Professional Documents
Culture Documents
MALPRAKTEK
DISUSUN OLEH :
P 27220010 048
KEMENTRIAN KESEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA
D3 KEPERAWATAN
4 2011
10
5
2
3
i
LEMBAR PENGESAHAN
Makalah dengan Judul” Malpraktek : Usus Bocor akibat Operasi” telah diperiksa dan
disetujui oleh Tim Pembimbing Jurusan DIII Kementrian Kesehatan Politeknik
Kesehatan Surakarta pada :
Hari :
Tanggal :
Tempat :
Mengetahui,
Pembimbing,
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL……………………………………………………… i
LEMBAR PENGESAHAN……………………………………………….
DAFTAR ISI………………………………………………………………
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ………………………………………………..
B. Tujuan………………………………………………………....
C. Manfaat………………………………………………………..
BAB II KONSEP
A. Pengertian Malpraktek………………………………………...
B. Unsur-unsur Malpraktek……………………………………..
C. Penanganan Kasus Malpraktek………………………………..
D. Upaya Menghadapi Tuntutan Hukum………………………...
E. Pencegahan Tindakan Malpraktek……………………………
F. Malpraktek Ditinjau Segi Agama…………………………….
G. Malpraktek Ditinjau Segi Hukum…………………………….
H. Malpraktek Ditinjau dari Norma Masyarakat…………………
I. Malpraktek Ditinjau dari Segi Etika Keperawatan…………...
Kasus I…………………………………………………………
BAB IV PEMBAHASAN
BAB V PENUTUP
iii
A. Kesimpulan ……………………………………………………
B. Saran …………………………………………………………..
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………….
Lampiran : -
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Meningkatnya kesadaran masyarakat akan hak-haknya merupakan salah satu
indikator positif meningkatnya kesadaran hukum dalam masyarakat. Sisi
negatifnya adalah adanya kecenderungan meningkatnya kasus tenaga kesehatan
ataupun rumah sakit di somasi, diadukan atau bahkan dituntut pasien yang
akibatnya seringkali membekas bahkan mencekam para tenaga kesehatan yang
pada gilirannya akan mempengaruhi proses pelayanan kesehatan tenaga kesehatan
dibelakang hari. Secara psikologis hal ini patut dipahami mengingat berabad-abad
tenaga kesehatan telah menikmati kebebasan otonomi paternalistik yang asimitris
kedudukannya dan secara tiba-tiba didudukkan dalam kesejajaran. Masalahnya
tidak setiap upaya pelayanan kesehatan hasilnya selalu memuaskan semua pihak
terutama pasien, yang pada gilirannya dengan mudah menimpakan beban kepada
pasien bahwa telah terjadi malpraktek.
Akhir-akhir ini kasus malpraktek banyak terjadi. Tentunya hal ini tidak
diharapkan oleh berbagai pihak terutama pasien yang menginginkan
kesembuhannya dan tenaga medis yang ingin memberikan pelayanan yang terbaik
bagi pasiennya. Tindakan malpraktek ini tentunya merugikan berbagai pihak
Bahkan dapat membahayakan nyawa pasien.
Oleh karena itu disini penulis akan mengangkat tema mengenai malpraktek
dalam pembuatan makalah . Penulis ingin mengetahui secara lebih mendalam
mengenai apa itu malpraktek
1
2
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui masalah malpraktek yang telah terjadi di Indonesia dengan
dilema etik.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui pengertian malpraktek
b. Mengetahui Unsur-unsur Malpraktek
c. Mengetahui bagaimana Penanganan Malpraktek
d. Mengetahui Upaya untuk menghadapi tuntutan hokum
e. Mengetahui cara untuk mencegah kejadian malpraktek terjadi
f. Mengetahui malpraktek ditinjau dari aspek agama
g. Mengetahui malpraktek ditinjau dari aspek hokum
h. Mengetahui malpraktek ditinjau dari aspek masyarakat
i. Mengetahui malpraktek ditinjau dari aspek etika keperawatan
C. Manfaat
Makalah malpraktek ini dibuat untuk meberikan informasi kepada para
pembaca tentang kasus malpraktek dan bagaimana cara pencegahannya.
