You are on page 1of 11

Kota Pontianak

Kota Pontianak adalah ibu kota Provinsi Kalimantan Barat di Indonesia. Kota ini juga dikenal dengan
nama Khun Tien (坤甸) oleh etnisTionghoa di Pontianak.

Kota ini terkenal sebagai Kota Khatulistiwa karena dilalui garis lintang nol derajat bumi. Di utara kota ini, tepatnya

Siantan, terdapat monumen atau Tugu Khatulistiwa yang dibangun pada tempat yang tepat dilalui garis lintang

nol derajat bumi. Selain itu Kota Pontianak juga dilalui Sungai Kapuas yang adalah sungai terpanjang

di Indonesia. Sungai Kapuas membelah kota Pontianak, simbolnya diabadikan sebagai lambang Kota Pontianak.

Negara Indonesia

Hari jadi 23 Oktober 1771

Pemerintahan

- Walikota H. Sutarmidji, M.Hum.

Luas

- Total 107,82 km2

Populasi (2010)

- Total 550.304

- Kepadatan 5.104/km²

Kode telepon 0561

Kecamatan 6
Desa/kelurahan 29

Situs web http://www.pontianakkota.go.id

Asal nama
ama Pontianak dipercaya ada kaitannya dengan kisah dongeng Syarif Abdurrahman yang sering diganggu
oleh hantu Kuntilanak ketika beliau menyusuri Sungai Kapuas sepanjang 1100 kilometer, sungai terpanjang
di Indonesia. Menurut ceritanya, Syarif Abdurrahman terpaksa melepaskan tembakan meriam untuk mengusir
hantu itu sekaligus menandakan dimana meriam itu jatuh, maka disanalah wilayah kesultanannya didirikan.
Peluru meriam itu jatuh melewati simpang tiga Sungai Kapuas dan Sungai Landak yang kini lebih dikenal dengan
Beting Kampung Dalam Bugis Pontianak Timur atau kota Pontianak.

Sejarah
Masa pendirian
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Kesultanan Pontianak

Kota Pontianak didirikan oleh Syarif Abdurrahman Alkadrie pada hari Rabu, 23 Oktober 1771 (14 Radjab 1185

H) yang ditandai dengan membuka hutan di persimpangan tiga Sungai Landak, Sungai Kapuas Kecil dan Sungai

Kapuas untuk mendirikan balai dan rumah sebagai tempat tinggal. Pada tahun 1192 H, Syarif Abdurrahman

dikukuhkan menjadi Sultan pada Kesultanan Pontianak. Letak pusat pemerintahan ditandai dengan

berdirinya Mesjid Jami' Sultan Abdurrahman Alkadrie dan Keraton Kadariah yang sekarang terletak di Kelurahan

Dalam Bugis Kecamatan Pontianak Timur.

Sejarah pendirian menurut VJ. Verth

Sejarah pendirian kota Pontianak yang dituliskan oleh seorang sejarawan Belanda, VJ. Verth dalam

bukunya Borneos Wester Afdeling, yang isinya sedikit berbeda dari versi cerita yang beredar di kalangan

masyarakat saat ini.

Menurutnya, Belanda mulai masuk ke Pontianak tahun 1194 Hijriah (1773 Masehi) dari Betawi. Verth menulis

bahwa Syarif Abdurrahman, putra ulama Syarif Hussein bin Ahmed Alqadrie (atau dalam versi lain disebut

sebagai Al Habib Husin), setelah meninggalkan kerajaan Mempawah dan mulai merantau. Di

wilayah Banjarmasin ia menikah dengan adik sultan. Ia berhasil dalam perniagaan dan mengumpulkan cukup

modal untuk mempersenjatai kapal pencalang dan perahu lancangnya, kemudian ia mulai melakukan

perlawanan terhadap penjajahan Belanda.

