You are on page 1of 2

NUR_AL-MU`MIN

2.Adab-Adab Murid Terhadap Sesama Teman (khususnya teman satu jama’ah)


Ditulis oleh nur al - mu'min

Persahabatan adalah ikatan persaudaraan antara seseorang dengan orang lain. Menjalin rasa persahabatan sesama
muslim itu adalah sunnah. Dan dapat memperkuat kedudukan mereka dalam masyarakat. Nabi Muhammad SAW telah
membina persahabatan yang mendalam antara kaum Muhajirin dengan Anshar sehingga terjalin rasa setia kawan dan
persatuan yang mantap di kalangan mereka. Banyak sekali manfaat dan keuntungan yang diperoleh dari persahabatan
yang akrab itu. Nabi SAW menurut hadits Abu Nu’aim dalam “Al-Hulliah” bersabda : “Dua
orang yang mengikat tali persaudaraan adalah laksana dua belah tangan, satu diantaranya mencuci yang lain.”
Hadits Bukhari, Muslim dan lainnya, menyatakan bahwa Nabi SAW bersabda : “Umpama orang Mu’min
terhadap Mu’min lainnya adalah bagaikan sebuah bangunan, sebagian daripadanya mengokohkan bagian yang
lain.” Kata orang pintar : “Tiada seseorang bersahabat dengan seseorang, walaupun sesaat daripada
siang, melainkan ia akan ditanya (bertanggung jawab) nanti tentang persahabatannya itu, apakah ia menegakkan hak-
hak Allah dalam persahabatannya itu atau tidak. Apabila persahabatan itu terjalin dengan menegakkan hak-hak Allah
maka wajiblah ia mendapat beberapa hak.” Di bawah ini ada beberapa adab-adab seorang murid kepada
sesama teman yang diambil dari kitab : “Hakikat Tarikat Naqsyabandiah” karya Haji A. Fuad Said.
Dijelaskan ada lima belas adab-adab seorang murid terhadap sesama teman khususnya teman sesama satu
jama’ah, diantaranya adalah sebagai berikut : Pertama, Hendaklah kasih sayang kepada mereka, seperti
mengasihi diri sendiri. Jangan mengkhususkan sesuatu untuk diri pribadi, tanpa mengindahkan mereka. Sabda Nabi
SAW : “Tiada (sempurna) iman seseorang kamu, hingga ia mengasihi saudaranya sebagaimana ia mengasihi
dirinya sendiri.” Kedua, Hendaklah memberi salam, berjabat tangan dan tutur kata yang manis, apabila berjumpa
dengan mereka. Sabda Nabi SAW menurut hadits Thabrani : “Apabila dua orang Muslim berjabatan tangan, tidak
terpisah kedua telapak tangan mereka, hingga dosa mereka berdua diampuni Allah.” Sabda Nabi SAW menurut
hadits Muslim dari Abu Hurairah: “Hak seseorang muslim kepada muslim lainnya 6 perkara : Apabila kamu
berjumpa dengan dia, hendaklah memberi salam kepadanya. Apabila kamu diundangnya, maka perkenankanlah
undangan itu. Apabila ia meminta nasihat kepadamu, nasihatilah ia. Apabila ia bersin dan memuji Allah (mengucap
“Alhamdulillah”), maka jawablah dengan ucapan “yarhamukullah” (Allah merahmatimu).
Apabila dia sakit, jenguklah dia. Dan apabila dia meninggal dunia, maka iringilah jenazahnya.” Ketiga, Bergaul
sesama mereka dengan akhlak yang baik, sayang menyayangi dan tidak lekas marah. Firman Allah Q.S. Al-Qalam: 4 :
“Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang tinggi.” Sabda Nabi SAW menurut hadits
Turmudzi dan Ibnu Hibban : “Orang Mu’min yang paling sempurna imannya, ialah mereka yang paling baik
akhlaknya.” Kata sebagian ulama : “Tiadalah orang bermartabat tinggi, dengan banyak shalat, puasa dan
jihad, tetapi orang bemartabat tinggi itu adalah dengan akhlak yang baik.” Junaid Al-Baghdadi berkata :