Terutama bagi tenaga medis setidaknya kita dapat meningkatkan pengetahuan
dan keterampilan kita mengenai tindakan keperawatan akgar tidak terjadi kasus
malpraktek kembali.
BAB II
KONSEP
A. Pengertian
B. Unsur-unsur Malpraktek
Menurut Hubert W. Smith unsure-unsur tindakan malpraktek meliputi 4D,
yaitu (a) duty, (b) adanya penyimpangan dalam pelaksanaan tugas (dereliction),
3
4
Tidak ada kelalaian jika tidak ada kewajiban untuk mengobati. Hal ini
berarti bahwa harus ada hubungan hukum antara pasien dan dokter/rumah
sakit. Dengan adanya hubungan hukum, maka implikasinya adalah bahwa
sikap tindak dokter/perawat rumah sakit itu harus sesuai dengan standar
pelayanan medik agar pasien jangan sampai menderita cedera karenanya.
Dalam hubungan perjanjian dokter dengan pasien, dokter haruslah
bertindak berdasarkan:
1) Adanya indikasi medis
2) Bertindak secara hati-hati dan teliti
3) Bekerja sesuai standar profesi
4) Sudah ada informed consent.
Keempat tindakan di atas adalah sesuai dengan Undang-Undang Praktek
Kedokteran No. 29 tahun 2004 Bab IV tentang Penyelenggaraan Praktik
Kedokteran, yang menyebutkan pada bagian kesatu pasal 36,37 dan 38 bahwa
sorang dokter harus memiliki surat izin praktek, dan bagian kedua tentang
pelaksanaan praktek yang diatur dalam pasal 39-43. Pada bagian ketiga
menegaskan tentang pemberian pelayanan, dimana paragraf 1 membahas
tentang standar pelayanan yang diatur dengan Peraturan Menteri. Standar
Pelayanan adalah pedoman yang harus diikuti oleh dokter atau dokter gigi
dalam menyelenggarakan praktik kedokteran.
Standar Profesi Kedokteran adalah batasan kemampuan (knowledge,
skill and professional attitude) minimal yang harus dikuasai oleh seorang
dokter atau dokter gigi untuk dapat melakukan kegiatan profesionalnya pada
masyarakat secara mandiri yang dibuat oleh organisasi profesi. Standar profesi
yang dimaksud adalah yang tercantum dalam KODEKI Pasal 2 dimana Setiap
5
4. Damage (kerugian)
Damage yang dimaksud adalah cedera atau kerugian yang diakibatkan
kepada pasien. Walaupun seorang dokter atau rumah sakit dituduh telah
berlaku lalai, tetapi jika tidak sampai menimbulkan luka/cedera/kerugian
(damage, injury, harm) kepada pasien, maka ia tidak dapat dituntut ganti-
7
kerugian. Istilah luka (injury) tidak saja dala bentuk fisik, namun kadangkala
juga termasuk dalam arti ini gangguan mental yang hebat (mental anguish).
Juga apabila tejadi pelanggaran terhadap hak privasi orang lain.
C. Penanganan Malpraktek
yang ditimbulkan sesuai dengan yang telah digariskan Islam dalam bab
jinayat
4. Sengaja Menimbulkan Bahaya (I'tidâ')
Maksudnya adalah membahayakan pasien dengan sengaja. Ini adalah bentuk
malpraktek yang paling buruk. Biasanya ini dilakukan karena factor
kesengajaan.
berikut:
1. Qishash
Qishash ditegakkan jika terbukti bahwa dokter melakukan tindak malpraktek
sengaja untuk menimbulkan bahaya (i'tida'), dengan membunuh pasien atau
merusak anggota tubuhnya, dan memanfaatkan profesinya sebagai
pembungkus tindak kriminal yang dilakukannya.
