Professional Documents
Culture Documents
BAB 1
PENDAHULUAN
sehat dan memperbaiki pola makan serta gaya hidup untuk mencegah
terjadinya obesitas.
b. Menumbuhkan kepedulian dan kepekaan masyarakat dalam mencari
informasi yang benar mengenai faktor-faktor risiko yang dapat
menyebabkan terjadinya obesitas.
5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Obesitas
2.1.1 Definisi Obesitas dan Gizi Lebih
Obesitas adalah suatu keadaan patologik, dimana pada keadaan tersebut
terdapat penumpukan lemak yang berlebihan secara menyeluruh di bawah
kulit dan jaringan lainnya di dalam tubuh (Lailani dan Hakimi,
2003). Obesitas merupakan kelebihan energi yang terjadi bila konsumsi
energi melalui makanan yang melebihi energi yang dikeluarkan, kelebihan
energi ini akan diubah menjadi lemak tubuh (Wahyu, 2009). Pada gizi
lebih terdapat berat badan yang melebihi berat badan
rata-rata ,dimana pada gizi lebih ukuran tubuh dapat
bertambah tanpa penambahan akumulasi lemak tubuh.
Gizi lebih atau overweight tidak selalu identik dengan
obesitas. Hal ini dapat dilihat pada seorang olahragawan
yang berkat latihan yang sangat intensif, tubuhnya lebih
tinggi dan otot-ototnya berkembang baik, hingga berat
badannya bertambah. Orang-orang demikian mungkin saja
beratnya lebih dari berat rata-rata dan dapat dikatakan
dalam katagori gizi lebih, akan tetapi orang tersebut tidak
menderita obesitas (Pudjiaji, 2000).
primer dari obesitas adalah konsumsi yang berlebihan dari energi yang
dibutuhkan (Moore, 1997).
1) Faktor Makanan
Apabila seorang anak mengkonsumsi makanan dengan kandungan
energi yang sesuai dengan energi yang dibutuhkan tubuhnya maka
tidak akan ada energi yang disimpan. Sebaliknya, jika anak
mengkonsumsi energi melebihi yang dibutuhkan tubuh maka
kelebihan energi akan disimpan dalam bentuk cadangan enerrgi yang
secara berkesinambungan ditimbun setiap hari dan menyebabkan
kegemukan. Konsumsi zat energi yang berlebihan pada anak
dipengaruhi oleh beberapa hal :
a) Promosi produk makanan
Dampak promosi di media massa cukup berpengaruh, baik cetak
maupun elektronik berupa iklan-iklan menarik yang menawarkan
produk makanan yang berkalori dan berlemak tinggi.
b) Pengetahuan Ibu yang kurang
Kurangnya pengetahuan ibu mengenai makanan anak yang
seimbang mempengaruhi angka kecukupan gizi anaknya.
c) Kemampuan /daya beli
Meningkatnya kemampuan beli menyebabkan banyak keluarga
muda yang memanjakan anaknya, termasuk dalam pemberian
makanan yang berlebihan (Agoes dan Poppy, 2003).
3) Faktor Genetik
Anak yang memiliki bakat gemuk karena genetik akan cepat menjadi
gemuk, apalagi jika didukung oleh lingkungannya seperti perilaku
makan orangtua yang menyukai makanan berkalori tinggi (Agoes dan
Poppy, 2003). Beberapa sindrom genetik seperti Prader-Willi,
Bardet-Biedl, Alstrom, Cohen juga berkaitan dengan obesitas
(Mexitalia, 2010).
4) Faktor Psikologis
Faktor stabilitas emosi berkaitan dengan obesitas. Keadaan emosi
dapat merupakan dampak dari pemecahan emosi yang dalam, dan ini
merupakan suatu pelindung penting bagi yang bersangkutan
(Misnadiarly, 2007). Pada anak, makan berlebih dapat terjadi sebagai
respon terhadap kesepian, berduka atau depresi, respon terhadap
rangsangan dari luar seperti iklan makanan (Moore, 1997).
