang-lubang pada kayu yang disebabkan oleh serangga
penggerek dan leubang cacing laut adalah lubang-lubang yang disebabkan oleh
cacing laut. Lubang gerek yang kecil hanya akan menurangi keindahan kayu
saja, tetapi jika
banyak akan mengakibatkan menurunnya kekuatan kayu, bahkan kayu tidak
bias dimanfaatkan lagi. Begitu halnya dengan lubang cacing.
 

Sifat fisik kayu

1. Berat dan Berat Jenis

Berat suatu kayu tergantung dari jumlah zat kayu, rongga sel, kadar air dan zat
ekstraktif didalamnya.  Berat jenis merupakan petunjuk untuk menentukan sifat-sifat kayu.
Makin berat kayu itu, kekatan kayu semakin besar. Makin ringan kayu itu, kekuatannya juga
makin kecil. Berarti berat suatu jenis kayu berbanding lurus dengan BJ-nya.  Kayu
mempunyai berat jenis yang berbeda-beda, berkisar antara BJ minimum 0,2 (kayu balsa)
sampai BJ 1,28 (kayu nani).  Umumnya makin tinggi BJ kayu, kayu semakin berat dan
semakin kuat pula.
2. Keawetan

Keawetan adalah ketahanan kayu terhadap serangan dari unsur-unsur perusak kayu
dari luar seperti jamur, rayap, bubuk dll. Keawetan kayu tersebut disebabkan adanya zat
ekstraktif didalam kayu yang merupakan unsur racun bagi perusak kayu.  Zat ekstraktif
tersebut terbentuk pada saat kayu gubal berubah menjadi kayu teras sehingga pada umumnya
kayu teras lebih awet dari kayu gubal.

Ada beberapa cara untuk meningkatkan keawetan kayu, diantaranya adalah :

1. Membakar Kayu.

Salah satu cara untuk menambah ketahanan kayu adalah dengan membakar lapisan
luar kayu tersebut. Bagian luar yang berlapis arang tidak akan mudah termakan
rayap. Cara ini biasanya dipakai untuk tiang-tiang yang sebagian tertanam dalam
tanah. Cara ini tidak baik sebab kayu akan retak, sehingga bubuk/rayap akan
mudah masuk dalam retak-retak itu dan akan menyebabkan rusaknya kayu.

2. Mengetir.

Biasanya dipakai pada tiang pagar dan rangka atap dari kayu muda. Ada dua
macam tir yang sering dipakai yaitu : “kolter” dan “sweedsteer” warnanya coklat
muda dan cair.

3. Penggunaan Karbolium.

Karbolium lebih baik dari pada tir, sebab pori-pori kayu tidak tertutup dan
getahnya masih bisa keluar. Biasanya digunakan pada bangunan air dan umum,
misalnya untuk tiang jembatan dalam laut, perahu, dll.

4. Penggunaan Minyak Kreosoot.


Kayu yang akan di-kreosoot dimasukan kedalam ketel. Kemudian disalurkan uap
air,agar getah kayu keluar. Air panas yang tercampur getah dan angin dipompa
keluar. Lewat saluran pipa lain minyak kreosoot yang telah dipanasi sampai 60°C
dimasukan, lalu diproses sampai 10 atmosfir. Penggunaan minyak ini juga bisa
disapukan atau dicatkan dibagian luar seperti mengetir.

5. Proses Burnett.

Proses ini sama dengan proses minyak kreosoot, hanya bahannya yang berbeda
yaitu Zn Cl2 berbusa dan tak berwarna. Cara ini tidak dapat digunakan untuk
struktur yang terendam air.

6. Penggunaan Kopervitriool (Prusi).

Pada proses ini digunakan dua bejana (tangki) khusus. Tangki bagian atas diisi
campuran kopervitriool dan air, kayu dimasukan kedalam tangki bagian bawah,
sehingga kopervitriool bercampur air akan mengalir dan mengisi pori-pori kayu.

7. Proses Kijan.

Kayu direndam dalam air yang sudah dicampur bahan pengawet Hg Cl2 (zat cair
putih yang beracun sangat berbisa dan tak berwarna) selama 5 - 14 hari, kemudian
ditumpuk pada tempat yang berangin. Kayu yang sudah diobati tidak berbau dan
berwarna, setelah kering bisa di cat. Cara ini tidak baik jika digunakan pada
struktur yang berlengas, juga tidak baik dipadukan (komposit) dengan besi.

