You are on page 1of 85

Laporan Penelitian

Pembuatan Bioetanol dari Bonggol Pisang


menggunakan Hidrolisis Asam dan Enzimatis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Menipisnya cadangan bahan bakar fosil dan


meningkatnya populasi manusia sangat tidak
seimbang dengan kebutuhan energi bagi
kelangsungan hidup manusia beserta aktivitas
ekonomi dan sosialnya. Sejak lima tahun terakhir,
Indonesia mengalami penurunan produksi minyak
nasional akibat menurunnya cadangan minyak pada
sumur-sumur produksi secara alamiah, padahal
dengan pertambahan jumlah penduduk, meningkat
pula kebutuhan akan sarana transportasi dan aktivitas
industri. Hal ini berakibat pada peningkatan kebutuhan
dan konsumsi bahan bakar minyak ( BBM ) yang
merupakan sumber daya alam yang tidak dapat
diperbaharui. Pemerintah masih mengimpor sebagian
BBM untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.

Muktafin (2311071040) 1
Susanto (2311071044)
Laporan Penelitian
Pembuatan Bioetanol dari Bonggol Pisang
menggunakan Hidrolisis Asam dan Enzimatis
Melihat kondisi tersebut, pemerintah telah
mengeluarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia
Nomor 5 Tahun 2006 tentang Kebijakan Energi
Nasional untuk mengembangkan sumber energi
alternatif sebagai pengganti BBM. Kebijakan tersebut
telah menetapkan sumber daya yang dapat
diperbaharui seperti bahan bakar nabati sebagai
alternatif pengganti BBM. Bahan bakar berbasis
nabati diharapkan dapat mengurangi terjadinya
kelangkaan BBM, sehingga kebutuhan akan bahan
bakar dapat terpenuhi. Bahan bakar berbasis nabati
juga dapat mengurangi pencemaran lingkungan,
sehingga lebih ramah lingkungan.

Bahan bakar berbasis nabati salah satu


contohnya adalah bioetanol. Bioetanol dapat dibuat
dari sumber daya hayati yang melimpah di Indonesia.
Bioetanol dibuat dari bahan-bahan bergula atau
berpati seperti singkong atau ubi kayu, tebu, nira,
sorgum, nira nipah, ubi jalar, ganyong dan lain-lain.
Hampir semua tanaman yang disebutkan diatas

Muktafin (2311071040) 2
Susanto (2311071044)
Laporan Penelitian
Pembuatan Bioetanol dari Bonggol Pisang
menggunakan Hidrolisis Asam dan Enzimatis
merupakan tanaman yang sudah tidak asing lagi,
karena mudah ditemukan dan beberapa tanaman
tersebut digunakan sebagai bahan pangan. Bahan yang
belum dimanfaatkan sebagai penghasil sumber
karbohidrat adalah bonggol pisang. Bonggol pisang
memiliki komposisi 76% pati, 20% air, sisanya adalah
protein dan vitamin. Kandungan korbohidrat bonggol
pisang tersebut sangat berpotensi sebagai sumber
bahan bakar nabati yaitu bioetanol.

Bioetanol merupakan cairan hasil proses


fermentasi gula dari sumber karbohidrat ( pati )
menggunakan bantuan mikroorganisme. Produksi
bioetanol dari tanaman yang mengandung pati atau
karbohidrat, dilakukan melalui proses konversi
karbohidrat menjadi gula ( glukosa ) dengan beberapa
metode diantaranya dengan hidrolisis asam dan secara
enzimatis. Metode hidrolisis secara enzimatis lebih
sering digunakan karena lebih ramah lingkungan
dibandingkan dengan penambahan asam dan juga
larutan basa. Glukosa yang diperoleh selanjutnya

Muktafin (2311071040) 3
Susanto (2311071044)
Laporan Penelitian
Pembuatan Bioetanol dari Bonggol Pisang
menggunakan Hidrolisis Asam dan Enzimatis
dilakukan proses fermentasi atau peragian dengan
menambahkan yeast atau ragi sehingga diperoleh
bioetanol sebagai sumber energi.

1.2. Rumusan Masalah


Masalah yang dicoba untuk menyelesaikan melalui
penelitian ini adalah :
1. Kadar gula hasil hidrolisa dengan asam dan
enzim
2. Perolehan etanol yang dihasilkan pada proses
hidrolisa dengan asam dan enzim
3. Pemanfaatan limbah hasil proses distilasi,
apakah dapat dimanfaatkan kembali

1.3. Tujuan Penelitian


Penelitian bertujuan untuk :

Muktafin (2311071040) 4
Susanto (2311071044)
Laporan Penelitian
Pembuatan Bioetanol dari Bonggol Pisang
menggunakan Hidrolisis Asam dan Enzimatis
1. Perolehan kadar gula dengan hidrolisa asam dan
enzim
2. Memperoleh etanol dari bonggol pisang

1.4. Ruang Lingkup


1. Bahan baku yang digunakan adalah bonggol
pisang kepok dari Kota Baru Karawang.
2. Hidrolisa menggunakan enzim α-amilase dan β-
amilase serta asam
3. Fermentasi yang digunakan ragi dipasaran

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Muktafin (2311071040) 5
Susanto (2311071044)
Laporan Penelitian
Pembuatan Bioetanol dari Bonggol Pisang
menggunakan Hidrolisis Asam dan Enzimatis
2.1. Tanaman Pisang

Pisang ( Musa paradisiacal ) adalah tanaman


buah berupa herba yang berasal dari kawasan di Asia
Tenggara (termasuk Indonesia). Tanaman ini
kemudian menyebar ke Afrika (Madagaskar),
Amerika Selatan dan Tengah. Pisang di Jawa Barat
disebut dengan cau, di Jawa Tengah dan Jawa Timur
dinamakan gedang. Hampir di setiap tempat dapat
dengan mudah ditemukan tanaman pisang. Pusat
produksi pisang di Jawa Barat adalah Cianjur,
Sukabumi dan daerah sekitar Cirebon. Pisang
umumnya dapat tumbuh di dataran rendah sampai
pegunungan dengan ketinggian 2000 m dari
permukaan laut. Pisang dapat tumbuh pada iklim
tropis basah, lembab dan panas dengan curah hujan
optimal adalah 1.520–3.800 mm/tahun dengan 2 bulan
kering.

Muktafin (2311071040) 6
Susanto (2311071044)
Laporan Penelitian
Pembuatan Bioetanol dari Bonggol Pisang
menggunakan Hidrolisis Asam dan Enzimatis

Gambar 2.1.1 Pisang

Taksonomi tanaman pisang adalah sebagai berikut


(Rismunandar, 1990).
Kingdom : Plantae
Devisi : Spermatophyta
Sub. Divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotylae
Bangsa : Musales
Suku : Musaceae
Marga : Musa
Jenis : Musa

Tanaman pisang yang utuh memiliki bagian-


bagian yang penting diantaranya daun, batang, buah,
jantung, dan bagian umbi atau bonggol pisang.bagian-
bagian tersebut memiliki berbagai macam manfaat
Muktafin (2311071040) 7
Susanto (2311071044)
Laporan Penelitian
Pembuatan Bioetanol dari Bonggol Pisang
menggunakan Hidrolisis Asam dan Enzimatis
misalnya saja, buah pisang sebagai sumber berbagai
macam mineral dan vitamin yang bermanfaat bagi
manusia. Kandungan mineral dan vitamin yang
berperan antara lain kalium, magnesium, fosfor, besi,
vitamin C dan B kompleks yang aktif sebagai
neurotransmitter dalam kelancaran fungsi otak. Daun
pisang biasa digunakan sebagai pembungkus bahan
makanan, karena dengan membungkus makanan
dengan menggunakan daun pisang akan menambah
cita rasa dalam makanan tersebut contoh bahan
makanan yang sering menggunakan daun pisang
sebagai pembungkus adalah tempe.
Batang pisang dapat digunakan sebagai bahan
dasar kertas daur ulang, dan digunakan sebagai bahan
untuk pakan ternak. Jantung pisang dapat digunakan
sebgai bahan makanan seperti dendeng jantung pisang.
Kulit pisang ternyata dapat dimanfaatkan sebgai
produk olahan makanan seperti nata dan roti. Bagian
bonggol pisang juga bermanfaat sebagai bahan baku
obat dengan cara diambil airnya yang mampu
mengobati penyakit disentri, pendarahan usus, obat
Muktafin (2311071040) 8
Susanto (2311071044)
Laporan Penelitian
Pembuatan Bioetanol dari Bonggol Pisang
menggunakan Hidrolisis Asam dan Enzimatis
kumur serta untuk memperbaiki pertumbuhan dan
menghitamkan rambut ( Rosdiana, 2009 ).
Bonggol pisang ( gambar 2.1.2 ) juga dapat
dimanfaatkan untuk diambil patinya, pati ini
menyerupai pati tepung sagu dan tepung tapioka.
Bonggol pisang memiliki komposisi yang terdiri dari
76% pati, 20% air. (Yuanita dkk, 2008). Potensi
kandungan pati bonggol pisang yang besar dapat
dimanfaatkan sebagai alternatif bahan bakar yaitu,
bioetanol. Bahan berpati yang digunakan sebagai
bahan baku bioetanol disarankan memiliki sifat yaitu
berkadar pati tinggi, memiliki potensi hasil yang
tinggi, fleksibel dalam usaha tani dan umur panen
(Prihandana, 2007).

Gambar 2.1.2 Bonggol Pisang

Muktafin (2311071040) 9
Susanto (2311071044)
Laporan Penelitian
Pembuatan Bioetanol dari Bonggol Pisang
menggunakan Hidrolisis Asam dan Enzimatis
2.2 Ragi

Ragi atau dikenal juga dengan sebutan ‘Yeast’


merupakan semacam tumbuh-tumbuahan bersel 1
(satu) yang terolong dalam keluarga cendikiawan.
Ragi akan bekerja apabila ditambahkan gula dan
kondisi suhu yang hangat. Kandungan
karbondiokasida yang dihasilkan akan membuat suatu
adonan menjadi mengembang dan terbentuk pori-pori.
Ada 2 (dua) jenis ragi dipasaran yaitu ragi kering dan
ragi padat. Jenis ragi kering ini ada yang berbentuk
butiran kecil-kecil dan ada juga yang berupa bubuk
halus. Jenis ragi yang butirannya halus dan berwarna
kecoklatan ini umumnya digunakan dalam pembuatan
roti. Sedangkan ragi padat yang berbentuk bulat pipih,
sering digunakan dalam pembuatan tape sehingga
banyak orang yang menyebutnya dengan ragi tape.
Ragi ini dibuat dari tepung beras, bawang putih dan
kayu manis yang diaduk hingga halus, lalu disimpan
dalam tempat yang gelap selama beberapa hari
sehingga terjadi proses fermentasi. Setelah tumbuh
jamur yang berwarna putih susu kemudian ragi ini
Muktafin (2311071040) 10
Susanto (2311071044)
Laporan Penelitian
Pembuatan Bioetanol dari Bonggol Pisang
menggunakan Hidrolisis Asam dan Enzimatis
dijemur kembali hingga benar-benar kering
(http://www.wikipedia.com, 2008).

Ragi padat sangat memiliki aroma yang sangat


tajam dengan aroma alkohol yang sangat khas. Yeast
adalah group non filamentus fungi, uniseluller dan
berkembang biak dengan cara ‘budding’. Khamir yang
memproduksi askospora termasuk dalam golongan
Ascomycetes. Saccharomycess cereviceae adalah
khamir untuk memproduksi alkohol (Muslimin, 1996).

Manfaat dan Penggunannnya :

a. Ragi padat, selain dimanfaatkan untuk


fermentasi pembuatan tape terkadang juga
untuk menggempukkan ikan atau membuat
pindang bandeng. Dalam penggunaannya, ragi
padat harus dihaluskan sebelum ditaburkan
dalam bahan lainnya.

