You are on page 1of 10

PENGARUH PERBEDAAN SUHU DALAM METODE PEMBUATAN

AMILUM SINGKONG PREGELATINASI TERHADAP SIFAT FISIK


TABLET CHLORPHENIRAMIN MALEAT SECARA KEMPA LANGSUNG
SKRIPSI
Oleh :
MURNI HASTUTI
K. 100.040.261
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
SURAKARTA
2008
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Tablet merupakan bentuk sediaan yang paling banyak digunakan, hal ini
disebabkan tablet memiliki kelebihan yang tidak dimiliki oleh sediaan farmasi yang
yang lain, baik dari segi produksi, penyimpanan, distribusi maupun pemakaiannya.
Berdasarkan hal-hal tersebut maka pembuatan tablet dan upaya untuk lebih
mengembangkan teknologi tabletasi terus dilakukan.
Tablet dibuat dari bahan aktif dan bahan tambahan yang meliputi bahan
pengisi, penghancur, pengikat dan pelicin. Metode pembuatannya bisa dilakukan
dengan granulasi basah, granulasi kering atau kempa langsung. Tablet yang baik
harus memenuhi persyaratan yang cukup, antara lain: cukup kuat untuk
mempertahankan bentuknya mulai produksi sampai digunakan oleh pasien,
mempunyai kandungan bahan obat dan bobot tablet yang seragam, warna yang
menarik, ukuran dan bentuk yang pantas serta terjamin stabilitasnya (Lachman et al,
1976).
Tablet Chlorpheniramin Maleat (CTM) digunakan sebagai obat
antihistaminika. Efek sampingnya sedatif ringan dan sering digunakan dalam obat
batuk (Tjay dan Raharjo, 1986).
Untuk memenuhi hal-hal tersebut maka dicari metode dan bahan yang
digunakan, sehingga dicapai kualitas tablet yang maksimum dengan biaya rendah.
Chlorampeniramin Maleat (CTM) berbentuk hablur kecil atau serbuk hablur,
berwarna putih dan merupakan obat yang mudah larut dalam air, dengan melihat sifat
higroskopis dari Chlorampeniramin Maleat (CTM) maka dirasa kurang
menguntungkan jika dibuat secara granulasi basah karena pada granulasi basah
diperlukan adanya air serta pengeringan. Secara granulasi kering pembuatan CTM
dirasa juga kurang mendukung, karena pada proses tersebut diperlukan tekanan yang
relatif besar. Adanya tekanan yang relatif besar kemungkinan juga akan
mempengaruhi kestabilan CTM, oleh sebab itu metode kempa langsung merupakan
metode pembuatan CTM yang relatif menguntungkan. Penelitian ini menggunakan
amilum singkong pregelatinasi. Amilum sebagai bahan tambahan tablet sangat luas
pemakaiannya karena bersifat inert dan dapat dicampur dengan hampir semua obat
tanpa menimbulkan terjadinya reaksi kimia. Kekurangannya adalah sifat alir dan
kompresibilitasnya kurang baik, sehingga dalam penelitian ini dibuat pregelatinasi
amilum (Bolhuis dan Chouhan , 1996).
Amilum pregelatinasi merupakan pati amilum yang telah dibuat menjadi
pati pregelatinasi dengan cara memanaskan suspensi pati hingga suhu 60°C
kemudian dikeringkan. Tujuan pregelatinasi amilum ini memperbaiki sifat alit dan
kompresibilitasnya.
Perbedaan penggunaan suhu untuk pemanasan pada pembuatan pregelatinasi
akan berpengaruh pada sifat fisik tablet karena amilopektin sebagai bahan pengikat
dan Amilosa sebagai bahan penghancur,dimana kedua kandungan amilum tersebut
pada proses hidrasi amilum dapat mengembang lebih optimal. Pengembangan
amilum oleh adanya suhu yang optimal akan menghasilkan gel dari amilum
pregelatinasi tersebut mempunyai ikatan antar granul yang kuat. Sehingga amilum
pregelatinasi yang digunakan sebagai bahan tambahan dalam pembuatan tablet
Chlorampheniramin Malet secara kempa langsung dapat menghasilkan mutu yang
baik dan memenuhi syarat dalam Farmakope Indonesia dan kepustakaan lainnya,
dalam uji sifat fisik tablet yaitu: keseragaman bobot tablet, kekerasan tablet,
kerapuhan tablet dan waktu hancur tablet.