2. Dhamân (Tanggung Jawab Materiil Berupa Ganti Rugi Atau Diyat)
Bentuk tanggung-jawab ini berlaku untuk bentuk malpraktek berikut:
a. Pelaku malpraktek tidak memiliki keahlian, tapi pasien tidak
mengetahuinya, dan tidak ada kesengajaan dalam menimbulkan bahaya.
b. Pelaku memiliki keahlian, tapi menyalahi prinsip-prinsip ilmiah.
c. Pelaku memiliki keahlian, mengikuti prinsip-prinsip ilmiah, tapi terjadi
kesalahan tidak disengaja.
d. Pelaku memiliki keahlian, mengikuti prinsip-prinsip ilmiah, tapi tidak
mendapat ijin dari pasien, wali pasien atau pemerintah, kecuali dalam
keadaan darurat.
3. Ta'zîr berupa hukuman penjara, cambuk, atau yang lain. Ta'zîr berlaku
untuk dua bentuk malpraktek:
a. Pelaku malpraktek tidak memiliki keahlian, tapi pasien tidak
mengetahuinya, dan tidak ada kesengajaan dalam menimbulkan bahaya.
b. Pelaku memiliki keahlian, tapi menyalahi prinsip-prinsip ilmiah.
1. Criminal malpractice
Perbuatan seseorang dapat dimasukkan dalam kategori criminal
malpractice manakala perbuatan tersebut memenuhi rumusan delik pidana
yakni :
a. Perbuatan tersebut (positive act maupun negative act) merupakan
perbuatan tercela.
b. Dilakukan dengan sikap batin yang salah (mens rea) yang berupa
kesengajaan (intensional), kecerobohan (reklessness) atau kealpaan
(negligence).
Criminal malpractice yang bersifat sengaja (intensional) misalnya
melakukan euthanasia (pasal 344 KUHP), membuka rahasia jabatan (pasal
332 KUHP), membuat surat keterangan palsu (pasal 263 KUHP), melakukan
aborsi tanpa indikasi medis pasal 299 KUHP).
Criminal malpractice yang bersifat ceroboh (recklessness) misalnya
melakukan tindakan medis tanpa persetujuan pasien. Criminal malpractice
yang bersifat negligence (lalai) misalnya kurang hati-hati mengakibatkan
luka, cacat atau meninggalnya pasien, ketinggalan klem dalam perut pasien
saat melakukan operasi.
2. Civil malpractice
Seorang tenaga kesehatan akan disebut melakukan civil malpractice apabila
tidak melaksanakan kewajiban atau tidak memberikan prestasinya
sebagaimana yang telah disepakati (ingkar janji).
Tindakan tenaga kesehatan yang dapat dikategorikan civil malpractice antara
lain:
a. Tidak melakukan apa yang menurut kesepakatannya wajib dilakukan.
b. Melakukan apa yang menurut kesepakatannya wajib dilakukan tetapi
terlambat melakukannya.
c. Melakukan apa yang menurut kesepakatannya wajib dilakukan tetapi tidak
sempurna.
15
Ayat (2) berbunyi Setiap dokter atau dokter gigi warga negara asing yang
dengan sengaja melakukan praktik kedokteran tanpa memiliki surat tanda
registrasi sementara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 ayat (1) dipidana
dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun atau denda paling banyak
Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah). Surat tanda registrasi sementara dapat
diberikan kepada dokter dan dokter gigi warga negara asing yang melakukan
kegiatan dalam rangka pendidikan, pelatihan, penelitian, pelayanan kesehatan
di bidang kedokteran atau kedokteran gigi yang bersifat sementara di
Indonesia
Ayat (3) berbunyi Setiap dokter atau dokter gigi warga negara asing yang
dengan sengaja. Surat tanda registrasi yang dimaksud adalah melakukan
praktik kedokteran tanpa memiliki surat tanda registrasi bersyarat
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (1) dipidana dengan pidana
penjara paling lama 3 (tiga) tahun atau denda paling banyak
Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah).
Selain pasal 75, masih ada beberapa pasal yang akan menjerat dokter apabila
melakukan kesalahan yaitu diantaranya Pasal 76, 77, 78, dan 79.