5) Aktivitas Fisik
8
2) Kebutuhan Energi
Kebutuhan energi diperlukan untuk melakukan keperluan basal
metabolic rate dan melakukan berbagai aktivitas fisik
a. Basal Metabolic Rate (BMR)
Kebutuhan energi diperlukan untuk melakukan keperluan
basal metabolic rate yaitu energi minimal yang diperlukan tubuh
untuk mempertahankan kegiatan fisik dasar seperti pernafasan,
peredaran darah, peredaran getah bening, peristaltis (gerakan
pengerutan dan pengenduran di dinding usus), tonus otot
(tegangan normal otot), pengaturan suhu badan, dan kegiatan
kelenjar (Misnadiarly, 2007). BMR merupakan komponen
terbesar dari keluaran energi harian yang merupakan
pengekspresian sejumlah kalori (kilokalori) yang dikeluarkan oleh
tubuh per meter persegi luas permukaan tubuh setiap jam
(Kal/jam/m2) (Arisman, 2002). Kurang lebih 70% dari kalori total
tubuh habis terpakai hanya untuk menjalankan aktivitas
metabolism basa ltubuh (Misnadiarly,2007).
11
b. Akitivitas Fisik
Anak atau remaja yang kurang atau enggan melakukan aktivitas
fisik sehari-hari, menyebabkan tubuhnya kurang mengeluarkan
energi. Kurangnya pemanfaatan energi akan menyebabkan
simpanan energi tidak akan banyak dikeluarkan dan semakin lama
bertumpuk dan menyebabkan obesitas (Misnadiarly, 2007).
Pengurangan aktivitas fisik pada anak biasanya disebabkan
kegiatan menonton televisi, bermain video game ataupun game
online,dsbnya. Menonton televisi akan meningkatkan pola hidup
tidak aktif dan meningkatkan konsumsi makanan dengan energi
yang tinggi (Mexitalia, 2010). Kebiasaan menonton televisi ini
diikuti dengan mengkonsumsi makanan dan minuman ringan yang
berpotensi dalam menimbulkan obesitas. Banyaknya iklan di
televisi yang menawarkan makanan akan mendorong anak untuk
mengkonsumsi lebih banyak makanan dan cemilan.
Kurangnya pemanfaatan tenaga akan menyebabkan
simpanan tenaga tidak akan banyak digunakan dan lambat-laun
akan semakin bertumpuk sehingga menyebabkan obesitas
(Misnadiarly, 2007).
Kurangnya kebiasaan aktivitas fisik pada anak juga
dipengaruhi dengan tersedianya sarana transpotasi sehingga anak-
anak jarang melakukan aktivitas jalan kaki, meskipun jaraknya
dekat atau dapat ditempuh dengan berjalan kaki untuk ukuran
anak-anak. Selain itu, sempitnya lahan/ tempat bermain anak
menyebabkan anak kurang leluasa untuk bermain di tempat
terbuka untuk berlari-larian, bersepeda atau sekedar berjalan-jalan
(Agoes dan Poppy, 2003).
12
3) Faktor Genetik
Faktor genetik merupakan salah satu faktor yang juga berperan dalam
timbulnya obesitas. Telah lama diamati bahwa anak-anak obesitas
umumnya berasal dari keluarga dengan orangtua yang obesitas.
Bila salah satu orang tua obesitas, kira-kira 40-50% anak-anaknya
akan menjadi obesitas, sedangkan bila kedua orangtua obesitas,
peluang faktor keturunan meningkat menjadi 70-80% (Khosman,
2003). Penelitian gizi di Amerika Serikat melaporkan bahwa anak-
anak dari orangtua dengan berat badan normal mempunyai peluang
10% menjadi gemuk (Purwati dkk., 2001). Berbagai penelitian
mengungkapkan fakta bahwa beberapa gen terlibat dalam hal ini.
Namun tidak sedikit juga ahli yang menilai bahwa faktor genetik
bukanlah hal utama dalam peningkatan obesitas. Kemungkinan
timbulnya obesitas dalam keluarga semacam ini disebabkan karena
kebiasaan makan dalam keluarga yang bersangkutan, dan bukan
karena faktor genetik yang khusus (Misnadiarly, 2007). Hal ini
mengacu pada fakta bahwa tidak terdapat perubahan genetik yang
bemakna pada manusia selama kurun waktu tiga dasawarsa terakhir,
sedangkan prevalensi obesitas di seluruh dunia meningkat (Wahyu,
2009).
