You are on page 1of 19

Pengertian Teknologi Benih

Teknologi benih ialah suatu ilmu pengetahuan mengenai cara-cara untuk dapat
memeperbaiki sifat-sifat genetic dan fisik dari benih, yang mencakup kegiatan-kegiatan
seperti pengembangan varietas, penilaian dan pelepasan varietas, produksi benih,
pengolahan, penyimpanan, pengujian serta sertifikasi benih.

Benih ialah simbol dari suatu permulaan, inti dari kehidupan di alam semesta
dan yang paling penting adalah kegunaannya sebagai penyambung dari kehidupan
tanaman. Benih di sini ialah biji tanaman yang digunakan untuk tujuan pertanaman.
Sehingga masalah teknologi benih berada dalam ruang lingkup agronomi. Agronomi
sendiri diartikan sebagai suatu gugus ilmu pertanian yang mempelajari pengelolaan
lapang produksi dengan segenap unsur alam (iklim, tanah, air), tanaman, hewan, dan
manusia untuk mencapai produksi tanaman secara maksimal.

Dalam konsep agronomi, benih dituntut untuk bermutu tinggi sebab benih harus
mampu menghasilkan tanaman yang berproduksi maksimum dengan sarana teknologi
yang maju. Sering petani mengalami kerugian yang tidak sedikit baik dari segi biaya
maupun waktu yang berharga akibat penggunaan benih yang bermutu rendah. Oleh
karena itu, meskipun pertumbuhan dan produksi tanaman sangat dipengaruhi oleh
keadaan iklim dan cara bercocok tanam, tetapi harus diingat pentingnya pemilihan mutu
benih yang akan digunakan. Berarti benih dengan mutu tinggi sangat diperlukan karena
merupakan salah satu sarana untuk dapat menghasilkan tanaman yang berproduksi
maksimal.

A. Pemungutan/Pengumpulan Benih
Kegiatan pemungutan benih tidak kalah pentingnya dengan pemilihan sumber
benih, karena bila pemungutan benih dilakukan dengan tidak benar maka akan diperoleh
benih dengan mutu yang jelek. Semua usaha yang dilakukan untuk mencari sumber benih
yang baik akan percuma bila pengumpulan benih tidak dilakukan dengan cara yang benar.
Untuk itu perlu juga adanya suatu regu khusus untuk pengambilan benih karena pekerja
kontrak biasanya kurang memperhatikan mutu benih mereka hanya melihat jumlahnya
saja. Berikut ini diterangkan beberapa hal yang perlu diperhatikan dan dilakukan dalam
kegiatan pengumpulan benih.
1. Yang perlu dilakukan sebelum benih dikumpulkan

 Tentukan waktu pengumpulan benih. Setiap jenis pohon memiliki masa berbuah
tertentu untuk itu mengetahui masa berbunga atau berbuah perlu dilakukan sehingga
waktu panen yang tepat dapat ditentukan dengan tepat pula. Tanda-tanda buah masak
perlu diketahui sehingga buah yang dipetik cukup masak (masak fisiologis).
 Siapkan alat yang dibutuhkan untuk pengumpulan benih

2. Cara pengumpulan benih

Benih yang dikumpulkan dipermukaan tanah


Benih yang dikumpulkan dipermukaan tanah seringkali mutunya tidak sebaik yang
dikumpulkan langsung dari pohon, benih akan hilang daya kecambahnya jika terkena sinar
matahari (benih yang rekalsitran), benih akan terserang hama/penyakit dan benih yang
berkecambah.
Benih yang dikumpulkan langsung dari pohon.
Pengambilan dengan cara ini yaitu, benih yang sudah masak dipetik langsung
dengan bantuan galah/tangga, cabang yang jauh dapat ditarik dengan tali/kait kayu.
Pengambilan juga dapat dilakukan dengan cara diguncang. Pengambilan dengan cara ini
dapat menggunakan terpal/ plastik untuk menampung benih yang jatuh.
Mutu benih yang dikumpulkan dengan cara ini sangat baik, karena dapat memilih
buah yang betul-betul matang. Setelah benih dikumpulkan dimasukkan kedalam wadah
untuk dibawah ketempat pengolahan.

3. Beri label identitas


Setiap wadah berisi buah / polong harus diberi label agar identitas benih tetap
diketahui.
4. Penyimpanan sementara
Bila tidak mungkin untuk untuk langsung mengekstrasi biji, simpanlah wadah yang
berisi buah/polong ditempat yang kering dan dingin dengan ventilasi udara yang baik.
Jangan meletakkan wadah langsung dilantai, tetapi beri alas kayu sehingga
memungkinkan peredaran
udara dibawah wadahya, dengan demikian bagian bawahnya tidak lembab.
B. Penanganan Benih Setelah Dikumpulkan
Penanganan benih harus dilakukan dengan baik, agar mutu benih dapat
dipertahankan.
Kegiatan penanganan benih meliputi : Sortasi buah/polong, ekstrasi benih,
pembersihan
benih, sortasi benih, pengeringan benih.
Panitia Implementasi Program NFP-FAO Regional Maluku & Maluku Utara
Pelatihan Penanaman Hutan di Maluku & Maluku Utara – Ambon, 12 – 13 Desember 2007 3
a. Sortasi buah/ polong
Sortasi buah/ polong merupakan kegiatan pemisahan buah/polong yang susah
masak dari yang belum/kurang masak, kemudian dimasukkan kedalam wadah yang
terpisah.
b. Ekstrasi benih
Ekstrasi benih adalah proses pengeluaran benih dari buahnya/polongnya. Cara
ekstrasi berbeda-beda tergantung dari jenis pohon, dapat dilakukan dengan bantuan alat
dan harus dilakukan dengan hati-hati untuk mencegah kerusakan benih.