Penggunaan amilum modifikasi (pregelatinasi) dalam proses cetak langsung
sebagai bahan pengisi dan sekaligus sebagai bahan penghancur diharapkan dapat
memperbaiki sifat alir dan kompresibilitas dalam pembuatan tablet Chlorpheniramin
Maleat (CTM) secara kempa langsung.
B. Rumusan Masalah
Permasalahan yang diteliti dalam penelitian ini sebagai berikut: apakah ada
pengaruh perbedaan suhu dan perbedaan antara amilum A (Amprotab ), dan amilum
B (Amilum Buatan) sebagai bahan pembuatan pregelatinasi terhadap sifat fisik tablet
CTM yang dihasilkan.
C. Tujuan Penelitian
Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh suhu dan perbedaan antara
amilum A (Amprotab) dan amilum B (Amilum Buatan) sebagai bahan pembuatan
pregelatinasi terhadap sifat fisik tablet CTM yang dihasilkan.
D.Tinjauan Pustaka
1. Tablet
Tablet adalah sediaan padat, kompak, dibuat secara kempa cetak, dalam
bentuk tabung pipih atau sirkuler, kedua permukaannya rata atau cembung,
mengandung satu jenis atau lebih bahan obat atau dengan atau tanpa zat tambahan
(Anonim, 1979).
Bentuk sediaan tablet mempunyai keuntungan yang meliputi ketepatan
dosis, praktis dalam penyajian, biaya produksi yang murah, mudah dikemas, tahan
dalam penyimpanan, mudah dibawa, serta bentuk yang memikat (Lachman dkk,
1994).
Beberapa kriteria yang harus dipenuhi untuk tablet yang berkualitas baik
adalah sebagai berikut:
a. Kekerasan yang cukup dan tidak rapuh, sehingga kondisinya tetap baik selama
fabrikasi/pengemasan dan pengangkutan hingga sampai pada konsumen.
b. Dapat melepaskan bahan obatnya sampai pada ketersediaan hayatinya.
c. Memenuhi persyaratan keseragaman bobot tablet dan kandungan obatnya.
d. Mempunyai penampilan yang menarik, baik pada bentuk, warna maupun rasanya.
Untuk mendapatkan tablet yang baik tersebut, maka bahan yang akan
dikempa menjadi tablet harus memenuhi sifat-sifat berikut:
a. Mudah mengalir, artinya jumlah bahan yang akan mengalir dalam corong air ke
dalam ruang cetakan selalu sama setiap saat, dengan demikian bobot tablet tidak
akan memiliki variasi yang besar.
b. Kompatibel, artinya bahan mudah kompak jika dikempa, sehingga dihasilkan
tablet yang keras.
c. Mudah lepas dari cetakan, hal ini dimaksudkan agar tablet yang dihasilkan mudah
lepas dan tidak ada bagian yang melekat pada cetakan, sehingga permukaan tablet
halus dan licin (Sheth et al, 1980).
2. Bahan - bahan tambahan dalam pembuatan Tablet
Tablet biasanya terdiri dari beberapa bahan yang ditambahkan pada
obatnya. Bahan-bahan tersebut memiliki fungsi yang berbeda-beda dan digolongkan
menurut fungsi dasarnya di dalam menyusun tablet. Bahan-bahan tersebut
digolongkan sebagai bahan pengisi, bahan penghancur, dan bahan pelicin. Kadangkadang
dalam tablet juga terdapat zat warna, zat yang memberi rasa enak (Flavoring
agent), pemanis, adsorban dan bufer, yang semuanya bukan merupakan zat yang
esensial bagi penyusunan tablet (Kanig, 1984).
Bahan pembantu tablet harus bersifat netral, tidak berbau, tidak berasa dan
sedapat mungkin tidak berwarna (Voigt, 1984).