5) Faktor Psikologis
Faktor psikologis mempengaruhi kebiasaan makan anak, misalnya
kepuasan anak dalam mengkonsumsi makanan yang sedang terkenal,
yaitu makanan fast food ( fried chicken, pizza, hamburger ). Tentu
saja kegemaran anak mengkonsumsi fast food yang tinggi kalori
secara berlebihan dapat menyebabkan kenaikan berat badan yang
disertai dengan kenaikan timbunan lemak (Agoes dan Poppy, 2003).
Pada anak yang usianya lebih besar, makan baginya merupakan
pengganti untuk mencapai kepuasan dalam mencapai kasih sayang
(Soetjiningsih, 1995). Gangguan psikologis dapat merupakan faktor
penyebab atau akibat dari obesitas.
IMT = BB(kg)
(TB)2(m2)
18
Pengukuran IMT pada anak dilakukan pada rentang usia 2-20 tahun
(Wahyu, 2009). Anak akan dikatagorikan ke dalam salah satu dari 4
katagori berikut :
a. IMT berdasarkan usia di bawah persentil ke 5 = kekurangan berat
b. IMT berdasarkan usia antara persentil ke 5-85 = berat normal
c. IMT berdasarkan usia antara persentil ke 85-95 = memiliki risiko
kelebihan berat
d. IMT berdasarkan usia di atas persentil ke 95 = kelebihan berat
gerakan yang rumit seperti menari, melempar bola basket atau bermain
piano. Kebiasaan berdiam diri pada usia anak dihubungkan dengan
meningkatnya risiko kegemukan selama hidup dan penyakit jantung.
Organ- organ seksual secara fisik belum matang, namun minat
pada jenis kelamin yang berbeda dan tingkah laku seksual tetap aktif
pada anak-anak dan meningkat secara progresif sampai pubertas
( Behrman et al, 1999).
BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
tinggi badan dan berat badan kemudian hasil pengukuran ini diplot pada
kurva pertumbuhan anak yaitu CDC 2000, yang disesuaikan dengan jenis
kelamin dan usia anak. Subyek dikatakan obesitas bila skor IMT-nya di atas
persentil ke-95.
4. Kebiasaan dan pola makan adalah cara atau perilaku seseorang dalam memilih
dan menggunakan bahan makanan yang meliputi jenis makanan, jumlah
makanan dan frekuensi makan yang ia lakukan secara terus menerus dan
dalam waktu yang relatif lama. Adapun kebiasaan dan pola makan yang
diduga mendukung terjadinya obesitas adalah pola makan yang berlebihan,
kebiasaan mengemil, dan kesalahan dalam memilih dan mengolah makanan.
Hal ini diukur dengan menggunakan kuesioner. Dengan menjawab 10 butir
pertanyaan dimana setiap jawaban yang mendukung obesitas diberi skor 3,
jawaban yang cukup mendukung obesitas diberi skor 2 dan jawaban yang
kurang mendukung obesitas diberi skor 1. Total skor adalah 30. Setelah itu
skor dari semua butir pertanyaan dijumlahkan, kemudian dibagi dengan
jumlah total skor dari variabel tersebut dan dikali 100%.
Cara mengukur kebiasaan dan pola makan yang merupakan salah satu faktor
risiko obesitas berdasarkan jawaban dari kuesioner menurut Hadi Pratomo dan
Sudarti (1966) :
a. Mendukung anak menjadi obesitas = ≥ 75% skor jawaban
b. Cukup mendukung anak menjadi obesitas = 40-75% skor jawaban
c. Kurang mendukung anak menjadi obesitas = ≤ 40% skor jawaban
5. Riwayat kejadian obesitas pada orang tua kandung responden diukur dengan
menggunakan kuesioner. Dengan menjawab pertanyaan pada kuesioner, bila salah
satu atau kedua orang tua kandung ada yang mengalami obesitas, maka akan
23
mendukung anak menjadi obesitas dan bila orang tua kandung tidak ada yang
mengalami obesitas maka tidak mendukung anak menjadi obesitas.
BAB 4
METODE PENELITIAN
3. Metode Angket
Metode angket dilakukan untuk memperoleh informasi
mengenai riwayat obesitas pada orang tua kandung,
kebiasaan dan pola makan anak, dan faktor psikologis
yang diduga sebagai faktor risiko yang menyebabkan
obesitas kepada anak-anak yang mengalami obesitas.
Angket diberikan pada anak-anak yang sudah teridentifikasi
menderita obesitas setelah dilakukan metode pengukuran.