8. Proses Wolman.

Proses ini menggunakan garam wolman, yaitu bahan pengawet yang terdiri dari Na
Fe di tambah dini trophenol dan bichromat kers. dijual dalam bentuk bubuk. Kayu
yang akan diawetkan harus dikeringkan terlebih dahulu, kemudian direndam dalam
air yang sudah dicampur garam wolman selama 7 hari dan kemudian dikeringkan.

3. Warna
Kayu yang beraneka warna macamnya disebabkan oleh zat pengisi warna dalam kayu
yang berbeda-beda. Warna suatu jenis kayu dipengaruhi : tempat di dalam batang, umur
pohon dan kelembaban udara.

4. Tekstur

Tekstur adalah ukuran relatif sel-sel kayu.  Berdasarkan teksturnya, kayu digolongkan
kedalam kayu bertekstur halus (contoh: giam, kulim dll), kayu bertekstur sedang (contoh: jati,
sonokeling dll) dan kayu bertekstur kasar (contoh: kempas, meranti dll).

5. Arah Serat

Arah serat adalah arah umum sel-sel kayu terhadap sumbu batang pohon.  Arah serat
dapat dibedakan menjadi serat lurus, serat berpadu, serat berombak, serta terpilin dan serat
diagonal (serat miring).

6. Kesan Raba

Kesan raba adalah kesan yang diperoleh pada saat meraba permukaan kayu (kasar,
halus, licin, dingin, berminyak dll).  Kesan raba tiap jenis kayu berbeda-beda tergantung dari
tekstur kayu, kadar air, kadar zat ekstraktif dalam kayu.

7. Bau dan Rasa

Bau dan rasa kayu mudah hilang bila kayu lama tersimpan di udara terbuka. 
Beberapa jenis kayu mempunyai bau yang merangsang dan untuk menyatakan bau kayu
tersebut, sering digunakan bau sesuatu benda yang umum dikenal misalnya bau bawang
(kulim), bau zat penyamak (jati), bau kamper (kapur) dsb.

8. Nilai Dekoratif

Gambar kayu tergantung dari pola penyebaran warna, arah serat, tekstur, dan
pemunculan riap-riap tumbuh dalam pola-pola tertentu.  Pola gambar ini yang membuat
sesuatu jenis kayu mempunyai nilai dekoratif.

9. Higroskopis
Kayu mempunyai sifat dapat menyerap atau melepaskan air.  Makin lembab udara
disekitarnya makin tinggi pula kelembaban kayu sampai tercapai keseimbangan dengan
lingkungannya.  Masuknya air ke dalam kayu menyebabkan berat kayu bertambah. Sifat ini
berhubungan dengan sifat mengembang dan menyusut kayu. Dalam kondisi kelembaban
kayu sama dengan kelembaban udara disekelilingnya disebut kandungan air keseimbangan
(EMC = Equilibrium Moisture Content).

10. Sifat Kayu terhadap Suara, yang terdiri dari :

 Sifat akustik, yaitu kemampuan untuk meneruskan suara berkaitan erat dengan
elastisitas kayu.
 Sifat resonansi, yaitu turut bergetarnya kayu akibat adanya gelombang suara. 
Kualitas nada yang dikeluarkan kayu sangat baik, sehingga kayu banyak dipakai
untuk bahan pembuatan alat musik (kulintang, gitar, biola dll).

11. Daya Hantar Panas

Sifat daya hantar kayu sangat jelek sehingga kayu banyak digunakan untuk membuat
barang-barang yang berhubungan langsung dengan sumber panas.

12. Daya Hantar Listrik

Pada umumnya kayu merupakan bahan hantar yang jelek untuk aliran listrik.  Daya
hantar listrik ini dipengaruhi oleh kadar air kayu.  Pada kadar air 0 %, kayu akan menjadi
bahan sekat listrik yang baik sekali, sebaliknya apabila kayu mengandung air maksimum
(kayu basah), maka daya hantarnya boleh  dikatakan sama dengan daya hantar air.

Sifat mekanis kayu:

1. Keteguhan Tarik

Keteguhan tarik adalah kekuatan kayu untuk menahan gaya-gaya yang berusaha menarik
kayu.  Terdapat 2 (dua) macam keteguhan tarik yaitu :

 Keteguhan tarik sejajar arah serat dan


 Keteguhan tarik tegak lurus arah serat.

Kekuatan tarik terbesar pada kayu ialah keteguhan tarik sejajar arah serat.  Kekuatan tarik
tegak lurus arah serat lebih kecil daripada kekuatan tarik sejajar arah serat.