Muktafin (2311071040) 11
Susanto (2311071044)
Laporan Penelitian
Pembuatan Bioetanol dari Bonggol Pisang
menggunakan Hidrolisis Asam dan Enzimatis
b. Ragi kering yang berbentuk butiran dan bubuk
ini bisa membuat adonan roti menjadi
mengembang, empuk, dan mulus.
c. Untuk pemakaiannya, ragi padat bentuknya
butiran halus dicampur dengan air hangat dan
gula agar terbentuk ‘adonan biang’ sebelum
dicampur dengan adonan tepung.
Sedangkan ragi kering yang bentuknya butiran halus
atau ragi instan, cara pemakaiannya bisa langsung
dicampur dalam adonan tepung, gula, air dan bahan
lainnya.
Proses pembuatan ragi tape cukup sederhana
yaitu bahan-bahan seperti laos, bawabg putih, air tebu,
ubi kayu, jeruk nipis, dan bahan lainnya yangdicampur
menjadi satu, kemudiana ditambahkan air sehingga
terbentuk adonan, kemudian didiamkan pada suhu
kamar selama 3 hari dalam keadaan terbuka,
dipisahkan kotorannya dan diperas untuk mengurangi
airnya, setelah itu dibentuk bulatan-bulatan lalu
dikeringkan. Selama tiga hari akan tumbuh ragi dan
kapang secara alami, dalam hal ini dapat ditambahkan
Muktafin (2311071040) 12
Susanto (2311071044)
Laporan Penelitian
Pembuatan Bioetanol dari Bonggol Pisang
menggunakan Hidrolisis Asam dan Enzimatis
ragi pasar untuk mempercepat pertumbuhan kapang
dan ragi tersebut ( Tim penulis IPB, 2006 ).
Ragi yang mengandung mikroflora seperti
kapang, khamar dan bakteri dapat berfungsi sebagai
starter fermentasi. Selain itu juga kaya akan protein
yakni sekitar 40 - 50%, jumlah protein tersebut
tergantng dari jenis bahan penyusunnya ( Susanto dan
Saneto, 1994 ).

Saccaromycess cereviseae
Pemilihan mikroorganisme biasanya
didasarkan pada jenis karbohidrat yang digunakan
sebagai medium. Untuk memproduksi alkohol dari
pati dan gula digunakan khamir Saccaromycess
cereviseae. Pilihan tersebut bertujuan agar didapatkan
mikrooraganisme yang mamou tumbuh dengan cepat
dan mempunyai toleransi terhadap konsentrasi gula
yang tinggi, mampu menghasilkan alkohol dalam
jumlah yang banyak dan tahap terhadap alkohol
(Sa’id, 1987).
Muktafin (2311071040) 13
Susanto (2311071044)
Laporan Penelitian
Pembuatan Bioetanol dari Bonggol Pisang
menggunakan Hidrolisis Asam dan Enzimatis
Saccharomycess cereviseae mempunyai
bentuk sel bundar, oval atau alongasi. Berkembang
biak secara vegetatif dengan membentuk tunas dan
membentuk spora aseksual pada askus 1 – 4 spora
dengan bentuk yang beragam. Reproduksi generasi
berlangsung dengan konjugasi isogami maupun
heterogami ( Pelczar, et al., 1983 ).
Menurut Fraenkel (1982), temperatur
pertumbuhan yang optimum Saccaromycess
cereviseae adalah 28 - 36°C dan pH optimum untuk
pertumbuhan sel khamir 4,5 – 5,5 ( Moat and Foster,
1988 ).
Menurut Sofer and Zaborsky (1981),
konsentrasi etanol maksimum yang dapat dihasilkan
mikroba adalah berkisar antara 11 – 14%.
Tabel. 2.2.1 Jenis-jenis mikroba dan produk yang
dihasilkan

Organisme Sumber Karbon Produk

Saccharomyces cerevisiae Glukosa Etanol

Saccharomyces cerevisiae Glukosa Gliserol


Muktafin (2311071040) 14
Susanto (2311071044)
Laporan Penelitian
Pembuatan Bioetanol dari Bonggol Pisang
menggunakan Hidrolisis Asam dan Enzimatis

Zymomonas mobilis Glukosa Gliserol

Clos. Thermohydrosulfuricum Glukosa, selulosa Etanol, Asetat, Laktat

Clos. Acetobutylicum Glukosa, pentosa Aseton, Butanol

Aeromonas hydrophila Silosa Gliserol

Aerobacter aerogenes Glukosa 2,3 butanadianol

Clos. Propionicum Alanin Akrilat

Sumber Energi
Untuk keperluan hidupnya khamir
memerlukan bahan-bahan organik dan anorganik.
Khamir mendapatkan energi dari ikatan karbon untuk
pertumbuhan dan perkembangbiakannya yang berasal
dari molekul sederhana seperti gula, asam organik
atau alkohol yang diubah menjadi senyawa kompleks
seperti protein, polisakarida,lemak, lignin ( Garraway
and Evans, 1984 ).
Menurut Buckle, et al., ( 1987 ) karbon dan
energi dapat diperoleh dari gula karbohidat sederhana
Muktafin (2311071040) 15
Susanto (2311071044)
Laporan Penelitian
Pembuatan Bioetanol dari Bonggol Pisang
menggunakan Hidrolisis Asam dan Enzimatis
seperti glukosa. Karbohidrat sederhana seperti
glukosa merupakan sumber karbon yang paling
banyak digunakan dalam fermentasi oleh khamir.
Khamir memerlukan bahan-bahan organikatau
anorganik yang diserap dan digunakan sel dalam
proses metabolisme. Energi yang dihasilkan
digunakan untuk aktivasi sel. Fungsi fisiologi dari
karbon adalah sebagai bahan dasar materi sel organik
(Suriawiria, 1986).
Dalam industri alkohol dan anggur digunakan
khamir jenis Saccharomycess cereviseae yang disebut
khamir permukaan ( top yeast ), yaitu khamir yang
bersifat fermentatif kuat dan tumbuh dengan cepat
pada suhu 20°C. Khamir permukaan tumbuh secara
menggerombol dan melepaskan karbon dioksida
dengan cepat, mengakibatkan sel terapung pada
permukaan ( Fardiaz, 1992 ).
Salah satu jenis mikroorganisme yang
memiliki daya konversi gula menjadi etanol yang
sangat tinggi adalah Saccharomycess cereviseae.
Mikrooragnisme ini menghasilkan enzim zimase dan
Muktafin (2311071040) 16
Susanto (2311071044)
Laporan Penelitian
Pembuatan Bioetanol dari Bonggol Pisang
menggunakan Hidrolisis Asam dan Enzimatis
invertase. Enzim zimase berfungsi sebagai pemecah
sukrosa menjadi monosakarida (glukosa dan fruktosa).
Enzim invertase selanjutnya mengubah glukosa
menjadi etanol. Konsentrasi gula yang umumnya
dibuat dalam pembuatan etanol sekitar 14 – 20 %. Jika
konsentrasi gula terlalu tinggi akan menghambat
aktivasi khamir. Lama fermentasi sekitar 30 – 70 jam
dengan kondisi fermentasi anaerob ( Judoamidjojo, et
al., 1992 ).
Bakteri asam laktat merupakan bakteri
penghasik sejumlah besar asam sebagai hasil akhir
dari metabolisme gula (karbohidrat). Contohnya
Propionibakterium, Streptococcus sp., Leuconostoc
mesenteroides dan lainnya. Asam laktat yang
dihasilkan dengan cara tersebut akan menurunkan
nilai pH lingkungan pertumbuhannya dan
menimbulkan rasa asam. Bakteri asam asetat seperti
Acetobacter aceti melakukan metabolisme yang
bersifat aerobik. Peranan utama dalam fermentasi
bahan pangan adalah mengoksidasi alkohol dan
karbohidrat lainnya menjadi asal asetat. Khamir
Muktafin (2311071040) 17
Susanto (2311071044)
Laporan Penelitian
Pembuatan Bioetanol dari Bonggol Pisang
menggunakan Hidrolisis Asam dan Enzimatis
berperan dalm fermentasi alkohol dengan produk
utamanya yaitu eyanol. Jenis khamir yaitu
Saccaromycess cereviseae ( Buckle, et al., 1987 ).

2.3 Fermentasi
2.3.1 Pengertian Fermentasi
Fermentasi adalah proses produksi energi dalm
sel dalam keadaan anaerobik ( tanpa oksigen ). Secara
umum fermentasi adalah salah satu bentuk respirasi
anaerobik, akan tetapi, terdapat definisi yang lebih
jelas yang mendefinisikan fermentasi sebagai respirasi
dalam lingkungan anaerobik dengan tanpa akseptor
elektron eksternal ( Dirmanto, 2006 ).
Fermentasi dapat diartikan sebagai perubahan
gradual oleh enzim beberapa bakteri, khamir dan
jamur. Contoh perubahan kimia dari fermentasi
meliputi pengasaman susu, dekomposisi pati dan gula
menjadi alkohol dan karbondioksida, serta oksidasi
senyawa nitrogen organik ( Hidayat, et al., 2006 ).
Muktafin (2311071040) 18
Susanto (2311071044)
Laporan Penelitian
Pembuatan Bioetanol dari Bonggol Pisang
menggunakan Hidrolisis Asam dan Enzimatis
Reaksi dalam fermentasi berbeda-beda
tergantung pada jenis gula yang digunakan dan produk
yang dihasilkan. Secara singkat, glukosa ( C6H12O6 )
yang merupakan gula yang paling sederhana, melalui
fermentasi akan menghasilkan etanol (2C2H5OH).
Reaksi fermentasi ini dilakukan oleh ragi, dan
digunakan pada produksi makanan. Persamaan reaksi
kimianya yaitu :
C6H12O6 2C2H5OH + 2CO2 + 2ATP
( Energi yang dilepaskan : 118 kJ per mol ).
Dijabarkan sebagai gula (glukosa, fruktosa, atau
sukrosa) Alkohol(etanol) + karbon dioksida
+ Energi ( ATP )
(Nurdyastuti, 2008).