Dengan bantuan Sultan Pasir, Syarif Abdurrahman kemudian berhasil membajak kapal Belanda di dekat

Bangka, juga kapal Inggris dan Perancis di Pelabuhan Passir. Abdurrahman menjadi seorang kaya dan

kemudian mencoba mendirikan pemukiman di sebuah pulau di sungai Kapuas. Ia menemukan percabangan

sungai Landak dan kemudian mengembangkan daerah itu menjadi pusat perdagangan yang makmur dan

Pontianak berdiri.
Kolonialisme Belanda dan Jepang
Pada tahun 1778 kolonialis Belanda dari Batavia memasuki Pontianak dengan dipimpin oleh Willem Ardinpola.

Kolonial Belanda saat itu dan menempati daerah di seberang keraton kesultanan yang kini dikenal dengan

daerah Tanah Seribu atau Verkendepaal.[2]

Pada tanggal 5 Juli 1779 Belanda membuat perjanjian dengan Sultan mengenai penduduk Tanah Seribu agar

dapat dijadikan daerah kegiatan bangsa Belanda yang kemudian menjadi kedudukan pemerintahan Resident het

Hoofd Westeraffieling van Borneo (Kepala Daerah Keresidenan Borneo lstana Kadariah Barat) dan Asistent

Resident het Hoofd der Affleeling van Pontianak (Asistent Resident Kepala Daerah Kabupaten Pontianak). Area

ini selanjutnya menjadi Controleur het Hoofd Onderafdeeling van Pontianak atau Hoofd Plaatselijk Bestuur van

Pontianak.[2]

Assistent Resident het Hoofd der Afdeeling van Pontianak (semacam Bupati Pontianak) mendirikan Plaatselijk

Fonds. Badan ini mengelola eigendom atau kekayaan Pemerintah dan mengurus dana pajak. Plaatselijk

Fonds kemudian berganti nama menjadi Shintjo pada masa kependudukan Jepang di Pontianak.

Masa Stadsgemeente
Berdasarkan besluit Pemerintah Kerajaan Pontianak tanggal 14 Agustus 1946 No. 24/1/1940 PK yang disahkan
menetapkan status Pontianak sebagai stadsgemeente. R. Soepardan ditunjuk menjadisyahkota atau pemimpin
kota saat itu. Jabatan Soepardan berakhir pada awal tahun 1948 dan kemudian digantikan oleh Ads. Hidayat.

Masa Pemerintahan Kota


Pembentukan stadsgerneente bersifat sementara, maka Besluit Pemerintah Kerajaan Pontianak diubah dan

digantikan dengan Undang-undang Pemerintah Kerajaan Pontianak tanggal 16 September 1949 No.

40/1949/KP. Dalam undang-undang ini disebut Peraturan Pemerintah Pontianak dan membentuk Pemerintah

kota Pontianak, sedangkan perwakilan rakyat disebut Dewan Perwakilan Penduduk Kota Pontianak. Walikota

pertama ditetapkan oleh Pemerintah Kerajaan Pontianak adalah Rohana Muthalib.[2]

[sunting]Masa Kota Praja


Sesuai dengan perkembangan tata pemerintahan, maka dengan Undang-undang Darurat Nomor 3 Tahun 1953,

bentuk Pemerintahan Landschap Gemeente, ditingkatkan menjadi kota praja Pontianak. Pada masa ini urusan

pemerintahan terdiri dari Urusan Pemerintahan Umum dan Urusan Pemerintahan Daerah.[2]

[sunting]Masa Kotamadya dan Kota


Pemerintah Kota Praja Pontianak diubah dengan berdasarkan Undang-undang No. 1 Tahun 1957, Penetapan

Presiden No.6 Tahun 1959 dan Penetapan Presiden No.5 Tahun 1960, Instruksi Menteri Dalam Negeri No.9

Tahun 1964 dan Undang-undang No. 18 Tahun 1965, maka berdasarkan Surat Keputusan DPRD-GR Kota Praja

Pontianak No. 021/KPTS/DPRD-GR/65 tanggal 31 Desember 1965, nama Kota Praja Pontianak diganti menjadi

Kotamadya Pontianak, kemudian dengan Undang-undang No.5 Tahun 1974, nama Kotamadya Pontianak

berubah menjadi Kotamadya Daerah Tingkat II Pontianak.[2]

Berdasarkan Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah di Daerah mengubah sebutan untuk

Pemerintah Tingkat II Pontianak menjadi sebutan Pemerintah Kota Pontianak, sebutan kota Potianak diubah

kemudian menjadi Kota Pontianak.


