You are on page 1of 4

Sistem proses adalah rangkaian operasi yang menangani konversi material dan energi sehingga berada dalam keadaan

yang diinginkan. Keadaan itu dapat berupa besaran fisika atau kimia, seperti: suhu, tekanan, laju alir, tinggi permukaan cairan,
kmposisi, pH, dan lain-lain. Sistem adalah seluruh komponen yang terlibat dalam suatu proses.
Pabrik kimia atau pabrik lainnya yang sejenis harus beroperasi pada kondisi tertentu. Berkaitan dengan itu terdapat tiga
faktor pengendalian proses perlu dilakukan, sebagai berikut:
1. Keamanan Operasi
Beberapa system proses di pabrik memiliki kondisi operasi yang berbahaya. Untuk mencegah kecelakaan karena kondisi
maksimum terlampaui diperlukan pengendalian terhadap beberapa variable yang menjadi potensi bahaya.
2. Kondisi Operasi
Pada reaksi atau operasi tertentu diperlukan kondisi pula. Pengendalian diperlukan agar proses beroperasi secara optimal.
3. Faktor Ekonomi
Pabrik didirikan adalah untuk menghasilkan uang. Sehingga produk akhir harus sesuai dengan permintaan pasar. Prinsipnya,
bukan kualitas produk terbaik yang diharapkan, tetapi kualitas yang dapat diterima pasar dengan biaya operasional rendah
sehingga menghasilkan untung sebesar-besarnya. Kualitas sangat bagus tetapi memerlukan biaya operasional yang tinggi,
sehingga harga jual menjadi mahal dan tidak laku di pasar, barang sudah tentu tidak diharapkan. Atas dasar itu peranan
pengendalian proses adalah membuat kondisi operasi agar menghasilkan produk yang sesuai permintaan pasar.

Penggambaran suatu sistem atau komponen dari sistem dapat berbentuk blok (kotak) yang dilengkapi dengan garis
sinyal masuk dan keluar. Sinyal dapat berupa arus listrik, tegangan (voltase), tekanan, aliran cairan, tekanan cairan, suhu, pH,
kecepatan, posisi, dan lain-lain. Sinyal yang perlu digambarkan hanyalah sinyal masuk dan keluar yang secara langsung
berperanan sistem. Sedangkan sumber energi atau massa yang masuk biasanya tidak digambarkan.
Diagram blok lengkap pengendalian proses dapat digambarkan sebagai berikut:
w
Komputer
r + e u m + + c
- Gc Gv Gp
y

H
Keterangan:
r : nilai acuan atau settpoint value c : variabel proses (PV)
e : sinyal galat (error) dengan e = r-y Gc : pengendali
y : sinyal pengukuran Gv : katup kendali
u : sinyal kendali Gp : sistem proses
m : variabel termanipulasi (MV) H : transmitter atau sensor
w : variabel gangguan

Pengendalian Proses adalah bagian dari pengendalian automatik yang diterapkan di bidang teknologi proses untuk
menjaga kondisi proses agar sesuai dengan yang diinginkan. Seluruh komponen yang terlibat dalam pengendalian proses
disebut sistem pengendalian atau sistem kontrol. Tujuan pengendalian proses bertujuan untuk mempertahankan nilai proses
agar sesuai dengan kebutuhan operasi.
Tujuan pengendalian adalah mempertahankan nilai variabel proses agar sesuai dengan kebutuhan operasi sesuai
dengan yang diinginkan. Tujuan pengendalian erat berkaitan dengan kualitas pengendalian yang didasarkan atas bentuk
tanggapan variabel proses. Setelah terjadi perubahan nilai acuan (settpoint) atau beban diharapkan,
 Penyimpangan maksimum dari nilai acuan sekecil mungkin
 Waktu yang diperlukan oleh variabel proses mencapai kondisi mantap sekecil mungkin
 Perbedaan nilai acuan dan variabel proses setelah tunak sekecil mungkin
Atau dapat dinyatakan dengan istilah umum, yaitu
 Minimum overshoot
 Minimum offset
 Minimum settling time
Dengan kata lain kualitas pengendalian yang diharapkan adalah,
 Tanggapan cepat
 Hasilnya stabil dan tidak ada penyimpangan
Jenis variabel yang mendapatkan perhatian penting dalam bidang pengendalian proses adalah variabel proses
(process variable, PV) atau yang disebut juga variabel terkendali (controlled variable). Variabel proses adalah besaran fisika
atau kimia yang menunjukkan keadaan proses. Variabel ini bersifat dinamik, artinya nilai variabel dapat berubah spontan oleh
sebab lain baik yang diketahui ataupun tidak. Di antara banyak macam variabel proses terdapat empat variabel dasar, yaitu:
suhu (T), tekanan (P), laju alir (F), dan tinggi permukaan cairan (L).
Dalam teknik pengendalian proses, titik berar permasalahan adalah menjaga agar nilai variabel proses tetap atau
berubah mengikuti alur (trayektori) tertentu. Variabel yang digunakan untuk melakukan koreksi atau mengendalikan variabel
proses disebut variabel termanipulasi (manipulated variable, MV) atau variabel pengendali. Sedangkan nilai yang diinginkan
dan dijadikan acuan atau referensi variabel proses disebut nilai acuan (settpoint value, SV).
Selain ketiga jenis variabel tersebut masih terdapat variabel lain yaitu gangguan (disturbance) baik yang terukur
(measured disturbance) maupun tidak terukur (unmeasured disturbance) dan variabel keluaran tak terkendali (uncontrolled
output variable). Variabel gangguan adalah variabel masukan yang mampu mempengaruhi nilai variabel proses tetapi tidak
digunakan untuk mengendalikan. Variabel keluaran tak terkendali adalah variabel keluaran yang tidak dikendalikan secara
langsung.

