Professional Documents
Culture Documents
MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Ekonomi Sumber Daya Alam
pada semester genap tahun ajaran 2010/2011
yang dibina oleh Bapak Mardono
Oleh :
Vivi Retnosari (108431411382)
Endah Suci Pratiwi (108431411383)
Lina Rusdiana Sari (108431411384)
Yeni Trisnawati (108431411385)
Puji syukur penyusun panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga dapat menyelesaikan makalah ini
tepat waktu. Makalah yang berjudul “Sumberdaya Air” ini dibuat guna memenuhi
tugas mata kuliah Ekonomi Sumber Daya Alam.
Dalam penulisan makalah ini, penyusun banyak menerima bantuan moril
dan materiil dari berbagai pihak yang mendorong penyusun untuk segera
menyelesaikan tugas ini dengan sebaik-baiknya. Pada kesempatan ini pula,
penyusun ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
membantu penyelesaian makalah ini, diantaranya adalah:
1. Bapak Mardono selaku asisten dosen mata kuliah Ekonomi Sumber Daya
Alam.
2. Kedua orang tua yang telah memberi dukungan baik berupa materiil
maupun moril.
3. Seluruh pihak yang telah membantu penyelesaian makalah ini.
Penyusun menyadari bahwa penulisan makalah ini tidak luput dari
kesalahan dan belum sempurna dalam penyusunannya, oleh karena itu penyusun
mengharapkan saran dan kritik dari pembaca yang bersifat membangun. Akhir
kata, penyusun berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi siapa saja
yang membacanya.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang......................................................................................1
Rumusan Masalah.................................................................................1
Tujuan...................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
Pengertian Sumberdaya Air..................................................................5
Macam-Macam Sumber Air.................................................................8
Siklus Hidrologi....................................................................................14
Masalah Penggunaan Sumberdaya Air.................................................18
Peraturan Daerah Mengenai Pengelolaan Sumberdaya Air..................18
BAB III PENUTUP
Kesimpulan ..........................................................................................21
Saran.....................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sumber daya air yang terdiri atas air, sumber air, dan daya air
merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa yang memberikan manfaat untuk
mewujudkan kesejahteraan bagi masyarakat di segala bidang baim sosial,
ekonomi, budaya, politik maupun bidang ketahanan nasional. Peber daya air
semakin hari semakin menghadapi berbagai permasalahan sejalan dengan
bertambahnya jumlah penduduk yang diiringi dengan pertumbuhan sosial-
ekonomi. Peningkatan kebutuhan akan air telah menimbulkan eksploitasi
sumber daya air secara berlebihan sehingga mengakibatkan penurunan daya
dukung lingkungan sumber daya air yang pada gilirannya menurunkan
kamempuan pasokan air . gejala degradasi fungsi lingkungan sumber daya air
ditandai dengan fluktuasi debit air di musim hujan dan kemarau yang semakin
tajam, pencemaran air, berkurangnya kapasitas waduk dan lainnya.
Disamping tantangan fisik tersebut, pengelolaan sumber daya air
juga mengalami tantangan dalam penanganannya seperti tidak dicukupinya
dana operasi dan pemeliharaan, lemahnya koordinasi antar instansi terkait dan
masih kurangnya akuntabilitas, transparasi serta partisipasi para pihak yang
mencerminkan good governance dalam pengelolaan sumber daya air.
Pengelolaan kebutuhan atau alokasi air tidak saja untuk pertanian,
domestik, perkotaan, industri dan kebutuhan lainnya tetapi air juga sebagai
komoditas ekonomi yang memiliki fungsi sosial yang berwawasan lingkungan.
Pengembangan organisasi pengelola air diharapkan dapat menuju ke
desentralisasi dan meningkatkan peran serta masyarakat dalam pengelolaan dan
pembiayaan sumber daya air.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian sumberdaya air?
