Professional Documents
Culture Documents
Di SMA ilmu kebumian diajarkan secara parsial dalam pelajaran geografi dan terbatas
serta sebagian ilmu astronomi diajarkan dalam fisika (juga terbatas).
METEOROLOGI-KLIMATOLOGI (Atmosfer)
GEOHIDROLOGI-OSEANOGRAFI (HIDROSFERA)
Lebih jelas lagi silakan menuju blog Bapak Mustar (Guru SMAN-25 Bandung)
Untuk Seleksi Tingkat Kota maupun Provinsi diberikan dalam bentuk Tes tertulis 100
soal. Sementara Seleksi Tingkat Nasional 70% materi tertulis pada seleksi tingkat
sebelumnya (Kabupaten/Kota dan Provinsi) ditambah 30% tes praktikum yang
dilaksanakan di laboratorium atau di lapangan. Untuk menjajal kemampuan olimpiade
kebumian silakan download soalnya berikut ini
Bahan-bahan belajar bisa dibaca di blog Bung Doddy
atau pada Blog Jejak Petualang ini atau menuju Blog Bu Ivy
Dalam skala yang berbeda, metode geofisika dapat diterapkan secara global yaitu untuk
menentukan struktur bumi, secara lokal yaitu untuk eksplorasi mineral dan
pertambangan termasuk minyak bumi dan dalam skala kecil yaitu untuk aplikasi
geoteknik (penentuan pondasi bangunan dll).
Di Indonesia, ilmu ini dipelajari hampir di semua perguruan tinggi negeri yang ada.
Biasaya geofisika masuk ke dalam fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
(MIPA), karena memerlukan dasar-dasar ilmu fisika yang kuat, atau ada juga yang
memasukkannya ke dalam bagian dari Geologi. Saat ini, baik geofisika maupun geologi
hampir menjadi suatu kesatuan yang tak terpisahkan Ilmu bumi.
Bidang kajian ilmu geofisika meliputi meteorologi (udara), geofisika bumi padat dan
oseanografi(laut).
Beberapa contoh kajian dari geofisika bumi padat misalnya seismologi yang
mempelajari gempabumi, ilmu tentang gunungapi (Gunung Berapi) atau volcanology,
geodinamika yang mempelajari dinamika pergerakan lempeng-lempeng di bumi, dan
eksplorasi seismik yang digunakan dalam pencarian hidrokarbon.
Metode-metode geofisika
Secara umum, metode geofisika dibagi menjadi dua kategori yaitu metode pasif dan
aktif. Metode pasif dilakukan dengan mengukur medan alami yang dipancarkan oleh
bumi. Metode aktif dilakukan dengan membuat medan gangguan kemudian mengukur
respons yang dilakukan oleh bumi. Medan alami yang dimaksud disini misalnya radiasi
gelombang gempa bumi, medan gravitasi bumi, medan magnetik bumi, medan listrik
dan elektromagnetik bumi serta radiasi radioaktivitas bumi. Medan buatan dapat berupa
ledakan dinamit, pemberian arus listrik ke dalam tanah, pengiriman sinyal radar dan lain
sebagainya.
Secara praktis, metode yang umum digunakan di dalam geofisika tampak seperti tabel
di bawah ini:
Para ahli oseanografi mempelajari berbagai topik, termasuk organisme laut dan
dinamika ekosistem; arus samudera, ombak, dan dinamika fluida geofisika; tektonik
lempeng dan geologi dasar laut; dan aliran berbagai zat kimia dan sifat fisik di dalam
samudera dan pada batas-batasnya. Topik beragam ini menunjukkan berbagai disiplin
yang digabungkan oleh ahli oceanografi untuk memperluas pengetahuan mengenai
samudera dan memahami proses di dalamnya: biologi, kimia, geologi, meteorologi, dan
fisika.
Beberapa sumber lain berpendapat bahwa ada perbedaan mendasar yang membedakan
antara oseanografi dan oseanologi. Oseanologi terdiri dari dua kata (dalam bahasa
Yunani) yaitu oceanos (laut) dan logos (ilmu) yang secara sederhana dapat diartikan
sebagai ilmu yang mempelajari tentang laut. Dalam arti yang lebih lengkap, oseanologi
adalah studi ilmiah mengenai laut dengan cara menerapkan ilmu-ilmu pengetahuan
tradisional seperti fisika, kimia, matematika, dan lain-lain ke dalam segala aspek
mengenai laut.
Oseanografi adalah bagian dari ilmu kebumian atau earth sciences yang mempelajari
laut,samudra beserta isi dan apa yang berada di dalamnya hingga ke kerak samuderanya.
