You are on page 1of 4

14

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dewasa ini air menjadi masalah yang perlu mendapat perhatian yang seksama dan

cermat. Untuk mendapatkan air yang baik, sesuai dengan standart tertentu, saat ini

menjadi barang yang mahal karena air banyak yang sudah tercemar oleh bermacam-

macam limbah dari hasil kegiatan manusia, baik limbah dari kegiatan rumah tangga,

limbah dari kegiatan industri dan kegiatan-kegiatan lainnya. (Wardhana, 1995)

Adanya benda-benda asing yang mengakibatkan air tersebut tidak dapat

digunakan sesuai dengan peruntukannya secara normal disebut dengan pencemaran

air. Karena kebutuhan mahkluk hidupnakan air sangat bervariasi, maka batas

pencemaran untuk berbagai jenis air juga berbeda. Sebagai contoh, air kali

dipegunungan belum tercemar tidak dapat digunakan langsung sebagai air minum

karena belum memenuhi persyaratan untuk dikategorikan sebagai air minum.

Kekeruhan menunjukkan sifat optis air, yang mengakibatkan pembiasan cahaya

kedalam air. Kekeruhan membatasi masuknya cahaya ke dalam air. Kekeruhan ini

terjadi karena adanya bahan yang terapung, dan terurainya zat tertentu, seperti bahan

organik, jasad renik, lumpur tanah liat dan benda lain yang melayang atau terapung

sangat halus sekali. Semakin keruh air, semakin tinggi daya hantar listriknya dan

semakin banyak pula padatannya. (Kristanto, 2002)

Universitas Sumatera Utara


15

Kekeruhan menggambarkan sifat optik air yang ditentukan berdasarkan

banyaknya cahaya yang diserap dan dipancarkan oleh bahan-bahan yang terdapat di

dalam air. Kekeruhan disebabkan oleh adanya bahan organik dan anorganik yang

tersuspensi dan terlarut (misalnya lumpur dan pasir halus), maupun bahan anorganik

dan organik yang berupa plankton dan mikroorganisme lain.

Kekeruhan dinyatakan dalam satuan unit turbiditas, yang setara dengan 1

mg/liter SiO2. Peralatan yang pertama kali di gunakan untuk mengukur turbiditas atau

ekeruhan adalah Jackson Candler Turbidimeter, yang dikalibrasi dengan silika.

Kemudian, Jackson Candler Turbidimeter dijadikan sebagai alat baku atau standart

bagi pengukuran kekeruhan. Satu unit turbiditas Jackson Candler Turbidimeter

dinyatakan dengan satuan 1 JTU. Pengukuran kekeruhan dengan ,enggunakan Jackson

Candler Turbidimeter bersifat visual, yaitu membandingkan air sampel dengan air

standart.

Selain dengan menggunakan Jackson Candler Turbidimeter, kekeruhan sering

diukur dengan metode Nephelometrick. Pada metode ini, sumber cahaya dilewatkan

pada sampel dan ntensitas cahaya yang dipantulkan oleh oleh bahan-bahan penyebab

kekeruhan diukur dengan menggunakan suspensi polimer formazin sebagai larutan

standart. Satuan kekeruhan yang diukur dengan metode Nephelometric adalah NTU

(Nephelometric Turbidity Unit). Satuan JTU dan NTU sebenarnya tidak dapat saling

mengonversi, akan tetapi Sawyer dan McCarty (1978) mengemukakan bahwa 40 NTU

setara dengan 40 JTU. (Hefni Effendi, 2003)

Universitas Sumatera Utara


16

Bahan buangan industri yang berbentuk padat kalau tidak dapat larut sempurna

akan mengendap di dasar sungai dan yang dapat larut sebagian akan menjadi koloidal.

Endapan sebelum sampai ke dasar sungai akan melayang di dalam air bersama-sama

dengan koloidal. Endapan dan koloidal yang melayang di dalam air akan menghalangi

masuknya sinar matahari ke dalam lapisan air. Padahal sinar matahari sangat

diperlukan oleh mikroorganisme untuk melakukan proses fotosintesis. Karena tidak

ada sinar matahari maka proses fotosintesis tidak dapat berlangsung. Akibatnya,

kehidupan mikroorganisme jadi terganggu. (Wardhana, 1995)

Kekeruhan pada perairan yang tergenang (lentik), misalnya danau, lebih

banyak disebabkan oleh bahan tersuspensi yang berupa koloid dan partikel-partikel

halus, sedangkan kekeruhan pada sungai yang sedang banjir lebih banyak disebabkan

oleh bahan-bahan tersuspensi yang berukuran lebih besar, yang berupa lapisan

permukaan tanah yang terbaawa oleh aliran air pada saat hujan. Kekeruhan yang

tinggi dapat mengakibatkan terganggunya system osmoregulasi, misalnya pernafasan

dan daya lihat organisme akuatik, serta dapat menghambat penetrasi cahaya kedalam

air. Tingginya nilai kekeruhan juga dapat mempersulit usaha penyaringan dan

mengurangi efektivitas desinfeksi pada proses penjernihan air. (Hefni Effendi, 2003)

1.2 Permasalahan

Kekeruhan menggambarkan sifat optik air yang ditentukan berdasarkan

banyaknya cahaya yang diserap dan dipancarkan oleh bahan-bahan yang terdapat di

dalam air. Kekeruhan disebabkan oleh adanya bahan organik dan anorganik yang

tersuspensi dan terlarut (misalnya lumpur dan pasir halus), maupun bahan anorganik

Universitas Sumatera Utara


17

dan organik yang berupa plankton dan mikroorganisme lain. Tingginya nilai

kekeruhan juga dapat mempersulit usaha penyaringan dan mengurangi efektivitas

desinfeksi pada proses penjernihan air. Dengan demikian apakah ada pengaruh

penyimpanan sampel air sungai Babura Medan terhadap kekeruhan dan apakah aman

untuk digunakan oleh masyarakat yang ada disekitarnya.

1.3 Tujuan

Untuk mengetahui pengaruh lama penyimpanan sampel air sungai pada suhu

4o C terhadap kekeruhan (turbitity).

1.4 Manfaat

Adapun manfaat penulisan tugas akhir ini adalah :

- Untuk memberikan informasi kepada pembaca tentang hasil analisa

kekeruhan yang terdapat pada air sungai Babura Medan.

- Untuk memberikan informasi kepada Badan Lingkungan Hidup (BLH)

tentang kada luarsanya sampel.

- Untuk mengetahui apakah air sungai Babura layak untuk digunakan untuk

kebutahan sehari-hari bagi masyarakat yang tinggal disekitar sungai

Babura.

Universitas Sumatera Utara

You might also like