Mekanisme Fermentasi
Di dalam proses fermentasi, kapasitas mikroba
untuk mengoksidasi tergantung dari jumlah aceptor
elektron terakhir yang dapat dipakai. Sel-sel
melakukan fermentasi menggunakan enzim-enzim
yang akan mengubah hasil reaksi oksidasi, dalam hal
Muktafin (2311071040) 19
Susanto (2311071044)
Laporan Penelitian
Pembuatan Bioetanol dari Bonggol Pisang
menggunakan Hidrolisis Asam dan Enzimatis
ini yaitu asam menjadi senyawa yang memiliki
muatan positif, sehingga dapat menangkap elektron
terakhir dan menghasilkan energi.
Untuk memperoleh hasil fermentasi yang
optimum, persyaratan untuk pertumbuhan ragi harus
diperlukan, yaitu :
a. pH dan kadar karbohidrat dari substrat.
b. Temperatur selama fermentasi.
c. Kemurnian dari ragi itu sendiri.
Jika tumbuh dalam keadaan anaerobik,
kebanyakan khamir lebih cenderung memfermentasi
substrat karbohidrat untuk menghasilkan etanol
bersama sedikit produk akhir sesuai dengan jalur
glikolisis sebagai berikut :

Muktafin (2311071040) 20
Susanto (2311071044)
Laporan Penelitian
Pembuatan Bioetanol dari Bonggol Pisang
menggunakan Hidrolisis Asam dan Enzimatis

Gula

Fosfogliseroldehida

Asam Piruvat

Aerobik Anaerobik

Energi Tinggi + CO2 +H2O


- Asam Laktat
- Etanol
- Asam Asetat
- Alkohol
Gambar 2.3.1.1 diagram alir gula menjadi alkohol
atau energi

Muktafin (2311071040) 21
Susanto (2311071044)
Laporan Penelitian
Pembuatan Bioetanol dari Bonggol Pisang
menggunakan Hidrolisis Asam dan Enzimatis

Jalur Perombakan Glukosa


Etanol (disebut juga etil-alkohol atau alkohol
saja), adalah alkohol yang paling sering digunakan
dalam kehidupan sehari-hari. Karena sifatnya yang
tidak beracun, bahan ini banyak dipakai sebagai
pelarut dalam dunia farmasi dan industri makanan
juga minuman. Etanol tidak berwarna dan tidak berasa
tapi memiliki bau yang khas. Bahan ini dapat
memabukkan jika diminum. Etanol sering ditulis
dengan rumus EtOH. Rumus molekul etanol
adalahC2H5OH atau rumus empiris C2H6O
(http://www.ristek.co.id., 2008).
Etanol dapat dibuat dalam berbagai cara
sebagai berikut :
a. Etanol untuk konsumsi umunya dihasilkan
dengan proses fermentasi atau peragian
bahan makanan yang mengandung pati atau
karbohidrat, seperti beras dan umbi. Alkohol yang
dihasilkan dari proses fermentasi biasanya berkadar
Muktafin (2311071040) 22
Susanto (2311071044)
Laporan Penelitian
Pembuatan Bioetanol dari Bonggol Pisang
menggunakan Hidrolisis Asam dan Enzimatis
rendah. Untuk mendapatkan alkohol dengan kadar
yang lebih tinggi diperlukan proses pemurnian melalui
penyulingan atau distilasi. Etanol untuk keperluan
industri dalam skala lebih besar dihasilkan dari
fermentasi tetes, yaitu hasil samping dalam industri
gula tebu atau gula bibit,
b. Melaluli sintesis kimia melalui antara reaksi
gas etilen dan uap air dengan asam
sebagai katalis. Katalis yang dipakai misalnya asam
fosfat. Asam sulfat juga dipakai sebagai katalis,
namun dewasa ini sudah jarang dipakai
(http://www.ristek.co.id., 2008).
Alkohol merupakan istilah umum dari etanol
yang mempunyai efek yang menguntungkan dan dapat
juga merugikan bagi manusia. Etanol pada kadar yang
rendah dapat berperan sebagai stimulan dan pada
kadar tinggi dapat berperan pengganti bahan bakar
minyak pada saat ini. Etanol diperlukan sebagai bahan
yang harus dimurnikan dari air. Cara lama dilakukan
dengan distilasitetapi kemurnian hanya mencapai 96%
karena adanya peristiwa azeotrop antara campuran
Muktafin (2311071040) 23
Susanto (2311071044)
Laporan Penelitian
Pembuatan Bioetanol dari Bonggol Pisang
menggunakan Hidrolisis Asam dan Enzimatis
alkohol dan air. Tidak mungkin memperoleh alkohol
murni dengan cara ini maka dipergunakan absorpsi
fisik atau molecular sieve. Pada umumnya alkohol
ditambahkan dalam bensin sebanyak 10% atau dikenal
E10. Maksud penambahan pada mulanya untuk
mengurangi emisi gas CO dan sedikit meningkatkan
oktan. Namun penambahan ini menjadi bernilai
ekonomis ketika harga minyak bumi mencapai 80
USD per barel. Alkohol yang ditambahkan harus
bebas dari kandungan air untuk melindungi mesin
mobil dari korosi dan kerusakan bahan packing dari
polimer. E10 dapat langsung dipergunakan pada mobil
tanpa perubahan. Campuran E85 dengan etanol 85%
bensin 15%, dipergunakan untuk mobil khusus untuk
bahan bakar etanol. Jumlah bensin 15% diperlukan
karena etanol kurang mudah menguap sehingga pada
suhu dingin kesulitan untuk menyalakan mesin.
Keluhan dari beberapa pengguna bensin etanol adalah
sering harus menguras air dari tangki minyak, etanol
cenderung mengabsorpsi air dan air tepisah dalam
tangki. Selain itu energi menjadi berkurang atau
Muktafin (2311071040) 24
Susanto (2311071044)
Laporan Penelitian
Pembuatan Bioetanol dari Bonggol Pisang
menggunakan Hidrolisis Asam dan Enzimatis
jumlah bahan bakar bertambah, karena etanol telah
mengandung oksigen (http://www.trubus.com., 2006).
Bahan bakar etanol lebih mempunyai
keunggulan dibandingkan gasoline yang dapat dilihat
dari tabel dibawah ini :

Tabel. 2.3.1.1 Keunggulan bahan bakar etanol


dibandingkan gasoline
Jenis bahan
Petrolium (gasoline) Etanol
bakar
Source Unireversible Reversible
Rendah sehingga Tinggi, tidak perlu “additive’
diperlukan bahkan bisa juga dipakai sebagai
Nilai Oktan
“aditive”timbal bahan “additive”pengganti timbal
yangberbahaya pada gasoline
Emisi buang Berbahaya dan non – - Tidak
“biodegradable”. berbahaya, karena
semuanay
“biodegradable”.
– - Penggabungan
etanol kadar
tinggi dapat
mengurangi emisi
nitrogen oksida
sampai 20% serta
Muktafin (2311071040) 25
Susanto (2311071044)
Laporan Penelitian
Pembuatan Bioetanol dari Bonggol Pisang
menggunakan Hidrolisis Asam dan Enzimatis
mampu
menurunkan emisi
“Volatile Organic
Compounds
(VOCs)” yaitu
senyawa organik
yang dapat
menguap pada
suhu rendah
sampai 30% atau
lebih (VOCs
merupakan bahan
pemicu formasi
lapisan ozon).
– - Etanol
yangmengandung
oksigen
mengurangi
tingkat gas CO
labih dari bahan
bakar beroksigen
yang lain sampai
sampai 25-30%
(laporan USA-
EPA, badan

Muktafin (2311071040) 26
Susanto (2311071044)
Laporan Penelitian
Pembuatan Bioetanol dari Bonggol Pisang
menggunakan Hidrolisis Asam dan Enzimatis
pengawasan
lingkungan hidup
Amerika Serikat)
– - Secara nyata
mengurangi emisi
Sulphur dioksida
maupun
“particular Mattert
(PM)” lainnya .
– - Etanol dapat
menurunkan batas
emisi karbon
dioksida sampai
100% dalam
sekali “life-
cycle”.
(http://www.bioetanolindo.com 2008)

Juga terdapat jalur yang terjadi pada proses


bioetanol yang terjadi dan sesuai dengan hipotesis
yang telah dilakukan kedudukan bioetanol pada
pertumbuhan mikroba :
Muktafin (2311071040) 27
Susanto (2311071044)
Laporan Penelitian
Pembuatan Bioetanol dari Bonggol Pisang
menggunakan Hidrolisis Asam dan Enzimatis

Gambar 2.3.1.1. Kurva pertumbuhan mikroba pada

kondisi batch

Fase stasioner pada kultur batch merupakan


kondisi disaat kecepatan pertumbuhan turun menjadi
nol. Menurut Bull (1974) : Fasa stasioner merupakan
istilah yang salah karena pada fase ini populasi
mikrobia tetap aktif melakukan metabolisme dan aktif
menghasilkan metabolit sekunder. Fasa ini adalah fasa
populasi maksimum. contoh metabolit sekunder :
Asam giberelat. Berdasarkan tipe produk metabolisme
yang dihasilkan selama pertumbuhan, dikenal dua tipe
metabolit :

1. Metabolit primer (enzim, asam organik dan alkohol)


dihasilkan pada fasa eksponensial ( trofofase ).

2. Metabolit sekunder yang dihasilkan selama fasa


stasioner ( fasa idiofase ).

Bahan bakar Etanol campuran

Muktafin (2311071040) 28
Susanto (2311071044)
Laporan Penelitian
Pembuatan Bioetanol dari Bonggol Pisang
menggunakan Hidrolisis Asam dan Enzimatis
Etanol murni memiliki tinggi oktan (116 AKI.
129 RON) yang lebih tinggi dari gasoline pada
umunya ( 86/87 AKI, 91/92RON ) , hal ini membuat
rasio kompresi dan selisih pengapian-nya lebih
tinggiuntuk kinerja yang lebih tinngi pula. Untuk
mengubah mobil yang berbahan bakar murni gasoline
menjadi mobil yang berbahhan bakar murni etanol
dibutuhkan karburator yang lebih besar (berkisar30-
40% area yang lebih luas), atau bisa juga dengan
penambahan injectiors bahan bakar
(metanolmembutuhkan area yang lebih jauh lebih luas
sampai 50% lebih). Mesin-mesin yangmemakai bahan
bakar 30% sampai 100% etanol membutuhkan
penambahan sistem cold-starting untu menyesuaikan
starter mesin temperatur dibawah 13°C ( 55°F ) dan
juga menyelesaikan dengan standar emisi dari EPA
(http://www.biotek.lipi.go.id., 2008).
Beberapa kendala memakai etanol :
a. Tidak sesuai dengan beberapa komponen
sisitem bahan bakar, sebagai contoh :
mengakibatkan korosi yang cepat terhadap
Muktafin (2311071040) 29
Susanto (2311071044)
Laporan Penelitian
Pembuatan Bioetanol dari Bonggol Pisang
menggunakan Hidrolisis Asam dan Enzimatis
komponen yang mengandung besi,
terbentuknya endapan garam,
terjadinyaendapan berbentuk jelly pada
penampang saringan, dan lepasnya karet
internal dari sistem bahan bakar.
b. Dapat mengakibatkanefek negatif padasistm
elektrik pompa bahan bakar seiring dengan
meningkatnya pemakaian internal dan
pembkaran kelanjutan yang yak diinginkan.
c. E-85 sangat tidak sesuai dengan kemampuan
baca parameter bahan bakar sehinggga
menimbulkan error pada penunjukan volume
minyak yang sebenarnya pada tangki minyak.
d. Etanl dapat bercampur baik dengan air maupun
gasoline namun tidak untuk kedua-keduanya
secara bersamaan. Untuk kandungan air
dengan level diantara 0,5% ke 1,0% dalam
etanol tidak akan ada permasalahan, untuk
kontaminasi diatas 1% akan terjadi pemisahan
fasa dimana campuran etanol-air akan

Muktafin (2311071040) 30
Susanto (2311071044)
Laporan Penelitian
Pembuatan Bioetanol dari Bonggol Pisang
menggunakan Hidrolisis Asam dan Enzimatis
memisah dari gasoline sehingga dapat
mengganggu kinerja pembakaran dalam mesin.
Dari jabaran diatas sangat jelas bahwa penggunaan
bioetanol sangat menguntungkan
untuk diterapkan di Indonesia, selain telah terbukti
berhasil diterapkan negara lain seperti Brazil dan
Amerika Serikat juga sangat didukung oleh kondisi
iklim kita yang tropis agrari sehingga cocok untuk
pertanian tebu, singkong maupun bonggol pisang,
dengan begitu akan mampu menguranagi
ketergatungan pada minyak bumi sehingga subsidi
pemerintah untuk bahan bakar bisa dialihkan ke bahan
bakar yang lain (http://biotek.lipi.go.id., 2000 ).