Pemerintahan

Kota Pontianak dipimpin oleh seorang walikota. Hingga kini Kota Pontianak pernah dipimpin oleh:[2]

No
Nama Status Wilayah Tahun Pemerintahan
.

1 R. Soepardan Syahkota Pontianak 1947-1948

2 Ads. Hidayat Burgemester Pontianak 1948-1950

3 Ny. Rohana Muthalib Burgemester Pontianak 1950-1953

4 Soemartoyo Kotapraja 1953-1957

5 A. Muis Amin Kotapraja/Kotamadya Pontianak 1957-1967

6 Siswoyo Kotamadya Pontianak 1967-1973

7 Muhammad Barir ,SH. Kotamadya Daerah Tingkat II Pontianak 1973-1978

8 T.B. Hisny Halir Kotamadya Daerah Tingkat II Pontianak 1978-1983

9 H. A. Majid Hasan Kotamadya Daerah Tingkat II Pontianak 1983-1993

10 R.A. Siregar, S.Sos Kotamadya Daerah Tingkat II Pontianak 1993-1999

11 dr. H. Buchary Abdul Rahman Kota Pontianak 1999-2008

12 Sutarmidji, M.Hum Kota Pontianak 2008-2013

Geografi dan pembagian administratif

Kota Pontianak terletak pada Lintasan garis Khatulistiwa dengan ketinggian berkisar antara 0,10 meter sampai

1,50 meter diatas permukaan laut. Kota dipisahkan oleh Sungai Kapuas Besar, Sungai Kapuas Kecil dan Sungai

Landak. Dengan demikian Kota Pontianak terbagi atas tiga belahan.


Struktur tanah kota merupakan lapisan tanah gambut bekas endapan Lumpur Sungai Kapuas. Lapisan tanah liat

baru dicapai pada kedalaman 2,4 meter dari permukaan laut. Kota Pontianak termasuk

beriklim tropis dengan suhu tinggi (28-32 °C dan siang hari 30 °C).

Rata–rata kelembaban nisbi dalam daerah Kota Pontianak maksimum 99,58% dan minimum 53% dengan rata–

rata penyinaran matahari minimum 53% dan maksimum 73%.[3]

Besarnya curah hujan di Kota Pontianak berkisar antara 3000-4000 mm per tahun. Curah hujan terbesar (bulan

basah) jatuh pada bulan Mei danOktober, sedangkan curah hujan terkecil (bulan kering) jatuh pada bulan Juli.

Jumlah hari hujan rata-rata per bulan berkisar 15 hari.[3]

Secara administratif, kota Pontianak dibagi atas beberapa kecamatan, yaitu: Pontianak Selatan, Pontianak

Timur, Pontianak Barat, Pontianak Utara,Pontianak Kota dan Pontianak Tenggara.

Kependudukan

Jumlah penduduk tetap Kota Pontianak tahun 2006 hasil Proyeksi yang menggunakan data Survey Sosial

Ekonomi Nasional (Susenas) tahun 2006 dan Sensus Penduduk tahun 2000 berjumlah 510.687 jiwa, terdiri dari

penduduk laki-laki 256.750 jiwa dan penduduk perempuan 253.937 jiwa.