Prinsip mekanisme kerja sistem pengendalian umpan balik adalah mengukur variabel proses dan kemudian
melakukan koreksi bila nilainya tidak sesuai dengan yang diinginkan. Ciri utama pengendalian umpan balik adalah adanya
umpan balik negatif, artinya jika nilai variabel proses berubah, terdapat umpan balik yang melakukan tindakan untuk
memperkecil perubahan itu.
Langkah pengendalian umpan balik adalah sebagai berikut:
1. Mengukur, tahap pertama dari langkah pengendalian adalah mengukur atau mengamati nilai variabel proses
2. Membandingkan, hasil pengukuran atau pengamatan variabel proses (nilai terukur) dibandingkan dengan nilai acuan
(settpoint)
3. Mengevaluasi, perbedaan antara nilai terukur dan nilai acuan dievaluasi untuk menentukan langkah atau cara melakukan
koreksi atas perbedaan itu.
4. Mengoreksi, tahap ini bertugas melakukan koreksi variabel proses agar perbedaan antara nilai terukur dan nilai acuan
tidak ada atau sekecil mungkin
1. Sistem Pengendalian Simpal Terbuka dan Tertutup
Berdasarkan ada atau tidak adanya umpan balik, sistem pengendalian dibedakan ata sistem pengendalian sistem
simpal terbuka (open loop control system) dan sistem pengendalian simpal tertutup (closed loop control system).
Sistem pengendalian simpal terbuka bekerja tampa membandingkan variabel proses yang dihasilkan dengan nilai
acuan yang diinginkan. Sistem ini semata-mata bekerja atas dasar masukan yang telah dikalibrasi. Sebagai contoh
sederhana adalah kran air yang dikalibrasi. Dengan memandang kran sebagai sistem, maka bukaan keran (atau sudut aturan
keran) adalah sebagai masukan dan laju alir air sebagai keluaran sistem. Berdasarkan hukum dinamika fluida, laju alir
tergantung pada beda tekanan yang melintas keran. Misal pada posisi keran x 1 dengan beda tekanan P 2 mengalir air pada
laju Q2 (gambar 1.2). jika oleh suatu sebab tertentu tiba-tiba beda tekanan berubah menjadi P 1, maka pada posisi keran tetap
x1 akan menghasilkan laju alir Q1. dengan demikian sistem pengendalian simpal terbuka tidak dapat mengatasi perubahan
beban atau gangguan yang terjadi.
Meskipun dari uraian di atas, sistem simpal tebuka merupakan sisitem yang buruk, karena tidak mampu mengatasi
gangguan, tetapi memiliki keuntungan sebagai berikut.
 Lebih murah dan sederhana dibanding simpal tertutup.
 Jika sistem mampu mencapai kestabilan sendiri, maka akan stabil.
Untuk mengurangi kekurangan sistem terbuka, seorang operator pabrik akan mengatur kembali besarnya gangguan agar
diperoleh sasaran yang diinginkan. Tetapi dengan tindakan operator ini berarti sudah membuat sistem simpal tertutup!
Berbeda dengan simpal terbuka, pada pengendalian simpal tertutup terdapat tindakan membandingkan nilai variabel
proses dengan nilai acuan yang diinginkan. Perbedaan itu digunakan untuk melakukan koreksi sedemikian rupa sehingga
nilai variabel proses sama atau dekat dengan nilai acuan. Dengan demikian tedapat mekanisme umpan balik. Sehingga
sistem pengendalian simpal tertutup lebih dikenal dengan sistem pengendalian umpan balik.

