You are on page 1of 27

SUMBERDAYA AIR

MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Ekonomi Sumber Daya Alam
pada semester genap tahun ajaran 2010/2011
yang dibina oleh Bapak Mardono

Oleh :
Vivi Retnosari (108431411382)
Endah Suci Pratiwi (108431411383)
Lina Rusdiana Sari (108431411384)
Yeni Trisnawati (108431411385)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN
Februari 2011
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga dapat menyelesaikan makalah ini
tepat waktu. Makalah yang berjudul “Sumberdaya Air” ini dibuat guna memenuhi
tugas mata kuliah Ekonomi Sumber Daya Alam.
Dalam penulisan makalah ini, penyusun banyak menerima bantuan moril
dan materiil dari berbagai pihak yang mendorong penyusun untuk segera
menyelesaikan tugas ini dengan sebaik-baiknya. Pada kesempatan ini pula,
penyusun ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
membantu penyelesaian makalah ini, diantaranya adalah:
1. Bapak Mardono selaku asisten dosen mata kuliah Ekonomi Sumber Daya
Alam.
2. Kedua orang tua yang telah memberi dukungan baik berupa materiil
maupun moril.
3. Seluruh pihak yang telah membantu penyelesaian makalah ini.
Penyusun menyadari bahwa penulisan makalah ini tidak luput dari
kesalahan dan belum sempurna dalam penyusunannya, oleh karena itu penyusun
mengharapkan saran dan kritik dari pembaca yang bersifat membangun. Akhir
kata, penyusun berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi siapa saja
yang membacanya.

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang......................................................................................1
Rumusan Masalah.................................................................................1
Tujuan...................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
Pengertian Sumberdaya Air..................................................................5
Macam-Macam Sumber Air.................................................................8
Siklus Hidrologi....................................................................................14
Masalah Penggunaan Sumberdaya Air.................................................18
Peraturan Daerah Mengenai Pengelolaan Sumberdaya Air..................18
BAB III PENUTUP
Kesimpulan ..........................................................................................21
Saran.....................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sumber daya air yang terdiri atas air, sumber air, dan daya air
merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa yang memberikan manfaat untuk
mewujudkan kesejahteraan bagi masyarakat di segala bidang baim sosial,
ekonomi, budaya, politik maupun bidang ketahanan nasional. Peber daya air
semakin hari semakin menghadapi berbagai permasalahan sejalan dengan
bertambahnya jumlah penduduk yang diiringi dengan pertumbuhan sosial-
ekonomi. Peningkatan kebutuhan akan air telah menimbulkan eksploitasi
sumber daya air secara berlebihan sehingga mengakibatkan penurunan daya
dukung lingkungan sumber daya air yang pada gilirannya menurunkan
kamempuan pasokan air . gejala degradasi fungsi lingkungan sumber daya air
ditandai dengan fluktuasi debit air di musim hujan dan kemarau yang semakin
tajam, pencemaran air, berkurangnya kapasitas waduk dan lainnya.
Disamping tantangan fisik tersebut, pengelolaan sumber daya air
juga mengalami tantangan dalam penanganannya seperti tidak dicukupinya
dana operasi dan pemeliharaan, lemahnya koordinasi antar instansi terkait dan
masih kurangnya akuntabilitas, transparasi serta partisipasi para pihak yang
mencerminkan good governance dalam pengelolaan sumber daya air.
Pengelolaan kebutuhan atau alokasi air tidak saja untuk pertanian,
domestik, perkotaan, industri dan kebutuhan lainnya tetapi air juga sebagai
komoditas ekonomi yang memiliki fungsi sosial yang berwawasan lingkungan.
Pengembangan organisasi pengelola air diharapkan dapat menuju ke
desentralisasi dan meningkatkan peran serta masyarakat dalam pengelolaan dan
pembiayaan sumber daya air.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian sumberdaya air?
2. Apa saja macam-macam sumber air?
3. Bagaimana siklus hidrologi?
4. Bagaimana penggunaan sumber daya air?
5. Bagaimana cara penentuan harga air?
6. Bagaimana peraturan pemerintah mengenai pengelolaan sumberdaya
air?
7. Bagaimana kontribusi sumber daya air terhadap APBN?

C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian sumberdaya air
2. Mengetahui apa saja macam-macam sumber air
3. Memahami siklus hidrologi
4. Mengetahui penggunaan sumber daya air
5. Mengetahui cara penentuan harga air
6. Mengetahui peraturan pemerintah mengenai pengelolaan sumberdaya
air
7. Mengetahui kontribusi sumber daya air terhadap APBN
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Sumberdaya Air


Sumber daya air adalah sumber daya berupa air yang berguna atau
potensial bagi manusia. Kegunaan air meliputi penggunaan di bidang pertanian,
industri, rumah tangga, rekreasi, dan aktivitas lingkungan. Sangat jelas terlihat
bahwa seluruh manusia membutuhkan air tawar. 97% air di bumi adalah air asin,
dan hanya 3% berupa air tawar yang lebih dari 2 per tiga bagiannya berada dalam
bentuk es di glasier dan es kutub. Air tawar yang tidak membeku dapat ditemukan
terutama di dalam tanah berupa air tanah, dan hanya sebagian kecil berada di atas
permukaan tanah dan di udara.
Air tawar adalah sumber daya terbarukan, meski suplai air bersih terus
berkurang. Permintaan air telah melebihi suplai di beberapa bagian di dunia dan
populasi dunia terus meningkat yang mengakibatkan peningkatan permintaan
terhadap air bersih. Perhatian terhadap kepentingan global dalam
mempertahankan air untuk pelayanan ekosistem telah bermunculan, terutama
sejak dunia telah kehilangan lebih dari setengah lahan basah bersama dengan nilai
pelayanan ekosistemnya. Ekosistem air tawar yang tinggi biodiversitasnya saat ini
terus berkurang lebih cepat dibandingkan dengan ekosistem laut ataupun darat.