2. Apa saja macam-macam sumber air?
3. Bagaimana siklus hidrologi?
4. Bagaimana penggunaan sumber daya air?
5. Bagaimana cara penentuan harga air?
6. Bagaimana peraturan pemerintah mengenai pengelolaan sumberdaya
air?
7. Bagaimana kontribusi sumber daya air terhadap APBN?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian sumberdaya air
2. Mengetahui apa saja macam-macam sumber air
3. Memahami siklus hidrologi
4. Mengetahui penggunaan sumber daya air
5. Mengetahui cara penentuan harga air
6. Mengetahui peraturan pemerintah mengenai pengelolaan sumberdaya
air
7. Mengetahui kontribusi sumber daya air terhadap APBN
BAB II
PEMBAHASAN
C. Siklus Hidrologi
Secara garis besar proses aliran siklus hidrologi meliputi:
a. Air dari permukaan laut menguap yang disebut evaporasi.
b. Air dari tumbuh-tumbuhan juga menguap yang disebut transpirasi.
c. Peralihan secara horizontal dari uap air atau udara.
d. Presipitasi (hujan).
e. Run-off air langsung mengalir ke laut.
Penguapan dapat dikatakan sebagai awal dari sirkulasi hidrologi. Proses
penguapan ini terjadi melalui energy matahari yang menimpa permukaan air,
sehingga akan menguap ke udara dalam bentuk uap gas yang kemudian
berkumpul di atmosfer, membentuk gumpalan-gumpalan awan. Oleh karena 2/3
dari luas permukaan bumi terdiri dari lautan maka bagian terbesar dari penguapan
berasal dari lautan dan sisanya berasal dari danau, sungai-sungai dan tumbuh-
tumbuhan.
Uap air dalam bentuk gas di atmosfer akan mengalami proses perubahan
bentuk yang dikenal dengan kondensasi, yaitu dari gas ke cair membentuk butir-
butir air atau salju yang dikenal dengan proses presipitasi atau hujan. Air yang
jatuh ke bumi ini sebagian akan tinggal di daratan dan sebagian mengalir langsung
ke laut. Air yang di daratan sebagian akan tampak di permukaan tanah berupa
danau, mata air, dan sungai dan sebagian akan meresap ke dalam tanah
membentuk air tanah.
Skema Siklus Hidrologi
atmosfer Aliran
kondensasi horisontal
presipitasi (hujan) presipitasi
(hujan)
Penguapan langsung
Dan tidak langsung
(evapotranspirasi)
Irigasi Industri
A
MU*
MVU II B MVU I
0 W* W’ 0’
Dalam penggunaan yang komplementer, misalkan antara penggunaan air
untuk tenaga pembangkit listrik (PLTA) dan irigasi. Dalam hubungannya dengan
prinsip nilai guna batas yang sama diantara berbagai penggunaan, MVU dari
kelompok pemakai yang komplementer harus dijumlahkan dulu untuk membentuk
suatu marginal value in use gabungan (MVUj) untuk dibandingkan dengan MVU
dari penggunaan yang bersaing. MVU komplementer akan sama dengan biaya
marginal (MC) atau MVU1 = MVU 2 =MC
MU MVUj
MVU industri MVU irigasi
MVU PLTA
Jumlah air
P
MC
P1 S AC
P2 R
V D=AR
0 A B Volume air
Kalau harga ditetapkan dengan dasar MC pricing maka harga akan berada pada
OP1 = BS dan produksi sebesar OB. Pada keadaan ini harga P1 sama dengan MC,
yaitu sama dengan tambahan biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan satu-
satuan produksi air. AC (biaya per unit) akan lebih rendah daripada biaya rata-rata
(P1>AC) maka penerimaan total lebih tinggi daripada biaya total (TR>TC),
sehingga akan mendatangkan laba. Bila produksi dilaksanakan pada OA atas dasar
AC pricing maka harga akan berada pada OP2, yaitu harga akan sama dengan unit
cost dan akan terjadi keuntungan sama dengan nol atau perusahaan tidak akan
mendapatkan laba. Dengan dasaruraian di atas maka penentuan harga terbaik
adalah atas dasar MC pricing, karena di sini perusahaan masih akan mengalami
decreasing cost yaitu pada daerah produksi OB ke kiri, dimana perusahaan akan
menikmati keuntungan. Kesimpulan ini diambil apabila perusahaan mendasarkan
keputusannya pada pertimbangan mencari laba. Tetapi jika pertimbangan ini
didasarkan agar barang lebih banyak tersedia di pasaran (pertimbangan distribusi)
maka penentuan harga sebaiknya ditetapkan atas dasar AC pricing menskipun
dalam keadaan ini laba = 0.
1. Sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa yang
memberikan manfaat untuk mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat
Indonesia dalam segala bidang. sumber daya air dikuasai oleh negara dan
dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat secara adil.
perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia.
2. Pengaturan hak atas air diwujudkan melalui penetapan hak guna air, yaitu
hak untuk memperoleh dan memakai atau mengusahakan air untuk berbagai
keperluan. Hak guna air untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari,
pertanian rakyat, dan kegiatan bukan usaha disebut dengan hak guna pakai
air, sedangkan hak guna air untuk memenuhi kebutuhan usaha, baik
penggunaan air untuk bahan baku produksi, pemanfaatan potensinya, media
usaha, maupun penggunaan air untuk bahan pembantu produksi, disebut
dengan hak guna usaha air.
3. Kebutuhan masyarakat terhadap air yang semakin meningkat mendorong
lebih menguatnya nilai ekonomi air dibanding nilai dan fungsi sosialnya.
Undang-undang ini lebih memberikan perlindungan terhadap kepentingan
kelompok masyarakat ekonomi lemah dengan menerapkan prinsip
pengelolaan sumber daya air yang mampu menyelaraskan fungsi sosial,
lingkungan hidup, dan ekonomi.
4. Keberadaan air mengikuti siklus hidrologis yang erat hubungannya dengan
kondisi cuaca pada suatu daerah sehingga menyebabkan ketersediaan air
tidak merata dalam setiap waktu dan setiap wilayah. Sejalan dengan
perkembangan jumlah penduduk dan meningkatnya kegiatan masyarakat
mengakibatkan perubahan fungsi lingkungan yang berdampak negatif
terhadap kelestarian sumber daya air dan meningkatnya daya rusak air. Hal
tersebut menuntut pengelolaan sumber daya air yang utuh dari hulu sampai
ke hilir dengan basis wilayah sungai dalam satu pola pengelolaan sumber
daya air tanpa dipengaruhi oleh batas-batas wilayah administrasi yang
dilaluinya. Berdasarkan hal tersebut di atas, pengaturan kewenangan dan
tanggung jawab pengelolaan sumber daya air oleh Pemerintah, pemerintah
provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota didasarkan pada keberadaan
wilayah sungai yang bersangkutan. Di samping itu, undang-undang ini juga
memberikan kewenangan pengelolaan sumber daya air kepada pemerintah
desa atau yang disebut dengan nama lain sepanjang kewenangan yang ada
belum dilaksanakan oleh masyarakat dan/atau oleh pemerintah di atasnya.
5. Pola pengelolaan sumber daya air merupakan kerangka dasar dalam
merencanakan, melaksanakan, memantau, dan mengevaluasi kegiatan
konservasi sumber daya air, pendayagunaan sumber daya air, dan
pengendalian daya rusak air pada setiap wilayah sungai dengan prinsip
keterpaduan antara air permukaan dan air tanah.