Sedangkan dari hasil Sensus Penduduk tahun 2000 penduduk kota Pontianak berjumlah 464.534 jiwa, hal ini

berarti bahwa telah terjadi peningkatan penduduk selama 4 (empat) tahun terakhir (tahun 2000- 2004), yaitu

sebesar 1,76 persen pertahunnya.


Suku bangsa penduduk Kota Pontianak terdiri dari Dayak, Tionghoa, Melayu, Bugis, Suku Jawa, Suku

Madura dan lainnya. Sebagian besar penduduk memeluk agama Islam (65%), Buddha dan kepercayaan Kong

Hu Cu (2,8%), Protestan (4%), Katolik (24%), Hindu (0,4%) dan lainnya[rujukan?].

Penduduk sebagian besar memahami bahasa Indonesia dan bahasa ibu masing-masing yakni bahasa

Melayu, bahasa Tiociu, bahasa Khek dan berbagai variasi bahasa Dayak.

Ekonomi

Tanaman lidah buaya yang kini gencar diproduksi di Kota Pontianak

Perindustrian
Jumlah perusahaan industri besar dan sedang di Kota Pontianak yang telah terdata selama tahun 2005 adalah

34 perusahaan. Tenaga kerja yang diserap oleh perusahaan industri tersebut berjumlah 3.300 orang yang terdiri

dari pekerja produksi 2.700 orang dan pekerja lainnya atau administrasi 600 orang. Perusahaan industri besar

atau sedang yang terletak di Kecamatan Pontianak Utara menyerap tenaga kerja terbesar, yaitu 2.952 orang.

Nilai keluaran yang dihasilkan dari perusahaan industri besar atau sedang adalah sebesar 1,51 triliun rupiah,

dimana perusahaan industri besar atau sedang yang berada di Kecamatan Pontianak Utara yang didominasi
oleh perusahaan industri karet, sedangkan nilai keluaran yang terkecil berasal dari perusahaan yang terdapat di

Kecamatan Pontianak Kota, senilai 2,85 milyar rupiah.

Untuk Nilai Tambah Bruto (NTB) yang diperoleh dari seluruh perusahaan industri besar /sedang di Kota

Pontianak selama tahun 2005 adalah sebesar 217,57 milyar rupiah dan pajak tak langsung yang diperoleh

adalah sebesar 462,78 juta rupiah, sedangkan NTB atas Biaya Faktor yang diperoleh adalah sebesar 217,10

milyar rupiah.

Jumlah unit usaha industri, tenaga kerja, besarnya nilai investasi dan nilai penjualan dari sentra industri kecil

jenis Industri Hasil Pertanian dan Kehutanan (IHPK) terlihat bahwa sentra industri kecil jenis IHPK terbanyak

adalah usaha industri makanan ringan yang terpusat di Kelurahan Sungai Bangkong dengan tenaga kerja yang

diserap sebanyak 329 orang, nilai investasinya mencapai 249,50 juta rupiah dan nilai penjualannya sebesar

780,50 juta rupiah. Sedangkan industri anyaman keladi air pada tahun 2005 ini hanya memiliki 16 unit usaha

dengan nilai investasi 17,5 juta rupiah dan nilai penjualan 110 juta rupiah yang terletak di Tanjung Hulu,

Pontianak Timur.
[sunting]Pertanian

Pada tahun 2006, jenis tanaman pangan yang hasilnya paling besar adalah ubi kayu, padi, ubi rambat.

Penduduk juga bertani sayuran dan lidah buaya. Tanaman buah-buahan yang banyak ada di Kota Pontianak

adalah nangka, pisang serta nanas.

Perternakan di kota Pontianak terdiri dari sapi (potong dan perah), kambing, babi dan ayam (ras dan buras).

[sunting]Perdagangan

Perdagangan merupakan salah satu usaha yang berkembang pesat di Kota Pontianak. Perdagangan modern

mulai berkembang pada tahun 2001dengan berdirinya Mal Matahari Pontianak di Pontianak Kota. Pusat

perbelanjaan modern mulai dibangun di berbagai sudut kota, seperti Mal Pontianak dan Ayani Mega Mall

Pontianak (Pontianak Selatan). Berbagai perusahaan retail nasional mulai mendirikan usahanya di Pontianak.