Secara umum, oseanografi dapat dikelompokkan ke dalam 4 (empat) bidang ilmu utama
yaitu: geologi oseanografi yang mempelajari lantai samudera atau litosfer di bawah laut;
fisika oseanografi yang mempelajari masalah-masalah fisis laut seperti arus, gelombang,
pasang surut dan temperatur air laut; kimia oseanografi yang mempelajari masalah-
masalah kimiawi di laut, dan yang terakhir biologi oseanografi yang mempelajari
masalah-masalah yang berkaitan dengan flora dan fauna atau biota di laut.
Sejarah
Mungkin orang yang paling awal untuk mengadakan hipotesa konsep perubahan iklim
adalah abad pertengahan ilmuwan Cina Shen Kuo (1031-1095 AD). Shen Kuo berteori
bahwa iklim secara alamiah bergeser lebih dari satu rentang waktu yang sangat besar,
setelah mengamati bambu membatu ditemukan di bawah tanah dekat Yanzhou (modern
Yan'an, provinsi Shaanxi), wilayah iklim kering tidak cocok untuk pertumbuhan pohon
bambu.
Peneliti iklim awal termasuk Edmund Halley, yang menerbitkan peta angin
perdagangan pada 1686, setelah perjalanan ke belahan bumi selatan. Benjamin Franklin,
di abad ke-18, adalah orang pertama yang memetakan jalannya Streaming Teluk untuk
digunakan di luar negeri mengirim surat dari Amerika Serikat ke Eropa. Francis Galton
menemukan istilah anticyclone. Helmut Landsberg menyebabkan analisis statistik yang
digunakan dalam klimatologi, yang menyebabkan evolusinya menjadi ilmu fisik.
Pendekatan
Klimatologi didekati dengan berbagai cara. Paleoklimatologi berusaha untuk
merekonstruksi masa lalu dengan memeriksa catatan iklim seperti inti es dan lingkaran
pada pohon (dendroclimatology). Paleotempestology menggunakan catatan yang sama
ini untuk membantu menentukan frekuensi badai selama ribuan tahun. Studi tentang
iklim kontemporer meteorologi menggabungkan data yang terkumpul selama bertahun-
tahun, seperti catatan curah hujan, suhu dan komposisi atmosfer. Pengetahuan tentang
dinamika atmosfer dan juga diwujudkan dalam model, baik statistik atau matematika,
yang membantu dengan mengintegrasikan berbagai pengamatan dan menguji
bagaimana mereka cocok bersama. Model ini digunakan untuk memahami masa lalu,
sekarang dan masa depan potensi iklim. Klimatologi sejarah adalah studi tentang iklim
yang terkait dengan sejarah manusia dan dengan demikian berfokus hanya pada
beberapa ribu tahun terakhir.
Penelitian iklim dibuat sulit oleh skala besar, jangka waktu yang panjang, dan proses
kompleks yang mengatur iklim. Iklim diatur oleh hukum-hukum fisika yang dapat
dinyatakan sebagai persamaan diferensial. Persamaan ini digabungkan dan nonlinier,
sehingga penyelesaian perkiraan diperoleh dengan menggunakan metode numerik untuk
menciptakan model-model iklim global. Iklim kadang-kadang dimodelkan sebagai
proses stokastik tapi ini secara umum diterima sebagai sebuah pendekatan untuk proses
yang sebaliknya terlalu rumit untuk dianalisis.
Indeks
Para ilmuwan menggunakan indeks iklim dalam usaha mereka untuk ciri dan
memahami berbagai mekanisme iklim yang berujung pada cuaca sehari-hari kita.
Banyak cara Dow Jones Industrial Average, yang didasarkan pada harga saham 30
perusahaan, digunakan untuk mewakili fluktuasi di pasar saham secara keseluruhan,
indeks iklim digunakan untuk mewakili unsur-unsur penting iklim. Indeks iklim
umumnya dirancang dengan tujuan kembar kesederhanaan dan kelengkapan, dan setiap
indeks biasanya mewakili status dan waktu dari faktor iklim yang diwakilinya. Sesuai
dengan sifatnya, indeks yang sederhana, dan menggabungkan banyak detail menjadi
umum, keseluruhan deskripsi tentang suasana atau laut yang dapat digunakan untuk
menandai faktor-faktor yang memengaruhi sistem iklim global.
Models
Model iklim menggunakan metode kuantitatif untuk mensimulasikan interaksi atmosfer,
lautan, permukaan tanah, dan es. Mereka digunakan untuk berbagai tujuan dari studi
mengenai dinamika iklim cuaca dan sistem untuk proyeksi iklim di masa mendatang.