2.4 Etanol
Etanol (disebut juga etil-alkohol atau alkohol
saja), adalah alkohol yang paling sering digunakan
dalam kehidupan sehari-hari. Kerena sifatnya tidak
beracun, bahan ini dapat dipakai sebagai pelarut dalam
dunia farmasi dan industri makanan dan minuman.
Etanol tidak berwarna dan tidak berasa tapi memiliki
Muktafin (2311071040) 31
Susanto (2311071044)
Laporan Penelitian
Pembuatan Bioetanol dari Bonggol Pisang
menggunakan Hidrolisis Asam dan Enzimatis
bau yang khas. Bahan ini dapat membukkan jika
diminum. Etanol sering ditulis, C2H6O. Etanol banyak
digunakan manusia sejak zaman prasejarah sebagai
bahan pemabuk dalam minuman beralkohol. Residu
yang ditemukan pada peninggalan keramik yang
berumur 9000 tahun dari China bagian utara
menunjukan bahwa minuman beralkohol telah
dugunakan oleh manusia prasejarah dari masa
Neolitik. Etanol dan alkohol membentuk larutan
azeotrop. Karena itu pemurnian etanol yang
mengandung air dengan cara penyulingan biasa hanya
mampu menghasilkan etanol dengan kemurnian 96%.
Etanol murni ( absolut ) dihasilkan pertama kali pada
tahun 1796 oleh Johan Tobias Lowitz yaitu dengan
cara menyaring alkohol hasil destilasi melalui arang.
Laviosier menggambarkan bahwa etanol adalah
senyawa yang terbentuk dari karbon, hidrogen dan
oksigen. Pada tahun 1808 Saussure dapat menentukan
rumus kimia etanol. Lima puluh tahun kemudian
(1858), Couper mnerbitkan rumus bangun etanol.
Dengan demikian etanol adalah salah satu senyawa
Muktafin (2311071040) 32
Susanto (2311071044)
Laporan Penelitian
Pembuatan Bioetanol dari Bonggol Pisang
menggunakan Hidrolisis Asam dan Enzimatis
kimia yang pertama kali ditemukan rumus bangunnya
(http://www.ristek.co.id., 2008).
Cara Pembuatan Etanol
Etanol dapat dibuat melalui proses fermentasi
diikuti kemudian dengan proses distilasi sehingga
serat dan gumpalan gula dari bahan dasar ( jagung,
gandum, kentang, tebu, buah-buahan atau sisa sayur-
mayur ) atau pengotor lainnya terpisah dari etanol.
Produksi etanol atau bioetanol ( alkohol ) dengan
bahan baku tanaman yang mengandung pati atau
karbohidat, dilakukan melalui proses konversi
karbohidrat menjadi gula (glukosa) larut. Dalam
proses konversi karohidrat menjadi gula ( glukosa)
larut air dilakukan dengan penambahan air dan enzim,
kemudian dilakukan proses peragian atau fermentasi
gula menjadi etanol dengan menambahkan yeast atau
ragi. Selain etanol atau bioetanol dapat diproduksi dari
bahan baku tanaman yang mengandung pati atau
karbohidrat, juga dapat diproduksi dari bahan tanaman
yang mengandung selulosa, namun dengan adanya
lignin mengakibatkan proses pengulanggannya
Muktafin (2311071040) 33
Susanto (2311071044)
Laporan Penelitian
Pembuatan Bioetanol dari Bonggol Pisang
menggunakan Hidrolisis Asam dan Enzimatis
menjadi lebih sulit, sehingga pembuatan bioetanol dari
selulosa tidak direkomendasikan, meskipun teknik
pembuatan bioetanol merupakan teknik yang sudah
lama diketahui, namun bioetanol untuk bahan bakar
kendaraan memerlukan etanol dengan karakteristik
tertentu yang memerlukan teknolgi yang relatif baru di
Indonesia anatara lain mengenai neraca energi (energy
balance) dan efisiensi produksi, sehingga penelitian
lebih lanjut mengenai teknologi proses produksi
bioetanol tersebut dapat dibagi dalam tiga tahap, yaitu
gelatinasi, sakrafikasi, dan fermentasi (Nurdyastuti,
2008).

Proses Gelatinasi
Dalam proses gelatinasi, bahan baku ubi kayu,
ubi jalar, atau jagung dihancurkan dan dicampur air
sehingga menjadi, yang diperkirakan mengandung pati
27 - 30 %. Kemudian bubur pati tersebut dimasak atau
dipanaskan selama 2 jam sehingga berbentuk gel.
Proses gelatinasi tersebut dapat dilakukan dengan 2
cara, yaitu :
Muktafin (2311071040) 34
Susanto (2311071044)
Laporan Penelitian
Pembuatan Bioetanol dari Bonggol Pisang
menggunakan Hidrolisis Asam dan Enzimatis
a. Bubur pati dipanaskan sampai 130°C selama
30 menit, kemudian didinginkan sampai
mencapai temperatur 95°C yang diperkirakan
memerlukan waktu sekitar 14 jam. Temperatur
95°C tersebut dipertahankan selama sekitar 1
14 jam, sehingga total waktu yang dibutuhkan
mencapai 2 jam.
b. Bubur pati ditambahkan enzim amilase
dipanaskan sampai mencapai temperatur
130°C selama 2 jam. Gelatinase cara pertama,
yaitu cara pemanasan bertahap mempunyai
keuntungan, yaitu pada suhu 95°C aktivasi
amilase merupakan yang paling tinggi,
sehingga mengakibatkan yeast atau ragi cepat
aktif. Pemanasan dengan suhu tinggi (130°C)
pada cara pertama ini untuk memecah granula
pati, sehingga lebih mudah terjadi kontak
dengan air enzim.
Perlakuan pada suhu tinggi tersebut juga dapat
berfungsi untuk sterilisasi bahan, sehingga bahan
tersebut tidak patah terkontaminasi. Gelatinasi cara
Muktafin (2311071040) 35
Susanto (2311071044)
Laporan Penelitian
Pembuatan Bioetanol dari Bonggol Pisang
menggunakan Hidrolisis Asam dan Enzimatis
kedua, yaitu cara pemanasan langsung (gelatinasi
dengan enzim amilase) pada temperatur 130°C
menghasilkan hasil yang kurang baik, karena
mengurangi aktifasi yeast. Hal tersebut dikarenakan
dengan enzim pada suhu 130°C akan terbentuk tri-
phenyl-furane yang mempunyai sifat racun terhadap
yeast. Gelatinasi pada suhu tingggi tersebut juga akan
berpengaruh terhadap penuruna aktifitas amilase,
karena aktifasi amilase akan semakin menurun setelah
melewati suhu 95°C. Selain itu, tingginya temperatur
tersebut akan mengakibatkan half life dari amilase
semakin pendek, sebagai contoh pada temperatur
93°C, half life dari amilase adalah 1500 menit,
sedangkan pada temperatur 107°C, half life amilase
tersebut adalah 40 menit ( Warsito, 2005 )
Hasil gelatinasi dari kedua cara tersebut
didinginkan sampai mencapai temperatur 55 °C,
kemudian dilanjutkan dengan proses sakarifikasi dan
selanjutnya difermentasi dengan menggunakan yeast
(ragi) Saccharomycess cereviceae ( Warsito, 2005 ).

Muktafin (2311071040) 36
Susanto (2311071044)
Laporan Penelitian
Pembuatan Bioetanol dari Bonggol Pisang
menggunakan Hidrolisis Asam dan Enzimatis
Fermentasi
Proses fermentasi dimaksudkan untuk
mengubah glukosa menjadi bioetanol dengan
menggunakan yeast. Alkohol yang diperoleh dari
proses fermentasi ini, biasanya alkohol dengan kadar 8
sampai 10 persen volume. Sementara itu, bila
fermentasi tersebut digunakan bahan baku gula
(molases), prposes pembuatan etanol dapat lebih
cepat. Pembuatan etanol dari molases tersebut juga
mempunyai keuntungan yang lain, yaitu memerlukan
bak fermentasi yang lebih kecil. Etanol yang
dihasilkan proses fermentasi tersebut perlu
ditingkatkan kualitasnya dengan membersihkanya dari
zat-zat yang tidak diperlukan. Alkohol yang dihasilkan
dari proses fermentasi biasanya masih mengandung
gas-gas antara lain CO2 (yang ditimbulkan dari
pengubahan glukosa menjadi etanol / bio-etanol) dan
aldehyde yang perlu dibersihkan. Gas CO2 pada hasil
fermentasi tersebut biasanya mencapai 35% volume,
sehingga untuk memperoleh etanol / bio-etanol yang
berkualitas baik, etanol/bio-etanol tersebut harus
Muktafin (2311071040) 37
Susanto (2311071044)
Laporan Penelitian
Pembuatan Bioetanol dari Bonggol Pisang
menggunakan Hidrolisis Asam dan Enzimatis
dibersihkan dari gas tersebut. Proses pembersihan
(washing) CO2 dilakukan dengan menyaring etanol /
bio-etanol yang terikat oleh CO2, sehingga dapat
diperoleh etanol / bio-etanol yang bersih dari gas CO2.
Kadar etanol / bio-etanol yanng dihasilkan dari proses
fermentasi, biasanya hanya mencapai 8 sampai 10
persen saja, sehingga untuk memperoleh etanol yang
berkadar alkohol yang berkadar 95% diperlukan
proses lainya, yaitu proses distilasi. Proses distilasi
dilaksanakan melalui 2 tingkat, yaitu tinngkat pertama
dengan beer column dan tingkat kedua dengan
rectifying column. Definisi kadar alkohol atau etanol /
bio-etanol dalam % ( persen ) volume adalah “volume
etanol pada temperatur 150 C yang terkandung dalam
100 satuan volume larutan etanol pada temperatur
tertentu ( pengukuran )”. Berdasarkan Balai Keujian
Standar ( BKS ) Alkohol Spirtus, standar temperatur
pengukuran adalah 27,50C dan kadarnya 95,5% pada
temperatur 27,50C atau 96,2% pada temperatur 150C
(Wasito, 2005).

Distilasi
Muktafin (2311071040) 38
Susanto (2311071044)
Laporan Penelitian
Pembuatan Bioetanol dari Bonggol Pisang
menggunakan Hidrolisis Asam dan Enzimatis
Pada umumnya hasil fermentasi adalah
bioetanol atau alkohol yang mempunyai kemurnian
sekitar 30 – 40 % dan belum dapat dikategorikan
sebagai fuel based ethanol. Agar dapat mencapai
kemurnian diatas 95% maka alkohol hasil fermentasi
harus melalui proses distilasi
(http://www.BPPT.co.id., 2008).
Sebagaimana disebutkan diatas, untuk
memurnikan bioetanol menjadi kadar lebih dari 95%
agar dapat dipergunakan sebagai bahan bakar, alkohol
hasil fermentasi yang mempunyai kemurnian sekitar
40 % tadi harus melewati proses destilasi untuk
memisahkan alkohol dengan air dengan
memperhitungkan titik didih kedua bahan tersebut
yang kemudian diembunkan kembali. Untuk
memperoleh bioetanol dengan kemurnian lebih tinggi
dari 99,5 % atau yang umum disebut fuel based
ethanol, masalah yang timbul adalah sulitnya
memisahkan hidrogen yang terikat dalam struktur
kimia alkohol dengan cara destilasi biasa, oleh kerana
itu untuk mendapatkan fuel grade ethanol
Muktafin (2311071040) 39
Susanto (2311071044)
Laporan Penelitian
Pembuatan Bioetanol dari Bonggol Pisang
menggunakan Hidrolisis Asam dan Enzimatis
dilaksanakan pemurnian lebih lanjut dengan cara
Azeotropic destilasi ( http://www.BPPT.co.id., 2008 ).

2.5. Hidrolisis Pati

Pati adalah salah satu jenis polisakarida yang


amat luas tersebar di alam. Pati disimpan oleh
tanaman sebagai cadangan makanan di dalam biji
buah maupun di dalam umbi batang dan umbi akar.
Pati merupakan polimer dari glukosa atau maltosa.
Unit terkecil dari rantai pati adalah glukosa yang
merupakan hasil fotosintesis di dalam bagian tubuh
tumbuh-tumbuhan yang mengandung klorofil.
Molekul glukosa pada pati dan selulosa hanya berbeda
dalam bentuk ikatannya.