Matahari Mal, mal pertama di Kota Pontianak

Pendidikan
Perguruan tinggi negeri dan swasta

 Universitas Tanjungpura[4]

 Universitas Muhammadiyah Pontianak[5]

 Universitas Panca Bhakti[6]

 STAIN Pontianak

 Politeknik Negeri Pontianak

 Perguruan Tinggi Widya Dharma Pontianak[7]

[sunting]Sekolah Menengah Atas

1. SMA Negeri 1

2. SMA Negeri 2

3. SMA Negeri 3

4. SMA Negeri 4
5. SMA Negeri 5

6. SMA Negeri 6

7. SMA Negeri 7

8. SMA Negeri 8

9. SMA Negeri 9

10. SMA Negeri 10

11. SMA Santo Petrus

12. SMA Santo Paulus

13. SMA Immanuel

14. SMA Muhammadiyah 1

15. SMA Muhammadiyah 2

16. SMA Gembala Baik

17. SMA Panca Bakti

18. SMA Bina Utama

19. SMK Immanuel 1

20. SMA Kapuas

21. SMTI Negeri Pontianak

Pariwisata

Pariwisata Kota Pontianak didukung oleh keanekaragaman budaya penduduk Pontianak,

yaitu Dayak, Melayu dan Tionghoa. Suku Dayak memiliki pesta syukur atas kelimpahan panen yang

disebut Naik Dango dan masyarakat Tionghoa memiliki kegiatan pesta tahun baru Imlek dan perayaan

sembahyang kubur (Cheng Beng atau Kuo Ciet) yang memiliki nilai atraktif turis.

Kota Pontianak juga dilintasi oleh garis khatulistiwa yang ditandai dengan Tugu Khatulistiwa di Pontianak Utara.

Selain itu kota Pontianak juga memiliki visi menjadikan Pontianak sebagai kota dengan pariwisata sungai.

Pontianak juga dikenal sebagai tempat wisata kuliner. Keanekaragaman makanan menjadikan Pontianak

sebagai surga kuliner. Makanan yang terkenal antara lain:

1. Sambal Goreng Tempoyak

2. Pekasam

3. Sotong Pangkong

4. Bubur Padas

5. Pacri Nanas

6. Pindang
7. Lemang (ketan yang dibakar)

8. Ikan asam pedas (sup ikan pedas dengan bumbu asam)

9. Kwe Tiau (sejenis mie, ada yang goreng dan kuah)

10. Chai Kue (semacam pastel yang tidak digoreng, berisi bengkuang, kuchai, talas atau kacang.

ada yang kukus dan goreng)

11. Kwe Cap (sup dengan kulit babi, semacam kwe tiau, tahu, kacang dan kadang-kadang

ditambah daging)

12. Kwe Kia Theng (sup dengan isi jeroan babi)

13. Yam Mi (sejenis mie namun sangat kecil dengan lauk khas di atasnya)

14. Gwek Pia (dikenal dengan nama kue bulan. kue ini diisi dengan kacang hijau)

15. Ka Lo Ci (kue yang dibuat dari tepung kanji dan luarnya diselimuti biji wijen dan gula)

16. Sio Bi (seperti siomay, namun memiliki cita rasa tersendiri dengan sausnya yang juga berbeda

rasanya)

17. Tau Swan (sup kacang hijau ditambah potongan-potongan kue yang digoreng dan mirip

kerupuk)

18. Peng Kang (sejenis lemper, diisi hebi)

19. Bak Pao (kue yang diisi dengan kacang hijau, ayam atau sapi)

20. Bak Cang (ketan yang dikukus dan diisi daging ayam, sawi asin, kacang tanah dan hebi.

Terkadang ditambahkan lauk lainnya)