Semua model iklim keseimbangan, atau sangat hampir keseimbangan, energi yang
masuk sebagai gelombang pendek (termasuk terlihat) radiasi elektromagnetik ke bumi
dengan energi keluar sebagai gelombang panjang (inframerah) radiasi elektromagnetik
dari bumi. Setiap hasil ketidakseimbangan dalam perubahan dalam suhu rata-rata bumi.
Yang paling banyak dibicarakan model beberapa tahun terakhir telah temperatur yang
berkaitan dengan emisi karbon dioksida (lihat gas rumah kaca). Model ini memprediksi
tren kenaikan dalam catatan suhu permukaan, serta lebih cepat peningkatan suhu pada
ketinggian yang lebih tinggi.
Model dapat berkisar dari yang relatif sederhana yang cukup kompleks:
Iklim fenomena menarik termasuk lapisan batas atmosfer, pola sirkulasi, perpindahan
panas (radiasi, konveksi dan laten), interaksi antara atmosfer dan lautan dan permukaan
tanah (terutama vegetasi, penggunaan lahan dan topografi), dan komposisi kimia dan
fisik dari atmosfer
Bagian luar bumi tertutupi oleh daratan dan lautan dimana bagian dari lautan
lebih besar daripada bagian daratan. Akan tetapi karena daratan adalah bagian
dari kulit bumi yang dapat kita amati langsung dengan dekat maka banyak hal-
hal yang dapat pula kita ketahui dengan cepat dan jelas. Salah satu
diantaranya adalah kenyataan bahwa daratan tersusun oleh beberapa jenis
batuan yang berbeda satu sama lain. Dari jenisnya batuan-batuan tersebut
dapat digolongkan menjadi 3 jenis golongan. Mereka adalah : batuan beku
(igneous rocks), batuan sediment (sedimentary rocks), dan batuan
metamorfosa/malihan (metamorphic rocks). Batuan-batuan tersebut berbeda-
beda materi penyusunnya dan berbeda pula proses terbentuknya.
Batuan beku atau sering disebut igneous rocks adalah batuan yang terbentuk
dari satu atau beberapa mineral dan terbentuk akibat pembekuan dari magma.
Berdasarkan teksturnya batuan beku ini bisa dibedakan lagi menjadi batuan
beku plutonik dan vulkanik. Perbedaan antara keduanya bisa dilihat dari besar
mineral penyusun batuannya. Batuan beku plutonik umumnya terbentuk dari
pembekuan magma yang relatif lebih lambat sehingga mineral-mineral
penyusunnya relatif besar. Contoh batuan beku plutonik ini seperti gabro,
diorite, dan granit (yang sering dijadikan hiasan rumah). Sedangkan batuan
beku vulkanik umumnya terbentuk dari pembekuan magma yang sangat cepat
(misalnya akibat letusan gunung api) sehingga mineral penyusunnya lebih kecil.
Contohnya adalah basalt, andesit (yang sering dijadikan pondasi rumah), dan
dacite
Batuan sediment atau sering disebut sedimentary rocks adalah batuan yang
terbentuk akibat proses pembatuan atau lithifikasi dari hasil proses pelapukan
dan erosi yang kemudian tertransportasi dan seterusnya terendapkan. Batuan
sediment ini bias digolongkan lagi menjadi beberapa bagian diantaranya batuan
sediment klastik, batuan sediment kimia, dan batuan sediment organik. Batuan
sediment klastik terbentuk melalui proses pengendapan dari material-material
yang mengalami proses transportasi. Besar butir dari batuan sediment klastik
bervariasi dari mulai ukuran lempung sampai ukuran bongkah. Biasanya batuan
tersebut menjadi batuan penyimpan hidrokarbon (reservoir rocks) atau bisa
juga menjadi batuan induk sebagai penghasil hidrokarbon (source rocks).
Contohnya batu konglomerat, batu pasir dan batu lempung. Batuan sediment
kimia terbentuk melalui proses presipitasi dari larutan. Biasanya batuan
tersebut menjadi batuan pelindung (seal rocks) hidrokarbon dari migrasi.
Contohnya anhidrit dan batu garam (salt). Batuan sediment organik terbentuk
dari gabungan sisa-sisa makhluk hidup. Batuan ini biasanya menjadi batuan
induk (source) atau batuan penyimpan (reservoir). Contohnya adalah
batugamping terumbu.