B. Macam-Macam Sumber Air


Sumber air tawar
1) Air permukaan
Air permukaan adalah air yang terdapat di sungai, danau, atau rawa air
tawar. Air permukaan secara alami dapat tergantikan dengan presipitasi dan secara
alami menghilang akibat aliran menuju lautan, penguapan, dan penyerapan
menuju ke bawah permukaan.
Meski satu-satunya sumber alami bagi perairan permukaan hanya
presipitasi dalam area tangkapan air, total kuantitas air dalam sistem dalam suatu
waktu bergantung pada banyak faktor. Faktor-faktor tersebut termasuk kapasitas
danau, rawa, dan reservoir buatan, permeabilitas tanah di bawah reservoir,
karakteristik aliran pada area tangkapan air, ketepatan waktu presipitasi dan rata-
rata evaporasi setempat. Semua faktor tersebut juga mempengaruhi besarnya air
yang menghilang dari aliran permukaan.
Aktivitas manusia memiliki dampak yang besar dan kadang-kadang
menghancurkan faktor-faktor tersebut. Manusia seringkali meningkatkan
kapasitas reservoir total dengan melakukan pembangunan reservoir buatan, dan
menguranginya dengan mengeringkan lahan basah. Manusia juga sering
meningkakan kuantitas dan kecepatan aliran permukaan dengan pembuatan
sauran-saluran untuk berbagai keperluan, misalnya irigasi.
Kuantitas total dari air yang tersedia pada suatu waktu adalah hal yang
penting. Sebagian manusia membutuhkan air pada saat-saat tertentu saja.
Misalnya petani membutuhkan banyak air ketika akan menanam padi dan
membutuhkan lebih sedikit air ketika menanam palawija. Untuk mensuplai petani
dengan air, sistem air permukaan membutuhkan kapasitas penyimpanan yang
besar untuk mengumpulkan air sepanjang tahun dan melepaskannya pada suatu
waktu tertentu. Sedangkan penggunaan air lainnya membutuhkan air sepanjang
waktu, misalnya pembangkit listrik yang membutuhkan air untuk pendinginan,
atau pembangkit listrik tenaga air. Untuk mensuplainya, sistem perairan
permukaan harus terisi ketika aliran arus rata-rata lebih rendah dari kebutuhan
pembangkit listrik.
Perairan permukaan alami dapat ditambahkan dengan mengambil air
permukaan dari area tangkapan hujan lainnya dengan kanal atau sistem perpipaan.
Dapat juga ditambahkan secara buatan dengan cara lainnya, namun biasanya
jumlahnya diabaikan karena terlalu kecil.
Manusia dapat menyebabkan hilangnya sumber air permukaan dengan
menjadikannya tidak lagi berguna, misalnya dengan cara polusi. Brazil adalah
negara yang diperkirakan memiliki suplai air tawar terbesar di dunia, diikuti oleh
Rusia, Kanada, dan Indonesia.
2) Aliran sungai bawah tanah
Total volum air yang dialirkan dari daratan menuju lautan dapat berupa
kombinasi aliran air yang dapat terlihat dan aliran yang cukup besar di bawah
permukaan melalui bebatuan dan lapisan bawah tanah yang disebut dengan zona
hiporeik (hyporheic zone). Untuk beberapa sungai di lembah-lembah yang besar,
komponen aliran yang "tidak terlihat" mungkin cukup besar dan melebihi aliran
permukaan. Zona hiporeik seringkali membentuk hubungan dinamis antara
perairan permukaan dengan perairan subpermukaan dengan saling memberi ketika
salah satu bagian kekurangan air. Hal ini terutama terjadi di area karst di mana
lubang tempat terbentuknya hubungan antara sungai bawah tanah dan sungai
permukaan cukup banyak.
3) Air tanah
Air tanah adalah air tawar yang terletak di ruang pori-pori antara tanah dan
bebatuan dalam. Air tanah juga berarti air yang mengalir di lapisan aquifer di
bawah water table. Terkadang berguna untuk membuat perbedaan antara perairan
di bawah permukaan yang berhubungan erat dengan perairan permukaan dan
perairan bawah tanah dalam di aquifer (yang kadang-kadang disebut dengan "air
fosil").
Sistem perairan di bawah permukaan dapat disamakan dengan sistem
perairan permukaan dalam hal adanya input, output, dan penyimpanan. Perbedaan
yang paling mendasar adalah kecepatan dan kapasitasnya; air tanah mengalir
dengan kecepatan bervariasi, antara beberapa hari hingga ribuan tahun untuk
muncul kembali ke perairan permukaan dari wilayah tangkapan hujan, dan air
tanah memiliki kapasitas penyimpanan yang jauh lebih besar dari perairan
permukaan.
Input alami dari air tanah adalah serapan dari perairan permukaan,
terutama wilayah tangkapan air hujan. Sedangkan output alaminya adalah mata air
dan serapan menuju lautan.
Air tanah mengalami ancaman berarti menghadapi penggunaan berlebihan,
misalnya untuk mengairi lahan pertanian. Penggunaan secara belebihan di area
pantai dapat menyebabkan mengalirnya air laut menuju sistem air tanah,
menyebabkan air tanah dan tanah di atasnya menjadi asin (intrusi air laut). Selain
itu, manusia juga dapat menyebabkan air tanah terpolusi, sama halnya dengan air
permukaan yang menyebabkan air tanah tidak dapat digunakan.
4) Desalinasi
`Desalinasi adalah proses buatan untuk mengubah air asin (umumnya air
laut) menjadi air tawar. Proses desalinasi yang paling umum adalah destilasi dan
osmosis terbalik. Desalinasi saat ini cukup mahal jika dibandingkan dengan
mengambil langsung dari sumber air tawar, hanya sebagian kecil kebutuhan
manusia terpenuhi melalui desalinasi. Proses ini terjadi secara ekstensif di Teluk
Persia untuk mensuplai air bagi beberapa wilayah di Timur Tengah dan fasilitas
wisata dan perhotelan di wilayah tersebut.
5) Air beku
Bongkahan es yang terlihat di New Foundland, Canada

Es yang membeku di kutub dan glasier


berpotensi untuk dijadikan sumber air tawar
karena dua per tiga air tawar dunia berada dalam
bentuk es. Beberapa skema telah diajukan untuk
menjadikan gunung es di kutub sebagai sumber
air, namun hingga saat ini hal itu hanya sekedar
rencana. Aliran glasier saat ini dikatakan sebagai salah satu perairan permukaan.
Himalaya, "Atap Dunia" mengandung glasier dan es dalam jumlah besar di
luar wilayah kutub, dan menjadi sumber dari sepuluh sungai besar di Asia yang
menghidupi miliaran manusia. Masalah yang terjadi saat ini adalah peningkatan
temperatur dunia yang cukup cepat, Nepal saat ini mengalami peningkatan rata-
rata sebesar 0,6 derajat Celcius sejak sepuluh tahun lalu, sementara dunia
mengalami peningkatan sebesar 0,7 sejak ratusan tahun yang lalu.