2. Keteguhan tekan / Kompresi

Keteguhan tekan/kompresi adalah kekuatan kayu untuk menahan muatan/beban. Terdapat 2


(dua) macam keteguhan tekan yaitu :

 Keteguhan tekan sejajar arah serat dan

 Keteguhan tekan tegak lurus arah serat.

Pada semua kayu, keteguhan tegak lurus serat lebih kecil daripada keteguhan kompresi
sejajar arah serat.

3. Keteguhan Geser
Keteguhan geser adalah kemampuan kayu untuk menahan gaya-gaya yang membuat suatu
bagian kayu tersebut turut bergeser dari bagian lain di dekatnya.  Terdapat 3 (tiga) macam
keteguhan yaitu :

 Keteguhan geser sejajar arah serat


 Keteguhan geser tegak lurus arah serat dan
 Keteguhan geser miring

Keteguhan geser tegak lurus serat jauh lebih besar dari pada keteguhan geser sejajar arah
serat.

4. Keteguhan lengkung (lentur)

Keteguhan lengkung/lentur adalah kekuatan untuk menahan gaya-gaya yang berusaha


melengkungkan kayu atau untuk menahan beban mati maupun hidup selain beban pukulan. 
Terdapat 2 (dua) macam keteguhan yaitu :

 Keteguhan lengkung statik, yaitu kekuatan kayu menahan gaya yang mengenainya
secara perlahan-lahan.
 Keteguhan lengkung pukul, yaitu kekuatan kayu menahan gaya yang mengenainya
secara mendadak.

5. Kekakuan
Kekakuan adalah kemampuan kayu untuk menahan perubahan bentuk atau lengkungan.
Kekakuan tersebut dinyatakan dalam modulus elastisitas.

6. Keuletan

Keuletan adalah kemampuan kayu untuk menyerap sejumlah tenaga yang relatif besar atau
tahan terhadap kejutan-kejutan atau tegangan-tegangan yang berulang-ulang yang melampaui
batas proporsional serta mengakibatkan perubahan bentuk yang permanen dan kerusakan
sebagian.

Modulus elastisitas kayu sejajar serat

Kelas awet Modulus elastisitas (kg/cm2)


I 125.000

II 100. 000

III 80. 000

IV 60. 000

7. Kekerasan

Kekerasan adalah kemampuan kayu untuk menahan gaya yang membuat takik atau lekukan
atau kikisan (abrasi). Bersama-sama dengan keuletan, kekerasan merupakan suatu ukuran
tentang ketahanan terhadap pengausan kayu.

8. Keteguhan Belah

Keteguhan belah adalah kemampuan kayu untuk menahan gaya-gaya yang berusaha
membelah kayu.  Sifat keteguhan belah yang rendah sangat baik dalam pembuatan sirap dan
kayu bakar. Sebaliknya keteguhan belah yang tinggi sangat baik untuk pembuatan ukir-ukiran
(patung). Pada umumnya kayu mudah dibelah sepanjang jari-jari (arah radial) dari pada arah
tangensial.

Ukuran yang dipakai untuk menjabarkan sifat-sifat keku-atan kayu atau sifat mekaniknya
dinyatakan dalam kg/cm2.  Faktor-faktor yang mempengaruhi sifat mekanik kayu secara
garis besar digolongkan menjadi dua kelompok :
1. Faktor luar (eksternal): pengawetan kayu, kelembaban lingkungan, pembebanan dan
cacat yang disebabkan oleh jamur atau serangga perusak kayu.
2. Faktor dalam kayu (internal): BJ, cacat mata kayu, serat miring dsb.

Pengeringan kayu

Kayu baru tebang memiliki kadar air yang tinggi, 200%-300%. Setelah ditebang
kandungan air tersebut berangsur berkurang karena menguap. Mulanya air bebas atau air di
luar serat (free water) yang menguap. Penguapan ini masih menyisakan 25%-35% kandungan
air. Selanjutnya penguapan air dalam serat (bound water). Kayu dapat di keringkan melalui
udara alam bebas selama beberapa bulan atau dengan menggunakan dapur pengering (kiln).
Kayu dapat dikeringkan ke kadar sesuai permintaan. Kadar air kayu untuk kuda-kuda
biasanya harus kurang dari atau sama dengan 19 persen. Kadang diminta kadar air kayu
hingga 15% (MC 15). Namun karena kayu bersifat higroskopis, pengaruh kelembaban udara
sekitar kayu akan mempengaruhi kadar air kayu yang akan mempengaruhi kembang
susut kayu dan kekuatannya.
Pengawetan kayu
Ada 3 hal yang perlu diperhatikan pada akhir proses pengawetan kayu :