• Benih dari buah berdaging


Buah yang berdaging dibuang pericarp buahnya dengan cara merendam buah
tersebut dalam air, sehingga daging buahnya mengembang sedang bijinya mengendap.

• Benih dari buah kering


Benih dijemur dipanas matahari, contohnya : polong-polongan dari
Leguminoceae,
kerucut dari Coniferae, capsule dari Eucaliptus, dsb. Sehingga terbuka.

c. Pembersihan dan sortasi benih


Benih yang sudah diekstrasi masih mengandung kotoran berupa sekam, sisa
polong, ranting, sisa sayap, daging buah, tanah dan benih yang rusak, harus dibuang
untuk meningkatkan mutunya. Ada dua cara sederhana untuk membersihkan benih yaitu:
1). Cara sederhana : manual dengan tampi/nyiru atau menggunakan saringan.
2). Cara mekanis : menggunakan alat peniup benih (seed blower)
setelah pembersihan jika dirasa perlu dilakukan sortasi benih untuk memilih benih
sesuai dengan ukuran.

d. Pengeringan benih
Benih yang baru diekstrasi biasanya mengandung kadar air yang cukup tinggi,
untuk itu perlu dikeringkan sebelum benih-benih itu disimpan (tetapi tidak semua benih
biasa dikeringkan).
Kadar air untuk masing-masing benih berbeda-beda, misalnya ada benih-benih
yang dikeringkan sampai kadar air rendah sehingga dapat disimpan lama, benih-benih ini
disebut benih yang ortodoks, contohnya: akasia, kayu besi, salawaku, gamal, dll.
Sebaliknya ada benih yang tidak dapat dikeringkan dan tidak dapat disimpan
lama.
C. Penyimpanan Benih
Perlakuan yang terbaik pada benih ialah menanam benih atau disemaikan segera
setelah benih-benih itu dikumpulkan atau dipanen, jadi mengikuti cara-cara alamiah,
namun hal ini tidak selalu mungkin kareana musim berbuah tidak selalu sama, untuk itu
penyimpanan benih perlu dilakukan untuk menjamin ketersediaan benih saat musim
tanam tiba.
Tujuan penyimpanan diantaranya yaitu :
- menjaga biji agar tetap dalam keadaan baik (daya kecambah tetap tinggi)
- melindungi biji dari serangan hama dan jamur.
- mencukupi persediaan biji selama musim berbuah tidak dapat mencukupi
kebutuhan.
Ada dua faktor yang penting selama penyimpanan benih yaitu, suhu dan
kelembaban udara.
Umumnya benih dapat dipertahankan tetap baik dalam jangka waktu yang cukup
lama, bila suhu dan kelembaban udara dapat dijaga maka mutu benih dapat terjaga.
Untuk itu perlu runag khusus untuk penyimpanan benih.

Untuk benih ortodoks


Benih ortodoks dapat disimpan lama pada kadar air 6-10% atau dibawahnya.
Penyimpanan dapat dilakukan dengan menggunakan wadah seperti : karung kain, toples
kaca/ plastik,plastik, laleng, dll. Setelah itu benih dapat di simpan pada suhu kamar atau
pada temperature rendah “cold storage” umumnya pada suhu 2-5oC.

Untuk benih rekalsitran


Benih rekalsitran mempunyai kadar air tinggi, untuk itu dalam penyimpanan kadar
air benih perlu dipertahankan selama penyimpanan. Penyimpanan dapat menggunakan
serbuk gergaji atau serbuk arang. Caranya yaitu dengan memasukkan benih kedalam
serbuk gergaji atau arang.

D. Teknik Perkecambahan
Selama penyimpanan benih-benih dalam keadaan dormansi (tidur) dan pelu
dilakukan perlakuan sebelum di kecambahkan. Benih dikatakan dormansi apabila benih
itu sebenarnya hidup (viable) tetapi tidak berkecambah walaupun diletakkan pada
keadaan lingkungan yang memenuhi syarat bagi perkecambahan dan periode dormansi ini
dapat berlangsung semusim atau tahunan tergantung pada tipe dormansinya.

Ada beberapa tipe dari dormansi dan kadang-kadang lebih dari satu tipe terjadi
didalam benih yang sama. Di alam, dormansi dipatahkan secara perlahan-lahan atau
disuatu kejadian lingkungan yang khas. Tipe dari kejadian lingkungan yang dapat
mematahkan dormansi tergantung pada tipe dormansi.
Benih yang dorman dapat menguntungkan atau merugikan dalam penanganan
benih.
Keuntungannya benih yang dorman adalah dapat mencegah agar tidak
berkecambah selama penyimpanan. Sesungguhya benih-benih yang tidak dorman seperti
benih rekalsitran sagat sulit untuk ditangani, karena perkecambahan dapat terjadi
selama pengangkutan atau penyimpanan sementara. Di suatu sisi, apabila dormansi
sangat kompleks dan benih membutuhkan perlakuan awal yang khusus, kegagalan untuk
mengatasai masalah ini dapat bersifat kegagalan perkecambahan.