C. Siklus Hidrologi
Secara garis besar proses aliran siklus hidrologi meliputi:
a. Air dari permukaan laut menguap yang disebut evaporasi.
b. Air dari tumbuh-tumbuhan juga menguap yang disebut transpirasi.
c. Peralihan secara horizontal dari uap air atau udara.
d. Presipitasi (hujan).
e. Run-off air langsung mengalir ke laut.
Penguapan dapat dikatakan sebagai awal dari sirkulasi hidrologi. Proses
penguapan ini terjadi melalui energy matahari yang menimpa permukaan air,
sehingga akan menguap ke udara dalam bentuk uap gas yang kemudian
berkumpul di atmosfer, membentuk gumpalan-gumpalan awan. Oleh karena 2/3
dari luas permukaan bumi terdiri dari lautan maka bagian terbesar dari penguapan
berasal dari lautan dan sisanya berasal dari danau, sungai-sungai dan tumbuh-
tumbuhan.
Uap air dalam bentuk gas di atmosfer akan mengalami proses perubahan
bentuk yang dikenal dengan kondensasi, yaitu dari gas ke cair membentuk butir-
butir air atau salju yang dikenal dengan proses presipitasi atau hujan. Air yang
jatuh ke bumi ini sebagian akan tinggal di daratan dan sebagian mengalir langsung
ke laut. Air yang di daratan sebagian akan tampak di permukaan tanah berupa
danau, mata air, dan sungai dan sebagian akan meresap ke dalam tanah
membentuk air tanah.
Skema Siklus Hidrologi

atmosfer Aliran
kondensasi horisontal
presipitasi (hujan) presipitasi
(hujan)
Penguapan langsung
Dan tidak langsung
(evapotranspirasi)

daratan run-off evaporasi laut

D. Masalah Penggunaan Sumberdaya Air


1. Penggunaan air tawar
Penggunaan air tawar dapat dikategorikan sebagai penggunaan konsumtif
dan non-konsumtif. Air dikatakan digunakan secara konsumtif jika air tidak
dengan segera tersedia lagi untuk penggunaan lainnya, misalnya irigasi (di mana
penguapan dan penyerapan ke dalam tanah serta penyerapan oleh tanaman dan
hewan ternak terjadi dalam jumlah yang cukup besar). Jika air yang digunakan
tidak mengalami kehilangan serta dapat dikembalikan ke dalam sistem perairan
permukaan (setelah diolah jika air berbentuk limbah), maka air dikatakan
digunakan secara non-konsumtif dan dapat digunakan kembali untuk keperluan
lainnya, baik secara langsung maupun tidak langsung.
a. Pertanian
Diperkirakan 69% penggunaan air di seluruh dunia untuk irigasi. Di
beberapa wilayah irigasi dilakukan terhadap semua tanaman pertanian,
sedangkan di wilayah lainnya irigasi hanya dilakukan untuk tanaman pertanian
yang menguntungkan, atau untuk meningkatkan hasil. Berbagai metode irigasi
melibatkan perhitungan antara hasil pertanian, konsumsi air, biaya produksi,
penggunaan peralatan dan bangunan. Metode irigasi seperti irigasi beralur
(furrow) dan sprinkler umumnya tidak terlalu mahal namun kurang efisien
karena banyak air yang mengalami evaporasi, mengalir atau terserap ke area
di bawah atau di luar wilayah akar. Metode irigasi lainnya seperti irigasi tetes,
irigasi banjir, dan irigasi sistem sprinkler di mana sprinkler dioperasikan dekat
dengan tanah, dikatakan lebih efisien dan meminimalisasikan aliran air dan
penguapan meski lebih mahal. Setiap sistem yang tidak diatur dengan benar
dapat menyia-nyiakan sumber daya air, sedangkan setiap metode memiliki
potensi untuk efisiensi yang lebih tinggi pada kondisi tertentu di bawah
pengaturan waktu dan manajemen yang tepat.
Saat populasi dunia meningkat, dan permintaan terhadap bahan pangan
juga meningkat dengan suplai air yang tetap, terdapat dorongan untuk
mempelajari bagaimana memproduksi bahan pangan dengan sedikit air,
melalui peningkatan metode dan teknologi irigasi, manajemen air pertanian,
tipe tanaman pertanian, dan pemantauan air.
b. Industri
Diperkirakan bahwa 15% air di seluruh dunia dipergunakan untuk
industri. Banyak pengguna industri yang menggunakan air, termasuk
pembangkit listrik yang menggunakan air untuk pendingin atau sumber energi,
pemurnian bahan tambang dan minyak bumi yang menggunakan air untuk
proses kimia, hingga industri manufaktur yang menggunakan air sebagai
pelarut. Porsi penggunaan air untuk industri bervariasi di setiap negara, namun
selalu lebih rendah dibandingkan penggunaan untuk pertanian.
Air juga digunakan untuk membangkitkan energi. Pembangkit listrik
tenaga air mendapatkan listrik dari air yang menggerakkan turbin air yang
dihubungkan dengan generator. Pembangkit listrik tenaga air adalah
pembangkit listrik yang rendah biaya produksi, tidak menghasilkan polusi,
dan dapat diperbarui. Energi ini pada dasarnya disuplai oleh matahari;
matahari menguapkan air di permukaan, yang lalu mengalami pengembunan
di udara, turun sebagai hujan, dan air hujan mensuplai air bagi sungai yang
mengaliri pembangkit listrik tenaga air. Bendungan Three Gorges merupakan
bendungan pembangkit listrik tenaga air terbesar di dunia.
Penggunaan industrial lainnya adalah turbin uap dan penukar panas,
juga sebagai pelarut bahan kimia. Keluarnya air dari industri tanpa dilakukan
pengolahan terlbih dahulu dapat disebut sebagai polusi. Polusi meliputi
pelepasan larutan kimia (polusi kimia) atau pelepasan air sisa penukaran panas
(polusi termal). Industri membutuhkan air murni untuk berbagai aplikasi dan
menggunakan berbagai tehnik pemurnian untuk suplai air maupun limbahnya.
c. Rumah tangga
Air minum yang umum berada di negara-negara maju