1. Pembongkaran kayu dari tumpukan dalam bak celup (rendaman) harus dilakukan
dengan hati-hati, jangan sampai terjadi kerusakan kayu yang mengakibatkan
tergoresnya permukaan yang telah terlapiskan bahan pengawet.
2. Untuk pengeringan kayu setelah diawetkan, dapat digunakan pengeringan secara
alami atau buatan. Hanya perlu diperhatikan, tidak semua bahan pengawet dapat
dikeringkan secara pengeringan buatan (dry kiln). Sebab dengan pengeringan yang
mendadak, bahan pengawet akan menguap dari dalam kayu, yang berarti pelunturan
bahan pengawet. Biasanya bahan pengawet larut minyak dan berupa minyak
mengijinkan pengeringan akhir dengan kiln. Setelah kayu benar-benar kering,
penggunaan dapat dilakukan.
3. Penyimpanan sementara sebelum kayu dipakai harus dilakukan di tempat terlindung
dan terbuka bagi sirkulasi udara. caranya seperti penyusunan kayu gergajian dengan
menggunakan alat ganjel.

Keuntungan dan kerugian metode pengawetan kayu yaitu :

1. Metode Rendaman

Keuntungan :

 Penetrasi dan retensi bahan pengawet lebih banyak


 Kayu dalam jumlah banyak dapat diawetkan bersama
 Larutan dapat digunakan berulang kali (dengan menambah konsentrasi bila
berkurang)

Kerugian :

 Waktu agak lama, terlebih dengan rendaman dingin


 Peralatan mudah terkena karat
 Pada proses panas, bila tidak hati - hati kayu bisa terbakar
 Kayu basah agak sulit diawetkan

2. Metode Pencelupan

Keuntungan :

 Proses sangat cepat


 Bahan pengawet dapat dipakai berulang kali (hemat)
 Peralatan cukup sederhana

Kerugian :

 Penetrasi dan retensi kecil sekali, terlebih pada kayu basah


 Mudah luntur, karena bahan pengawet melapisi permukaan kayu sangat tipis

3. Metode Pemulasan dan Penyemprotan

Keuntungan :

 Alat sederhana, mudah penggunaannya


 Biaya relatif murah

Kerugian :

 Penetrasi dan retensi bahan pengawet kecil


 Mudah luntur

4. Metode Pembalutan

Keuntungan :
 Peralatan sederhana
 Penetrasi lebih baik, hanya waktu agak lama
 Digunakan untuk tiang-tiang kering ataupun basah

Kerugian :

 Pemakaian bahan pengawet boros


 Jumlah kayu yang diawetkan terbatas, waktu membalut lama
 Membahayakan mahluk hidup sekitarnya (hewan dan tanaman)

5. Metode Vakum dan Tekanan

Keuntungan :

 Penetrasi dan retensi tinggi sekali (memuaskan)


 Waktunya relatif singkat sekali
 Dapat mengawetkan kayu basah dan kering

Kerugian :

 Modal yang diperlukan besar


 Perlu ketelitian dan pengerjaan yang tinggi
 Cara ini hanya sesuai untuk perusahaan yang komersial

Metode pengawetan kayu :