Proses hidrolisis pati yaitu pengubahan


molekul pati menjadi monomernya atau unit-unit
penyususnya seperti glukosa. Hidrolisis pati dapat
dilakukan dengan bantuan asam atau enzim pada suhu,
pH, dan waktu reaksi tertentu. Pemotongan rantai pati
oleh asam lebih tidak teratur dibandingkan dengan
Muktafin (2311071040) 40
Susanto (2311071044)
Laporan Penelitian
Pembuatan Bioetanol dari Bonggol Pisang
menggunakan Hidrolisis Asam dan Enzimatis
hasil pemotongan rantai pati oleh enzim. Hasil
pemotongan oleh asam adalah campuran dekstrin,
maltosa dan glukosa, sementara enzim bekerja secara
spesifik sehingga hasil hidrolisis dapat dikendalikan.
Enzim yang dapat digunakan dalam proses hidrolisis
pati adalah amilase.

2.6. Bioetanol

Bioetanol ( C2H5OH ) adalah cairan dari proses


fermentasi gula dari sumber karbohidrat menggunakan
bantuan mikroorganisme. Bioetanol dapat juga
diartikan juga sebagai bahan kimia yang diproduksi
dari bahan pangan yang mangandung pati, seperti ubi
kayu, ubi jalar, jagung, dan sagu. Bioetanol
merupakan bahan bakar dari minyak nabati yang
memiliki sifat menyerupai minyak premium. Bahan

Muktafin (2311071040) 41
Susanto (2311071044)
Laporan Penelitian
Pembuatan Bioetanol dari Bonggol Pisang
menggunakan Hidrolisis Asam dan Enzimatis
baku pembuatan bioetanol ini dibagi menjadi tiga
kelompok yaitu:

a) Bahan sukrosa
Bahan - bahan yang termasuk dalam kelompok
ini antara lain nira, tebu, nira nipati, nira
sargum manis, nira kelapa, nira aren, dan sari
buah mete.

b) Bahan berpati
Bahan - bahan yang termasuk kelompok ini
adalah bahan - bahan yang mengandung pati
atau karbohidrat. Bahan - bahan tersbut antara
lain tepung – tepung ubi ganyong, sorgum biji,
jagung, cantel, sagu, ubi kayu, ubi jalar, dan
lain - lain.

c) Bahan berselulosa ( lignoselulosa )


Bahan berselulosa (lignoselulosa) artinya
adalah bahan tanaman yang mengandung
Muktafin (2311071040) 42
Susanto (2311071044)
Laporan Penelitian
Pembuatan Bioetanol dari Bonggol Pisang
menggunakan Hidrolisis Asam dan Enzimatis
selulosa (serat), antara lain kayu, jerami,
batang pisang, dan lain-lain.

Berdasarkan ketiga jenis bahan baku tersebut,


bahan berselulosa merupakan bahan yang jarang
digunakan dan cukup sulit untuk dilakukan. Hal ini
karena adanya lignin yang sulit dicerna sehingga
proses pembentukan glukosa menjadi lebih sulit.
Bioetanol secara umum dapat digunakan sebagai
bahan baku industri turunan alkohol, campuran bahan
bakar untuk kendaraan. Grade bioetanol harus berbeda
sesuai dengan pengunaanya. Bioetanol yang
menpunyai grade 90% - 96,5% volume digunakan
pada industri, grade 96% - 99,5% digunakan dalam
campuran untuk miras dan bahan dasar industri
farmasi. Besarnya grade bioetanol yang dimanfaatkan
sebagai campuran bahan bakar untuk kendaraan harus
betul – betul kering dan anhydrous supaya tidak
menyebabkan korosi, sehingga bioetanol harus
mempunyai grade sebesar 99,5% - 100%. Bioetanol
yang digunakan sebagai bahan bakar mempunyai
beberapa kelebihan, diantaranya lebih ramah
Muktafin (2311071040) 43
Susanto (2311071044)
Laporan Penelitian
Pembuatan Bioetanol dari Bonggol Pisang
menggunakan Hidrolisis Asam dan Enzimatis
lingkungan, karena bahan bakar tersebut memiliki
nilai oktan 92 lebih tinggi dari premium nilai oktan
88, dan pertamax nilai oktan 94. Hal ini menyebabkan
bioetanol dapat menggantikan fungsi zat aditif yang
sering ditambahkan untuk memperbesar nilai oktan.
Zat aditif yang banyak digunakan seperti metal tersier
butil eter dan Pb, namun zat aditif tersebut sangat
tidak ramah lingkungan dan bisa bersifat toksik.
Bioetanol juga merupakan bahan bakar yang tidak
mengakumulasi gas karbon dioksida ( CO2 ) dan
relatif kompetibel dengan mesin mobil berbahan bakar
bensin. Kelebihan lain dari bioetanol ialah cara
pembuatannya yang sederhana yaitu fermentasi
menggunakan mikroorganisme tertentu.

2.7. Energi

Nilai energi pisang sekitar 136 kalori untuk


setiap 100 gram, yang secara keseluruhan berasal dari
karbohidrat. Nilai energi pisang dua kali lipat lebih
tinggi daripada apel. Apel dengan berat sama (100
Muktafin (2311071040) 44
Susanto (2311071044)
Laporan Penelitian
Pembuatan Bioetanol dari Bonggol Pisang
menggunakan Hidrolisis Asam dan Enzimatis
gram) hanya mengandung 54 kalori. Karbohidrat
pisang menyediakan energi sedikit lebih lambat
dibandingkan dengan gula pasir dan sirup, tetapi lebih
cepat dari nasi, biskuit, dan sejenis roti. Oleh sebab
itu, banyak atlet saat jeda atau istirahat mengonsumsi
pisang sebagai cadangan energi. Kandungan energi
pisang merupakan energi instan, yang mudah tersedia
dalam waktu singkat, sehingga bermanfaat dalam
menyediakan kebutuhan kalori sesaat. Karbohidrat
pisang merupakan karbohidrat kompleks tingkat
sedang dan tersedia secara bertahap, sehingga dapat
menyediakan energi dalam waktu tidak terlalu cepat.
Karbohidrat pisang merupakan cadangan energi yang
sangat baik digunakan dan dapat secara cepat tersedia
bagi tubuh. Gula pisang merupakan gula buah, yaitu
terdiri dari fruktosa yang mempunyai indek glikemik
lebih rendah dibandingkan dengan glukosa, sehingga
cukup baik sebagai penyimpan energi karena sedikit
lebih lambat dimetabolisme. Sehabis bekerja keras
atau berpikir, selalu timbul rasa kantuk. Keadaan ini
merupakan tanda-tanda otak kekurangan energi,
Muktafin (2311071040) 45
Susanto (2311071044)
Laporan Penelitian
Pembuatan Bioetanol dari Bonggol Pisang
menggunakan Hidrolisis Asam dan Enzimatis
sehingga aktivitas secara biologis juga menurun.
Untuk melakukan aktivitasnya, otak memerlukan
energi berupa glukosa. Glukosa darah sangat vital bagi
otak untuk dapat berfungsi dengan baik, antara lain
diekspresikan dalam kemampuan daya ingat. Glukosa
tersebut terutama diperoleh dari sirkulasi darah otak
karena glikogen sebagai cadangan glukosa sangat
terbatas keberadaannya. Glukosa darah terutama
didapat dari asupan makanan sumber karbohidrat.
Pisang adalah alternatif terbaik untuk menyediakan
energi di saat-saat istirahat atau jeda, pada waktu otak
sangat membutuhkan energi yang cepat tersedia untuk
aktivitas biologis. Namun, kandungan protein dan
lemak pisang ternyata kurang bagus dan sangat
rendah, yaitu hanya 2,3 persen dan 0,13 persen. Meski
demikian, kandungan lemak dan protein pisang masih
lebih tinggi dari apel, yang hanya 0,3 persen. Karena
itu, tidak perlu takut kegemukan walau mengonsumsi
pisang dalam jumlah banyak.

Pengembangan bioenergi seperti bioetanol dari


biomassa sebagai sebagai smber bahan baku yang
Muktafin (2311071040) 46
Susanto (2311071044)
Laporan Penelitian
Pembuatan Bioetanol dari Bonggol Pisang
menggunakan Hidrolisis Asam dan Enzimatis
dapat diperbarui merupakan satu alternatif yang
memiliki nilai positif dari aspek sosial dan
lingkungan. Pada umumnya etanol diproduksi dengan
cara fermentasi dengan bantuan mikroorganisme oleh
karenanya sering disebut dengan bioetanol.

Selain itu keuntungan lain dari pemanfaatan


bioetanol adalah dapat digunakan mensubtitusi
langsung atau bahan campuran premium. Subtitusi
premium dengan etanol sebagai bahan bakar
transportasi secara tidak langsung akan mengurangi
emisi karbon dioksida. Hal ini dimungkinkan karena
dengan meningkatnya produksi bioetanol akan
mendorong penanaman tanaman sehingga emisi
karbondioksida yang dihasilkan akan terfiksasi
melalui proses fotosintesis dari tanaman biomas.
Teknologi proses produksi etanol dalam proses
hidrolisis biasanya dilakukan dengan metode
konvensional yaitu dengan menggunakan asam sulfat
(H2SO4) atau asam klorida ( HCl ). Namun metode ini
kurang ramah lingkungan karena penggunaan asam
dalam prosestersebut disamping biaya bahan kimia
Muktafin (2311071040) 47
Susanto (2311071044)
Laporan Penelitian
Pembuatan Bioetanol dari Bonggol Pisang
menggunakan Hidrolisis Asam dan Enzimatis
tersebut yang relatif mahal asam juga dapat
menimbulkan korosif.

Pengembangan teknologi bioproses dengan


menggunakan enzim pada proses hidrolisisnya
diyakini sebagai suatu proses yang lebih ramah
lingkungan. Pemanfaatan enzim sebagai zat
penghidrolisis tergantung pada substrat yang menjadi
prioritas, yaitu untuk menggantikan asam
menggunakan jamur pelapuk putih kemudian
menggunakan enzim selulase untuk menghidrolisis
selulosa menjadi glukosa, kemudian melakukan
fermentasi dengan menggunakan Saccharomyces
cerivisiae untuk mengkonversi menjadi etanol.
Namun, pemanfaatan enzim selulase dan yeast
Saccharomyces cerivisiae tidak mampu mengkonversi
kandungan hemiselulosa pada bonggol pisang atau ubi
jalar. Padahal sekitar 20 – 25% komposisi karbohidrat
bonggol pisang atau ubi jalar adalah hemiselulosa.
Jika kita mampu mengkonversi hemiselulosa berarti
akan meningkatkan konversi bonggol pisang atau ubi
jalar menjadi etanol.
Muktafin (2311071040) 48
Susanto (2311071044)
Laporan Penelitian
Pembuatan Bioetanol dari Bonggol Pisang
menggunakan Hidrolisis Asam dan Enzimatis
Proses hidrolisis umumnya digunakan pada
industri etanol adalah menggunakan hidrolisis dengan
asam ( acid hydrolysis ) dengan menggunakan asam
sulfat ( H2SO4 ) atau dengan menggunakan asam
klorida ( HCl ). Proses hidrolisis dapat dilakukan
dengan menggunakan enzim yang sering disebut
dengan enzymatic hydrolysis yaitu hidrolisis dengan
menggunakan enzim jenis selulase atau jenis yang
lain. Keuntungan dari hidrolisis dengan enzim dapat
mengurangi penggunaan asam sehingga dapat
mengurangi efeknegatif terhadap lingkungan.
Kemudian setelah proses hidrolisis dilakukan
fermentasi menggunakan yeast seperti
Saccharomyces cerivisiae untuk mengkonversi
menjadi etanol. Proses hidrolisis dan fermentasi ini
akan sangat efisien dan efektif jika dilaksanakan
secara berkelanjutan tanpa melalui tengganng waktu
yang lama, hal ini yang sering dikenal dengan istilah
Simultaneous Sacharificatian dan Fermentation
(SSF).