Tipe Dormansi
Ada beberapa tipe dormansi, yaitu dormansi Fisik dan dormansi Fisiologis.
Dormansi Fisik
Pada tipe dormansi ini yang menyebabkan pembatas struktural terhadap
perkecambahan adalah kulit biji yang keras dan kedap sehingga menjadi penghalang
mekanis terhadap masuknya air atau gas pada berbagai jenis tanaman. Yang termasuk
dormansi fisik adalah:
a. Impermeabilitas kulit biji terhadap air
Benih-benih yang menunjukkan tipe dormansi ini disebut benih keras contohnya
seperti pada famili Leguminoceae, disini pengambilan air terhalang kulit biji yang
mempunyai struktur terdiri dari lapisan sel-sel berupa palisade yang berdinding tebal,
terutama dipermukaan paling luar dan bagian dalamnya mempunyai lapisan lilin.
Di alam selain pergantian suhu tinggi dan rendah dapat menyebabkan benih retak
akibat pengembangan dan pengkerutan, juga kegiatan dari bakteri dan cendawan dapat
membantu memperpendek masa dormansi benih.
b. Resistensi mekanis kulit biji terhadap pertumbuhan embrio
Pada tipe dormansi ini, beberapa jenis benih tetap berada dalam keadaan dorman
disebabkan kulit biji yang cukup kuat untuk menghalangi pertumbuhan embrio. Jika kulit
ini dihilangkan maka embrio akan tumbuh dengan segera. Tipe dormansi ini juga
umumnya dijumpai pada beberapa genera tropis seperti Pterocarpus,
Terminalia,Eucalyptus, dll ( Doran, 1997). Pada tipe dormansi ini juga didapati tipe kulit
biji yang biasa dilalui oleh air dan oksigen, tetapi perkembangan embrio terhalang oleh
kekuatan mekanis dari kulit biji tersebut. Hambatan mekanis terhadap pertumbuhan
embrio dapat diatasi dengan dua cara mengekstrasi benih dari pericarp atau kulit biji.
c. Adanya zat penghambat
Sejumlah jenis mengandung zat-zat penghambat dalam buah atau benih yang
mencegah perkecambahan. Zat penghambat yang paling sering dijumpai ditemukan
dalam daging buah. Untuk itu benih tersebut harus diekstrasi dan dicuci untuk
menghilangkan zat-zat penghambat.
Dormasi fisiologis (embrio)
Penyebabnya adalah embrio yang belum sempurna pertumbuhannya atau belum
matang.
Benih-benih demikian memerlukan jangka waktu tertentu agar dapat
berkecambah (penyimpanan). Jangka waktu penyimpanan ini berbeda-beda dari kurun
waktu beberapa hari sampai beberapa tahun tergantung jenis benih. Benih-benih ini
biasanya ditempatkan pada kondisi temperatur dan kelembaban tertentu agar
viabilitasnya tetap terjaga sampai embrio terbentuk sempurna dan dapat berkecambah
(Schmidt, 2002).
Perlakuan Awal Dormansi Fisik
Kebanyakan jenis dari famili leguminosae menunjukkan dormansi fisik, yang
disebabkan oleh struktur morfologis dari kulit biji yang rumit. Kondisi kedap air kulit biji
legum relatif dalam arti bahwa bermacam-macam jenis, bermacam-macam tingkatan
kemasakan dan bermacam-macam individu menunjukkan tingkat ketahanan terhadap
penyerapan air (imbibisi) yang berbeda.
Bebagai macam metode telah dikembangkan untuk mengatasi tipe dormansi ini,
semua metode menggunakan perinsip yang sama yakni bagaimana caranya agar air dapat
masuk dan penyerapan dapat berlangsung pada benih.
Teknik skarifikasi pada berbagai jenis benih harus disesuaikan dengan tingkat
dormansi fisik. Berbagai teknik untuk mematahkan dormansi fisik antara lain seperti:
a. Perlakuan mekanis (skarifikasi)
Perlakuan mekanis (skarifikasi) pada kulit biji, dilakukan dengan cara
penusukan,pengoresan, pemecahan, pengikiran atau pembakaran, dengan bantuan pisau,
jarum, kikir,kertas gosok, atau lainnya adalah cara yang paling efektif untuk mengatasi
dormansi fisik.
Karena setiap benih ditangani secara manual, dapat diberikan perlakuan individu
sesuai dengan ketebalan biji. Pada hakekatnya semua benih dibuat permeabel dengan
resiko kerusakan yang kecil, asal daerah radikel tidak rusak (Schmidt, 2002).
Seluruh permukaan kulit biji dapat dijadikan titik penyerapan air. Pada benih
legum,lapisan sel palisade dari kulit biji menyerap air dan proses pelunakan menyebar
dari titik ini keseluruh permukan kulit biji dalam beberapa jam. Pada saat yang sama
embrio menyerap air. Skarifikasi manual efektif pada seluruh permukaan kulit biji, tetapi
daerah microphylar dimana terdapat radicle, harus dihindari. Kerusakan pada daerah ini
dapat merusak benih, sedangkan kerusakan pada kotiledon tidak akan mempengaruhi
perkecambahan.
b. Air Pana
Air panas mematahkan dormansi fisik pada leguminosae melalui tegangan yang
menyebabkan pecahnya lapisan macrosclereids. Metode ini paling efektif bila benih
direndam dengan air panas. Pencelupan sesaat juga lebih baik untuk mencegah kerusakan
pada embrio karena bila perendaman paling lama, panas yang diteruskan kedalam embrio
sehingga dapat menyebabkan kerusakan. Suhu tinggi dapat merusak benih dengan kulit
tipis, jadi kepekaan terhadap suhu berfariasi tiap jenis.
Umumnya benih kering yang masak atau kulit bijinya relatif tebal toleran
terhadap perendaman sesaat dalam air mendidih.
c. Perlakuan kimia
Perlakuan kimia dengan bahan-bahan kimia sering dilakukan untuk memecahkan
dormansi pada benih. Tujuan utamanya adalah menjadikan agar kulit biji lebih mudah
dimasuki oleh air pada waktu proses imbibisi. Larutan asam kuat seperti asam sulfat
dengan konsentrasi pekat membuat kulit biji menjadi lunak sehingga dapat dilalui air
dengan mudah.
Larutan asam untuk perlakuan ini adalah asam sulfat pekat (H2SO4) asam ini
menyebabkan kerusakan pada kulit biji dan dapat diterapkan pada legum maupun non
legume (Coppeland, 1980). Tetapi metode ini tidak sesuai untuk benih yang mudah sekali
menjadi permeable, karena asam akan merusak embrio. Lamanya perlakuan larutan asam
harus memperhatikan 2 hal, yaitu:
1). kulit biji atau pericarp yang dapat diretakkan untuk memungkinkan imbibisi