Bahan-bahan tambahan yang digunakan dalam pembuatan tablet terdiri atas:
a. Bahan Pengisi (diluent/filter)
Bahan pengisi berfungsi untuk menmbah berat tablet agar sesuai dengan
berat yang dikehendaki dan dapat dicetak dengan dengan baik. Bahan pengisi yang
dipilih yaitu bahan yang dapat memperbaiki pengikatan dan pengaliran dari
formulasi yang ada. Bahan pengisi yang biasa digunakan antara lain laktosa,
manitol, amylum, sukrosa dan mikrokristal (Sheth et al, 1980).
b. Bahan Pengikat (binder)
Bahan pengikat diperlukan dalam pembuatan tablet dengan maksud untuk
meningkatkan kohesifitas antar partikel serbuk sehingga memberikan kekompakan
dan daya tahan tablet (Voigt,1984). Penambahan ini dimaksudkan agar tablet
kompak tidak mudah pecah. Bahan pengikat ini sangat membantu dalam pembuatan
granul, diantara bahan pengikat yang digunakan adalah cairan amylum, gelatin, gom
arab, tragakan, derivat selulosa dan polivinil pirolidon (Lachman et al, 1976).
Penggunaan bahan pengikat yang terlalu banyak atau berlebihan akan
menghasilkan massa yang terlalu basah dan granul yang terlalu keras, sehingga tablet
yang dihasilkan mempunyai waktu hancur yang lama. Sebaliknya, kekurangan bahan
pengikat akan menghasilkan daya rekat yang lemah sehingga tablet akan rapuh dan
terjadi capping (Parrott, 1971).
c. Bahan Penghancur (disintegrant)
Bahan penghancur dimaksudkan untuk memudahkan pecahnya atau
hancurnya tablet dalam medium air, sehingga pecah menjadi granul atau partikel
penyusunnya.Fragmen-fragmen tablet ini memungkinkan untuk larutnya, obatnya
dan tercapai bioavailabilitas yang diharapkan, Jenis bahan penghancur seperti pati
dan jenis-jenis lainnya adalah jenis bahan penghancur yang paling umum digunakan
dan harganya juga paling murah. Biasanya digunakan dengan konsentrasi 5-20%
dari berat tablet. (Lachman et al, 1970).
Bahan penghancur yang sering digunakan antara lain: amilum kering,
derivat amilum, derivat selulosa, alginat, agar (Lachman et al, 1994).
d. Bahan Pelicin (Lubricant)
Bahan pelicin adalah bahan yang mampu meningkatkan aliran bahan
memasuki cetakan tablet dan mencegah melekatnya bahan ini pada punch dan die
serta membuat tablet menjadi lebih bagus dan mengkilat (Sandel, 1982).
Bahan pelicin ditambahkan pada pembuatan tablet yang berfungsi untuk
mengurangi gesekan yang terjadi antara dinding ruang kempa dengan tepi tablet
selama pentabletan (librikan), memperbaiki sifat alir granul (glidant), atau mencegah
bahan yang dikempa agar tidak melekat pada dinding ruang kempa dan permukaan
punch (anti adherent). Sebagai bahan pelicin yang umum digunakan adalah
magnesium stearat, talk dan kalsium stearat. Jumlah pelicin yang digunakan pada
pembuatan tablet satu dengan yang lain berbeda-beda mulai dari yang sedikit kirakira
0,1% dari berat granul sampai sebanyak-banyaknya 5% (Ansel, 1981).
3. Metode Pembuatan Tablet
Metode pembuatan tablet pada dasarnya dikenal tiga macam yaitu cetak
langsung, granulasi kering dan granulasi basah (Ansel, 1989).
a. Metode Granulasi Basah
Metode ini merupakan metode pembuatan yang paling banyak digunakan
dalam memproduksi tablet kompresi. Langkah-langkah yang diperlukan dalam
pembuatan tablet dengan metode ini dapat dibagi sebagai berikut: menimbang dan
mencampur bahan-bahan, pembuatan granulasi basah, pengayakan granul basah,
pengeringan, pengayakan granul kering, pencampuran bahan pelicin dan bahan
penghancur, pembuatan tablet dengan kompresi (Ansel, 1989).