Etika punya arti yang berbeda-beda jika dilihat dari sudut pandang pengguna
yang berbeda dari istilah itu. Bagi ahli falsafah, etika adalah ilmu atau kajian
formal tentang moralitas. Moralitas adalah ha-hal yang menyangkut moral, dan
moral adalah sistem tentang motivasi, perilaku dan perbuatan manusia yang
dianggap baik atau buruk.
Bagi sosiolog, etika adalah adat, kebiasaan dan perilaku orang-orang dari
lingkungan budaya tertentu. Bagi praktisi profesional termasuk dokter dan tenaga
kesehatan lainnya etika berarti kewajiban dan tanggung jawab memenuhi
harapan (ekspekatasi) profesi dan amsyarakat, serta bertindak dengan cara-cara
yang profesional, etika adalah salah satu kaidah yang menjaga terjalinnya
interaksi antara pemberi dan penerima jasa profesi secara wajar, jujur, adil,
profesional dan terhormat.
Bagi eksekutif puncak rumah sakit, etika seharusnya berarti kewajiban dan
tanggung jawab khusus terhadap pasien dan klien lain, terhadap organisasi dan
staff, terhadap diri sendiri dan profesi, terhadap pemrintah dan pada tingkat akhir
walaupun tidak langsung terhadap masyarakat. Kriteria wajar, jujur, adil,
profesional dan terhormat tentu berlaku juga untuk eksekutif lain di rumah sakit.
Bagi asosiasi profesi, etika adalah kesepakatan bersamadan pedoman untuk
diterapkan dan dipatuhi semua anggota asosiasi tentang apa yang dinilai baik dan
buruk dalam pelaksanaan dan pelayanan profesi itu.
Malpraktek meliputi pelanggaran kontrak ( breach of contract), perbuatan yang
disengaja (intentional tort), dan kelalaian (negligence). Kelalaian lebih mengarah
pada ketidaksengajaan (culpa), sembrono dan kurang teliti. Kelalaian bukanlah
suatu pelanggaran hukum atau kejahatan, selama tidak sampai membawa
kerugian atau cedera kepada orang lain dan orang itu dapat menerimanya.
BAB III
ARTIKEL
Lubang sebesar bola tenis berada tepat di atas pusar Sisi Chalik. Tampak tersembul
gumpalan usus. Berwarna merah, dan memekar saat dia “buang air besar”. Kotoran
itu keluar bukan dari jalan lazim. Tapi dari liang di atas pusar. Setiap hari, lebih dari
sekali, dia harus mengganti perban penutup ususnya.
Kerepotan itu sudah dijalaninya sembilan tahun. "Mana ada orang menerima keadaan
tak normal begini," kata perempuan 47 tahun ini kepada VIVAnews di Jakarta, Jumat
27 Februari 2009. Sisi normal sejak lahir. Sampai petaka itu menimpanya 16 Mei
2000.
Waktu itu, dokter di Rumah Sakit Budhi Jaya, Jalan Saharjo, Jakarta Selatan,
menemukan myoma (tumor) dalam rahimnya. Dia lalu digiring ke meja operasi. Aksi
bedah itu memang selesai. Tapi lima hari berselang, perutnya malah bengkak.
Nafasnya sesak.
Dia lalu kembali ke meja operasi di rumah sakit sama. "Ternyata ditemukan
kebocoran usus," ujar Sisi. Dia marah. Ditepisnya tawaran operasi gratis dari rumah
sakit itu. Sejak itulah perutnya terus berlubang. Ususnya tampak menyembul.
Perut bocor itu rupanya membuat hidupnya makin pelik. Dia dicerai suaminya, dan
dijauhi kerabat. Dia bahkan tak diterima oleh keluarga besarnya lagi. "Karena itu,
saya menggugat dokter," katanya. Hidupnya jadi nestapa. Tapi Sisi tetap tabah.
Dia lalu memulai perjuangannya menghadapi dunia medis. Langkah pertama, dia
18
19
Sisi kemudian mencoba cara lain. Dia menempuh peradilan konvensional. Mulanya,
dia menggugat perdata ke Pengadilan Negeri Jakarta Selatan. Sisi minta ganti rugi Rp
3 miliar. "Saya butuh untuk operasi di RS Mount Elisabeth Singapore," katanya.