Diperkirakan 15% penggunaan


air di seluruh dunia adalah di rumah
tangga. Hal ini meliputi air minum,
mandi, memasak, sanitasi, dan berkebun.
Kebutuhan minimum air yang
dibutuhkan dalam rumah tangga menurut
Peter Gleick adalah sekitar 50 liter per
individu per hari, belum termasuk
kebutuhan berkebun. Air minum haruslah
air yang berkualitas tinggi sehingga dapat
langsung dikonsumsi tanpa risiko
bahaya. Di sebagian besar negara-negara
berkembang, air yang disuplai untuk rumah tangga dan industri adalah air
minum standar meski dalam proporsi yang sangat kecil digunakan untuk
dikonsumsi langsung atau pengolahan makanan.
d. Rekreasi
Penggunaan air untuk rekreasi biasanya sangatlah kecil, namun terus
berkembang. Air yang digunakan untuk rekreasi biasanya berupa air yang
ditampung dalam bentuk reservoir, dan jika air yang ditampung melebihi
jumlah yang biasa ditampung dalam reservoir tersebut, maka kelebihannya
dikatakan digunakan untuk kebutuhan rekreasional. Pelepasan sejumlah air
dari reservoir untuk kebutuhan arung jeram atau kegiatan sejenis juga disebut
sebagai kebutuhan rekreasional. Hal lainnya misalnya air yang ditampung
dalam reservoir buatan (misalnya kolam renang).
Penggunaan rekreasional umumnya non-konsumtif, karena air yang
dilepaskan dapat digunakan kembali. Pengecualian terdapat pada penggunaan
air di lapangan golf, yang umumnya sering menggunakan air dalam jumlah
berlebihan terutama di daerah kering. Namun masih belum jelas apakah
penggunaan ini dikategorikan sebagai penggunaan rekreasional atau irigasi,
namun tetap memberikan efek yang cukup besar bagi sumber daya air
setempat.
Sebagai tambahan, penggunaan rekreasional mungkin akan
mengurangi ketersediaan air bagi kebutuhan lainnya di suatu tempat pada
suatu waktu tertentu.
e. Lingkungan dan ekologi
Penggunaan bagi lingkungan dan ekologi secara eksplisit juga sangat
kecil namun terus berkembang. Penggunaan air untuk lingkungan dan ekologi
meliputi lahan basah buatan, danau buatan yang ditujukan untuk habitat alam
liar, konservasi satwa ikan, dan pelepasan air dari reservoir untuk membantu
ikan bertelur.
Seperti penggunaan untuk rekreasi, penggunaan untuk lingkungan dan
ekologi juga termasuk penggunaan non konsumtif, namun juga mengurangi
ketersediaan air untuk kebutuhan lainnya di suatu tempat pada suatu waktu
tertentu.
2. Krisis air
Konsep stres air dan krisis air sesungguhnya sangatlah sederhana. Menurut
World Business Council for Sustainable Development, hal ini adalah situasi di
mana tidak cukup air untuk semua kebutuhan, baik itu untuk pertanian, industri,
atau yang lainnya. Mendefinisikan masalah ini dalam bentuk per kapita lebih
rumit, namun mendatangkan asumsi yang lebih baik untuk penggunaan air dan
penghematannya. Namun telah diperkirakan bahwa ketika ketersediaan air yang
dapat diperbarui di bawah 1.700 meter kubik per kapita per tahun, maka negara
tersebut akan mengalami stres air secara periodik, di bawah 1.000 maka
kelangkaan air akan terjadi dan merintangi pertumbuhan ekonomi dan kesehatan
manusia. Hal ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:
Peningkatan populasi
Di tahun 2000, dunia berpopulasi 6,2 miliar. PBB memperkirakan bahwa
di tahun 2050, dunia akan mendapatkan tambahan penduduk sekitar 3,5 miliar
dengan pertumbuhan terbesar ada di negara-negara berkembang yang telah
mengalami stres air. Hal itu akan menyebabkan peningkatan permintaan air
kecuali negara melakukan konservasi air dan mendaur ulang sumber daya yang
vital ini.
Peningkatan kesejahteraan
Tingkat kesejahteraan terus meningkat terutama di negara dengan dua
populasi terbanyak di dunia, yaitu Cina dan India. Namun, peningkatan
kesejahteraan ini berarti juga peningkatan penggunaan air: air bersih untuk
kebutuhan dasar dan sanitasi, berkebun dan membersihkan kendaraan, kolam
renang pribadi, dan sebagainya.
Ekspansi bisnis
Aktivitas bisnis berkisar dari industri hingga jasa seperti pariwisata dan
hiburan terus berkembang dengan cepat. Ekspansi ini membutuhkan peningkatan
pelayanan terhadap kebutuhan air seperti suplai dan sanitasi, yang memicu
tekanan terhadap sumber daya air dan ekosistem alam.
Perubahan iklim
Perubahan iklim dapat memberikan efek yang signifikan terhadap sumber
daya air di seluruh dunia karena hubungan yang erat antara iklim dan daur
hidrologi. Peningkatan temperatur akan meningkatkan penguapan dan memicu
peningkatan presipitasi. Secara keseluruhan akan terjadi peningkatan suplai air
tawar dunia. Banjir dan kekeringan akan terjadi lebih sering di beberapa wilayah
dalam waktu yang berbeda-beda, akan terjadi perubahan yang drastis pada hujan
salju dan proses pelelehan salju di pegunungan akan meningkat. Temperatur yang
meningkat juga akan mempengaruhi kualitas air, namun belum dipahami dengan
baik. Dampak yang paling mungkin adalah eutrofikasi, yaitu peningkatan populasi
tumbuhan air (alga, eceng gondok, dll) secara cepat. Perubahan iklim juga akan
meningkatkan permintaan suplai air untuk irigasi, dan mungkin air untuk kolam
renang.
Hilangnya aquifer
Akibat dari meningkatnya populasi manusia, kompetisi untuk
mendapatkan air meningkat sehingga banyak aquifer di seluruh dunia menjadi
habis. Hal ini terjadi akibat konsumsi langsung manusia seperti irigasi pertanian
menggunakan air tanah. Jutaan pompa di seluruh dunia dalam berbagai ukuran
saat ini sedang mengambil air tanah. Irigasi di wilayah kering seperti di utara Cina
dan India disuplai oleh air tanah, dan diambil dalam jumlah yang tidak
semestinya. Kota-kota besar juga telah mengalami kehilangan lapisan aquifer dan
mengakibatkan lapisan tanahnya turun antara 10 hingga 50 meter seperti yang
terjadi di Mexico City, Bangkok, Manila, Beijing, Madras, Jakarta dan Shanghai.
Polusi dan proteksi air
Polusi air adalah satu dari sekian kekhawatiran utama dunia saat ini.
Pemerintahan di berbagai negara telah berusaha mencari solusi untuk mengurangi
masalah ini. Banyak polutan mengancam suplai air, dan di banyak tempat
terutama di negara yang belum berkembang, hal ini disebabkan pembuangan
limbah secara langsung ke perairan alam. Metode ini umum terjadi di negara yang
belum berkembang, namun juga banyak terjadi di negara yang sedang
berkembang seperti Cina, India, dan Iran.
Sampah, limbah, dan bahkan polutan beracun dibuang ke perairan. Meski
limbah tersebut diolah terlebih dahulu, masalah tetap ada. Sisa olahan limbah
berbentuk lumpur mungkin akan ditempatkan di lahan pembuangan sampah,
dibakar di insinerator, atau dibuang ke laut. Sumber polutan lainnya seperti air
sisa irigasi yang mengandung berbagai macam pupuk kimia dan bahan organik
tanaman pertanian juga mengancam ekosistem perairan, bersama dengan aliran air
hujan di perkotaan dan limbah kimia yang dibuang oleh industri.
3. Masalah distribusi sumberdaya air
Di dalam menentukan distribusi air ada beberapa pedoman, satu
diantaranya adalah prinsip nilai guna batas yang sama bagi setiap penggunaan
(equimarginal value in use). Atas dasar ini penggunaan air pada pemakaian satuan
yang terakhir harus memberikan nilai guna batas (marginal value) yang sama
untuk masing-masing penggunaan. Dalam penggunaan air yang sifatnya subtitusi,
misalnya untuk industri atau hydropower dan penggunaan air untuk irigasi, perlu
diketahui bahwa MVU akan menurun bersamaan dengan jumlah pemakaian air
yang meningkat dan sebaliknya akan meningkat dengan penggunaan air yang
semakin sedikit. Pemakaian akan berhenti pada saat satuan air yang terakhir
memberikan nilai batas yang sama diantara penggunaan yang saling subtitusi
tersebut. Pada keadaan ini penggunaan air mencapai tingkat yang paling efisien.
Sebagai ukuran dari MVU itu adalah kesediaan membayar dari masing-masing
pihak atas tambahan satuan air terakhir yang dikonsumsi atau MVU1=MVU2
MU MU