2). larutan asam tidak mengenai embrio.


Beberapa definisi dari mutu benih yang baik sebagai berikut, :

 Mutu Genetik

Mutu genetic merupakan penampilan benih murni dari spesies atau varietas
tertentu yang menunjukkan identitas genetic dari tanaman induknya, mulai dari benih
penjenis, benih dasar, benih pokok sampai benih sebar.

 Mutu Fisiologik

Mutu fisiologik menampilkan kemampuan daya hidup atau viabilitas benih yang
mencakup daya kecambah dan kekuatan tumbuh benih. Bermula dari kemampuan daya
hidup awal yang maksimum saat masak fisiologis dan tercermin pula pada daya
simpannya selama periodde tertentu, serta bebas dari kontaminasi hama dan penyakit
benih.

 Mutu Fisik

Mutu fisik merupakan penampilan benih secara prima bila dilihat secara fisik,
antara lain dari ukuran yang homogen bernas, bersih dari campuran benih lain, biji
gulma dan dari berbagai kontaminan lainnya, serta kemasan yang menarik.

Sehingga dapat dinyatakan bahwa mutu suatu benih dapat dilihat dari faktor-
faktor sebagai berikut: kebenaran varietas, kemurnian benih, daya hidup (daya
kecambah dan kekuatan tumbuh) serta bebas dari hama dan penyakit benih.

Mendapatkan benih bermutu bukanlah pekerjaan yang mudah. Ada beberapa hal
yang dapat diuraikan disini yaitu untuk memperoleh benih yang bermutu dan bagaimana
teknik perkecambahannya.
MENGEMBANGBIAKAN TANAMAN SECARA GENERATIF

A.    Menjelaskan Prinsip Pembiakan Tanaman Secara Generatif

1.      Pengertian Pengembangbiakan Tanaman Secara Generatif


Perkembangbiakan tanaman secara generatif merupakan perbanyakan tanaman 
yang berasal dari biji. Setelah terjadinya penyerbukan, inti generatif serbuk sari akan
membelah menjadi dua sel sperma (gamet jantan). Satu sperma membuahi sel telur
untuk membentuk zigot. Sperma yang lain menyatu dengan kedua inti sel yang terdapat
di tengah kantung embrio untuk membentuk endosperma. Penyatuan dua sperma
dengan sel-sel yang berbeda dalam kantung embrio disebut pembuahan ganda. Setelah
fertilisasi ganda, bakal biji akan berkembang menjadi biji dan bakal buah akan
berkembang menjadi biji dan bakal buah akan berkembang menjadi buah.
Budidaya tanaman membutuhkan berbagai teknik untuk mengoptimalkan
produksi.    Dari sisi tata bahasa, teknik adalah suatu keterampilan khusus yang
dibutuhkan agar dapat melakukan suatu kegiatan praktek yang produktif (Oxford,
2003);   pembenihan adalah rangkaian proses budidaya tanaman untuk menghasilkan
benih;  sedangkan tanaman adalah tumbuhan yang dibudidayakan.  Oleh karena itu, 
teknik perbenihan tanaman adalah suatu keterampilan khusus yang harus dikuasai
seseorang agar dapat memproduksi benih tanaman, baik benih vegetatif (bibit) maupun
benih generatif sehingga tanaman berproduksi secara optimal.