Metode granulasi basah dilakukan dengan terlebih dahulu mencampur zat
berkhasiat, zat pengisi dan zat penghancur dicampur baik-baik, lalu dibasahi dengan
larutan bahan pengikat, bila perlu bahan pewarna. Setelah itu diayak menjadi
granual, dan dikeringkan dalam almari pengering pada suhu 40-50C. Setelah
kering diayak lagi untuk memperoleh granul dengan ukuran yang diperlukan dan
ditambahkan bahan pelicin dan dicetak menjadi tablet dengan mesin tablet.
b. Metode Granulasi Kering
Pada metode ini, granul dibentuk oleh penambahan bahan pengikat kering
ke dalam campuran serbuk obat dengan cara memadatkan massa yang jumlahnya
besar dari campuran serbuk, memecahkannya dan menjadikan pecahan-pecahan
menjadi granul, penambahan bahan pelicin dan penghancur kemudian dicetak
menjadi tablet (Ansel, 1989).
c. Metode Cetak Langsung
Metode ini digunakan untuk bahan yang mempunyai sifat mudah mengalir
sebagaimana sifat-sifat kohesinya yang memungkinkan untuk langsung dikompresi
dalam tablet tanpa memerlukan granulasi basah atau kering (Sheth dkk, 1980).
Kempa langsung dapat diartikan sebagai pembuatan tablet dari bahan-bahan
yang berbentuk kristal atau serbuk tanpa merubah karakter fisiknya. Setelah
dicampur dengan ukuran tertentu. Metode ini digunakan pada bahan-bahan (baik
obat maupun bahan tambahan) yang mudah mengalir dan memiliki kompresibilitas
yang baik yang memungkinkan untuk langsung ditablet dalam mesin tablet tanpa
memerlukan proses granulasi. Pada umumnya obat yang dapat dibuat dengan metode
kempa langsung hanya sedikit, karena bahan-bahan yang memiliki sifat-sifat tersebut
diatas tidak banyak. Cara kempa langsung ini sangat disukai karena banyak
keuntungan yaitu secara ekonomi merupakan penghematan besar karena relatif
hanya menggunakan sedikit alat, energi dan waktu. Metode ini sangat sesuai untuk
zat aktif yang tidak tahan panas dan kelembaban tinggi dan dapat menghindari
kemungkinan terjadi perubahan zat aktif akibat pengkristalan kembali yang tidak
terkendali selam proses pengeringan. Selain itu dapat menghindari zat aktif dari
tumbuhan mekanik yang berlebihan jika digunakan metode granulasi kering.
Kecepatan pelarutan obatnya akan lebih baik karena zat aktif tidak terdapat dalam
granul, sehingga dapat segera dilepaskan dan siap dengan pelarutan setelah tablet
hancur.
Untuk obat dengan dosis rendah akan mepengaruhi homogenitas.
Permasalahan ini sebenarnya dapat diatasi dengan pencampuran interaktif, yang
selanjutnya dapat dikempa langsung. Sedangkan untuk obat dengan dosis tinggi, jika
volume bulk tinggi, kompresibilitas yang jelek dan sifat alir yang jelek, tidak akan
memungkinkan campuran untuk kempa langsung. Perbedaan ukuran partikel atau
densitas antara obat dan dan partikel bahan tambahan akan mempengaruhi
homogenitas campuran. Pemilihan bahan pembawa, serbuk yang bersifat
kompresibilitas setelah dikempa akan mengalami deformasi plastik, yaitu terjadinya
perubahan bentuk dari partikel aslinya, setelah tekanan dilepaskan tidak akan
kembali kebentuk semula (Sheth et al, 1980).
4. Teori Pencampuran
Proses pencampuran merupakan proses yang sangat penting sebelum
dilakukan pencetakan tablet. Pencampuran bertujuan untuk memperolah campuran
homogen antar partikel-partikel penyusunnya, pencampuran yang kurang baik atau
tidak homogen akan menyebabkan kadar zat aktif dalam tablet kurang seragam.
Untuk mendapatkan campuran yang homogen pada pencampuran serbuk
ada beberapa factor yang mempengaruhi: Bentuk partikel, bentuk partikel
berpengaruh terhadap gerakan partikel pada waktu pencampuran, partikel-partikel
yang ideal berbentuk bola karena lebih mudah bergerak, sedangkan partikel yang
berbentuk jarum dan partikel yang tidak teratur lebih sukar bergerak dan membentuk
agregat.