1. Cara rendaman: kayu direndam di dalam bak larutan baha pengawet yang telah
ditentukan konsentrasi (kepekatan) bahan pengawet dan larutannya, selama beberapa
jam atau beberapa hari. Waktu pengawetan (rendaman) kayu harus seluruhnya
terendam, jangan sampai ada yang terapung. Karena itu diberi beban pemberat dan
sticker. Ada beberapa macam pelaksanaan rendaman, antara lain rendaman dingin,
rendaman panas, dan rendaman panas dan rendaman dingin. Cara rendaman dingin
dapat dilakukan dengan bak dari beton, kayu atau logam anti karat. Sedangkan cara
rendaman panas atau rendaman panas dan dingin lazim dilakukan dalam bak dari
logam. Bila jumlah kayu yang akan diawetkan cukup banyak, perlu disediakan dua
bak rendaman (satu bak untuk merendam dan bak kedua untuk membuat larutan
bahan pengawet, kemudian diberi saluran penghubung). Setelah kayu siap dengan
beban pemberat dan lain-lain, maka bahan pengawet dialirkan ke bak berisi kayu
tersebut. Cara rendaman panas dan dingin lebih baik dari cara rendaman panas atau
rendaman dingin saja. Penetrasi dan retensi bahan pengawet lebih dalam dan banyak
masuk ke dalam kayu. Larutan bahan pengawet berupa garam akan memberikan hasil
lebih baik daripada bahan pengawet larut minyak atau berupa minyak, karena proses
difusi. Kayu yang diawetkan dengan cara ini dapat digunakan untuk bangunan di
bawah atap dengan penyerang perusak kayunya tidak hebat.
2. Cara pencelupan: kayu dimasukkan ke dalam bak berisi larutan bahan pengawet
dengan konsentrasi yang telah ditentukan, dengan waktu hanya beberapa menit
bahkan detik. Kelemahan cara ini: penetrasi dan retensi bahan pengawet tidak
memuaskan. Hanya melapisi permukaan kayu sangat tipis, tidak berbeda dengan cara
penyemprotan dan pelaburan (pemolesan). Cara ini umumnya dilakukan di industri-
industri penggergajian untuk mencegah serangan jamur blue stain. Bahan pengawet
yang dipakai Natrium Penthachlorophenol. Hasil pengawetan ini akan lebih baik baila
kayu yang akan diawetkan dalam keadaan kering dan bahan pengawetnya dipanaskan
lebih dahulu.
3. Cara pemulasan dan penyemprotan : cara pengawetan ini dapat dilakukan dengan alat
yang sederhana. Bahan pengawet yang masuk dan diam di dalam kayu sangat tipis.
Bila dalam kayu terdapat retak-retak, penembusan bahan pengawet tentu lebih dalam.
Cara pengawetan ini hanya dipakai untuk maksut tertentu, yaitu : a. Pengawetan
sementara (prophylactic treatment) di daerah ekploatasi atau kayu-kayu gergajian
untuk mencegah serangan jamur atau bubuk kayu basah. b. Untuk membunuh
serangga atau perusak kayu yang belum banyak dan belum merusak kayu (represif). c.
Untuk pengawetan kayu yang sudah terpasang. Cara pengawetan ini hanya dianjurkan
bila serangan perusak kayu tempat kayu akan dipakai tidak hebat (ganas).
4. Cara pembalutan : cara pengawetan ini khusus digunakan untuk mengawetkan tiang-
tiang dengan menggunakan bahan pengawet bentuk cream (cairan) pekat, yang
dilaburkan/diletakkan pada permukaan kayu yang masih basah. Selanjutnya dibalut
sehingga terjadilah proses difusi secara perlahan-lahan ke dalam kayu.
5. Proses vakum dan tekanan (cara modern) :

Proses ini ada 2 macam menurut kerjanya :


1. Proses sel penuh antara lain :

 Proses Bethel
 Proses Burnett

2. Proses sel kosong antara lain :

 Proses Rueping
 Proses Lowry

Keduanya berbeda pada pelaksanaan permulaan. Proses Rueping langsung memasukkan


bahan pengawet dengan tekanan sampai ± 4 atmosfer, kemudian dinaikkan sampai sekitar 7-8
atmosfer. Sedangkan pada proses lowry tidak digunakan tekanan awal, tapi tekanan langsung
sampai 7 atmosfer. Beberapa jam kemudian tekanan dihentikan dan bahan pengawet
dikeluarkan dan dilakukan vakum selama 10 menit untuk membersihkan permukaan kayu
dari larutan bahan pengawet.
Bahan pengawet
Bahan pengawet kayu ialah bahan-bahan kimia yang telah diketemukan dan sangat
beracun terhadap makhluk perusak kayu, antara lain: arsen(As), tembaga(Cu), seng(Zn),
fluor(F), chroom(Cr), dan lain-lain. Tidak semua bahan pengawet akan baik digunakan dalam
pengawetan kayu. Dalam penggunaan harus diperhatikan, sifat-sifat bahan pengawet agar
sesuai dengan tujuan pemakaian. Faktor-faktor sebagai syarat bahan pengawet yang baik:

 Bersifat racun terhadap makhluk perusak kayu.


 Mudah masuk dan tetap tinggal di dalam kayu.
 Bersifat permanent tidak mudah luntur atau menguap.
 Bersifat toleran terhadap bahan-bahan lain, misalnya: logam, perekat, dan
cat/finishing.
 Tidak mempengaruhi kembang susut kayu.
 Tidak merusak sifat-sifat kayu: sifat fisik, mekanik, dan kimia.
 Tidak mudah terbakar maupun mempertinggi bahaya kebakaran.
 Tidak berbahaya bagi manusia dan hewan peliharaan.
 Mudah dikerjakan, diangkut, serta mudah didapat, dan murah.