Di meja hijau, kasus itu sempat menggantung sembilan tahun. Kuasa hukum RS
Budhi Jaya, Iswahjudi Karim, mengatakan kliennya tak salah. "Justru dia tak mau
menjalani operasi akhir untuk penyambungan usus," kata Iswahjudi. "Ingin
disembuhkan tidak mau."
BAB IV
PEMBAHASAN
A.Analisa Kasus
Dalam permasalahan ini korban malpraktek, Sisi adalah seorang ibu yang berusia
47 tahun. Dia menjadi korban malpraktek saat dirinya menjalani operasi myoma
(tumor) dalam rahimnya di di Rumah Sakit Budhi Jaya, Jalan Saharjo, Jakarta
Selatan.
A. Pembahasan
25
Dalam permasalahan ini, factor penyebab Sisi menjadi korban malpraktek adalah
kelalaian dokter bedah yang menangani operasinya. Sisi melakukan operasi setelah
dirinya dinyatakan menderita myoma (tumor) rahim. Seminggu Setelah melakukan
operasi, Dan dari kasus tersebut, factor pencetus terjadinya malpraktek ialah tenaga
21
kesehatan yang kurang keahlian ataupun kelalaian para tenaga medis.
Dalam agama Islam malpraktek, merupakan suatu tindakan yang menyalahi etika
dan membahayakan nyawa seorang pasien. Oleh karena itu apabila terjadi kasus
malpraktek perlu dibuktikan kebenaranya agar kedua belah pihak baik dokter ataupun
20
pasien tidak merasa terdzalimi dan juga tidak terjadi fitnah, Apabila tindakan
malpraktek memeng benar terjadi, maka pelaku harus mempertanggungjawabkan
perbuatannya tersebut.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil pembahasan kasus diatas dapat disimpulkan bahwa memang benar kasus
malpraktek murni bukan seperti pembadahan ostomi. Pembedahan ostomi yaitu
• Sebuah lubang buatan yang dibuat oleh dokter ahli bedah pada dinding abdomen
untuk mengeluarkan feces (M. Bouwhuizen, 1991)
• Pembuatan lubang sementara atau permanan dari usus besar melalui dinding perut
untuk mengeluarkan feces (Randy, 1987)
• Lubang yang dibuat melalui dinding abdomen ke kolon iliaka untuk mengeluarkan
feces.
Memang dalam kasus ini perut pasien berlubang dan ususnya keluar seperti pada
operasi ostomi yang biasanya dilakukan pada pasien yang mengalami
divertikular, dan trauma pada usus. Ostomi biasanya dibuat melalui pembedahan
dengan membuat lubang (stoma) melaui dinding abdomen dengan menggunakan
segmen proksimal dari usus. Feses kemudian dikeluarkan melalui stoma.
Dalam kasus ini pihak dokter atau pihak rumah sakit dinyatakan tidak bersalah oleh
majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia. Namun dalam kasus ini pihak
dokter atau pihak rumah sakit tidak menjelaskan pada pasien apakah ini merupakan
ostomi buatan atau memang karena kesalahan prosedur pembedahan yang dilakukan
oleh dokter bedah. Mereka hanya menyatakan bahwa telah terjadi kebocoran usus
lima hari setelah operasi dilakukan. Dan pihak rumah sakit kemudian menawarkan
operasi gratis untuk penyambungan usus Sisi. Hal ini tentu saja membuat Sisi geram
dan ditepisnya tawaran operasi gratisnya itu.
Apabila upaya kesehatan yang dilakukan kepada pasien tidak memuaskan sehingga
perawat menghadapi tuntutan hukum, maka tenaga kesehatan seharusnyalah bersifat
pasif dan pasien atau keluarganyalah yang aktif membuktikan kelalaian tenaga
kesehatan. Dalam agama Islam malpraktek, merupakan suatu tindakan yang
menyalahi etika dan membahayakan nyawa seorang pasien. Oleh karena itu apabila
malpraktek memeng benar terjadi, maka pelaku harus mempertanggungjawabkan
perbuatannya tersebut.