Untuk partikel-partikel yang besar akan cenderung memisah dari partikelpartikel
yang kecil, yakni partikel besar cenderung kebawah dan partikel yang kecil
cenderung keatas dalam bentuk fines.Kerapatan massa, dalam proses pencampuran di
dalam alat pencampuran dapat terjadi segregasi karena gesekan dari partikel yang
mempunyai perbedaan kerapatan massa, untuk komponen yang kerapatan massanya
besar akan turun kebawah, sedangkan komponen yang kerapatan massanya kecil
akan tetap diatas sehingga dibutuhkan waktu pencampuran yang lebih lama untuk
mendapatkan campuran yang homogen. Kelengketan dan kelicinan, untuk bahan
yang bersifat lengket, maka pada proses pencampuran partikelnya akan bergerombol
satu sama lain dan melekat pada dinding mixer sehingga proses pencampuran akan
lebih sukar, lain halnya bila didapatkan bahan yangt licin, bahan tersebut akan
membantu dalam proses pencampuran. Kelembaban, pengaruh kelembaban tinggi
yang dominant adalah gaya kapiler, gaya ini mengakibatkan bahan cenderung
menggumpal dan melekat pada dinding mixer, sedangjan pada kelembaban yang
rendah gaya yang dominan adalah gaya elektrostatik, gaya ini menyebabkan partikelpartikel
menjadi bermuatan, cenderung membentuk agregat dan mengalami
segregasi. Lama campuran, keefektifan waktu yang digunakan untuk proses
pencampuran akan mempengaruhi hasil pencampuran karena campuran yang sudah
homogen bila proses pencampurannya dilanjutkan maka pada waktu tertentu tidak
homogen lagi (Parrott, 1971).
5. Pemeriksaan Kualitas Granul
Sebelum granul dicetak menjadi tablet perlu diketahui sifat fisis granul
maka dilakukan pemeriksaan kualitas fisik granul yaitu :
Pemeriksaan susut pengeringan. Susut pengeringan adalah banyaknya bagian zat
yang mudah menguap termasuk air, ditetapkan dengan cara pengeringan kecuali
dinyatakan lain dilakukan pada suhu 105° C hingga berat tetap. Dengan pernyataan
bobot tetap yang tertera berturut-turut berbeda tidak lebih 0,5 mg tiap sisa yang
ditimbang. Penimbangan dilakukan setelah zat dikeringkan dengan pernyataan bobot
yang dapat diabaikan, dimaksudkan bobot yang tidak lebih dari 0,5 mg (Anonim,
1979).
6. Pemeriksaan Kualitas Campuran Bahan
Untuk menghasilkan tablet yang baik maka perlu diketahui sifat fisis dari campuran
bahn yang akan dicetak, pemeriksaan kualitas campuran bahan meliputu :
a. Waktu Alir
Waktu alir adalah waktu yang dibutuhkan bila sejumlah granul dituangkan
dalam suatu alat kemudian dialirkan. Mudah tidaknya aliran granul dapat
dipengaruhi oleh bentuk granul, sifat permukaan granul dan kelembabannya. Bila
granul memiliki ukuran yang tidak seragam menyebabakan daya kohesinya semakin
besar sehingga granul sukar mengalir. Faktor-faktor yang mempengaruhi waktu alir
yaitu sifat-sifat granul yaitu ukuran partikel, distribusi ukuran partikel dan
kelembaban (Lachman et al, 1976).
b. Sudut Diam
Sudut diam yaitu sudut tetap yang terjadi antara timbunan partikel bentuk
kerucut dengan bidang horisontal. Besar kecilnya sudut diam dipengaruhi oleh
bentuk, ukuran dan kelembapan granul. Granul atau serbuk kualitas farmasi
mempunyai sudut diam 25°-45°, sudut yang lebih kecil menunjukkan sifat alir yang
baik (Anonim, 1979).
7. Pemeriksaan Kualitas Tablet
Pemeriksaan kualitas tablet dilakukan untuk mengetahui mutu fisik dari
tablet yang dihasilkan, pemeriksaan kualitas tablet meliputi :
a. Keseragaman bobot tablet.
Ditentukan berdasarkan pada besar dan kecilnya penyimpangan bobot tablet
yang dihasilkan dibandingkan terhadap rata-rata tablet (Anonim, 1979).