21. Ki Cang (ketan yang dikukus, digolongkan kue dan cara menikmatinya dengan menaburkan

gula)

22. Ie atau Jan (sup manis yang dibuat dari tepung kanji dengan bola-bola kecil berwarna merah

dan putih)

23. He Keng (daging goreng yang dibuat dari udang)

24. Kuan Chiang (sejenis sosis, berwarna merah)

25. Hu Ju (tahu yang dengan kuah berwarna merah yang asin)

26. Koi peng atau Nasi Campur (nasi campur dengan kuah khas dan campuran lauk khas tionghua

di atasnya)

27. Pwe Ki Mue atau bubur pesawat (bubur yang ditambahkan telur, daging babi dan lemak

dengan cita rasa khas)

28. Cap Chai (nasi dengan banyak jenis sayur)

29. Tun Koi (sup sari pati ayam dengan kunyit dan ginseng)

30. Keng Ci Kue Tiau

31. Keladi

32. Air Tahu yang lebih dikenal dengan Susu Soya

33. Minuman lidah buaya


Hotel-hotel berbintang yang ada di pusat kota Pontianak adalah:

 Hotel Aston (*4) Jl. Gajah Mada

 Hotel Mercure (*4) Jl. A. Yani

 Hotel Grand Mahkota (*4) Jl. Sidas

 Hotel Kapuas Palace (*3) Jl. Imam Bonjol

 Hotel Santika (*3) Jl. Diponegoro

 Hotel Orchardz (*3) Jl. Gajah Mada

 Hotel Kini (*3) Jl. Nusa Indah I

 Hotel Peony (*3) Jl. Gajah Mada

 Hotel Star (*3) Jl. Gajah Mada

 Hotel Gajah Mada (*3) Jl. Gajah Mada

 Hotel Garuda (*3) Jl. Veteran

 Hotel Merpati Jl. Imam Bonjol

 Hotel Kapuas Dharma Jl. Imam Bonjol

 Hotel Grand Kartika (*2) Jl. Rahadi Oesman

 Hotel Orient Jl. Tanjungpura

 Hotel Queen Jl. Hijas

 Hotel 2000 Jl. Gajah Mada

 Hotel 95 Jl. Imam Bonjol

Waterfront Kota Pontianak

Aksi Naga dan Barongsai saat Imlek di Kota Pontianak


Transportasi
[sunting]Udara

Kota Pontianak melalui bandar udaranya, Bandar Udara Supadio terhubung dengan beberapa kota besar lain

di Indonesia, seperti Jakarta, Surabaya, Semarang dan Yogyakarta. Selain itu bandara ini juga mempunyai

penerbangan internasional langsung dari dan ke luar negeri, yaitu ke Kuching, Sarawak, Malaysia; Kuala

Lumpur, Malaysia dan Singapura. Dari Pontianak juga dapat dilayanipenerbangan perintis ke berbagai ibukota

kabupaten di Kalimantan Barat.

[sunting]Laut

Pelabuhan Pontianak dapat melayani kapal-kapal barang maupun penumpang. Dahulu melalui dermaga ini

sering melayani kapal penumpang menuju Jakarta, Ketapang, Landak, Sanggau danPutussibau.

[sunting]Darat

Sistem transportasi darat Kota Pontianak dilayani oleh minibus angkutan kota yang biasa disebut oplet, taksi dan

beberapa rute dilayani oleh bus kota. Sebagian besar rute dalam kota dilayani oleh oplet yang menghubungkan

beberapa terminal. Untuk keberangkatan jalan darat ke luar kota dilayani di Terminal Batulayang.

Melalui jalan darat pula dilayani bus antar negara, yakni ke Kuching. Bus ini disediakan oleh berbagai penyedia

layanan, termasuk DAMRI. Layanan imigrasi Indonesia-Malaysia dilaksanakan diEntikong, Kabupaten Sanggau.

You might also like