Irigasi Industri
A
MU*
MVU II B MVU I

0 W* W’ 0’
Dalam penggunaan yang komplementer, misalkan antara penggunaan air
untuk tenaga pembangkit listrik (PLTA) dan irigasi. Dalam hubungannya dengan
prinsip nilai guna batas yang sama diantara berbagai penggunaan, MVU dari
kelompok pemakai yang komplementer harus dijumlahkan dulu untuk membentuk
suatu marginal value in use gabungan (MVUj) untuk dibandingkan dengan MVU
dari penggunaan yang bersaing. MVU komplementer akan sama dengan biaya
marginal (MC) atau MVU1 = MVU 2 =MC
MU MVUj
MVU industri MVU irigasi
MVU PLTA

Jumlah air

4. Konflik perebutan air


Satu-satunya konflik yang tercatat terjadi akibat perebutan air terjadi di
tahun 2500 SM antara wilayah Lagash dan Umma di Sumeria. Ketika kelangkaan
air menyebabkan ketegangan politik, hal ini dapat dikatakan sebagai stres air.
Stres air telah memicu konflik lokal dan regional.
Stres air juga dapat menyebabkan konflik dan ketegangan politik meski
penyebabnya bukan secara langsung disebabkan oleh air. Reduksi secara bertahap
terhadap kualitas dan kuantitas air tawar dapat menambah ketidakstabilan suatu
wilayah dengan berkurangnya kesehatan suatu populasi, menghalangi
pertumbuhan ekonomi, dan dapat menyebabkan konfik yang lebih besar.
Konflik dan ketegangan terhadap air seringkali terjadi di perbatasan antar negara.
Di beberapa area seperti wilayah dataran rendah Sungai Kuning di Cina atau
Sungai Chao Phraya di Thailand telah mengalami stres air dalam beberapa tahun.
Dan di beberapa wilayah arid yang bergantung sepenuhnya pada air untuk irigasi
seperti Cina bagian barat, India, Iran, dan Pakistan, memiliki resiko konflik akibat
air. Ketegangan politik, protes warga sipil, dan kekerasan juga akan terjadi
terhadap reaksi privatisasi air. Perang Air Bolivia tahun 2000 adalah salah satu
contohnya.
5. Suplai dan distribusi air dunia
Pangan dan air adalah dua kebutuhan dasar manusia. Namun kondisi
global pada tahun 2002 mengindikasikan bahwa dari sepuluh orang, lima
diantaranya memiliki akses ke suplai air berpipa di rumah, tiga orang memiliki
tipe suplai air lainnya seperti mata air terlindung atau pipa air publik, dua orang
tidak sama sekali. Dan sebagai tambahan, empat dari sepuluh orang tersebut hidup
tanpa sanitasi yang berarti.
Dalam Earth Summit 2002, para pemerintahan dari berbagai negara menyetujui
Plan of Action untuk:
 Mengurangi hingga setengah dari jumlah rakyat yang tidak mampu
mendapatkan air minum yang aman di tahun 2015. Global Water Supply
and Sanitation Assessment 2000 Report (GWSSAR) mendefinisikan
bahwa setiap orang harus mendapatkan akses sebesar 20 liter per harinya
dari sumber sejauh maksimal satu kilometer dari tempat tinggalnya.
 Mengurangi hingga setengahnya jumlah rakyat yang tidak memiliki akses
ke sanitasi dasar. GWSSAR mendefinisikan sanitasi dasar sebagai sistem
pembuangan pribadi atau berbagi namun bukan milik umum yang
memisahkan limbah dari kontak dengan manusia.
Di tahun 2025, kelangkaan air akan lebih terlihat di negara miskin di mana
sumber daya terbatas dan perkembangan populasi meningkat, seperti di Afrika,
Timur Tengah, dan beberapa bagian di Asia. Di tahun 2025, area urbanisasi yang
besar akan membutuhkan banyak infrastruktur baru untuk menyediakan air yang
aman dan sanitasi yang pantas. Hal ini diperkirakan akan menimbulkan konflik
dengan pengguna air di pertanian, yang saat ini menggunakan sebagian besar air
yang digunakan oleh seluruh manusia. 1,6 miliar orang telah mendapatkan akses
sumber air yang aman sejak tahun 1990. Proporsi masyarakat di negara-negara
berkembang dengan akses air yang aman dikalkulasikan meningkat dari 30 persen
hingga 71 persen di tahun 1990, 79 persen di tahun 2000, dan 84 persen di tahun
2004.
6. Kerusakan Sumberdaya Air Di Indonesia
Kerusakan sumberdaya air di Indonesia terutama disebabkan oleh kegitan-
kegiatan sektor atau peruntukan yang sal ing berbenturan akibat kurang adanya
keterpaduan. Beberapa kerusakan yang dapat dilihat dari berbagai segi antara lain
(Ibnu Kasiro, 1994):
1.   Air Permukaan
Upaya peningkatan kualitas air permukaan diperlukan misalnya dengan
pembangunan instalasi pengolahan air limbah indusrri sebelum air limbah masuk
ke sungai atau sumber lainnya. Kerusakan sungai yang terbesar berupa degradasi
