Professional Documents
Culture Documents
Oleh:
KANIA SYAFIZA
(090200116)
GRUP D
Pendahuluan
Latar Belakang
Secara umum pengertian hukum adat adalah suatu hukum tidak tertulis yang
memiliki sanksi. Hukum adat berbeda dengan adat. Dimana istilah adat hanya
ditujukan untuk kebiasaan perilaku dan tata cara yang terdapat dalam suatu
masyarakat adat. Dikalangan masyarakat adat sendiri, istilah hukum adat tidak
banyak dikenal, yang biasa disebut anggota masyarakat ialah “adat” saja, dalam
arti “kebiasaan” untuk dibedakan dengan istilah “hukum” dalam arti peraturan
agama.
memiliki dan hidup dalam tata hukumnya sendiri yang dikenal dengan sebutan
hukum adat.1
terdiri dari berbagai ragam suku dan budaya yang mempunyai hukum adatnya
dan lainnya.
Pada bidang perkawinan sendiri,hukum adat memiliki ketentuan dan nilai yang
berbeda antara suatu masyarakat hukum adat dengan masyarakat hukum adat
lainnya. Tata tertib adat perkawinan antara masyarakat adat yang satu berbeda
dengan adat masyarakat yang lain, antara suku bangsa yang satu berbeda dari
suku bangsa yang lain, antara yang beragama Islam berbeda dari yang beragama
Kristen, Hindu dan lain-lain. Begitu pula antara masyarakat desa dari masyarakat
1
Prof.Dr.H.R,Otje Salman Soemadiningrat,S.H.,Rekonseptualisasi Hukum Adat Kontemporer,P.T.Alumni
Bandung,2002,hlm.7
menyelesaikan perkawinan antara adat menjadi berlarut-larut, bahkan kadang-
ketegangan.
negaranya. Salah satu hasil yang telah dicapai dalam peningkatan, penyempurnaan
kesatuan yang sifatnya “ Bhineka Tunggal Ika”. Hal ini diadakan dalam rangka
1945.2
masyarakat.
bersifat nasional, merupakan suatu hasil perjuangan yang penuh dengan rintangan
diliputi hukum adat sebagai hukum rakyat yang hidup dan tidak tertulis dalam
peranan hukum adat dalam bidang perkawinan? Untuk itulah saya memilih judul
makalah ini. Karena menurut saya pasti akan menarik untuk dibahas secara
terperinci.
Perumusan Masalah
3
Hilman Hadikusuma, Hukum Perkawinan Adat, Cetakan Kelima, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung,
1995, Hal 12.
Berikut adalah beberapa perumusan masalah yang berkaitan dengan pengaruh
hukum adat:
Pembahasan
Bagaimana perbandingan antara pelaksanaan perkawinan pada
tentang perkawinan?
Ada baiknya sebelum mengadakan perbandingan pada pelaksanaan
menurut UU No.1 Tahun 1974 tentang perkawinan maupun menurut hukum adat.
“Pekawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita
sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tinggal) yang
bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.” Apabila definisi
berikut:
hubungan hukum antar pria dan wanita untuk hidup bersama sebagai
suami dan istri. Ikatan batin inilah yang dapat menjadi fundamental
antara pria dengan pria ataupun antra wanita dengan wanita. Dalam
Perkawinan mengikat sepasang pria dan wanita menjadi suami istri yang
peran penting
hidup bersama antara seorang pria dan wanita dan itulah sebab musabab
sedarah, harta perkawinan, kekuasaan marital, kekuasaan orang tua, dan hukum
waris.
dapat melihat dari satu suku bangsa saja.Karena banyaknya suku dan budaya yang
terdapat di Indonesia ini,dimana antara suku yang satu dan lainnya memiliki
perkawinan parental. Tentu saja ketiga sistem ini mempunyai tata cara dan
sebagai suatu perikatan antara seorang pria dan seorang wanita yang bersifat
sedimikian rupa sehingga anak-anak yang lahir dari si istri adalah keturunan yang
Dari defenisi di atas kita dapat membedakan antara berbagai jenis perikatan
suaminya yang telah meninggal dunia. Tidak semua suku memandang apa yang
dinamakan janda yang diwarisi sebagai perkawinan baru yang sah. Karena itu
kekeluargaan yang dianut oleh masyarakat adat lingungan calon mmpelai tinggal.
Pada sistem patrilineal,yaitu penarikan garis keturunan dari pihak ayah, dikenal
Ciri utama dari sistem perkawinan ini adalah adanya maskawin yang disebut jujur.
Jujur ini adalah pemberian oleh keluarga pihak laki-laki kepada pihak perempuan
dalam rangka pihak laki-laki menarik si perempuan untuk masuk ke dalam klannya.
Jujur ini biasanya berupa barang-barang suci yang memiliki nilai magis.