Batuan metamorf atau batuan malihan adalah batuan yang terbentuk akibat
proses perubahan temperature dan/atau tekanan dari batuan yang telah ada
sebelumnya. Akibat bertambahnya temperature dan/atau tekanan, batuan
sebelumnya akan berubah tektur dan strukturnya sehingga membentuk batuan
baru dengan tekstur dan struktur yang baru pula. Contoh batuan tersebut
adalah batu sabak atau slate yang merupakan perubahan batu lempung. Batu
marmer yang merupakan perubahan dari batu gamping. Batu kuarsit yang
merupakan perubahan dari batu pasir.Apabila semua batuan-batuan yang
sebelumnya terpanaskan dan meleleh maka akan membentuk magma yang
kemudian mengalami proses pendinginan kembali dan menjadi batuan-batuan
baru lagi.
Referensi :
Batuan metamorf
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Belum Diperiksa
Langsung ke: navigasi, cari
Batuan metamorf adalah salah satu kelompok utama batuan yang merupakan hasil
transformasi atau ubahan dari suatu tipe batuan yang telah ada sebelumnya, protolith,
oleh suatu proses yang disebut metamorfisme, yang berarti "perubahan bentuk".
Protolith yang dikenai panas (lebih besar dari 150 °Celsius) dan tekanan ekstrem akan
mengalami perubahan fisika dan/atau kimia yang besar. Protolith dapat berupa batuan
sedimen, batuan beku, atau batuan metamorf lain yang lebih tua. Beberapa contoh
batuan metamorf adalah gneis, batu sabak, batu marmer, dan skist.
Batuan metamorf menyusun sebagian besar dari kerak Bumi dan digolongkan
berdasarkan tekstur dan dari susunan kimia dan mineral (fasies metamorf) Mereka
terbentuk jauh dibawah permukaan bumi oleh tegasan yang besar dari batuan diatasnya
serta tekanan dan suhu tinggi. Mereka juga terbentuk oleh intrusi batu lebur, disebut
magma, ke dalam batuan padat dan terbentuk terutama pada kontak antara magma dan
batuan yang bersuhu tinggi.
Penelitian batuan metamorf (saat ini tersingkap di permukaan bumi akibat erosi dan
pengangkatan) memberikan kita informasi yang sangat berharga mengenai suhu dan
tekanan yang terjadi jauh di dalam permukaan bumi.
Mineral
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Belum Diperiksa
Langsung ke: navigasi, cari
Mineral adalah senyawa alami yang terbentuk melalui proses geologis. Istilah mineral
termasuk tidak hanya bahan komposisi kimia tetapi juga struktur mineral. Mineral
termasuk dalam komposisi unsur murni dan garam sederhana sampai silikat yang sangat
kompleks dengan ribuan bentuk yang diketahui (senyawaan organik biasanya tidak
termasuk). Ilmu yang mempelajari mineral disebut mineralogi.
Magma
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Belum Diperiksa
Langsung ke: navigasi, cari
Lava Hawaii yang mengalir (lava adalah magma yang mengalir keluar)
Magma merupakan batu-batuan cair yang terletak di dalam kamar magma di bawah
permukaan bumi. Magma di bumi merupakan larutan silika bersuhu tinggi yang
kompleks dan merupakan asal semua batuan beku. Magma berada dalam tekanan tinggi
dan kadang kala memancut keluar melalui pembukaan gunung berapi dalam bentuk
aliran lava atau letusan gunung berapi.
Hasil letupan gunung berapi ini mengandung larutan gas yang tidak pernah sampai ke
permukaan bumi. Magma terkumpul dalam kamar magma yang terasing di bawah kerak
bumi dan mengandung komposisi yang berlainan menurut tempat magma itu didapati.
Batuan sedimen
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Belum Diperiksa
Langsung ke: navigasi, cari
Batuan endapan atau batuan sedimen adalah salah satu dari tiga kelompok utama
batuan (bersama dengan batuan beku dan batuan metamorfosis) yang terbentuk melalui
tiga cara utama: pelapukan batuan lain (clastic); pengendapan (deposition) karena
aktivitas biogenik; dan pengendapan (precipitation) dari larutan. Jenis batuan umum
seperti batu kapur, batu pasir, dan lempung, termasuk dalam batuan endapan. Batuan
endapan meliputi 75% dari permukaan bumi.