Muktafin (2311071040) 49
Susanto (2311071044)
Laporan Penelitian
Pembuatan Bioetanol dari Bonggol Pisang
menggunakan Hidrolisis Asam dan Enzimatis
SSF pertama kali ikenalkan oleh Takagi et al,
1977, yaitu kombinasi antara hidrolisis menggunakan
enzim selulase dan yeast Saccharomyces cerivisiae
untuk fermentasi gula menjadi etanol secara simultan.
Proses SSF sebenarnya hampir sama dengan proses
yang terpisah antara hidrolisis dengan enzim dan
prosesyang terpisah antara hidrolisis dengan enzim
dan proses fermentasi, hanya dalam proses SSF
hidrolisis dan fermentasi dilakukan.

C5H10O5
(C5H8O4)n
HIDROLISIS
XYLAN XYLOSE
ENZIM,H2O

FERMEN
Dalam satu reaktor. Secara TASI
( YEAST )
singkat reaksi yang terjadi melalui C2H5OH + CO2
proses Simultaneous Sacharification
Etanol
dan Fermentation (SSF) dapat
dillihat pada gambar.

Keuntungan proses ini adalah polisakarida


yang terkonversi menjadi monosakarida tidak kembali
Muktafin (2311071040) 50
Susanto (2311071044)
Laporan Penelitian
Pembuatan Bioetanol dari Bonggol Pisang
menggunakan Hidrolisis Asam dan Enzimatis
menjadi polisakarida karena monosakarida langsung
difermentasi menjadi etanol. Selain itu dengan
menggunakan satu reaktordalam prosesnya akan
megurangi biaya peralatan yang digunakan.

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian

Panulisan penelitian dengan judul “


Pembuatan Bio-Etanol dari Bonggol Pisang
Menggunakan Metode Hidrolisis Asam dan
Enzimatis “ mengambil objek bonggol pisang
berdasarkan eksperimen dan dilaksanakan di
Laborotorium Teknologi Kimia Universitas Jenderal
Achmad Yani.

3.2 Variabel Peneitian

Muktafin (2311071040) 51
Susanto (2311071044)
Laporan Penelitian
Pembuatan Bioetanol dari Bonggol Pisang
menggunakan Hidrolisis Asam dan Enzimatis
Variabel penelitian adalah sebagai berikut :

1. Variable berubah meliputi :


a. Waktu Pemanasan
b. Larutan HCl 2%, 5% dan 10%
c. Enzim yang digunakan
d. Ragi atau yeast
e. Pelarut ( air )

1. Variabel tidak berubah meliputi :


a. Berat umpan ( Bonggol )
b. Temperatur
c. Urea
d. NPK

Muktafin (2311071040) 52
Susanto (2311071044)
Laporan Penelitian
Pembuatan Bioetanol dari Bonggol Pisang
menggunakan Hidrolisis Asam dan Enzimatis

3.3 Diagram Alir

Muktafin (2311071040) 53
Susanto (2311071044)
Laporan Penelitian
Pembuatan Bioetanol dari Bonggol Pisang
menggunakan Hidrolisis Asam dan Enzimatis

Bonggol Pisang

Air Pencucian

Pengupasan
Limbah / Kulit
Bonggol Pisang

Air Penghalusan
divariasikan (Blender )

Pemanasan
Temperatur 100 C Pemanasan
Waktu 1 Jam
Liquifikasi :
- Pemanasan 90 – 95 C
- Pendinginan sampai 40 – 50 C

Ragi Liquifikasi Air Liquifikasi Ragi

Sakarifikasi &
HCl Sakarifikasi Enzim α Amilase
Fermentasi

Pemisahan 1 Sakarifikasi Lanjut


Ampas Enzim β Amilase
(Penyaringan ) & Fermentasi

Fermentasi :
- Temperatur 32 C
- Waktu 36 Jam

Pemisahan 2 Pemisahan 1
Limbah T = 85 C Ampas
(Distilasi ) (Penyaringan )

Analisa kadar gula


menggunakan
polarimrter

Bio Etanol Pemisahan 2


T = 85 C Limbah
(Distilasi )

3.4 Bahan dan Alat Analisa Bioetanol


menggunakan
refraktometer
Bio Etanol

Muktafin (2311071040) 54
Susanto (2311071044)
Laporan Penelitian
Pembuatan Bioetanol dari Bonggol Pisang
menggunakan Hidrolisis Asam dan Enzimatis
Bahan-bahan yang digunakan adalah : Bonggol
Pisang, Asam klorida, Aquadest, Sacharomyces
cereviseae, ragi ( yeast ), urea, NPK.
Alat-alat yang digunakan: Labu Leher Tiga,
Thermometer, Oven, Rangkaian Alat Destilasi, gelas
ukur, corong, piknometer, bunsen dan kaki tiga, pisau,
labu takar, kaca arloji, erlemeyer, kertas saring, statif,
gelas kimia, timbangan, pH meter, polarimeter, pipet
tetes, botol semprot.

3.5 Prosedur Percobaan

3.5.1. Pembuatan Pati dari Bonggol Pisang

Pada proses untuk memperoleh kandungan pati


ini dilakukan pertama kali yaitu bahan baku bonggol
pisang, tahapan selanjutnya bonggol pisang
mengalami pencucian terlebih dahulu untuk
menghilangkan getah yang menempel pada
permukaan bonggol setelah itu untuk menghilangkan
kandungan getah yang menempel pada bagian dalam
bonggol, hal ini dikarenakan pada bonggol merupakan
Muktafin (2311071040) 55
Susanto (2311071044)
Laporan Penelitian
Pembuatan Bioetanol dari Bonggol Pisang
menggunakan Hidrolisis Asam dan Enzimatis
bagian yang menempel pada akar yang secara
prosedur itu terdapat kandungan getah yang tinggi,
maka untuk menghilangkan getah tersebut bonggol
yang telah selasai mengalami pencucian dan
ditambahkan dengan air sampai terendam bonggol di
dalam air, dan setelahnya dilakukan pemanasan awal
sampai dengan mendidih selama 1 jam proses, setelah
itu air bonggol hasil yang berwarna coklat dibuang
karene getah yang dikeluarkan sangat banyak, setelah
itu mulai dengan mendinginkan bonggol.

Mulai dengan menimbang bonggol yang telah


mengalami proses pembuangan getah bonggol sampai
dengan 250 gram dengan pelarut air 250 gram dan
dilakukan proses penghalusan dan dilakukan kembali
proses pemanasan kedua untuk menghasilkan atau
menghitung kandungan pati yang terdapat di dalam
bonggol sampai bonggol tersebut seperti gel sampai
pemansan 1 dan 2 jam dan dilakukan proses
pengadukan. Setelah itu dilakukan proses pendinginan
kembali sampai kondisi atau temperatur 30 - 35 °C,
dan dilihat pH pada bonggol tersebut. Dan setelah itu
Muktafin (2311071040) 56
Susanto (2311071044)
Laporan Penelitian
Pembuatan Bioetanol dari Bonggol Pisang
menggunakan Hidrolisis Asam dan Enzimatis
dilakukan proses analisa kandungan awal untuk
bonggol dilakukan dengan alat Polarimeter.

Hasil gelatinasi dari kedua cara tersebut


didinginkan sampai mencapai temperatur 35°C,
kemudian dilanjutkan dengan proses Fermentasi
dengan menggunakan yeast ( ragi ) Saccharomycess
cereviceae dan selanjutnya Sakarifikasi, Pemisahan
dengan penyaringan dan melakukan Distilasi untuk
memisahkan alokohol sebagai hasil yang diinginkan.

3.5.2 Fermentasi

Pada proses fermentasi ini dilakukan apabila


kondisi bubur bonggol setelah di liquifaksi selesai
dilakukan. Fermentasi merupakan proses dimana
mulai terbentuknya awal alkohol pada bonggol setelah
Muktafin (2311071040) 57
Susanto (2311071044)
Laporan Penelitian
Pembuatan Bioetanol dari Bonggol Pisang
menggunakan Hidrolisis Asam dan Enzimatis
menjadi pati. Hal ini dikarenakan pada proses
fermentasi mulai terbentuknya glukosa untuk
selanjutnya menjadi alkohol. Dilakukan pada suhu 32
C selama waktu 36 jam, dan mengukur pH yang
terdapat pada bonggol yang telah diberi ragi tersebut.
Masukkan semua bahan di dalam gelas kimia.

3.5.3 Proses Sakarifikasi

Pada proses sakarifikasi ini dilakukan dengan


2 (dua) metode yang dilakukan yaitu sakrifikasi
dengan enzm alpha amilase dan gluko amilase dan
sakarifikasi menggunakan hidrolisis asam.

Pada proses sakarifikasi dengan menggunakan


enzim alpha amilase ini digunakan untuk menguraikan
pati yang terdapat dalam bonggol menjadi glukosa
begitupun dengan enzim gluko amilase itu
dikhususkan atau memang spesifikasi untuk
mendapatkan glukosa dari proses pati, sehingga
seluruh kandungan pati akan menjadi glukosa.
Walaupun dilakukan proses lebih awal fermentasi ini
artinya kerja secara cepat antara ragi atau yeast yang
Muktafin (2311071040) 58
Susanto (2311071044)
Laporan Penelitian
Pembuatan Bioetanol dari Bonggol Pisang
menggunakan Hidrolisis Asam dan Enzimatis
telah disiapkan terlebih dahulu untuk proses
sakarifikasi. Setelah itu dilakukan pengukuran pH
yang terjadi dan biasanya akan menurun sampai
dengan pH 3 sampai dengan 4 tergantung pada
persentase yang akan diberikan. Setelah itu dilakukan
analisa dengan polarimeter untuk mengetahui kadar
gula yang ada pada bonggol. Pada mekanisme dengan
hidrolisis asam digunakan dengan larutan asam HCl
dengan berbagai nilai persentase sebagai
perbandingan, dengan bertambahnya HCl berarti
makin mendekati angka asam pada pH indikator,
setelah itu diaduk sampai rata dan mulai memasukan
larutan NaOH sebagai larutan basa sehingga bonggol
menjadi netral kembali, ditambahkan pula urea dan
NPK kedalam untuk meningkatkan proses aktifitas
dan pembentukan nitrogen oleh enzim. Dilakukan
analisis dengan menggunakan Polarimeter ataupun
dengan larutan Benedict.

3.5.4 Pemisahan dan Pemurnian

Muktafin (2311071040) 59
Susanto (2311071044)
Laporan Penelitian
Pembuatan Bioetanol dari Bonggol Pisang
menggunakan Hidrolisis Asam dan Enzimatis
Bonggol yang sudah mengalami proses
fermentasi dan sakarifikasi itu, setelahnya dilakukan
penyaringan dengan kertas saring, agar pengotor-
pengotr yang ada tidak ikut dalam proses distilasi,
karena akan menghambatnya. Proses distilasi
dilakukan pada suhu 80°C, hasil destilasi dianalisa
dengan kadar alkoholnya dengan indeks bias yang
dihasilkan oleh bonggol setalh diproses.