2.      Seputar Buah dan Biji


Buah dan biji Buah pada umunya merupakan organ tanaman tempat menyimpan
benih dan hasil foto-sintesis.  Biji sebagai calon benih yang pada umumnya berada di
dalam buah terbentuk melalui proses berikut:  setelah tepung sari mendarat dengan tepat
pada kepala putik, maka dengan segera dan secara bersam-sama jaringan pembuahan
tersebut akan menye-rap air dan nutrisi tanaman berupa gula dan akan membentuk
tabung sari.  Tabungsari akan tumbuh  dan menembus tangkai putik (style), menuju ke
arah kantung lembaga.  Di tempat tersebut sel jantan bertemu dengan sel telur, untuk
membentuk zigot.  Zigot akan tumbuh menjadi embrio biji.    Pembuahan adalah
permulaan dari pertumbuhan ovari yang cepat dan selanjutnya berkembang menjadi
biji.  Pada biji yang sedang berkembang, perkembangan embrio didahului oleh
pertumbuhan endosperm.  Perkembangan biji akan diakhiri dengan pemben-tukan
integumen pada jaringan ovari induk.  Biji akan tumbuh dan berkembang sampai
menjadi bentuk yang sempurna dan memenuhi standar untuk menjadi benih.
Biji yang memenuhi kriteria tertentu  dapat dijadikan benih.  Benih tanaman
yang ditumbuhkan pada media semai yang mengandung  air akan tumbuh dan
berkembang menjadi bibit.  Pertumbuhan bibit sangat tergantung pada cadangan
makanan di dalam benih (endosperm).  Cadangan makanan dalam benih adalah
karbohidrat, lemak dan protein.   Benih yang ditumbuhkan pada media semai akan
melakukan proses perkecam-bahan (germination).  Perkecambahan benih sangat
dipengaruhi oleh viabilitas benih dan lingkungan yang cocok untuk pertumbuhan dan
perkem-bangan bibit.  Benih yang sedang berkecambah sangat  peka terhadap penyakit
tanaman dan gangguan fisik sehingga selama proses ini sangat memerlukan 
perlindungan (proteksi).  Perlindungan kecambah atau bibit muda sebaiknya dilakukan
dengan memasang pelindung berupa naungan dari plastik atau paranet. 
Naungan berfungsi sebagai pelindung kecambah dan bibit muda dari sengatan
sinar mata-hari, dan organisme pengganggu tanaman.Pada biji monokotil, morfologi biji
terdiri dari kulit biji, endosperm, kotiledon, dan embrio.  Pada biji tanaman
Gymnospermae, morfologi biji terdiri dari kulit biji (testa), mega gametofit, embrio
yang terdiri dari kotiledon dan calon akar), sedangkan untuk biji dikotiledon terdiri dari
kulit biji (testa) dan embrio (dua kotiledon, calon akar dan calon daun pertama) Untuk
memperjelas gambaran proses perkecambahan biji dapat dilihat pada gambar
perkecambahan biji tembakau (Nicotiana tabacum), Biji tanaman yang terbentuk dari
hasil pembuahan (bertemunya putik dengan serbuk sari dan berkembang menjadi zigot)

3.      Perkecambahan Biji


Perkecambahan benih merupakan proses pertumbuhan dan perkembangan
embrio. Hasil perkecambahan ini adalah munculnya tumbuhan kecil dari dalam biji.
Proses pertumbuhan embrio saat perkecambahan benih adalah plumula tumbuh dan
berkembang menjadi pucuk dan radikula tumbuh dan berkembang menjadi akar.
Berdasarkan letak kotiledon pada saat perkecambahan dikenal dua tipe perkecambahan
yaitu hipogeal dan epigeal.
Proses produksi tanaman dimulai dengan benih ditanam, kemudian tanaman
dipelihara dan hasil tanaman (akar, umbi, batang, pucuk, daun, bunga, dan buah)
dipanen. Kegiatan produksi pertanian memerlukan unit pembibitan tanaman. 
Pembibitan tanaman adalah suatu proses penyediaan bahan tanaman yang berasal dari
benih tanaman (biji tanaman berkualitas baik dan siap untuk ditanam) atau bahan
tanaman yang berasal dari organ vegetatif tanaman untuk menghasilkan bibit (bahan
tanaman yang siap untuk ditanan di lapangan.  Teknik tanaman yang akan
dikembangkan meliputi berbagai  teknik dari setiap aspek pembibitan dan produksi
benih   serta  teknik untuk mengoptimalkan proses pertumbuhan dan perkembangan
organ tanaman sehingga diperoleh hasil panen yang mempunyai kualitas yang baik dan
kuantitas yang banyak.
a.       Hipogeal
Pada perkecambahan ini terjadi pertumbuhan memanjang dari epikotil yang
menyebabkan plumula keluar menembus kulit biji dan muncul diatas tanah kotiledon
tetap berada di dalam tanah, contohnya kecambah jagung. Gambar 5 Perkecambahan
hipogaeal
b.      Epigeal
Pada perkecambahan ini hipokotil tumbuh memanjang akibatnya kotiledon dan
plumula terdorong ke permukaan tanah, sehingga kotiledon berada diatas tanah, contoh
pada kacang hijau. Perbanyakan generatif melalui biji memiliki kelebihan yaitu bibit
yang diperoleh dalam jumlah banyak dengan pertumbuhan yang seragam. Namun
kelemahan perbanyakan dengan cara ini ialah dibutuhkan waktu relatif lebih lama
hingga diperoleh bibit yang siap tanam. Karena itulah cara ini jarang digunakan.