. Saran
23
DAFTAR PUSTAKA
Rakmawan,Agung.2009.MalpraktekdalamPelayananKesehatan.http://agungrakhmaw
an.wordpress.com/2009/06/20/malpraktek-dalam-pelayanan-kesehatan/, diakses
tanggal 31 Maret 2011, jam 11.00
Fery,Midwi.2009.MalpraktekditinjaudariSegiEtikadanHukum.http://midwiferyeducat
or.wordpress.com/2009/12/09/malpraktek-ditinjau-dari-segi-etika-dan-hukum,
(diakses tanggal 31 Maret 2011, jam 1100)/,diakses tanggal 31 Maret 2011 jam 11.30
Kurniawan,Erlangga.2010.TinjauanHukumAtasMalpraktekMedik.http://bsba.faceboo
k.com/topic.php?uid=95182762229&topic=10458 diakses tanggal 31 Maret 2011
Burhanuddin,Anas.MalpraktekMenurutSyariatIslam.http://thakis.blogspot.com/2009/
12/malpraktek-ditinjau-dari-segi-etika-dan html.,diakses tanggal 31 Maret 2011
“Kebocoran Usus akibat Operasi”
VIVAnews - LUBANG sebesar bola tenis berada tepat di atas pusar Sisi Chalik.
Tampak tersembul gumpalan usus. Berwarna merah, dan memekar saat dia “buang air
besar”. Kotoran itu keluar bukan dari jalan lazim. Tapi dari liang di atas pusar. Setiap
hari, lebih dari sekali, dia harus mengganti perban penutup ususnya.
Kerepotan itu sudah dijalaninya sembilan tahun. "Mana ada orang menerima keadaan
tak normal begini," kata perempuan 47 tahun ini kepada VIVAnews di Jakarta, Jumat
27 Februari 2009. Sisi normal sejak lahir. Sampai petaka itu menimpanya 16 Mei
2000.
Waktu itu, dokter di Rumah Sakit Budhi Jaya, Jalan Saharjo, Jakarta Selatan,
menemukan myoma (tumor) dalam rahimnya. Dia lalu digiring ke meja operasi. Aksi
bedah itu memang selesai. Tapi lima hari berselang, perutnya malah bengkak.
Nafasnya sesak.
Dia lalu kembali ke meja operasi di rumah sakit sama. "Ternyata ditemukan
kebocoran usus," ujar Sisi. Dia marah. Ditepisnya tawaran operasi gratis dari rumah
sakit itu. Sejak itulah perutnya terus berlubang. Ususnya tampak menyembul.
Perut bocor itu rupanya membuat hidupnya makin pelik. Dia dicerai suaminya, dan
dijauhi kerabat. Dia bahkan tak diterima oleh keluarga besarnya lagi. "Karena itu,
saya menggugat dokter," katanya. Hidupnya jadi nestapa. Tapi Sisi tetap tabah.
Dia lalu memulai perjuangannya menghadapi dunia medis. Langkah pertama, dia
membawa kasus ini ke Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia. Tapi
Majelis rupanya punya penilaian berbeda. Dokter dan rumah sakit, kata putusan
Majelis itu, tak melakukan kesalahan. Tuntutan Sisi pun kandas.
Sisi kemudian mencoba cara lain. Dia menempuh peradilan konvensional. Mulanya,
dia menggugat perdata ke Pengadilan Negeri Jakarta Selatan. Sisi minta ganti rugi Rp
3 miliar. "Saya butuh untuk operasi di RS Mount Elisabeth Singapore," katanya.
Di meja hijau, kasus itu sempat menggantung sembilan tahun. Kuasa hukum RS
Budhi Jaya, Iswahjudi Karim, mengatakan kliennya tak salah. "Justru dia tak mau
menjalani operasi akhir untuk penyambungan usus," kata Iswahjudi. "Ingin
disembuhkan tidak mau."
Pengadilan akan memutuskan kasus itu pada Senin 3 Maret 2009 ini.
Sumber: VIVAnews