Tentunya tidak semua sifat-sifat di atas dimiliki oleh sesuatu jenis bahan pengawet.
Dalam praktek biasanya diperhatikan sifat-sifat mana yang perlu tergantung pada tujuan
pemakaian kayu itu nantinya. Pada waktu memilih bahan pengawet kayu harus diperhatikan
hal-hal sebagai berikut

 Di mana kayu itu akan dipakai setelah diawetkan.


 Makhluk perusak kayu apa yang terdapat di tempat tersebut.
 Syarat-syarat kesehatan.

Pada kayu yang akan digunakan di tempat yang lembab dengan resiko serangan perusak
kayu yang hebat, perlu diambil bahan pengawet yang tidak mudah luntur dan cukup beracun
bagi jamur. Bagi kayu untuk bangunan di bawah atap, perlu adanya bahan pengawet yang
tidak mengganggu kesehatan manusia, tidak mempengaruhi cat, politur, dan lain-lain. Untuk
kayu yang dipakai di luar ruangan, digunakan tipe bahan pengawet larut air tapi tidak mudah
mengubah warna kayu tersebut. Bahan pengawet yang mengandung garam arsen umumnya
digenakan untuk serangan serangga yang hebat. Kayu yang akan digunakan di tempat yang
berhubungan dengan air laut umumnya diawetkan dengan penggunaan tipe CCA (tembaga-
chroom-arsen) atau dengan creosot, carbolineum, yang memiliki kadar racun yang tinggi.
Macam-macam bahan pengawet kayu menurut bahan pelarut yang digunakan:

1. Bahan pengawet yang larut dalam air, menggunakan air biasa sebagai bahan
pengencer.
2. Bahan pengawet yang larut dalam minyak, menggunakan minyak sebagai bahan
pengencer.
3. Bahan pengawet yang berupa minyak, tapi masih dapat diencerkan dengan
bermacam-macam minyak.

1. Bahan pengawet larut air:

Tipe bahan pengawet ini memiliki sifat-sifat umum sebagai berikut:

 Dijual dalam perdagangan berbentuk garam, larutan pekat, dan tepung.


 Tidak mengotori kayu.
 Kayu yang sudah diawetkan masih dapat di-finishing (politur atau cat) setelah kayu
tersebut dikeringkan terlebih dahulu.
 Penetrasi dan retensi bahan pengawet cukup tinggi masuk ke dalam kayu.
 Mudah luntur.
Jenis ini baik digunakan untuk mengawetkan kayu yang akan digunakan di dalam rumah
(perabot, dan lain-lain) yang umumnya terletak di bawah atap. Dianjurkan, setelah kayu
perabot tersebut diawetkan dan dikeringkan, selanjutnya di-finishing. Gunanya untuk
menutup permukaan kayu agar bahan pengawet tidak terpengaruh oleh udara lembab, sebab
kayu cenderung untuk membasah (sifat higroskopis). Nama-nama bahan pengawet dalam
perdagangan antara lain: Tanalith C, Celcure, Boliden, Greensalt, Superwolman C, Borax,
Asam Borat, dan lain-lain. Konsentrasi larutan dapat berbeda-beda tergantung tujuan
pemakaian kayu setelah diawetkan (rata-rata 5-10%).
2. Bahan pengawet larut minyak:
Sifat-sifat umum yang dimiliki sebagai berikut:

 Dijual dalam perdagangan berbentuk cairan agak pekat, bubuk (tepung). Pada waktu
akan digunakan, dilarutkan lebih dahulu dalam pelarut-pelarut antara lain: solar,
minyak disel, residu, dan lain-lain.
 Bersifat menolak air, daya pelunturannya rendah, sebab minyak tidak dapat
bertoleransi dengan air.
 Daya cegah terhadap makhluk perusak kayu cukup baik.
 Memiliki bau tidak enak dan dapat merangsang kulit (alergis).
 Warnanya gelap dan kayu yang diawetkan menjadi kotor.
 Sulit di-finishing karena lapisan minyak yang pekat pada permukaan kayu.
 Penetrasi dan retensi agak kurang, disebabkan tidak adanya toleransi antara minyak
dan kandungan air pada kayu.
 Mudah terbakar.
 Tidak mudah luntur.

Nama-nama perdagangan bahan pengawet larut minyak antara lain: PCP (Pentha Chlor
Phenol), Rentokil, Cu-Napthenate, Tributyltin-oxide, Dowicide, Restol, Anticelbor, Cuprinol,
Solignum, Xylamon, Brunophen, Pendrex, Dieldrien, dan Aldrin.