3.6 Prosedur Analisa Bonggol Secra Kualitatif dan


Kuantitatif

Cara Keja Pada Analisa Pada Bonggol Pisang :

1) Data Kualitatif
Adapun cara mengalisa dengan Kualitatif adalah :
a. Membuat larutan Glukosa, Laktosa, Fruktosa,
dan Sukrosa yang masing-masing 10 gram yang
Muktafin (2311071040) 60
Susanto (2311071044)
Laporan Penelitian
Pembuatan Bioetanol dari Bonggol Pisang
menggunakan Hidrolisis Asam dan Enzimatis
dilarutkan ke dalam 100 ml. Kocok sampai
merata selama 5 menit.
b. Mengambil sampel masing-masing 3 ml larutan
glukosa, laktosa, fruktosa dan sukrosa ke dalam
tabung reaksi yang sudah mengalami
pencucuian terlebih dahulu.
c. Memanaskan air didalam pemanas sampai suhu
sekitar 80 – 100 °C.
d. Mengambil larutan Benedict sebanyak 3 ml dan
memasukannya kedalam tabung reaski yang
sudah ada larutan glukosa, laktosa, fruktosa dan
sukrosa. Kocok sampai merata dan catat
perubahan warna yang dihasilkan.
e. Apabila suhu pemanas sudah sesuai dengan
yang diinginkan, maka masukan larutan
campuran ( larutan karbohidrat dan Benedict )
kedalam pemansa dan simpan selama 10 menit.
Lihat dan catat perubahan warna yang dihasilkan
(untuk perbandingan nanti sampel bonggol
pisang).

Muktafin (2311071040) 61
Susanto (2311071044)
Laporan Penelitian
Pembuatan Bioetanol dari Bonggol Pisang
menggunakan Hidrolisis Asam dan Enzimatis
f. Mengambil sampel bonggol (awal dan akhir
sebelum distilasi) yang telah mengalami
penyaringan sehingga hanya bentuk cairan yang
akan dianalisa sebanyak 3 ml ke dalam tabung
reaksi yang sudah mengalami pencucuian
terlebih dahulu.
g. Mengambil larutan Benedict sebanyak 3 ml dan
memasukannya kedalam tabung reaksi yang
telah ada sampel bonggol sebanyak 3 ml.

h. Mengocok tabung reaksi yang sudah tercampur


agar merata antara sampel bonggol pisang
dengan larutan Benedict, catat warna awal yang
dihasilkan.
i. Apabila pemanas air sudah mencapai suhu yang
di inginkan, masukkan tabung reaksi yang sudah
tercampur itu kedalam pemanas sampai 10
menit.

Muktafin (2311071040) 62
Susanto (2311071044)
Laporan Penelitian
Pembuatan Bioetanol dari Bonggol Pisang
menggunakan Hidrolisis Asam dan Enzimatis
j. Lihat dan catat perubahan warna setelah 10
menit. Apakah menyerupai dengan jenis
Glukosa, Laktosa, Fruktosa atau Sukrosa.

1) Data Kuantitatif
Adapun cara untuk menganalisa dengan
Polarimeter :
a. Membuat larutan Glukosa, Laktosa, Fruktosa,
dan Sukrosa yang masing-masing 10 gram yang
dilarutkan ke dalam 100 ml. Kocok sampai
merata selama 5 menit.
b. Pada masing-masing larutan dilakukan
pengenceran sebanyak 4 ( empat ) kali dengan
masing-masing konsentrasi diencerkan dalam
100 ml setengahnya dari larutan awal
(konsentrasi 0,1 diencerkan menjadi 0,05 dan
seterusnya).
c. Begitupun pada bonggol pisang awal setelah
proses pengahalusan dan bubur bonggol
sebelum prose distilasi, melakukan mekanisme
pengenceran sebanyak 4 ( emapat ) kali dengan
Muktafin (2311071040) 63
Susanto (2311071044)
Laporan Penelitian
Pembuatan Bioetanol dari Bonggol Pisang
menggunakan Hidrolisis Asam dan Enzimatis
masing-masing konsentrasi diencerkan 100 ml
setengahnya dari larutab awal ( konsentrasi 0,1
diencerkan 0,05 dan seterusnya ).
d. Menyiapkan serangkaian alat polarimeter.
Mengkalibrasi sampel dengan air hingga 3
(tiga) kali. Hingga nilainya hampir sama
sampai dengan konstan. Sambungkan alat
polarimeter dengan aliran listrik dan arahkan
pada kondisi yang bercahaya. Masukan air pada
tabung di dalam polarimeter jangan sampai ada
gelembung udara dan tutup dengan rapat. Lihat
angka yang menunjukan arahan levo sebelah
kiri dan dextro sebelah kanan, pada alat
polarimeter.
e. Menyiapkan larutan karbohidrat (glukosa,
laktosa, fruktosa dan sukrosa) yang masing-
masing telah mengalami pengenceran 4 (empat)
kali. Masukan masing-masing larutan kedalan
tabung kecil pada alat polarimeter (Glukosa)
hingga penuh dan tidak boleh ada gelembung
udara pada tabung tersebut. Tutup tabung kecil
Muktafin (2311071040) 64
Susanto (2311071044)
Laporan Penelitian
Pembuatan Bioetanol dari Bonggol Pisang
menggunakan Hidrolisis Asam dan Enzimatis
dan mulai dengan melihat nilai yang terdapat
pada sisi sebelah kanan Dextro dan sebelah kiri
Levo, untuk samapai ketemu dengan sisi
Dextro dan Levo arahkan atau putar secara
pelan-pelan samapai menemukan sisi yang
diinginkan.
f. Catat nilai yang dihasillkan sebanyak 4 (empat)
kali dengan sisi masing-masing Dextro dan
Levo. Membilas apabila sudah melakukan pada
tiap-tiap sampel yang akan dianalisa.
g. Lakukan perintah pada langkah e dan f, untuk
masing-masing yang akan dianalisa ( Laktosa,
Fruktosa, Sukrosa dan Bonggol awal setalah
proses penghalusan juga bonggol sebelum
distilasi ).

Muktafin (2311071040) 65
Susanto (2311071044)
Laporan Penelitian
Pembuatan Bioetanol dari Bonggol Pisang
menggunakan Hidrolisis Asam dan Enzimatis

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Jenis bonggol pisang

Bonggol pisang yang diambil dari dareah


Cikampek tepatnya di Kota Baru Kabupaten
Karawang, dengan jenis pisang yang dipakai adalah
pisang kepok.

Muktafin (2311071040) 66
Susanto (2311071044)
Laporan Penelitian
Pembuatan Bioetanol dari Bonggol Pisang
menggunakan Hidrolisis Asam dan Enzimatis
4.1.2 Kadar air dari bonggol pisang

Kadar air bonggol pisang untuk pisang kepok


setelah mengalami pemanasan selama 2 jam
menghasilkan kadar air yaitu 87,63%.

4.1.3 Analisa perolehan hasil hidrolisa bonggol


pisang

a. Analisa Kualitatif
Tabel. 4.1.3.1 Larutan standar dari kadar gula
Larutan yang Reagen Gambar Warna
Warna yang
No diambil yang
dihasilkan
(standar) dipakai

Glukosa Merah kehitam-


1 Benedict
Murni hitaman pekat

Muktafin (2311071040) 67
Susanto (2311071044)
Laporan Penelitian
Pembuatan Bioetanol dari Bonggol Pisang
menggunakan Hidrolisis Asam dan Enzimatis

Merah kehitam-
2 Laktosa Murni Benedict
hitaman

Fruktosa Merah kehitam-


3 Benedict
Murni hitaman pudar

4 Sukrosa Murni Benedict Biru muda

b. Analisa larutan bonggol pisang hasil hidrolisa

Tabel.4.1.3.2 Analisa larutan dari kadar gula


menggunakan enzim dan asam
No Larutan yang Reagen Warna yang Gambar Warna
diambil yang dihasilkan
dipakai

Muktafin (2311071040) 68
Susanto (2311071044)
Laporan Penelitian
Pembuatan Bioetanol dari Bonggol Pisang
menggunakan Hidrolisis Asam dan Enzimatis

Bonggol + Biru muda


1 Benedict
Enzim pudar

Bonggol + Merah
2 Benedict
Asam kehitam

c. Analisa Kuantitatif menggunakan polarimeter


1) Menggunakan Enzim
Tabel.4.1.3.3 Analisa kuantitatif polarimeter
menggunakan enzim

Muktafin (2311071040) 69
Susanto (2311071044)
Laporan Penelitian
Pembuatan Bioetanol dari Bonggol Pisang
menggunakan Hidrolisis Asam dan Enzimatis
% enzim
N Pelarut Enzim terhadap Lamda Lamda
o (gram) (gram) berat L D
bonggol
1 250 10 4 12,38 12,12
2 500 15 6 12,22 12,16
3 250 25 10 13,21 13,1
4 500 37,5 15 13,21 12,32
5 1000 187,5 75 13,24 12,36
6 1000 250 100 13,34 12,46

Grafik 4.1.3.1 Analisa polarimeter % bonggol


menggunakan enzim terhadap panjang
gelombang
Ket : L = levo
D = Dextro

2) Menggunakan asam
Tabel.4.1.3.4 Analisa kuantitatif polarimeter
menggunakan asam
% asam
N Pelarut asam terhadap Lamda Lamda
o (gram) (gram) berat L D
bonggol
11,35 11,21
1 250 10 4
11,09 11,21
2 500 15 6
12,24 12,08
3 250 25 10
Muktafin (2311071040) 70
Susanto (2311071044)
Laporan Penelitian
Pembuatan Bioetanol dari Bonggol Pisang
menggunakan Hidrolisis Asam dan Enzimatis
12,11 12,09
4 500 37,5 15
12,24 11,36
5 1000 187,5 75
12,34 11,36
6 1000 250 100

Grafik 4.1.3.2 Analisa polarimeter % bonggol


menggunakan asam terhadap panjang
gelombang

4.1.4 Perolehan gula dari proses hidrolisa


bonggol pisang

a) Dengan Enzim
Tabel. 4.1.4.1 Perolehan kadar gula menggunakan
enzim
Perb Persen Glukosa (gram) Laktosa (gram) Fruktosa (gram) Sukrosa (gram)
andi Enzim

Muktafin (2311071040) 71
Susanto (2311071044)
Laporan Penelitian
Pembuatan Bioetanol dari Bonggol Pisang
menggunakan Hidrolisis Asam dan Enzimatis
(%
ngan L D L D L D L D
berat)

1:1 4 19,82 28,32 22,74 23,76 30,37 34,25 39,71 42,31

1:2 6 27,06 43,14 32,19 36,02 43,56 51,85 57,63 63,91

1:1 10 29,03 39,10 29,38 29,99 37,30 41,99 46,39 49,71

1:2 15 43,55 45,78 44,07 37,55 55,96 53,74 69,59 65,72

110,3
1:4 75 73,41 77,40 74,05 63,22 93,89 90,36 116,58
0

112,1
1:4 100 76,19 80,15 76,05 64,80 95,97 92,34 118,59
8

Grafik 4.1.4.1 Analisa polarimeter menggunakan


enzim terhadap berat gula untuk
glukosa

b) Dengan asam
Tabel. 4.1.4.2 Perolehan kadar gula menggunakan
asam

Muktafin (2311071040) 72
Susanto (2311071044)
Laporan Penelitian
Pembuatan Bioetanol dari Bonggol Pisang
menggunakan Hidrolisis Asam dan Enzimatis
Persen Glukosa laktosa(gram Fruktosa(gra Sukrosa(gra
Perb
Enzim (gram) ) m) m)
andi
(%ber
ngan L D L D L D L D
at)