Meskipun sistem simpal tertutup mampu mengatasi ganguan atau perubahan beban, tetapi memiliki kelemahan
sebagai berikut.
 Lebih mahal dan kompleks dibanding simpal terbuka.
 Dapat membuat sistem tidak stabil, meskipun sebenarnya tampa umpan balik sistem dapat mencapai
kestabilan sendiri.
Pelaksanaan langkah pengendalian pada penjelasan diatas memelukan instrumentasi sebagai berikut:
1. Unit Pengukuran
Bagian ini bertugas mengubah nilai variabel proses yang berupa besaran fisik atau kimia seperti laju alir, tekanan,
suhu, pH, konsentrasi, dan sebagainya menjadi sinyal standar. Bentuk sinyal standar yang populer dibidang
pengendalian proses adalah berupa sinyal penuematik (tekanan udara) dan sinyal listrik. Unit pengukuran terdiri dari
atas dua bagian yaitu sensor dan transmiter.
 Sensor yaitu elemen perasa yang lansung bersentuhan dengan variabel proses.
 Transmiter yaitu bagian yang berfungsi mengubah sinyal dari sensor (gerakan mekanik, perubahan hambatan,
perubahnan tegangan atau arus) menjadi sinyal standar.
Dalam bidang pengendalian proses istilah transmiter lebih populer dibanding dengan transduser. Meskipunkeduanya
berfungsi serupa, tetapi transmiter mempunyai makna pengirim sinyal pengukuran ke unit pengendali yang biasanya
terletak jauh dari tempat pengukuran. Ini lebih sesuai dengan keadaan yang sebenarnya di pabrik.
2. Unit Pengendali
Bagian ini bertugas membandingkan, mengevaluasi, dan mengirimkan sinyal ke unit kendali akhir. Evaluasi yang
dilakukan berupa operasi matematika. Hasil evaluasi berupa sinyal kendali yang dikirim keunit kendali akhir. Sinyal
kendali berupa sinyal standar yang serupa dengan sinyal pengukuran.
 Controller (pengendali) yaitu menerima nilai error dari hasil pembanding, kemudian menginterprestasikan nilai
yang tepat lalu memerintahkan elemen kontrol pengendali akhir agar bisa sesuai dengan nilai yang
diinginkan. Respon dari konriller memiliki tiga kriteria koreksi, yaitu:
1. Proportional : sinyal keluaran sebanding dengan penyimpangan (deviasi). Pengendali ini cepat stabil dan
memiliki offset kecil.
2. Integral: keluaran selalu berubah selama terjadi deviasi dan kecepatan perubahan keluaran tersebut sebanding
dengan penyimpangan. Pengendali ini lambat stabil karena sering terjadi gangguan, tetapi memiliki offset
kecil.
3. Derivatif: mempercepat respon pengendali tetapi sangat peka terhadap noise (gangguan akibat bising,
turbulensi). Pengendali ini cepat stabil dan memiliki offset kecil
4. Kombinasi: pengontrol tipe integral dan derivatif jarang digunakan secara tersendiri, tetapi digabungkan
dengan sistem proportional untuk menghilangkan keragu-raguan jika jenir proportional memerlukan
karakteristik yang stabil. Dengan penggabungan ini akan diperoleh suatu sistem kontrol yang lebih stabil
sehingga sensitivitas responnya akan menjadi lebih besar.
3. Unit Kendali Akhir
Bagian ini bertugas menerjemahkan sinyal kengali menjadi aksi atau koreksi melalui pengaturan variabel
termanipulasi. Unit ini terdiri atas dua bagian besar, yaitu aktuator dan elemen kendali akhir. Aktuator adalah
penggerak elemen kendali akhir. Bagian ini dapat berupa motor listrik, selenoida, atau membran peneumatik.
Sedangkan elemen kendali akhir biasanya berupa katup kendali akhir (control valve) atau elemen pemanas.
2.4.5 Tanggapan Transien Sistem Tertutup
Jika ke dalam sistem pengendalian terjadi perubahan nilai acuan, idealnya nilai variabel proses tepat mengikuti nialai
acuan baru. Tetapi kondisi demikian biasanyatidak terjadi. Nilai variabel proses akan mengalami beberapa kemungkinan
perubahan, yaitu:
 Tanpa osilasi (everdamped)
 Osilasi teredam (underdamped)
 Osilasi kontinyu (sastrained oscilation)
 Tidak stabil (amplitudo membesar)
Keempat tanggapan diatas dibuat dengan memberi masukan berupa step function (fungsi langkah) yaitu dengan
perubahan mendadak dari satu nilai masukan konstan ke nilai masukan konstan yang lain. Besarnya perubahan tersebut
biasanya paling besar 10%.
Tanggapan tanpa osilasi bersifat lambat namun stabil. Sedangkan tanggapan osilasi teredam mengalami sedikit
gelombang di awal perubahan, dan selanjutnya amplitudo mengecil dan akhirnya hilang. Tanggapan ini cukup cepat
meskipun terjadi sedikit ketidakstabilan. Pada tanggapan dengan osilasi kontinyu, variabel proses secara terus menerus
bergelombang dengan amplitudo dan frekuensi yang tetap, terakhir, tanggapan tak stabil memiliki amplitudo besar, kondisi
demikian sangat berbahaya karena dapat merusak sistem keseluruhan.
Dari keempat kemungkinan tadi, yang paling dihindari bahkan sama sekali tidak boleh terjadi adalah tanggapan
tidak stabil dengan amplitudo membesar. Sedangkan tanggapan osilasi kontinyu dalam beberapa hal masih bisa diterima,
meskipun cukup berbahaya.

You might also like