Penamaan batuan sedimen biasanya berdasarkan besar butir penyusun batuan tersebut
Penamaan tersebut adalah: breksi, konglomerat, batupasir, batu lempung
Breksi adalah batuan sedimen dengan ukuran butir lebih besar dari 2
mm dengan bentuk butitan yang bersudut
Konglomerat adalah batuan sedimen dengan ukuran butir lebih besar
dari 2 mm dengan bentuk butiran yang membudar
Batu pasir adalah batuan sedimen dengan ukuran butir antara 2 mm
sampai 1/16 mm
Batu lanau adalah batuan sedimen dengan ukuran butir antara 1/16 mm
sampai 1/256 mm
Batu lempung adalah batuan sedimen dengan ukuran butir lebih kecil
dari 1/256 mm
Geologi struktur
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Belum Diperiksa
Langsung ke: navigasi, cari
Formasi batuan terlipat, salah satu subjek studi geologi struktur
Geologi struktur adalah studi mengenai distribusi tiga dimensi tubuh batuan dan
permukaannya yang datar ataupun terlipat, beserta susunan internalnya.
Geologi struktur mencakup bentuk permukaan yang juga dibahas pada studi
geomorfologi, metamorfisme dan geologi rekayasa. Dengan mempelajari struktur tiga
dimensi batuan dan daerah, dapat dibuat kesimpulan mengenai sejarah tektonik,
lingkungan geologi pada masa lampau dan kejadian deformasinya. Hal ini dapat
dipadukan pada waktu dengan menggunakan kontrol stratigrafi maupun geokronologi,
untuk menentukan waktu pembentukan struktur tersebut.
Secara lebih formal dinyatakan sebagai cabang geologi yang berhubungan dengan
proses geologi dimana suatu gaya telah menyebabkan transformasi bentuk, susunan,
atau struktur internal batuan kedalam bentuk, susunan, atau susunan intenal yang lain.
Sebelumnya kita sudah tahu bahwa di bumi ada tiga jenis batuan yaitu batuan
beku, batuan sedimen, dan batuan metamorf. Ketiga batuan tersebut dapat
berubah menjadi batuan metamorf tetapi ketiganya juga bisa berubah menjadi
batuan lainnya. Semua batuan akan mengalami pelapukan dan erosi menjadi
partikel-partikel atau pecahan-pecahan yang lebih kecil yang akhirnya juga bisa
membentuk batuan sedimen. Batuan juga bisa melebur atau meleleh menjadi
magma dan kemudian kembali menjadi batuan beku. Kesemuanya ini disebut
siklus batuan atau ROCK CYCLE.
Pada kerak bumi yang cukup dalam, tekanan dan suhu yang
ada sangatlah tinggi. Kondisi tekanan dan suhu yang sangat
tinggi seperti ini dapat mengubah mineral yang dalam batuan.
Proses ini sering disebut proses metamorfisme. Semua
batuan yang ada dapat mengalami proses metamorfisme.
Tingkat proses metamorfisme yang terjadi tergantung dari:
1. Apakah batuan yang ada terkena efek tekanan dan atau suhu yang
tinggi.
2. Apakah batuan tersebut mengalami perubahan bentuk.
3. Berapa lama batuan yang ada terkena tekanan dan suhu yang tinggi.
Proses-proses inilah semua yang terjadi dimasa lampau, sekarang, dan yang
akan datang. Terjadinya proses-proses ini menjaga keseimbangan batuan yang
ada di bumi.
Tektonika lempeng
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
(Dialihkan dari Tektonik)
Langsung ke: navigasi, cari
Lempeng-lempeng tektonik di bumi barulah dipetakan pada paruh kedua abad
ke-20.
Teori tektonika Lempeng (bahasa Inggris: Plate Tectonics) adalah teori dalam bidang
geologi yang dikembangkan untuk memberi penjelasan terhadap adanya bukti-bukti
pergerakan skala besar yang dilakukan oleh litosfer bumi. Teori ini telah mencakup dan
juga menggantikan Teori Pergeseran Benua yang lebih dahulu dikemukakan pada paruh
pertama abad ke-20 dan konsep seafloor spreading yang dikembangkan pada tahun
1960-an.
Bagian terluar dari interior bumi terbentuk dari dua lapisan. Di bagian atas terdapat
litosfer yang terdiri atas kerak dan bagian teratas mantel bumi yang kaku dan padat. Di
bawah lapisan litosfer terdapat astenosfer yang berbentuk padat tetapi bisa mengalir
seperti cairan dengan sangat lambat dan dalam skala waktu geologis yang sangat lama
karena viskositas dan kekuatan geser (shear strength) yang rendah. Lebih dalam lagi,
bagian mantel di bawah astenosfer sifatnya menjadi lebih kaku lagi. Penyebabnya
bukanlah suhu yang lebih dingin, melainkan tekanan yang tinggi.
Pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, geolog berasumsi bahwa kenampakan-
kenampakan utama bumi berkedudukan tetap. Kebanyakan kenampakan geologis
seperti pegunungan bisa dijelaskan dengan pergerakan vertikal kerak seperti dijelaskan
dalam teori geosinklin. Sejak tahun 1596, telah diamati bahwa pantai Samudera Atlantik
yang berhadap-hadapan antara benua Afrika dan Eropa dengan Amerika Utara dan
Amerika Selatan memiliki kemiripan bentuk dan nampaknya pernah menjadi satu.
Ketepatan ini akan semakin jelas jika kita melihat tepi-tepi dari paparan benua di sana.[2]
Sejak saat itu banyak teori telah dikemukakan untuk menjelaskan hal ini, tetapi
semuanya menemui jalan buntu karena asumsi bahwa bumi adalah sepenuhnya padat
menyulitkan penemuan penjelasan yang sesuai.[3]
Penemuan radium dan sifat-sifat pemanasnya pada tahun 1896 mendorong pengkajian
ulang umur bumi,[4] karena sebelumnya perkiraan didapatkan dari laju pendinginannya
dan dengan asumsi permukaan bumi beradiasi seperti benda hitam.[5] Dari perhitungan
tersebut dapat disimpulkan bahwa bahkan jika pada awalnya bumi adalah sebuah benda
yang merah-pijar, suhu Bumi akan menurun menjadi seperti sekarang dalam beberapa
puluh juta tahun. Dengan adanya sumber panas yang baru ditemukan ini maka para
ilmuwan menganggap masuk akal bahwa Bumi sebenarnya jauh lebih tua dan intinya
masih cukup panas untuk berada dalam keadaan cair.
Teori Tektonik Lempeng berasal dari Hipotesis Pergeseran Benua (continental drift)
yang dikemukakan Alfred Wegener tahun 1912.[6] dan dikembangkan lagi dalam
bukunya The Origin of Continents and Oceans terbitan tahun 1915. Ia mengemukakan
bahwa benua-benua yang sekarang ada dulu adalah satu bentang muka yang bergerak
menjauh sehingga melepaskan benua-benua tersebut dari inti bumi seperti 'bongkahan
es' dari granit yang bermassa jenis rendah yang mengambang di atas lautan basal yang
lebih padat.[7][8] Namun, tanpa adanya bukti terperinci dan perhitungan gaya-gaya yang
dilibatkan, teori ini dipinggirkan. Mungkin saja bumi memiliki kerak yang padat dan
inti yang cair, tetapi tampaknya tetap saja tidak mungkin bahwa bagian-bagian kerak
tersebut dapat bergerak-gerak. Di kemudian hari, dibuktikanlah teori yang dikemukakan
geolog Inggris Arthur Holmes tahun 1920 bahwa tautan bagian-bagian kerak ini
kemungkinan ada di bawah laut. Terbukti juga teorinya bahwa arus konveksi di dalam
mantel bumi adalah kekuatan penggeraknya.[3][9][10]
Seiring dengan diterimanya anomali magnetik bumi yang ditunjukkan dengan lajur-lajur
sejajar yang simetris dengan magnetisasi yang sama di dasar laut pada kedua sisi mid-
oceanic ridge, tektonik lempeng menjadi diterima secara luas. Kemajuan pesat dalam
teknik pencitraan seismik mula-mula di dalam dan sekitar zona Wadati-Benioff dan
beragam observasi geologis lainnya tak lama kemudian mengukuhkan tektonik lempeng
sebagai teori yang memiliki kemampuan yang luar biasa dalam segi penjelasan dan
prediksi.
Penelitian tentang dasar laut dalam, sebuah cabang geologi kelautan yang berkembang
pesat pada tahun 1960-an memegang peranan penting dalam pengembangan teori ini.
Sejalan dengan itu, teori tektonik lempeng juga dikembangkan pada akhir 1960-an dan
telah diterima secara cukup universal di semua disiplin ilmu, sekaligus juga
membaharui dunia ilmu bumi dengan memberi penjelasan bagi berbagai macam
fenomena geologis dan juga implikasinya di dalam bidang lain seperti paleogeografi
dan paleobiologi.
Dua lempeng akan bertemu di sepanjang batas lempeng (plate boundary), yaitu daerah
di mana aktivitas geologis umumnya terjadi seperti gempa bumi dan pembentukan
kenampakan topografis seperti gunung, gunung berapi, dan palung samudera.
Kebanyakan gunung berapi yang aktif di dunia berada di atas batas lempeng, seperti
Cincin Api Pasifik (Pacific Ring of Fire) di Lempeng Pasifik yang paling aktif dan
dikenal luas.