“Empat perkara menaikkan martabat seseorang ke derajat yang tinggi, meskipun amal dan ilmunya sedikit, yakni
“tidak lekas marah, rendah hati, pemurah dan akhlak yang baik.” Keempat, Hendaklah bersikap
tawadlu’ (rendah hati) kepada teman, sebagaimana perintah Allah dengan firman-Nya surat al-Hijr: 88 :
“Dan berendah dirilah kamu terhadap orang-orang yang beriman.” Sabda Nabi SAW menurut hadits
Ahmad, Al-Bazzar dan Thabrani : “Barangsiapa merendahkan diri karena Allah niscaya Allah akan mengangkat
derajatnya. Pada penglihatannya, dia kecil, (tetapi) dimata orang banyak dia besar (terhormat). Dan barangsiapa
sombong, niscaya Allah meletakkannya (merendahkan martabatnya). Di mata orang banyak dia kecil, (tetapi) dimatanya
sendiri dia besar, sehingga ia lebih hina bagi kamu daripada anjing atau babi.” Imam Syafi’i pernah
berkata : “Tawadlu’ (rendah hati) itu termasuk akhlak orang-orang baik dan sombong atau takabbur itu
termasuk akhlak orang-orang jahat. Menaikkan kekuasaan orang yang tidak terlihat kekuasaannya dan membesarkan
kelebihan orang yang tidak kelihatan kelebihannya.” Sabda Nabi SAW menurut hadits Muslim, Abu Daud dan
lainnya : “Sesungguhnya Allah telah menurunkan wahyu kepadaku : “Berendah dirilah kamu, hingga tiada
seseorang membanggakan diri kepada orang lain, dan jangan berbuat kejahatan seseorang terhadap orang
lainnya.” Kelima, Hendaklah anda berusaha mencari kerelaan mereka dan memandang mereka, baik, saling
tolong menolong dalam menegakkan kebajikan dan taqwa serta mencintai Allah, mendorong mereka supaya berusaha
mencapai kerelaan Allah, menunjuki mereka ke jalan yang benar, jika anda lebih dewasa, dan belajar dari mereka jika
anda lebih kecil. Firman Allah : “Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan
jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.” (Q.S. Al-Maidah: 2) Sabda Nabi SAW menurut
hadits Abu Daud dengan sanad jaiyid : “Apabila Allah menghendaki kebaikan pada seorang Raja, dijadikannya
seorang wazir (menteri) yang jujur (benar) untuknya. Jika baginda lupa, diingatkannya, dan jika teringat, dibantunya. Dan
apabila Allah tidak menghendaki demikian (sebaliknya), maka dijadikan-Nya (seorang menteri jahat untuknya. Jika raja
lupa, tidak diingatkannya. Dan jika ingat tidak dibantunya.)” Keenam : Menyayangi teman-teman (yang tua
dihormati dan yang lebih muda disayangi) sesuai dengan sabda Nabi SAW menurut hadits Turmudzi : “Tiadalah
termasuk golongan kami, orang yang tidak menghormati orang-orang tua kami dan tidak menyayangi orang-orang kecil
(anak-anak) kami.” Sabda Nabi SAW menurut hadits Abud Daud dan Turmudzi: “Orang-orang yang
menaruh belas kasihan, dirahmati Allah, Tuhan Yang Maha Pengasih. Sayangilah orang-orang dibumi, niscaya kamu
akan disayangi orang-orang di langit.” Firman Allah dalam hadits Qudsi : “Jika kamu ingin mendapat
rahmat-Ku, maka sayangilah makhluk-Ku.” Hadits Bukhari dan Muslim menyatakan bahwa Nabi SAW bersabda :
“Barangsiapa tidak menyanyangi orang, niscaya Allah tidak menyayanginya.” Ketujuh : Menasehatinya
dengan cara lemah-lembut dan bijaksana apabila anda melihat kesalahan atau kekeliruannya. Imam Syafi’i
berkata : “Barangsiapa mengajari saudaranya dengan perlahan-lahan (sir), maka sesungguhnya dia diajari oleh
http://www.nuralmukmin.com _PDF_NUR_ALMUKMIN Generated: 27 April, 2011, 12:32
NUR_AL-MU`MIN