4.      Pertumbuhan dan  Perkembangan Tumbuhan


Biji dari berbagai spesies tumbuhan akan berkecambah apabila, suhu
menguntungkan, persediaan oksigen memadai dan kelembaban media tumbuh cukup
dan kontak secara langsung dengan biji.  Pada beberapa spesies walaupun kondisi di
atas terpenuhi etapi biji tidak dapat berkecambah.  Hal tersebut disebabkan oleh belum
tuntasnya masa dormansi (istirahat) biji tersebut.  Biji-biji kelompok ini umumnya
beasal dari daerah beriklim sub tropis.   Periode dormansi yang telah dilewati akan
menyebabkan perkecambahan biji pada kondisi suhu yang optimal, adanya persediaan
oksigen dan air.
Perkecambahan dapat terjadi walaupun tanah atau media semai  tidak
mengandung unsur hara karena di dalam biji sudah mengandung cukup persediaan
makanan agar lembaga dapat tumbuh selama masa persemaian.    Benih akan
berkecambah, setelah keluar kotiledon harus ditambahkan air dan beberapa unsur hara
pada media tanamnya.  Suhu yang paling optimal untuk perkecambahan biji adalah 15-
38oC. Oksigen bebas sangat diperlukan untuk respirasi yang akan menghasilkan enerji
yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman.  Ketidak-tersediaan oksigen akan
memperlambat atau mencegah perkecambahan benih.  Kelembaban media tanam yang
terlalu berlebihan akan menghambat proses perkecambahan.  Kondisi inipun akan
mempertinggi kemungkinan benih terserang oleh organisme pengganggu tanaman,
terutama dari golongan bakteri dan fungi, dan akan mengakibatkan benih mati atau
tumbuh tidak normal.  Benih harus mendapatkan jumlah air yang tepat untuk
berkecambah, kondisi kelebihan air akan menyebabkan oksigen keluar dari dalam sel
dan benih tidak dapat berkecambah. 
Sebaliknya jika kelembaban media kurang optimal benih tidak akan dapat 
menguraikan cadangan makanan dalam biji (jaringan endosperma) sehingga epikotil
dan hipokotil tidak akan tumbuh dan berkembang. Dalam keadaan yang
menguntungkan untuk proses perkecambahan, benih mengabsorpsi air  sehingga benih
menjadi menggembung dan kulit biji pecah.  Dengan segera air memasuki sel-sel
jaringan lembaga dan endosperma.  Kandungan air dalam sel benih akan naik dari
tingkat praperkecambahan sebesar 8-14% menjadi lebih dari 90%. Pada saat
protoplasma sel menyerap uap air, maka berbagai proses kehidupan akan berlangsung. 
Hormon pertumbuhan dan perkembangan seperti asam indol asetat  akan mulai
berfungsi.  Hormon ini mengatur pertumbuhan dan perkembanga hipokotil dan
epikotil.  
Sumber makanan  yang tersimpan dalam endosperma dan kotiledon akan segera
diproses melalui respirasi sehingga menghasilkan enerji kimia yang penting untuk
pembelahan sel, produksi protoplasma, dan proses-proses pertumbuhan lainnya.  Ketika
terjadi proses pencernaan cadangan makanan pada biji, respirasi dan asimilasi nutrisi ke
dalam protoplasma, maka sel-sel pada ujung epikotil dan hipokotil mulai membelah dan
membentuk sel-sel baru.   Sel-sel ini mulai membesar pada saat menyerap air, kemudian
protoplasma yang baru akan terbentuk. Ujung hipokotil muncul melalui suatu celah
pada kulit biji.  Ujung hipokotil tumbuh menjadi akar primer.  Akar ini mempunyai
panjang 2 cm atau lebih.  Akar primer akan menyerap air dan unsur hara dari tanah,
sehingga dapat mensuplai  epikotil tumbuh dengan baik dan akan menjadikan calon
batang pertama.
Akar primer yang tumbuh akan mengasilkan akar-akar sekunder, kemudian 
tumbuh dan berkembang agi menjadi akar tersier.  Dari epikotil akan tumbuh batang
yang akan menghasilkan daun-daun  serta berbagai cabang.   Tingkat perkecambahan
biji sangat bervariasi, dalam kondisi lingkungan yang paling baik, akar-akar primer
akan tumbuh dalam 36-96 jam.   Perbedaan ini  disebabkan oleh berbagai faktor seperti
ketebalan dan struktur kulit biji dan masa dormansi biji.    Kecambah akan tumbuh dan
berkembang menjadi tanaman  dewasa.  Dalam proses ini pertumbuhan daun-daun  serta
berbagai cabang. 
Tingkat perkecambahan biji sangat bervariasi, dalam kondisi lingkungan yang
paling baik, akar-akar primer akan tumbuh dalam 36-96 jam.   Perbedaan ini 
disebabkan oleh berbagai faktor seperti ketebalan dan struktur kulit biji dan masa
dormansi biji.    Kecambah akan tumbuh dan berkembang menjadi tanaman  dewasa. 
Dalam proses ini pertumbuhan akan melibatkan  pembuatan sel-sel baru dari sel-sel
yang sudah ada sebelumnya. 
Disamping itu terdapat proses pembesaran sel yang baru terbentuk, sehingga sel
akan membesar dan menjadi jaringan tanaman.   Persyaratan-persyaratan yang harus
dipenuhi untuk pertumbuhan normal adalah tersedianya enerji kimia yng berasal dari
proses respirasi. Tumbuhan yang sedang tumbuh harus memiliki protein dan senyawa
organik lain untuk membangun  protoplasma.  Tumbuhan  ini harus memiliki selulosa
dan beberapa senyawa organik untuk membentuk dinding sel.   Sel yang baru terbentuk
dengan cepat akan meningkat ukurannya karena adanya asimilasi makanan ke dalam
protoplasma.  Fase pertumbuhan yang berikutnya perkembangan sel, yaitu dengan
ditandai terbentuknya jaringan-jaringan  baru seperti  silem, floem,
jaringan penguat, jaringan pembuat makanan, dan jaringan peyimpanan.   Pada
umumnya, sel dan jaringan yang sudah matang tidak akan membelah diri lagi, akan
tetapi proses kehidupan yang terjadi hanya mempertahankan ciri spesifiknya serta
fungsinya sepanjang masa hidup tumbuhan. Pertumbuhan tumbuh-tumbuhan
dikendalikan secara umum oleh hormon yang disintesis oleh tumbuhan dan terdapat
pada semua jaringan.  Hormon pertumbuhan IAA (Indol Acetic Acid) berfungsi dalam
pembesaran sel, gugurnya daun dan jatuhnya buah,  pertumbuhan buah dari bakal bunga
menjadi bunga dan buah, interaksi timbal-balik tunas dan berbagai pertumbuhan
lainnya. 
Salah satu contoh IAA adalah giberelin.   Selama masa pertumbuhan dan
perkembangan, tumbuhan memerlukan air, unsur hara, karbondioksida dan oksigen,
serta cahaya.  Selama masa tersebut, organ-organ vegetatif  seperti daun, batang, dan
cabang tumbuhan akan tumbuh dan berkembang sampai akhirnya terbentuk organ
generatif.   Organ generatif tumbuhan yang minimal adalah terdiri dari benang sari dan
putik.  Proses perkembangbiakan secara generatif dimulai dari terjadinya pertemuan
butir-butir serbuk sari dengan putik.  Di dalam putik, butiran serbuk sari
membentuk tabung,kemudian  menjadi bakal biji yang terletak dalam bakal buah. 
Kondisi ini menandai adanya calon generasi tumbuhan berikutnya.