Lempeng tektonik bisa merupakan kerak benua atau samudera, tetapi biasanya satu
lempeng terdiri atas keduanya. Misalnya, Lempeng Afrika mencakup benua itu sendiri
dan sebagian dasar Samudera Atlantik dan Hindia. Perbedaan antara kerak benua dan
samudera ialah berdasarkan kepadatan material pembentuknya. Kerak samudera lebih
padat daripada kerak benua dikarenakan perbedaan perbandingan jumlah berbagai
elemen, khususnya silikon. Kerak samudera lebih padat karena komposisinya yang
mengandung lebih sedikit silikon dan lebih banyak materi yang berat. Dalam hal ini,
kerak samudera dikatakan lebih bersifat mafik ketimbang felsik.[18] Maka, kerak
samudera umumnya berada di bawah permukaan laut seperti sebagian besar Lempeng
Pasifik, sedangkan kerak benua timbul ke atas permukaan laut, mengikuti sebuah
prinsip yang dikenal dengan isostasi.
Ada tiga jenis batas lempeng yang berbeda dari cara lempengan tersebut bergerak relatif
terhadap satu sama lain. Tiga jenis ini masing-masing berhubungan dengan fenomena
yang berbeda di permukaan. Tiga jenis batas lempeng tersebut adalah:
1. Batas transform (transform boundaries) terjadi jika lempeng bergerak
dan mengalami gesekan satu sama lain secara menyamping di
sepanjang sesar transform (transform fault). Gerakan relatif kedua
lempeng bisa sinistral (ke kiri di sisi yang berlawanan dengan pengamat)
ataupun dekstral (ke kanan di sisi yang berlawanan dengan pengamat).
Contoh sesar jenis ini adalah Sesar San Andreas di California.
2. Batas divergen/konstruktif (divergent/constructive boundaries)
terjadi ketika dua lempeng bergerak menjauh satu sama lain. Mid-
oceanic ridge dan zona retakan (rifting) yang aktif adalah contoh batas
divergen
3. Batas konvergen/destruktif (convergent/destructive boundaries)
terjadi jika dua lempeng bergesekan mendekati satu sama lain sehingga
membentuk zona subduksi jika salah satu lempeng bergerak di bawah
yang lain, atau tabrakan benua (continental collision) jika kedua lempeng
mengandung kerak benua. Palung laut yang dalam biasanya berada di
zona subduksi, di mana potongan lempeng yang terhunjam mengandung
banyak bersifat hidrat (mengandung air), sehingga kandungan air ini
dilepaskan saat pemanasan terjadi bercampur dengan mantel dan
menyebabkan pencairan sehingga menyebabkan aktivitas vulkanik.
Contoh kasus ini dapat kita lihat di Pegunungan Andes di Amerika
Selatan dan busur pulau Jepang (Japanese island arc).
[sunting] Gravitasi
Runtuhan gravitasi: Pergerakan lempeng terjadi karena lebih tingginya
lempeng di oceanic ridge. Litosfer samudera yang dingin menjadi lebih
padat daripada mantel panas yang merupakan sumbernya, maka
dengan ketebalan yang semakin meningkat lempeng ini tenggelam ke
dalam mantel untuk mengkompensasikan beratnya, menghasilkan
sedikit inklinasi lateral proporsional dengan jarak dari sumbu ini. :Dalam
teks-teks geologi pada pendidikan dasar, proses ini sering disebut
sebagai sebuah doronga. Namun, sebenarnya sebutan yang lebih tepat
adalah runtuhan karena topografi sebuah lempeng bisa jadi sangat
berbeda-beda dan topografi pematang (ridge) yang melakukan
pemekaran hanyalah fitur yang paling dominan. Sebagai contoh,
pembengkakan litosfer sebelum ia turun ke bawah lempeng yang
bersebelahan menghasilkan kenampakan yang bisa memengaruhi
topografi. Lalu, mantel plume yang menekan sisi bawah lempeng
tektonik bisa juga mengubah topografi dasar samudera.
Slab-pull (tarikan lempengan)
Pergerakan lempeng sebagian disebabkan juga oleh berat lempeng
yang dingin dan padat yang turun ke mantel di palung samudera. [21] Ada
bukti yang cukup banyak bahwa konveksi juga terjadi di mantel dengan
skala cukup besar. Pergerakan ke atas materi di mid-oceanic ridge
mungkin sekali adalah bagian dari konveksi ini. Beberapa model awal
Tektonik Lempeng menggambarkan bahwa lempeng-lempeng ini
menumpang di atas sel-sel seperti ban berjalan. Namun, kebanyakan
ilmuwan sekarang percaya bahwa astenosfer tidaklah cukup kuat untuk
secara langsung menyebabkan pergerakan oleh gesekan gaya-gaya itu.