Tabel 1. Keseragaman Bobot Tablet.
Bobot rata-rata Penyimpangan
AB
25 atau kurang
26 mg sampai dengan 150 mg
151 mg sampai dengan 300 mg
lebih dari 300 mg
15%
10%
7,5%
5%
30%
20%
15%
10%
b. Kekerasan Tablet
Kekerasan adalah parameter yang menggambarkan ketahanan tablet dalam
melawan tekanan mekanik seperti goncangan, kikisan dan terjadi keretakan talet
selama pembungkusan, pengangkutan dan pemakaian. Kekerasan ini dipakai sebagai
ukuran dari tekanan pengempakan. Kekerasan tablet biasanya 4 – 8 kg, tablet dengan
kekerasan kurang dari 4 kg akan didapatkan tablet yang cenderung rapuh, tapi bila
kekerasan tablet lebih besar dari 8 kg akan didapatkan tablet yang cenderung keras
(Parrott, 1971). Faktor – faktor yang mempengaruhi kekerasan tablet adalah tekanan
pada saat pentabletan, sifat bahan yang dikempa serta jumlah serta jenis bahan obat
yang ditambahkan saat pentabletan akan meningkatkan kekerasan tablet (Ansel,
1981).
c. Kerapuhan Tablet
Kerapuhan adalah parameter lain dari ketahanan tablet dalam melawan
pengikisan dan goncangan, besaran yang dipakai adalah % bobot yang hilang selama
pengujian dengan alat friabilator. Faktor-fsktor ysng mempengaruhi kerapuhan
antara lain banyaknya kandungan serbuk (fitnes), kerapuhan di atas 1%
menunjukkan tablet yang rapuh dan dianggap kurang baik (Lachman et al,1976).
d. Waktu hancur tablet
Waktu hancur tablet adalah waktu yang dibutuhkan untuk hancurnya tablet
dalam medium yang sesuai sehingga tidak ada bagian tablet yang tertinggal diatas
kasa alt pengujian. Faktor-faktor yang mempengaruhi waktu hancur adalah sifat
fisika kimia granul dan kekerasan tablet, kecuali dinyatakan lain, waktu hancur
tablet tidak bersalut tidak boleh lebih dari 15 menit (Anonim, 1979). Waktu hancur
yang semakin cepat maka akan semakin cepat pula pelarutan dari bahan barhasiat
sehingga akan lebih cepat berghasiat dalam tubuh.
8. Amilum Pregelatinasi
Amilum merupakan campuran dua macam stuktur polisakarida yang
berbeda yaitu amilosa dan amilopektin 25% dan 75 %.
Amilum merupakan campuran dua macam struktur polisakarida yang
berbeda yaitu amilosa dan amilopektin. Amilosa mempunyai stuktur lurus dan terdiri
250 sampai 300 unit D-glukopiranosa yang tersusun dalam ikatan á-1,4 glukosa.
Amilopektin terdiri dari 1000 unit glukosa yang tersusun dalam ikatan á-1,4
glikosida dan ikatan á-glukosida yang terjadi pada titik cabang (tiap 25 unit glukosa).
Kedua fraksi tersebut dapat dibedakan berdasarkan reaksinya terhadap larutan
yodium, dimana amilosa memberikan warna biru ungu sedangkan amilopektin warna
merah ungu.Pada umumnya amilum mempunyai kandungan amilosa 25% dan
amilopektin 75% (Varro dkk, 1988).
Pembuatan amilum singkong pregelatinasi ditambah air suling dipanasi
diatas penangas air aduk perlahan lahan agar amilum terdispersi merata. Suhu
dibiarkan naik perlahan-lahan hingga 60°C kemudian didinginkan dengan cara
direndam dengan air dingin. Suspensi setelah mencapai suhu kamar disaring dengan
penyaring kemudian dikeringkan dalam lemari pengering dengan suhu 60°C selama
satu malam maka akan terbentuk slug (lembaran padatan) dari amilum pregelatinasi
kemudian dipecah –pecah diayak dengan ayakan mesh 20.
9. Tinjauan Bahan
a. CTM
2-(p-kloro,á,.-(2-dimetilamino-etil)-benzil) –pirimidina maleat
Gambar 1. Rumus Molekul Chlorampheniramin Male at (Anonim, 1978).