dasar sungai (68,5%), agradasi (9%), gerusan lokal (18%), dan runtuhan tebing
intensif (4,5%). Adapun penyebab kerusakan sungai sebagian besar adalah
penggalian bahan galian C (40%), sedimen yang tertahan di hulu (19%),
bangunan dan aliran lokal (28%), dan perubahan bentuk sungai (13%).
Selanjutnya kerusakan yang tidak kalah pentingnya adalah menurunnya kualitas
air permukaan, seperti telah dibicarakan dalam bab terdahulu. Menurunnya
kualitas air, bahkan sudah mencapai tingkat pencemaran air sangat berpengaruh
terhadap permukaan air sungai tersebut, yang terutama bersumber dari
pembuangan lumbah industri dan rumah tangga.
Aliran sungai menunjukkan fluktuasi yang besar, yaitu banjir yang besar pada
mus-im penghujan dan debit yang kecil pada musim kemarau, bahkan cenderung
kering, sehingga secara umum kesinambungan aliran sungai terganggu.
2.   Air Tanah
Sebagai akibat penurapan air tanah yang tidak terkendali, sedangkan di sisi lain
cadangan air tanah tetap (bahkan cenderung untuk menurun), maka terjadi
penurunan muka air tanah yang terus berlanjut. Hal ini terutama terjadi di kota-
kota besar yang sedang dan terus berkembang, seperti Bandung dan Yogyakarta.
Di kota-kota besar di daerah pantai, tidak hanya terjadi penurunan muka air tanah,
namun terjadi pula penyusupan laut hingga menyebabkan berasa payau atau asin.
Peruntukan air tanah menjadi terbatas, karena Jcualitasnya yang jelek.
Penyusupan air asin sudah teramati di Medan, Cilegon, Jakarta, Semarang, dan
Denpasar. Tidak tertutup kemungkinan bahwa penyusupan air asin masih akan
berlanjut ke kota-kota lain di Indonesia.
Penurunan muka air tanah dapat berdampak lanjutan berupa menurunnya muka
tanah (amblesan). Di Bangkok dan Jakarta, bahkan di Semarang kasus semacam
ini sudah terjadi, sehingga bangunan/gedung bertingkat terancam, dan daerah-
daerah tertentu terjadi genangan banjir akibat air laut masuk ke daerah-daerah
yang mengalami penurunan muka tanah.
3.   Pantai dan Muara
Di Indonesia pantai telah dikembangkan sesuai kebutuhan pembangunan sehingga
mempunyai berbagai fungsi: tempat wisata. Tempat usaha, tempat budidaya,
pelabuhan, waduk dsb. Sebanyak 75°o dari kota dengan populasi lebih besar dari
100.000 orang terletak di pinggir atau sekitar pantai. Pada waktu ini terasa ada
ionjakan permintaan akan kawasan pantai, sayangnya tidak atau belum diimbangi
dengan kesadaran masyarakat untuk memahami tentang karakteristik pantai itu
sendiri. Tanpa pemahaman yang baik tentang pantai itu, maka keberadaan
manusia di kawasan pantai akan menjadi penyebab rusaknya lingkungan di
kawasan itu.
Berbagai kerusakan pantai di Indonesia pada umumnya disebabkan oleh kegiatan
manusia dan pembangunan seperti diuraikan ini:
1. Interaksi  antara  berbagai  aktivitas  pembangunan  dan  kepentingan yang
berbeda.
2. Modifikasi proses pantai.
3. Pencemaran air laut.
4. Kerusakan daerah aliran sungai (DAS).
 Telah dijelaskan dari uraian dampak pembangunan yang mengubah penggunaan
lahan terhadap terhadap sumberdaya air. Pada dasarnya bahwa pengubahan
bentuk penggunaan lahan dapat berdampak negatif terhadap kondisi hidrologi di
suatu wilayah, baik secara kuantitatif dan kualitatif. Dampak tersebut terlihat pada
air permukaan dan air tanah, bahkan pada air hujan dampak ini pun dapat terjadi.
Secara umum dampak ini dapat dikaji dari perubahan proses hidrologi selama air
mengalami daur hidrologi, namun sifarnya dapat berupa dampak mikro maupun
dampak makro.
Hutan sangat berperan dalam menjaga hidrororologis suatu wilayah dan oleh
sebab itu keberadaan hutan di suatu wilayah perlu dipertahankan. Penebangan
hutan dapat merubah kondisi hidro-orologis, bahkan dapat mengubah kondisi
ikJim suatu wilayah, walaupun hanya bersifat sebagai iklim mikro. Ilegal loging
sangat mempunyai dampak yang sangat besar terhadap hidrologi. Mengingat
bahwa air merupakan sumberdaya yang sangat penting bagi kehidupan manusia,
maka diupayakan agar pembangunan dapat memberikan manfaat sebesar-besarnya
kepada kehidupan masyarakat, namun diupayakan agar memberikan dampak
negatif sekecil-kecilnya terhadap lingkungan, termasuk dampaknya terhadap
sumberdaya air. Pembukaan hutan dengan cara membakar, memberi dampak
terhadap kualitas air.