Adapun kuesioner dalam penelitian ini berupa pertanyaan-
pertanyaan yang memiliki total skor dalam setiap
variabel.
Dalam penelitian ini data yang terkumpul akan dilakukan pengolahan. Adapun
langkah-langkah dalam pengolahan data tersebut adalah :
a. Editing
Editing dilakukan untuk meneliti apakah isian kuisioner sudah lengkap atau
belum sehingga apabila ada kekurangan dapat segera dilengkapi.
b. Coding
Coding adalah suatu usaha memberikan kode/menandai jawaban-jawaban
responden atas pertanyaan yang ada pada kuisioner yang nantinya akan
memudahkan proses dengan komputer.
c. Entry data
Memasukan data melalui pengolahn komputer dengan menggunakan
program software SPSS (Statistical Product and Service Solution) versi
17.0 dan akan disajikan dalam bentuk grafik, diagram batang, dan diagram
lingkaran.
27
DAFTAR PUSTAKA
Agoes, D. & Poppy, M., 2003. Mencegah dan Mengatasi Kegemukan Pada
Balita. Jakarta : Puspa Swara.
Arisman. 2002. Gizi Anak. Dalam : Khomsan, A., Gizi Dalam Daur Kehidupan.
Palembang : Universitas Sriwijaya, 74-76.
Ariani, A., Sembiring, T., 2007. Prevalensi Obesitas pada Anak Sekolah Dasar.
Majalah Kedokteran Nusantara, 40(2) : 86-89.
Baliwati, Y.F., Khomsan A., Dwirani C.M., 2004. Pengantar Pangan dan Gizi.
Jakarta: Penerbit Swadaya.
Behrman, Richard E., Kliegman, R., Arvin, A. M., 1996. Tahun- Tahun Awal
Sekolah. Dalam : A. Samik W., Nelson Textbook of Pediatric. Jakarta : EGC,
69-72.
Budiyanto, H.M.A., 2002. Karbohidrat. Dalam: Achyar, M., Rislo, S., Dasar- dasar
Ilmu Gizi. Malang : Penerbit Universitas Muhammadiyah Malang, 19.
Klish, W.J., Motil, J.K, Kirkland J.L, Jensen C, Hoppin A.G., 2009. Definition;
epidemiology ; and etiology of obesity in children and adolescents.
Available from : www.uptodate2009.com
Laini D. & Hakimi. 2003. Pertumbuhan Anak Obesitas. Sari Pediatri, 5(3) : 99 - 102
Mexitalia, M., 2010. In the Prevention of Childhood Obesity. Dalam: Lubis, B., Ali,
M.,Yannni, G.N., Trisnawati, Y., Ramayani, O.R., Irsa, L., Tobing, C.L.,
Dimayati, Y., 2010. Kumpulan Naskah Lengkap PIT IV IKA Medan 2010.
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Medan : 540-549.
Moore, M.C., 1997. Obesitas dan Gangguan Makan. Dalam : Melfiawati S., edisi
kedua. Buku Pedoman Terapi Diet Dan Nutrisi. Jakarta : Hipokrates, 348.
Moore, M.C., 1997. Penilaian Gizi. Dalam : Melfiawati S., edisi kedua. Buku
Pedoman Terapi Diet Dan Nutrisi. Jakarta : Hipokrates, 8-11.
29
Pudjiaji, S., 2000. Obesitas Pada Anak. Dalam : Artjatmo T., Hendra U., edisi
keempat. Ilmu Gizi Klinis Pada Anak. Jakarta : Gaya Baru,141-148.
Pudjiaji, S., 2000. Pemberian Makanan Pada Anak dan Adolesensia . Dalam :
Artjatmo T., Hendra U., edisi keempat. Ilmu Gizi Klinis Pada Anak. Jakarta :
Gaya Baru,40.
Purwati, S., Rahayuningsih, S., Salimar. 2001. Perencanaan Menu untuk Penderita
Kegemukan. Jakarta : Penebar Swadaya.
Soetjiningsih. 1995. Obesitas pada anak. In : Gde Ranuh, IG.N. Tumbuh Kembang
anak. Jakarta : EGC, 183 -190.
Timmreck, Thomas C., 2004. Epidemiologi : suatu pengantar. Dalam : Palupi W.,
Jakarta : EGC.
WHO. Obesity: Preventing and Managing The Global Epidemic. WHO Technical
Report Series 2000; 894, Geneva