Klorfeniramin maleat dengan rumus molekul C16H19CLN2C4O4
mengandung tidak kurang dari 98,0% dan tidak lebih dari 100,5% C16H19CLN2C4O4
dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan. Merupakan serbuk hablur, putih, tidak
berbau, larut dalam air, larut dalam etanol dan kloroform, sukar larut dalam eter dan
dalam benzene.
b. Singkong
1. Sistematika Tanaman Singkong
Tanaman singkong mempunyai sistematika sebagai berikut:
Divisi : Spermatogophyta
Anak divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotilidoneae
Bangsa : Euphorbiales
Suku : Euphor biaceae
N
CH
CH2CH2N(CH3)2
CL
HC - COOH
HC - COOH
Marga : Manihot
Jenis : Manihot utilissima Pohl.
(Syamsuhidayat, Hutapea,1991)
2. Morfologi Pati Singkong
Pati singkong diperoleh dari umbi akar Manihot Utilissima Pohl atau
beberapa spesies lain. Berupa serbuk halus kadang-kadang berupa gumpalan kecil
putih, tidak berbau dan berasa. Kelarutan praktis tidak larut dalam air dingin dan
dalam etanol, susut pengeringan tidak lebih dari 15,0%.
Batang tanaman ubi kayu berkayu seruas, ruas dan panjang yang
ketinggiannya dapat mencapai 3 meter atau lebih. Warna batang bervariasi
tergantung kulit luar, tetapi batang yang masih muda pada umumnya berwarna hijau
dan setelah tua berubah menjadi keputih-putihan kelabu, hijau kelabu atau coklat
kelabu, empulur batang berwarna putih merah dan strukturnya empulur seperti
gabus. Dan ubi kayu mempunyai susunan berurat menjari canggap 5 sampai 9 kelas.
Tanaman ubi kayu bunganya berumah satu (monoecus) dan proses penyerbukannya
bersifat silang. Penyerbukan tersebut akan menghasilkan buah yang berbentuk agak
bulat, didalamnya terkotak kotak berisi tiga butir.
Ubi yang terbentuk merupakan akar yang berubah bentuk dan fungsinya
sebagai tempat penyimpanan makanan cadangan. Bentuk ubi biasanyan bulat
memanjang, daging ubi mengandung zat pati, putih gelap atau kuning gelap dan tiap
tanaman menghasilkan 5 sampai 10 ubi (Rukmana, 1997).
3. Sinonim
Singkong mempunyai beberapa naman daerah:Sumatra: Ubi kayu (Aceh)
Garingkau (Batak) Jawa:Anpen singkong (Sunda), Ubi Singkong (Jakarta) Singkong
(Jateng) Ubi kayu (Madura). Bali: Kesela, Nusa Tenggara: Lua ai (Sumba) Ali uhi
(Timor) Uwi kayu (Flores). Sulawesi: Kasubi (Gorontalo) Lame kayu (Makasar)
Lame kayu (Bugis) Bata kayu (Sulawesi Utara).Maluku: Mangkale (Tanibar)
Kawaw(Aru) Kasbi (Ambon) Mangkau (Buru) Asbi (Halmare) Kasibi (Ternate)
Kasibi (Tidore) (Anonim,1991).
c. Amilum Singkong
Pati singkong adalah pati yang diperoleh dari umbi akar Manihot Utillisima
Phohl. Pati singkong merupakan serbuk sangat halus, putih praktis tidak larut dalam
air dingin dan etanol, susut pengeringan tidak lebih dari 15,0 %, penetapan dilakukan
menggunakan 1,0 g (Anonim, 1995).
d. Avicel PH 102
Avicel disebut juga selulosa mikrokristal, merupakan bahan tambahan
pilihan untuk metode kempa langsung karena sifat-sifatnya dalam solubilitas,
kompresibilitas dan inert. Ada dua macam kualitas tablet yaitu : PH-101 (serbuk)
dan PH-102 (granul), sifat mengalitnya baik dan sifat-sifat percetakan langsung
bagus sekali. Avicel bersifat unik, karena pada saat menghasilkan kohesi gumpalan,
zat ini juga bertindak sebagai zat penghancur. Harganya cukup mahal bila digunakan
sebagai pengisi dengan kadar tinggi, karena itu sering dikombinasi dengan zat lain,
seperti penggunaan tepung. Selulosa mikrokristal sering ditambahkan ke dalam
formulasi tablet dengan beberapa tujuan, zat ini merupakan zat pengisi yang banyak
digunakan, biasanya digunakan dengan konsentrasi 5-20% (Lachman et al,1976).