penasehat ulungnya. Dan barangsiapa mengajari sahabatnya dengan terang-terangan, maka sesungguhnya dia diajar
terang-terangan oleh pelayannya.” Imam Sya’rani berkata : “Barangsiapa tidak menyembunyikan
kesalahan teman yang dilihatnya, niscaya terbukalah pintu yang menyingkapkan auratnya, sesuai dengan kesalahan
yang menonjol dari temannya tadi.” Sabda Nabi SAW menurut hadits Ibnu Majah : “Barangsiapa
menyembunyikan aurat (aib) saudaranya, niscaya Allah menyembunyikan (menutupi) aibnya. Dan barangsiapa
membukakan aurat (aib) saudaranya, niscaya dibukakan Allah aibnya, sehingga keaibannya itu disiar-siarkannya dalam
rumahnya.” Seorang laki-laki bersahabat dengan Ibrahim bin Adham. Ketika ia bermaksud akan
meninggalkannya, ia berkata : “Tuan, alangkah baiknya jika tuan menyebutkan aibku ?” Ibrahim bin
Adham menjawab : “Wahai sahabatku, tiada kulihat aib pada dirimu, karena aku memperhatikanmu dengan
pandangan mata kasih sayang. Tanyakanlah kepada orang lain tentang aibmu itu. Dan hendaklah anda bersungguh-
sungguh menyelamatkan teman dari apa yang anda saksikan dan janganlah mencercanya. Karena menyelamatkannya
lebih bermanfaat bagimu daripada mencacinya.” Kedelapan : Mempunyai sangka baik terhadap mereka. Apabila
nampak aib seseorang, katakan kepada dirimu : “Aib itu adalah pada diriku, karena seorang Muslim itu adalah
cermin bagi Muslim lain. Seseorang tidak akan melihat dalam cermin, kecuali rupa dirinya. Firman Allah : “Hai
orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa
dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebahagian kamu menggunjing sebahagian yang
lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu
merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha
Penyayang.” (Q.S. Al Hujurat: 12) Kesembilan : Menerima kema’afannya, apabila teman itu meminta
maaf, meskipun ia berdusta. Sebab orang yang merelakanmu pada lahirnya, meskipun membencimu pada batinnya,
sesungguhnya ia telah mematuhi dan menghargaimu, ditinjau dari segi dia tidak menyebarluaskan kejahatanmu. Sabda
Nabi SAW menurut hadits Al-Hakim dan disahihkannya : “Barangsiapa didatangi sahabatnya, mohon dilepaskan
dari kesalahannya (dosa)nya, hendaklah diterimanya, baik sifatnya membenarkan atau membatalkan. Barangsiapa tidak
berbuat demikian, niscaya ia tidak akan dapat mendatangi kolam-Ku nanti pada hari qiamat.” Kesepuluh :
Mendamaikan sengketa di antara sahabat-sahabatmu. Jangan berpihak kepada salah seorang di antara mereka. Tetapi
damaikanlah dengan cara yang baik dan lemah lembut. Firman Allah : “Sesungguhnya orang-orang mu'min
adalah bersaudara karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu.” (Q.S. Al-Hujurat: 10) Nabi SAW besabda
menurut hadits Thabrani dan Al-Baihaqi: “Sedekah yang paling baik adalah mendamaikan orang yang
berselisih.” Sabda Nabi SAW menurut hadits Bukhari Muslim : “Bukanlah pendusta orang yang
mendamaikan sesama manusia, lalu dikembangkannya kebaikan, atau diucapkannya perkataan yang baik-baik.”
Kesebelas : Hendaklah jujur dalam pergaulan dengan mereka, jangan lupa mendoakan mereka, supaya mereka
mendapat ampunan. Kedua belas : Melapangkan tempat duduknya dalam majelis, karena Nabi SAW menurut hadits Al-
Baihaqi bersabda : “Sesungguhnya bagi seorang Muslim itu ada hak, apabila melihat saudaranya datang ia
menjauhkan diri (menyediakan tempat) untuknya.” Ketiga belas : Menanyakan namanya dan nama ayahnya,
karena menurut hadits Al-Baihaqi : “Bila anda bersahabat dengan seseorang tanyalah namanya dan nama
ayahnya. Jika ia tidak di tempat (ghaib), anda menjaganya, jika ia sakit, anda menjenguknya dan jika ia meninggal dunia,
anda menyaksikannya (ikut mengantar jenazahnya).” Sabda Nabi SAW menurut Ibnu Abi Ad-Dunya, Ahmad,
dan Bukhari dalam “al-Adab” dan lainnya : “Apabila salah seorang kamu mengasihi saudaranya
pada jalan Allah, maka hendaklah ia mengajarinya, karena hal itu melebihlamakan keramah-tamahan, dan lebih mantap
dalam kemesraan (keakraban).” Keempat belas : Menjaga perangai mereka, dan menjaga kehormatan (nama
baik) mereka. Kelima belas : Menepati janji apabila berjanji dengannya. Karena masa menunggu itu adalah salah satu
pemberian, yang di kalangan ahli Allah adalah hutang. Dan mungkir janji adalah sebahagian dari sifat orang munafik.
Sabda Nabi SAW menurut hadits Bukhari, Muslim, Turmudzi, dan An-Nasa’i dari Abu Hurairah : “Tanda-
tanda munafik itu tiga : apabila berbicara, ia dusta, apabila berjanji, ia mungkir dan apabila dipercayai (diberi amanah), ia
khianat.”

http://www.nuralmukmin.com _PDF_NUR_ALMUKMIN Generated: 27 April, 2011, 12:32

You might also like