E. Penetuan Harga Air


Untuk menentukan harga air ada dua cara yaitu atas dasar marginal cost
pricing dan atas dasar average cost pricing. Dua hal yang harus dipertimbangkan
yaitu pertimbangan laba dan pertimbangan distribusi untuk lebih banyak barang
tersedia dalam masyarakat.

P
MC

P1 S AC
P2 R
V D=AR

0 A B Volume air

Kalau harga ditetapkan dengan dasar MC pricing maka harga akan berada pada
OP1 = BS dan produksi sebesar OB. Pada keadaan ini harga P1 sama dengan MC,
yaitu sama dengan tambahan biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan satu-
satuan produksi air. AC (biaya per unit) akan lebih rendah daripada biaya rata-rata
(P1>AC) maka penerimaan total lebih tinggi daripada biaya total (TR>TC),
sehingga akan mendatangkan laba. Bila produksi dilaksanakan pada OA atas dasar
AC pricing maka harga akan berada pada OP2, yaitu harga akan sama dengan unit
cost dan akan terjadi keuntungan sama dengan nol atau perusahaan tidak akan
mendapatkan laba. Dengan dasaruraian di atas maka penentuan harga terbaik
adalah atas dasar MC pricing, karena di sini perusahaan masih akan mengalami
decreasing cost yaitu pada daerah produksi OB ke kiri, dimana perusahaan akan
menikmati keuntungan. Kesimpulan ini diambil apabila perusahaan mendasarkan
keputusannya pada pertimbangan mencari laba. Tetapi jika pertimbangan ini
didasarkan agar barang lebih banyak tersedia di pasaran (pertimbangan distribusi)
maka penentuan harga sebaiknya ditetapkan atas dasar AC pricing menskipun
dalam keadaan ini laba = 0.

F. Peraturan Pemerintah Mengenai Sumberdaya Air


1. UU No.7 Tahun 2004 tentang Sumberdaya Air
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004
TENTANG SUMBER DAYA AIR

1. Sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa yang
memberikan manfaat untuk mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat
Indonesia dalam segala bidang. sumber daya air dikuasai oleh negara dan
dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat secara adil.
perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia.
2. Pengaturan hak atas air diwujudkan melalui penetapan hak guna air, yaitu
hak untuk memperoleh dan memakai atau mengusahakan air untuk berbagai
keperluan. Hak guna air untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari,
pertanian rakyat, dan kegiatan bukan usaha disebut dengan hak guna pakai
air, sedangkan hak guna air untuk memenuhi kebutuhan usaha, baik
penggunaan air untuk bahan baku produksi, pemanfaatan potensinya, media
usaha, maupun penggunaan air untuk bahan pembantu produksi, disebut
dengan hak guna usaha air.
3. Kebutuhan masyarakat terhadap air yang semakin meningkat mendorong
lebih menguatnya nilai ekonomi air dibanding nilai dan fungsi sosialnya.
Undang-undang ini lebih memberikan perlindungan terhadap kepentingan
kelompok masyarakat ekonomi lemah dengan menerapkan prinsip
pengelolaan sumber daya air yang mampu menyelaraskan fungsi sosial,
lingkungan hidup, dan ekonomi.
4. Keberadaan air mengikuti siklus hidrologis yang erat hubungannya dengan
kondisi cuaca pada suatu daerah sehingga menyebabkan ketersediaan air
tidak merata dalam setiap waktu dan setiap wilayah. Sejalan dengan
perkembangan jumlah penduduk dan meningkatnya kegiatan masyarakat
mengakibatkan perubahan fungsi lingkungan yang berdampak negatif
terhadap kelestarian sumber daya air dan meningkatnya daya rusak air. Hal
tersebut menuntut pengelolaan sumber daya air yang utuh dari hulu sampai
ke hilir dengan basis wilayah sungai dalam satu pola pengelolaan sumber
daya air tanpa dipengaruhi oleh batas-batas wilayah administrasi yang
dilaluinya. Berdasarkan hal tersebut di atas, pengaturan kewenangan dan
tanggung jawab pengelolaan sumber daya air oleh Pemerintah, pemerintah
provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota didasarkan pada keberadaan
wilayah sungai yang bersangkutan. Di samping itu, undang-undang ini juga
memberikan kewenangan pengelolaan sumber daya air kepada pemerintah
desa atau yang disebut dengan nama lain sepanjang kewenangan yang ada
belum dilaksanakan oleh masyarakat dan/atau oleh pemerintah di atasnya.
5. Pola pengelolaan sumber daya air merupakan kerangka dasar dalam
merencanakan, melaksanakan, memantau, dan mengevaluasi kegiatan
konservasi sumber daya air, pendayagunaan sumber daya air, dan
pengendalian daya rusak air pada setiap wilayah sungai dengan prinsip
keterpaduan antara air permukaan dan air tanah.
6. Rencana pengelolaan sumber daya air merupakan rencana induk konservasi
sumber daya air, pendayagunaan sumber daya air, dan pengendalian daya
rusak air yang disusun secara terkoordinasi berbasis wilayah sungai. Karena
keberagaman ketersediaan sumber daya air dan jenis kebutuhan sumber daya
air pada suatu tempat, urutan prioritas penyediaan sumber daya air untuk
keperluan lainnya ditetapkan sesuai dengan kebutuhan setempat.
7. Pengusahaan sumber daya air diselenggarakan dengan tetap memperhatikan
fungsi sosial sumber daya air dan kelestarian lingkungan hidup.
8. Pengusahaan sumber daya air pada tempat tertentu dapat diberikan kepada
badan usaha milik Negara atau badan usaha milik daerah bukan pengelola
sumber daya air, badan usaha swasta dan/atau perseorangan berdasarkan
rencana pengusahaan yang telah disusun melalui konsultasi publik dan izin
pengusahaan sumber daya air dari pemerintah. Pengusahaan sumber daya air
tersebut dilaksanakan sesuai dengan rambu-rambu sebagaimana diatur
dalam norma, standar, pedoman, manual (NSPM) yang telah ditetapkan.
9. Air dalam siklus hidrologis dapat berupa air yang berada di udara berupa
uap air dan hujan; di daratan berupa salju dan air permukaan di sungai,
saluran, waduk, danau, rawa, dan air laut; serta air tanah. Air laut
mempunyai karakteristik yang berbeda dan memerlukan adanya penanganan
serta pengaturan tersendiri, sedangkan untuk air laut yang berada di darat
tunduk pada pengaturan dalam undangundang ini. Pemanfaatan air laut di
darat untuk keperluan pengusahaan, baik melalui rekayasa teknis maupun
alami akibat pengaruh pasang surut, perlu memperhatikan fungsi lingkungan
hidup dan harus mendapat izin dari Pemerintah atau pemerintah daerah
sesuai dengan wewenangnya, serta berdasarkan prosedur dan standar
perizinan menurut pedoman teknik dan administrasi yang telah ditetapkan.
10. Untuk terselenggaranya pengelolaan sumber daya air secara berkelanjutan,
penerima manfaat jasa pengelolaan sumber daya air, pada prinsipnya, wajib
menanggung biaya pengelolaan sesuai dengan manfaat yang diperoleh.
11. Undang-undang ini disusun secara komprehensif yang memuat pengaturan
menyeluruh tidak hanya meliputi bidang pengelolaan sumber daya air, tetapi
juga meliputi proses pengelolaan sumber daya air. Mengingat sumber daya
air menyangkut kepentingan banyak sektor, daerah pengalirannya
menembus batas-batas wilayah administrasi, dan merupakan kebutuhan
pokok bagi kelangsungan kehidupan masyarakat, undang-undang ini
menetapkan perlunya dibentuk wadah koordinasi pengelolaan sumber daya
air yang beranggotakan wakil dari pihak yang terkait, baik dari unsur
pemerintah maupun nonpemerintah.
12. Untuk menjamin terselenggaranya kepastian dan penegakan hukum dalam
hal yang berkaitan dengan pengelolaan sumber daya air selain penyidik
Kepolisian Negara Republik Indonesia diperlukan penyidik pegawai negeri
sipil yang diberi wewenang penyidikan.
13. Untuk menyesuaikan perubahan paradigma dan mengantisipasi
kompleksitas perkembangan permasalahan sumber daya air; menempatkan
air dalam dimensi sosial, lingkungan hidup, dan ekonomi secara selaras;
mewujudkan pengelolaan sumber daya air yang terpadu; mengakomodasi
tuntutan desentralisasi dan otonomi daerah; memberikan perhatian yang
lebih baik terhadap hak dasar atas air bagi seluruh rakyat; mewujudkan
mekanisme dan proses perumusan kebijakan dan rencana pengelolaan
sumber daya air yang lebih demokratis, perlu dibentuk undang-undang baru
sebagai pengganti Undang-undang Nomor 11 Tahun 1974 tentang
Pengairan.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42


TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

Pola pengelolaan sumber daya air merupakan kerangka dasar dalam


merencanakan, melaksanakan, memantau, dan mengevaluasi kegiatan
konservasi sumber daya air, pendayagunaan sumber daya air, dan
pengendalian daya rusak air pada wilayah sungai. Pola pengelolaan sumber
daya air disusun dengan memperhatikan kebijakan pengelolaan sumber daya
air pada wilayah administrasi yang bersangkutan. Pola pengelolaan sumber
daya air memuat tujuan dan dasar pertimbangan pengelolaan sumber daya
air, scenario kondisi wilayah sungai pada masa yang akan datang, strategi
pengelolaan sumber daya air, dan kebijakan operasional untuk
melaksanakan strategi pengelolaan sumber daya air. Pola pengelolaan
sumber daya air dijabarkan dalam rencana pengelolaan sumber daya air.
Rencana dimaksud dilakukan melalui inventarisasi sumber daya air serta
penyusunan dan penetapan rencana pengelolaan sumber daya air. Rencana
pengelolaan sumber daya air merupakan rencana induk yang menjadi dasar
bagi penyusunan program dan pelaksanaan kegiatan konservasi sumber daya
air, pendayagunaan sumber daya air, dan pengendalian daya rusak air oleh
setiap sektor dan wilayah administrasi. Rencana induk tersebut memuat
pokok-pokok program konservasi sumber daya air, pendayagunaan sumber
daya air, dan pengendalian daya rusak air yang meliputi upaya fisik dan
nonfisik, termasuk prakiraan kelayakan serta desain dasar upaya fisik.
Rencana pengelolaan sumber daya air merupakan salah satu unsur dalam
penyusunan, peninjauan kembali, dan/atau penyempurnaan rencana tata
ruang wilayah.
2. Peraturan Daerah
Peraturan Daerah Kota Malang No.17 Tahun 2001 tentang Konservasi
Air
Maksud dan tujuan dikeluarkannya Peraturan Daerah Malang adalah
untuk :
a. mengatur, membina dan mengawasi segenap kegiatan
pelestarian/pengawetan sumber daya air agar akibat kegiatan-kegiatan
tersebut tidak berpengaruh buruk terhadap keberadaan sumber daya
air ;
b. melakukan pelestarian terhadap sumber-sumber daya air agar sumber
daya air tersebut tetap dapat menghasilkan air dengan kualitas yang
memenuhi syarat untuk dikonsumsi guna memenuhi berbagai
kebutuhan manusia akan air dalam kuantitas/jumlah yang tetap
mencukupi secara berkesinambungan ;
c. melakukan penampungan air hujan dan meresapkannya ke dalam
tanah, sehingga mengurangi limpahan permukaan yang sangat
berlebihan/banjir .
Konservasi atau Kegiatan Pelestarian terhadap sumber daya air dalam
Peraturan Daerah Malang adalah Pelestarian sumber daya air yang berasal
dari air hujan .
Bentuk konservasi air di masing-masing zona
Bentuk kegiatan konservasi air di masing-masing zona adalah sebagai
berikut :
a. Untuk zona konservasi air kawasan siap bangun dan kawasan
terbangun adalah berupa sumur resapan air hujan, kolam
penampungan air hujan dan tanaman pohon/penghijauan ;
b. Untuk zona konservasi air kawasan belum siap bangun adalah berupa
tanaman pohon/penghijauan.
G. Kontribusi Sumber Daya Air Terhadap APBN
(lampiran)

You might also like