6. Rencana pengelolaan sumber daya air merupakan rencana induk konservasi
sumber daya air, pendayagunaan sumber daya air, dan pengendalian daya
rusak air yang disusun secara terkoordinasi berbasis wilayah sungai. Karena
keberagaman ketersediaan sumber daya air dan jenis kebutuhan sumber daya
air pada suatu tempat, urutan prioritas penyediaan sumber daya air untuk
keperluan lainnya ditetapkan sesuai dengan kebutuhan setempat.
7. Pengusahaan sumber daya air diselenggarakan dengan tetap memperhatikan
fungsi sosial sumber daya air dan kelestarian lingkungan hidup.
8. Pengusahaan sumber daya air pada tempat tertentu dapat diberikan kepada
badan usaha milik Negara atau badan usaha milik daerah bukan pengelola
sumber daya air, badan usaha swasta dan/atau perseorangan berdasarkan
rencana pengusahaan yang telah disusun melalui konsultasi publik dan izin
pengusahaan sumber daya air dari pemerintah. Pengusahaan sumber daya air
tersebut dilaksanakan sesuai dengan rambu-rambu sebagaimana diatur
dalam norma, standar, pedoman, manual (NSPM) yang telah ditetapkan.
9. Air dalam siklus hidrologis dapat berupa air yang berada di udara berupa
uap air dan hujan; di daratan berupa salju dan air permukaan di sungai,
saluran, waduk, danau, rawa, dan air laut; serta air tanah. Air laut
mempunyai karakteristik yang berbeda dan memerlukan adanya penanganan
serta pengaturan tersendiri, sedangkan untuk air laut yang berada di darat
tunduk pada pengaturan dalam undangundang ini. Pemanfaatan air laut di
darat untuk keperluan pengusahaan, baik melalui rekayasa teknis maupun
alami akibat pengaruh pasang surut, perlu memperhatikan fungsi lingkungan
hidup dan harus mendapat izin dari Pemerintah atau pemerintah daerah
sesuai dengan wewenangnya, serta berdasarkan prosedur dan standar
perizinan menurut pedoman teknik dan administrasi yang telah ditetapkan.
10. Untuk terselenggaranya pengelolaan sumber daya air secara berkelanjutan,
penerima manfaat jasa pengelolaan sumber daya air, pada prinsipnya, wajib
menanggung biaya pengelolaan sesuai dengan manfaat yang diperoleh.
11. Undang-undang ini disusun secara komprehensif yang memuat pengaturan
menyeluruh tidak hanya meliputi bidang pengelolaan sumber daya air, tetapi
juga meliputi proses pengelolaan sumber daya air. Mengingat sumber daya
air menyangkut kepentingan banyak sektor, daerah pengalirannya
menembus batas-batas wilayah administrasi, dan merupakan kebutuhan
pokok bagi kelangsungan kehidupan masyarakat, undang-undang ini
menetapkan perlunya dibentuk wadah koordinasi pengelolaan sumber daya
air yang beranggotakan wakil dari pihak yang terkait, baik dari unsur
pemerintah maupun nonpemerintah.
12. Untuk menjamin terselenggaranya kepastian dan penegakan hukum dalam
hal yang berkaitan dengan pengelolaan sumber daya air selain penyidik
Kepolisian Negara Republik Indonesia diperlukan penyidik pegawai negeri
sipil yang diberi wewenang penyidikan.
13. Untuk menyesuaikan perubahan paradigma dan mengantisipasi
kompleksitas perkembangan permasalahan sumber daya air; menempatkan
air dalam dimensi sosial, lingkungan hidup, dan ekonomi secara selaras;
mewujudkan pengelolaan sumber daya air yang terpadu; mengakomodasi
tuntutan desentralisasi dan otonomi daerah; memberikan perhatian yang
lebih baik terhadap hak dasar atas air bagi seluruh rakyat; mewujudkan
mekanisme dan proses perumusan kebijakan dan rencana pengelolaan
sumber daya air yang lebih demokratis, perlu dibentuk undang-undang baru
sebagai pengganti Undang-undang Nomor 11 Tahun 1974 tentang
Pengairan.