Slab pull sendiri sangat mungkin menjadi gaya terbesar yang bekerja
pada lempeng. Model yang lebih baru juga memberi peranan yang
penting pada penyerotan (suction) di palung, tetapi lempeng seperti
Lempeng Amerika Utara tidak mengalami subduksi di manapun juga,
tetapi juga mengalami pergerakan seperti juga Lempeng Afrika, Eurasia,
dan Antarktika. Kekuatan penggerak utama untuk pergerakan lempeng
dan sumber energinya itu sendiri masih menjadi bahan riset yang
sedang berlangsung
Dalam studi yang dipublikasikan pada edisi Januari-Februari 2006 dari buletin
Geological Society of America Bulletin, sebuah tim ilmuwan dari Italia dan Amerika
Serikat berpendapat bahwa komponen lempeng yang mengarah ke barat berasal dari
rotasi Bumi dan gesekan pasang bulan yang mengikutinya. Mereka berkata karena Bumi
berputar ke timur di bawah bulan, gravitasi bulan meskipun sangat kecil menarik
lapisan permuikaan bumi kembali ke barat. Beberapa juga mengemukakan ide
kontroversial bahwa hasil ini mungkin juga menjelaskan mengapa Venus dan Mars
tidak memiliki lempeng tektonik, yaitu karena ketiadaan bulan di Venus dan kecilnya
ukuran bulan Mars untuk memberi efek seperti pasang di bumi.[22] Pemikiran ini sendiri
sebetulnya tidaklah baru. Hal ini sendiri aslinya dikemukakan oleh bapak dari hipotesis
ini sendiri, Alfred Wegener, dan kemudian ditentang fisikawan Harold Jeffreys yang
menghitung bahwa besarnya gaya gesek oasang yang diperlukan akan dengan cepat
membawa rotasi bumi untuk berhenti sejak waktu lama. Banyak lempeng juga bergerak
ke utara dan barat, bahkan banyaknya pergerakan ke barat dasar Samudera Pasifik
adalah jika dilihat dari sudut pandang pusat pemekaran (spreading) di Samudera Pasifik
yang mengarah ke timur. Dikatakan juga bahwa relatif dengan mantel bawah, ada
sedikit komponen yang mengarah ke barat pada pergerakan semua lempeng
[sunting] Signifikansi relatif masing-masing mekanisme
Pergerakan lempeng berdasar pada data satelit GPS NASA JPL. Vektor di sini
menunjukkan arah dan magnitudo gerakan.
Vektor yang sebenarnya pada pergerakan sebuah planet harusnya menjadi fungsi semua
gaya yang bekerja pada lempeng itu. Namun, masalahnya adalah seberapa besar setiap
proses ambil bagian dalam pergerakan setiap lempeng Keragaman kondisi geodinamik
dan sifat setiap lempeng seharusnya menghasilkan perbedaan dalam seberapa proses-
proses tersebut secara aktif menggerakkan lempeng. satu cara untuk mengatasi masalah
ini adalah dengan melihat laju di mana setiap lempeng bergerak dan
mempertimbangkan bukti yang ada untuk setiap kekuatan penggerak dari lempeng ini
sejauh mungkin. Salah satu hubungan terpenting yang ditemukan adalah bahwa
lempeng litosferik yang lengket pada lempeng yang tersubduksi bergerak jauh lebih
cepat daripada lempeng yang tidak. Misalnya, Lempeng Pasifik dikelilingi zona
subduksi (Ring of Fire) sehingga bergerak jauh lebih cepat daripada lempeng di Atlantik
yang lengket pada benua yang berdekatan dan bukan lempeng tersubduksi. Maka, gaya
yang berhubungkan dengan lempeng yang bergerak ke bawah (slab pull dan slab
suction) adalah kekuatan penggerak yang menentukan pergerakan lempeng kecuali
untuk lempeng yang tidak disubduksikan. Walau bagaimanapun juga, kekuatan
penggerak pergerakan lempeng itu sendiri masih menjadi bahan perdebatan dan riset
para ilmuwan
Lempeng-lempeng penting lain yang lebih kecil mencakup Lempeng India, Lempeng
Arabia, Lempeng Karibia, Lempeng Juan de Fuca, Lempeng Cocos, Lempeng Nazca,
Lempeng Filipina, dan Lempeng Scotia.