Pada metode kempa langsung avicel PH-102 sering digunakan dalam konsentrasi
10%-40% sebagai pengisi dan penghancur (Voigt,1984).
e. Talk
Talk adalah magnesium silikat hidrat alam, kadang-kadang mengandung
sedikit aluminium silikat. Bentuk serbuk hablur, sangat halus, licin, mudah melekat
pada kulit, bebas dari butiran warna putih kelabu. Tidak larut dalam hampir semua
pelarut (Anonim, 1979).
f. Magnesium Stearat
Magnesium stearat merupakan senyawa magnesium dengan campuran
asam-asam organik padat yang diperoleh dari lemak, terutama terdiri dari
magnesium stearat dan magnesium palmitat dalam berbagai perbandingan (Anonim,
1995). Magnesium stearat mengandung tidak kurang dari 6,5% dan tidak lebih dari
8,5% MgO dihitung terhadap zat yang dikeringkan. Pemberian serbuk halus, putih,
licin dan mudah pada kulit, bau lemah khas. Kelarutan praktis tidak larut dalam air,
dalam etanol (95%) P dan dalam eter (Anonim, 1979).
E. Landasan Teori
Tablet dapat dibuat dengan beberapa metode yaitu metode granulasi basah,
granulasi kering dan metode kempa langsung. Tablet yang dibuat secara kempa
langsung mempunyai keuntungan dibandingkan dengan metode yang lain yaitu :
lebih cepat, membutuhkan peralatan dan energi yang sederhana serta biaya yang
murah. Permasalahan metode kempa langsung untuk zat aktif berdosis kecil
terutama dalam homogenitasnya, sedangkan untuk zat aktif yang berdosis besar
permasalahan yang terjadi sifat alir dan kompresibilitasnya (Soebagyo, 2001).
Amilum pregelatinasi yang dipakai dalam pembuatan tablet CTM ini adalah
amilum singkong pregelatinasi. Bolhuis dan Chowhan (1996) menyebutkan bahwa
selama proses pembuatan amilum pregelatinasi beberapa ikatan hidrogen anatara
amilosa dan amilopektin putus. Amilopektin inilah yang membuatnya dapat
digunakan sebagai bahan pengikat, sedangkan amilosa digunakan sebagai bahan
penghancur.
Amilum pregelatinasi merupakan modifikasi dengan proses merubah
struktur amilum baik secara kimia maupun mekanik dengan memecahkan semua atau
bagian dari granul-granul dengan adanya air, kemudian amilum-amilum itu segera
dikeringkan. Jika suatu sistem pati dan air berangsur-angsur dipanaskan dari suhu
rendah sampai dengan suhu lebih dari 60°C. Maka yang pertama granul pati akan
menyerap air, sehingga granula membengkak dan selanjutnya granul pati akan
mengembung membentuk suatu massa yang seperti pasta kental.
Suhu gelatinasi adalah merupakan suhu dimana granula pati tersebut
mengalami gelatinasi sangat cepat, maka tidak semua granula dalam sampel pati
mengalami gelatinasi pada suhu yang sama, hal ini mencerminkan adanya perbedaan
gaya ikat internal dalam tiap-tiap granul . Sehingga dengan adanya perbedaan suhu
pembuatan pregelatinasi dapat mengetahui kemampuan amilosa dan amilopektin
dalam amilum tersebut
F. Hipotesis
Perbedaan suhu pemanasan dalam pembuatan amilum singkong
pregelatinasi yaitu pada suhu: 30°C, 40°C, 50°C, dan 60°C, semakin naiknya suhu
semakin sempurna pembentukan gelatinnya sehingga semakin kuat ikatannya yang
diduga akan berpengaruh terhadap mutu fisik tablet CTM yang dihasilkan yaitu
keseragaman bobot, kekerasan tablet, kerapuhan tablet dan waktu hancur tablet.

You might also like