4
R.Soetojo Prawirohamidjojo,Pluralisme Dalam Perundang-Undangan Perkawinan di Indonesia,Airlangga
University Press,Surabaya,2002,hal.23
mempelai pria dan wanitanya.Guna mempertahankan kelangsungan generasi
keluarganya.Oleh karena itu ada larangan berupa larangan kawin antar sesama
klan,juga larangan kawin timbal balik. Yaitu meskipun beda klan tetapi dilarang
kawin karena telah atau pernah terjadi hubungan perkawinan di antara keluarga
tersebut
Pada masyarakat matrilineal juga dikenal adanya bentuk eksogami. Sistem ini
kepulauan Baratdaya.
Sistem matrilineal ini bukan karena ibu mempunyai kekuasaan atas anak-
Madura. Perkawinan terjadi karena dikehendaki keluarga dari kedua belah pihak.
Tanpa salah satu pihak menderita kerugian,sehingga tidak perlu adanya semacam
terdapat dalam pasal 2 ayat 1 dan 2. Ketentuan dalam ayat 1 dan 2 tidak dapat
Pasal 2
(1) Perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masing-
ini,terdapat dalam pasal 6 sampai pasal 12.Dari pasal-pasal ini kita dapat melihat
bahwa tidak ada yang namanya sistem ganti rugi seperti jujur dalam persyaratan
melaksanakan perkawinan.
berarti adalah pemutusan jujur.Yang berarti kembalinya istri dan uang jujurnya.
alasan utama.
5
http://pendidikan-hukum.blogspot.com/2010/11/undang-undang-nomor-1-tahun-1974.html
keadaan magis yang membahayakan seperti salah satu dari suami atau istri
Alasan yang umum adalah karena istri melakukan perselingkuhan. Suami dapat
merugikan pihak istri.Istri dapat diputuskan dan tidak boleh membawa apapun
maut itu sendiri. Misalnya suaminya yang meninggal atau istri yang meninggal.
Sebelum lahirnya UU No.1 Tahun 1974,adalah hak mutlak dari suami untuk
suami dan istri itu tidak dapat hidup rukun berdampingan sebagai suami istri.”
perceraian yang terjadi karena akibat sesuatu hal yang menyebabkan pengadilan
Hukum adat adalah hukum asli bangsa Indonesia.Berakar pada kebiasaan atau
maupun nilai-nilai dasar yang tumbuh dan berkembang di dalam suatu masyarakat
adat. Dapat diartikan mengikat dan mempengaruhi pikiran dan perasaan hukum
I945.Hal ini menunjukkan adanya perumusan hukum adat sebagai bagian dari
Eksistensi hukum adat dewasa ini sudah tentu lebih condong bergantung pada
banyak melakukan reduksi terutama yang bersifat materiil karena masih kuatnya
budaya masyarakat. Namun tetap saja terdapat pengaruh terhadap hukum adat
diizinkan jika pihak pria mencapai umur 19 (sembilan belas) tahun dan pihak
anak yang terdapat di daerah Jawa Barat dan Jawa Tengah. 6 Hukum adat Jawa
Barat mengenal perkawinan antara anak kecil atau antara aanak laki-laki dewasa
tertentu.
Namun ayat 2 dari pasal 7 tadi dapat menyatakan bahwa penafsiran tersebut
terhadap ayat 1 pasal ini dapat meminta dispensasi kepada pengadilan atau
pejabat yang ditunjuk oleh kedua orang tua pihak pria maupun wanita.
ditunjuk.
Selain itu tidak adanya syarat perkawinan pada UU perkawinan berupa harus
adanya pembayaran jujur dan sejenisnya dinilai dapat meringankan bagi calon
mempelai yang ingin menikah namun tidak mampu untuk menyelenggarakan tata
cara adat. Karena pekawinan dianggap sah di mata hukum apabila telah memenuhi
syarat yang ditentukan tanpa harus adanya biaya “ganti rugi” yang tidak sedikit.
adat.
Jadi dapat dikatakan pengaruh UU No.1 Tahun 1974 terhadap hukum adat tidak
6
Prof.Dr.H.R,Otje Salman Soemadiningrat,S.H op.cit.,hlm 201
Apakah perkembangan masyarakat pada saat sekarang ini juga
perkawinan?
masyarakat.
Misalnya seorang pria dan wanita dari suku Batak yang berasal
pikir yang praktis dan instan. Sehingga nilai-nilai hukum adat yang biasanya
bersifat kompleks dan sakral sering dianggap kuno dan tidak efisien.
Penutup
Kesimpulan
1974 tentang perkawinan terhadap peranan hukum adat dalam bidang perkawinan
perkawinan.
berasal dari kebiasaan dan norma yang tumbuh dan berkembang dalam
keadaan masyarakat Indonesia yang kaya akan suku dan budaya. Serta
Indonesia,namun kita juga harus memilah hukum adat mana yang sudah
7
Prof.H.Hilman Hadikusuma,S.H.Pengantar Ilmu Hukum Adat Indonesia,Mondar Maju,Bandung,2003 hlm.2
Daftar Pustaka