B.     Melakukan Pembiakan Tanaman Secara Generatif


1.      Persyaratan Pembibitan
a.       Lokasi
1)      Dekat sumber air dan airnya tersedia sepanjang tahun, terutama untuk menghadapi
musim kemarau.
2)      Dekat jalan yang dapat dilewati kendaraan roda empat, untuk memudahkan kegiatan
pengangkutan keluar dan masuk kebun.
3)      Terpusat sehingga memudahkan dalam perawatan dan pengawasan.
4)      Luasnya disesuaikan dengan kebutuhan produksi bibit.
5)      Lahan datar dan drainase baik.
6)      Teduh dan terlindung dari ternak.
b.      Kesuburan tanah
Diperlukan untuk kebun koleksi pohon induk dan kebun persemaian batang
bawah, sehingga pertumbuhan dan produktivitas tanaman dapat optimal. Menunjang
kemudahan dalam memperoleh media semai dan media tanam dalam polybag
c.       Kondisi iklim
Daerah yang ideal untuk lokasi kebun pembibitan adalah daerah yang bersuhu
udara sejuk, kelembaban udara yang relatif tinggi, serta curah hujan yang cukup akan
menunjang pertumbuhan awal bibit tanaman.Kondisi sebaliknya justru diperlukan untuk
kebun produksi buah dengan hari kering  (kemarau) harus tegas terpisah dari hari hujan.
Karena ini berpengaruh pada pembungaan dan pembuahan.

2.      Sumber daya produksi


Sumber daya manusia yang terampil, rajin dan cinta tanaman. Unsur cinta
tanaman (hobby) ini penting artinya karena pada hakekatnya tanaman adalah makluk
hidup yang penanganannya memerlukan perhatian khusus. Sumber daya produksi
lainnya yang diperlukan dalam pembibitan tanaman antara lain pupuk kandang,
polybag, paranet, pestisida dan lain-lain. Kesulitan memperoleh bahan-bahan tersebut
terutama berdampak terhadap menurunnya mutu bibit yang dihasilkan, atau mahalnya
biaya produksi.

3.      Pengelolaan pembibitan


a.      Media Tumbuh
Syarat media tumbuh yang baik adalah ringan,murah,mudah didapat, porus
(gembur) dan subur (kaya unsur hara). Penggunaan media tumbuh yang tepat akan
menentukan pertumbuhan optimum bibit yang ditangkarkan.  Komposisi media tanam
untuk mengisi polybag dapat digunakan campuran tanah, pupuk kandang dan sekam
padi dengan perbandingan 1:1:1.

4.      Naungan Bibit


Fungsi naungan pada bibit sewaktu kecil:
a.       Mengatur sinar matahari yang masuk ke pembibitan hanya berkisar antara 30 - 60%
saja.
b.      Menciptakan iklim mikro yang ideal bagi pertumbuhan awal bibit.
c.       Menghindarkan bibit dari sengatan matahari langsung yang dapat membakar daun-daun
muda.
d.      Menurunkan suhu tanah di siang hari, memelihara kelembaban tanah, mengurangi
derasnya curahan air hujan dan menghemat penyiraman air.

5.      Jenis  Naungan untuk Pembibitan


a.       Naungan seng plastik hijau meneruskan sinar sebesar 40-60% (40% untuk naungan
plastik yang sudah lama terpasang hingga 60% untuk yang baru dipasang).
b.      Naungan paranet dari bahan plastik atau nylon. Paranet tipe 55 dan 45 (55% dan 45%
sinar yang diteruskan).Umur pakainya bisa bertahan lama (3-4 tahun), sehingga sekali
pasang dapat dipakai untuk beberapa kali usaha pembibitan.
c.       Naungan sederhana dari anyaman bambu, daun kelapa dan sebgainya, yang disusun
sedemikian rupa, sehingga menghasilkan sinar masuk sekitar 50%.