3. Bahan pengawet berupa minyak:


Sifat-sifat yang dimiliki oleh bahan pengawet berupa minyak sama dengan sifat-sifat
yang dimiliki oleh bahan pengawet larut minyak. Penggunaannya diusahakan dijauhkan dari
hubungan manusia, karena baunya tidak enak dan mengotori tempat. Penggunaannya dengan
metode tertentu. Nama-nama perdagangan yang terkenal antara lain: Creosot, Carbolineum,
Napthaline, dan lain-lain. Umumnya penggunaan bahan pengawet larut minyak dan berupa
minyak tidak begitu luas dalam penggunaan, orang lebih cenderung menggunakan bahan
pengawet yang lain dalam arti mudah dan praktis.

Ukuran kayu

Kayu bangunan adalah kayu olahan yang diperoleh dengan jalan mengkonversikan
kayu bulat menjadi kayu berbentuk balok, papan atau bentuk-bentuk yang sesuai dengan
tujuan penggunaannya.

• Ukuran nominal kayu untuk bangunan, tebal dan lebar minimal (10x10) mm, (10x30)mm,
(20x30) nm, sampai (120x120) mm, (25x30) mm, (30x30) nm, (30x50) mm, (60x80) mm,
(60x100) mm, 60x120)mm, (80x80) mm, (80x100) mm, 120x120) mm.

• Ukuran kayu berdasarkan penggunaan (Tabel):

Jenis Teb Lebar (mm)


Penggunaan a l
(mm
Lis dan Jalusi 10
) 10,30,40,50, 60, 80
15 30,40,50,60,80,100,120,150,
180,200,220

20 40, 50,60,80, 100, 120


Papan 20 150, 180,200,220,250
30 180,200,220,250,300
40 180,200,220,250
Reng dan kaso 20 30
25 30,40,60,80, 100, 120.
35 30,40,60,80,100,120,150
50 70,80,100,120,130,
150,180,200,220,250
Balok 60 80,100,120,130,150,180,200,20,250

• Ukuran panjang nominal (m): 1; 1.5; 2; 2.5; 3; 3.5; dst 5.5.

• Ukuran untuk bangunan rumah dan gedung:

 Kusen pintu dan jendela (mm): 60 (100, 120, 130, 150) ; 80 (100, 120, 150).
 Kuda-kuda (mm): 80 (80, 100, 120, 150, 180), 100 (100, 120, 150, 180).
 Kaso (mm) : 40x60; 40x80; 50x70.
 Tiang balok (mm) :80 (80, 100, 120); 100 (100, 120; 120 (120, 150).
 Balok antar tiang (mm): 40 (60, 80); 60 (80, 120, 150); 80 (120, 150, 180), 100(120,
150).
 Balok langit (mm): 80 (120, 150, 180, 200); 100 (150, 180, 200).

• Toleransi ukuran panjang kayu ditetapkan berdasarkan ukuran nominal 100 mm dan
toleransi ukuran tebal dan lebar kayu ditetapkan 0-15 mm dari ukuran nominal.

• Ketentuan kadar air kayu adalah ukuran kayu gergajian dalam keadaan kering udara,
maksimum 23%, kecuali untuk kusen daun pintu, daun jendela, jelusi dan elemen lainnya
mempunyai kadar air maksimum 20%

Kayu olahan

1. Solid
Kayu utuh yang tidak dibentuk dari sambungan atau gabungan, kayu solid yang cukup
populer di Indonesia al; kayu jati, sungkai, nyatoh, ramin, dan jati belanda, dll. Harga
kayu solid dihitung berdasarkan kubikasi, panjang x lebar x tebal. Umumnya harga
kayu solid cenderung lebih mahal.
2. Layered (plywood, multiplex,triplex, dll)
Kayu lapis yang biasa disebut tripleks atau multipleks, sesuai dengan namanya kayu
lapis terbentuk dari beberapa lapis lembaran kayu. Lembaran-lembaran tersebut
direkatkan dengan tekanan tinggi dan menggunakan perekat khusus. Kayu lapis yang
terdiri dari tiga lembar kayu disebut tripleks. Sedangkan yang terdiri dari lebih dari
tiga lembar kayu, disebut multipleks.Ketebalan kayu lapis bervariasi, mulai dari 3mm,
4mm, 9mm, dan 18mm dengan ukuran penampang standart yaitu 120cm x 240cm.
Kayu lapis bisa digunakan sebagai material untuk kitchen set, tempat tidur, lemari,
atau meja.Plywood memiliki banyak pilihan motif, yang kerap digunakan sebagai
pelapis lemari ataupun kitchen set al ; motif jati, sungkai, nyatoh, dll.....masing-
masing motif mempunyai ciri khas dan warna tersendiri, umumnya plywood yang
dilapisi oleh lapisan bermotif ini difinishing dengan cara plitur/ NC dan
melamik.Selain itu ada juga melaminto, yaitu kayu lapis dengan lapisan anti air yang
umumnya dipasang pada bagian dalam kitchen set ataupun untuk bagian dalam pintu
kamar mandi. Ada beberapa pilihan warna pada melaminto.
3. Partikelboard
Jenis kayu olahan yang satu ini terbuat dari serbuk kayu kasar yang dicampur dengan
bahan kimia khusus campuran tersebut disatukan dengan lem dan dikeringkan dengan
suhu tinggi. Kayu partikel banyak digunakan sebagai material untuk berbagi furnitur,
namun kayu partikel tergolong jenis kayu yang tidak tahan lama. Dalam kurun waktu
tertentu kayu partikel bisa berubah bentuk, terutama terkena air dan menahan beban
terlalu berat.

4. MDF(Medium Density Fiberboard)


Kayu yang terbuat dari campuran bubur kayu dengan bahan kimia tertentu, cara
pembuatannya mirip dengan kayu partikel. Kayu MDF merupakan material kayu
olahan yang tidak tahan terhadap air dan kelembapan. Untuk daerah-daerah yang
memiliki kelembapan tinggi, sebaiknya tidak menggunakan kayu MDF.Finishing
kayu MDF bisa dilakukan dengan lapisan irisan kayu tipis ( veneer ), pelapis kertas
( tacon, supercon,dll), melamik ataupun duco. Keunggulan dari MDF adalah
permukaannya yang halus dan tidak berpori membuat proses finishing jauh lebih
praktis dibandingkan proses finishing pada jenis kayu lainnya, namun ada juga
kelemahannya yaitu harga yang relatif lebih mahal.
5. Blockboard
Balok-balok kayu berukuran (4-5) cm dipadatkan menggunakan mesin setelah itu
diberi pelapis sehingga hasil akhirnya berupa lembaran seperti papan kayu.
Blockboard memiliki dua pilihan ketebalan 15mm dan 18mm harganya pun
cenderung lebih murah dibandingkan kayu solid. Untuk memiliki kualitas kayu ada 3
faktor penentu.
- Berat jenis , untuk menentukan berat atau ringannya bahan
- Struktural strength untuk menentukan kekuatan bahan dari segi struktur
- Water resistence level untuk menentukan ketahanan bahan terhadap air.

Volume Log

Volume log yang dihitung berdasarkan perkalian luas penampangnya terhadap panjang log
ketika dibelah menjadi beberapa lembar papan atau balok, total volume log tersebut akan
terpecah menjadi beberapa bagian dari yang terbesar adalah balok, lalu serpihan kayu dan
serbuk gergaji.
Rumus volume kayu log: 3,14 x (luas penampang) x (panjang log)
Contoh:
Diameter (Ø) sebuah log kayu adalah 40cm (0,40 mtr) dengan panjang 2,5 meter.
Volume logs = 3,14 x (0,20 cm x 0,20 m) x 2,5 mtr
Volume logs = 3,14 x 0,040 x 2,5 mtr = 0,314 m3

Logs tersebut dibelah menjadi beberapa batang kayu balok sehingga menghasilkan 11 batang
kayu yang efektif bisa dipakai sebagai bahan baku furniture (lihat gambar) dengan rincian
sebagai berikut:

18 x 3,5 x 250 cm (7 batang) = 0,110 m3


20 x 4 x 250 cm (1 batang) = 0.02 m3
30 x 4 x 250 cm (1 batang) = 0,03 m3
12 x 4 x 250 cm (2 batang) = 0,024 m3
Total Volume kayu gergajian =0,184 m3

Dari hasil perhitungan di atas anda bisa melihat bahwa hanya 0,184 m³ yang menjadi kayu
gergajian sehingga kalau kita konversikan menjadi: volume kayu gergajian : vol kayu logs,
yaitu: 0,184 : 0,314 = 0,585 = 58,5 %
Berarti dari 100% volume kayu log, hanya 58,5% yang menjadi kayu gergajian. Sisanya
sebesar 41,5% telah menjadi serpihan kayu dan serbuk gergaji. Prosentase ini tidaklah nilai
yang mutlak karena akan bisa berubah lebih tinggi atau lebih rendah tergantung dari berbagai
faktor misalnya jenis kayu, bentuk penampang kayu dan metode penggergajian.

You might also like