6.      Pembibitan Cabai

Cabai (Capsicum Annum L) merupakan salah satu komoditas hortikultura yang


emiliki nilai ekonomi penting di Indonesia, Karena buahnya selain dijadikan sayuran
atau bumbu masak juga mempunyai kapasitas menaikkan pendapatan petani, sebagai
bahan baku industri, memiliki peluang eksport, membuka kesempatan kerja serta
sebagai sumber vitamin C.
a.      Keperluan Benih
Bersamaan dengan terbentuknya bedengan kasar, dilakukan penyiapan benih
dan pembibitan di pesemaian.  Untuk lahan (kebun) seluas 1 hektar diperlukan benih +
180 gr atau 18 bungkus kemasan masing-masing berisi 10 gram.
b.      Persemaian
Benih dapat disemai langsung satu dalam bumbung (koker) yang terbuat dari
daun pisang ataupun polybag kecil ukuran 8 x 10 cm, tetapi dapat pula dikecambahkan
terlebih dahulu. Sebelum dikecambahkan, benih cabai sebaiknya direndam dulu dalam
air dingin ataupun air hangat 550 - 600 selama 15 - 30 menit untuk mempercepat proses
perkecambahan dan mencucihamakan benih tersebut. Bila benih cabai akan disemai
langsung dalam polybag, maka sebelumnya polybag harus diisi dengan media campuran
tanah halus, pupuk kandang matang halus, ditambah pupuk NPK dihaluskan serta
Furadan atau Curater. Sebagai pedoman untuk campuran adalah : tanah halus 2 bagian
(2 ember volume 10 liter) + 1 bagian pupuk kandang matang halus (1 ember volume 10
liter) + 80 gr pupuk NPK dihaluskan (digerus) + 75 gr Furadan. Bahan media semai
tersebut dicampur merata, lalu dimasukkan ke dalam polybag hingga 90% penuh. Benih
cabai hibrida yang telah direndam, disemaikan satu per satu sedalam 1,0 - 1,5 cm, lalu
ditutup dengan tanah tipis. 3. semua polybag yang telah diisi benih cabai disimpan di
bedengan secara teratur dan segera ditutup dengan karung goni basah selama + 3 hari
agar cepat berkecambah. Bila benih dikecambahkan terlebih dahulu, maka sehabis
direndam harus segera dimasukkan ke dalam lipatan kain basah (lembab) selama + 3
hari. Setelah benih keluar bakal akar sepanjang 2-3 mm, dapat segera disemaikan ke
dalam polybag. Cara ini untuk meyakinkan daya kecambah benih yang siap disemai
dalam polybag. Tata cara penyemaian benih ke dalam polybag prinsipnya sama seperti
cara di atas hanya perlu alat bantu pinset agar kecambah benih cabai tidak rusak.
c.       Perlakuan Setelah Proses Penyemaian
Penyimpanan polybag berisi semaian cabai dapat ditata dalam rak-rak kayu atau
bambu, namun dapat pula diatur rapi di atas bedengan-bedengan selebar 110 - 120 cm.
Setelah semaian cabai tersebut diatur rapi, maka harus segera dilindungi dengan
sungkup dari bilah bambu beratapkan plastik bening (transparan) ataupun jaring net
kassa. Selama bibit di pesemaian, kegiatan rutin pemeliharaan adalah penyiraman 1-2
kali/hari atau tergantung cuaca, dan penyemprotan pupuk daun pada dosis rendah 0,5
gr/liter air saat tanaman muda berumur 10 - 15 hari, serta penyemprotan pestisida pada
konsentrasi setengah dari yang dianjurkan untuk mengendalikan serangan hama dan
penyakit.

C.    Memelihara Benih Hasil Pembiakan Secara Generatif

1.      Penyemprotan Pestisida


Penyemprotan dengan insektisida apabila terdapat hama. Biasanya hama yang
menyerang  tanaman di pembibitan adalah kutu perisai, kutu putih dan ulat daun.
Insektisida yang digunakan, misalnya Supracide 25 WP, Decis 2,5 EC, Reagent 50 SC
atau Decis 2.5 EC dengan konsentrasi 2 cc/l air.
Penyemprotan dengan fungisida apabila terdapat serangan penyakit. Biasanya
penyakit yang menyerang tanaman di pembibitan terutama yang disebabkan oleh
Rhizoctonia sp, Phytophthora sp, Fusarium sp dan Phytium sp. Bibit yang terserang
supaya tidak menular segera dipisahkan dari kelompok yang masih sehat, kemudian
seluruh bibit disemprot dengan  Antracol 70 WP, Dithane M-45 80 WP dengan
konsentrasi 2 cc/l atau 2 g/l air. Penyemprotan diulang seminggu sekali.

2.      Pemupukan
Pemupukan dapat dilakukan dengan menggunakan pupuk daun seperti Atonik,
Metalik atau Gandasil D dengan konsentrasi 2 cc/l air atau menggunakan pupuk NPK
(15:15:15) dengan konsentrasi 1-2 g/l air. Pemberian pupuk ini dilakukan seminggu
sekali. Selain itu pemupukan dapat juga diberikan melalui tanah dengan dosis 1-2 gram
per tanaman yang dilakukan sebulan sekali.

3.      Penyiraman
Penyiraman bibit pada musim kemarau biasanya dilakukan setiap dua hari
sekali, sedangkan pada musim hujan disesuaikan. Penyiraman bibit ini dilakukan
dengan menggunakan gembor air. Pengairan sistem genangan atau bahasa Jawanya 
dilep apabila pembibitannya dilakukan dalam polybag yang ditaruh di sawah, maka cara
penyiramannya dengan menutup saluran npembuangan air, kemudian air dimasukkan ke
areal pembibitan sampai media di polybag menjadi basah.Pemasukan air ini sebaiknya
dilakukan pada waktu sore/malam hari ketika suhu tanah tidak tinggi. Lama
perendaman 1-2 jam dengan tinggi air cukup ¾ tinggi polybagnya.

4.      Penyiangan
Penyiangan rumput pengganggu (gulma), karena rumput selalu bersaing dengan
bibit dalam pengambilan hara, ruang tempat tumbuh, air dan sinar matahari.  Untuk
bibit yang dikirim dalam bentuk stump (cabutan), pengirimannya tidak ada masalah
karena beberapa bibit bisa saja dibungkus dengan batang pisang atau bahan lain yang
bersifat lembab, sehingga akarnya tidak kering, semisal bibit jeruk dan  jati. Pengepakan
bibit yang peka, seperti bibit durian, dapat dilakukan dengan cara mengeluarkan
setengah tanahnya, kemudian ditambahkan serbuk kelapa (cocopit). Untuk
menghilangkan stres, sebelum diangkut bibit diletakkan dahulu di bawah naungan dan
disiram untuk adaptasi.

You might also like