18,3 14,5 17,9 21,7 27,0 31,4 35,4


1:1 4
8,39 1 0 8 7 6 2 4

27,4 18,6 26,9 29,4 40,5 43,9 53,1


1:2 6
8,25 7 3 8 0 9 9 5

18,2 27,8 21,6 23,5 29,2 33,9 38,5 42,0


1:1 10
6 8 2 1 0 3 8 0

25,2 41,9 30,8 35,3 42,1 51,0 56,3 63,1


1:2 15
3 9 7 6 8 2 0 2

45,6 49,9 54,0 47,3 73,0 70,6 96,4 91,4


1:4 50
6 0 5 4 1 1 6 2

48,4 49,9 56,0 47,3 75,1 70,6 98,4 91,4


1:4 60
4 0 5 4 0 1 7 2

Grafik 4.1.4.2 Analisa polarimeter menggunakan asam


terhadap berat gula untuk glukosa

4.1.5 Hasil Kadar Etanol

a) Dengan Proses Enzimatis


Tabel. 4.1.5.1. Hasil kadar etanol
menggunakan enzim

Muktafin (2311071040) 73
Susanto (2311071044)
Laporan Penelitian
Pembuatan Bioetanol dari Bonggol Pisang
menggunakan Hidrolisis Asam dan Enzimatis
Persen Kadar
Perbandin Indeks
No Enzim Etanol
gan Bias
(%) (%)

1 1:1 4 1,349 34

2 1:2 6 1,352 30

3 1:1 10 1,348 32

4 1:2 15 1,347 40

5 1:4 75 1,353 42,5

6 1:4 100 1,353 42,5

Grafik. 4.1.5.1 Analisa kadar etanol menggunakan


enzim

b) Dengan Proses Hidrolisis Asam

Tabel. 4.1.5.2. Hasil kadar etanol menggunakan asam

Persen Kadar
Perbandin Indeks
No Enzim Etanol
gan Bias
(%) (%)

1 1:1 4 1,341 20

2 1:2 6 1,345 26,7


Muktafin (2311071040) 74
Susanto (2311071044)
Laporan Penelitian
Pembuatan Bioetanol dari Bonggol Pisang
menggunakan Hidrolisis Asam dan Enzimatis

3 1:1 10 1,341 20

4 1:2 15 1,341 20

5 1:4 50 1,348 32

6 1:4 60 1,348 32

Grafik. 4.1.5.2 Analisa kadar etanol menggunakan


asam

4.1.6 Hasil Penelitian

Hasil Perolehan Etanol dari 250 gram bonggol


pisang melalui proses hidrolisa enzimatis dan
fermentasi dengan ragi ( yeast ).

Tabel. 4.1.6.1 Hasil penelitian menggunakan enzim


Proses hidrolisa enzimatis dan fermentasi dengan ragi (Yeats)

Jumlah Enzim (%
4 15 10 6 75 100
berat)

Perbandingan 1: 1: 1: 1:
1:4 1:4
bonggol/air (berat) 1 2 1 2

Pemanasan (jam) 1 2 1 2 1 2

Berat air (gram) 25 500 25 50 1000 100

Muktafin (2311071040) 75
Susanto (2311071044)
Laporan Penelitian
Pembuatan Bioetanol dari Bonggol Pisang
menggunakan Hidrolisis Asam dan Enzimatis
0 0 0 0

37, 187,
Berat Ragi (gram) 10 25 15 250
5 5

37, 187,
Berat Enzim (gram) 10 25 15 250
5 5

7– 7– 7- 7– 7–
pH Bonggol Awal 7–8
8 8 8 8 8

pH Bonggol + Ragi 6 6 6 6 6 6

pH Bonggol + Ragi +
4 3 3 4 2 2
Enzim

Hasil etanol ( ml ) 3,2 4,8 4,2 3,4 6,4 7

Tabel. 4.1.6.2 Hasil penelitian menggunakan asam


Proses Hidrolisis dengan asam (HCl) dan Yeats

Jumlah asam (%
4 15 10 6 50 60
berat)

Perbandingan 1: 1: 1: 1: 1:4 1:4

Muktafin (2311071040) 76
Susanto (2311071044)
Laporan Penelitian
Pembuatan Bioetanol dari Bonggol Pisang
menggunakan Hidrolisis Asam dan Enzimatis
bonggol/air (berat) 1 2 1 2

Pemanasan (jam) 1 2 1 2 1 2

25 50 100 100
Berat air (gram) 250 500
0 0 0 0

37,
Berat Ragi (gram) 10 25 15 125 150
5

37,
Berat Asam (gram) 10 25 15 125 150
5

7– 7– 7- 7– 7– 7–
pH Bonggol Awal
8 8 8 8 8 8

pH Bonggol + Ragi 6 6 6 6 6 6

pH Bonggol + Ragi +
7 8 8 6 6 6
asam

Hasil etanol ( ml ) 2,2 2,8 2,7 2,4 4,2 4,6

4.2 Pembahasan
Dari data hasil yang diperoleh untuk kadar
air yang dihasilkan sangat tinggi 87,63% berat
berarti didalam kandungan bonggol terdapat pati
sebesar 12,37% berat. Ini berarti kandungan pati
untuk bonggol pisang sangat sangat kecil
kandungannya, hal ini sejalan dengan
dilakukannya analisa kualitatif yang menunjukan
warna, setelah dicampurkan dengan reagen
benedich pada bonggol pisang dengan
Muktafin (2311071040) 77
Susanto (2311071044)
Laporan Penelitian
Pembuatan Bioetanol dari Bonggol Pisang
menggunakan Hidrolisis Asam dan Enzimatis
menggunakan hidrolisis enzim menghasilkan
warna yang mirip dengan sukrosa warna yang
ditunjukan adalah hijau muda, apabila
menggunakan hidrolisis asam setelah dilakukan
pencampuran dengan larutan benedich warna
yang dihasilkan setelah mengalami pemanasan 15
menit pada hidrolisi menunjukan warna yang
mirip dengan glukosa yaitu merah kehitam-
hitamman. Ini juga setelah dilakukan analisa
kuantitatif bonggol pisang awal menunjukan
panjang gelombang yang mirip dengan jenis
sukrosa.
Untuk perolehan kadar gula dalam
berat yang dilakukan analisa dengan polarimeter,
bahwaa persentase berat enzim dengan
perbandingan 250 gram berat bonggol pisang
basah untuk jenis glukosa pada sisi levo, dengan
bertambahnya persentase enzim pada 4% sampai
dengan 100% maka akan menghasilkan berat
kadar gula akan semakin meningkat pula
sedangkan pada sisi dextro, dengan bertambahnya
enzim pada 4% sampai 6% mengalami kenaikan,
dan juga mengalami penurunan berat kadar gula
pada 6% sampai 10% , dan kembali mengalami
kenaikan kadar gula pada10% sampai 100%.
Untuk sisi dextro mengalami nilai yang optimum
pada 6% berat enzim dengan berat gula 43,14

Muktafin (2311071040) 78
Susanto (2311071044)
Laporan Penelitian
Pembuatan Bioetanol dari Bonggol Pisang
menggunakan Hidrolisis Asam dan Enzimatis
gram, mengalami penurunan gula pada 10% berat
enzim, hal ini dikarenakan karena adanya
perbandingan antara bahan baku bonggol pisang
dengan air di dalam proses hidrolisis yaitu 1 : 1
untuk enzim 10%, dengan itu akan membuat
reaski hidrolisa berjalan dengan lambat. Bahwa
kadar gula akan diperoleh dengan jalan waktu
hidrolisa semakin lama ( jumlah air yang
digunakan ) sehingga pemecahan rantai
pembentuk gula menjadi berkurang. Hal ini juga
terjadi pada jenis polisakarida untuk laktosa,
fruktosa dan sukrosa. Apabila mengalami
kenaikan kadar gula diakibatkan oleh waktu yang
digunakan untuk hidrolisa untuk memtuskan
rantai pembentuk gula.
Pada hidrolisis menggunakan larutan asam,
hasil yang diperoleh kadar gula untuk msing-
masing persentase berat enzim terhadap berat 250
gram bonggol pisang, mengalami hasil yang tidak
beraturan akan kadar gula yang dihasilkan dalam
gram masing-masing jenis polisakarida ( glukosa,
laktosa, fruktosa dan sukrosa ). Pada glukosa
untuk sisi levo pada 4% enzim samapi dengan 6%
asam mengalami penurunan sedangkan pada sisi
dextro mengalami peningkatan yang sampai titik
konstan pada 60% asam yang ditambahkan
dengan 49,90 gram gula yang dihasilkan.

Muktafin (2311071040) 79
Susanto (2311071044)
Laporan Penelitian
Pembuatan Bioetanol dari Bonggol Pisang
menggunakan Hidrolisis Asam dan Enzimatis
Begitupun dengan laktosa yang mengalami
peningkatan terus sesuai dengan perbandingan
persentase asampada sisi levo, sedangkan pada
sisi dextro ini mengalami penurunan pada 10%
asam, ini dikarenakan pada asam pemutusan
rantai untuk mempersiapkan nutrtisi ( makanan )
enzim kurang, dan ini berlaku untuk fruktosa dan
sukrosa dengan hidrolisa air yang sedikit.
Setelah proses hidrolisa maka
dilanjutkan dengan pembentukan gula yang telah
diperoleh untuk dikonversi menjadi bioetanol
melalui proses fermentasi. Prinsipnya adalah
untuk mengaktifkan kegiatan mikroba dengan
tujuan mengubah sifat bahan baku agar dihasilkan
produk bioetanol. Mikroba yang diguanakan
adalah enzim yang digunakan alpha amilase yang
berperan menghidrolisis ikatan alpha-1,4-
glukosida enzim bekerja pada pH 3 sampai
dengan 5 pada suhu 32°C. Enzim alpha ini tidak
dapat memecah pati secara sempurna sehingga
selama proses sakarifikasi akan menghasilkan
rantai yang panjang ( dekstrin ). Hasil dari
sakarifikasi akan diteruskan dengan oleh enzim
betha amilase yang dapat menghidrolisis ikatan
alpha-1,4-glukosida menjadi alpha-1,6-
glukosidadengan suhu 32°C dengan pH 2 – 4.
Penambahan gluko atau betha amilase bertujuan

Muktafin (2311071040) 80
Susanto (2311071044)
Laporan Penelitian
Pembuatan Bioetanol dari Bonggol Pisang
menggunakan Hidrolisis Asam dan Enzimatis
untuk menghasilkan glukosa lebih banyak dan
penyempurna dari alpha amilase.

Dari hasil analisa bahwa proses dengan


hidrolisis enzimatis dengan hidrolisis asam
menghasilkan kadar bioertanol yang tinggi untuk
enzim dari pada menggunakan hidrolisis asam.
Fermentasi yang digunakan dengan ragi roti
( S.cereviseae ) menghasilkan energi yang cukup
tinggi dan etanol yang tinggi pada persentase
enzim dan asam yang besar maka akan
meningkatkan kadar etanol dengan perolehan 7
ml untuk enzim dan 4,6 ml untuk asam.
Pembentukan bioetanol sangat dipengaruhi oleh
waktu, dimana semakin lama waktu fermentasi
kadar bioetanol yang dihasilkan akan semakin
besar. Tinggi rendahnya kadar dalam persentase
ditentukan oleh aktifitas ragi ( yeast ) dengan
kadar gula yang terfrementasi, dari reaksi yang
terjadi satu mol glukosa akan terbentuk dua
molekul bioetanol dan karbondioksida.
Konsentrasi gula yang tinggi akan menghambat
pertumbuhan ragi ( yeast ) terhambat sehingga
kadar bioetanol menjadi sedikit. Bioetanol
terbentuk karena aktivitas mikroorganisme dalam
perombakan gula. Penambahan ragi sangat
dipengaruhi oleh pH yang tinggi ( sampai basa )

Muktafin (2311071040) 81
Susanto (2311071044)
Laporan Penelitian
Pembuatan Bioetanol dari Bonggol Pisang
menggunakan Hidrolisis Asam dan Enzimatis
tidak akan tumbuh maksimum malah akan
menyebabkan turun kadar etanol. Ini pun
dipengaruhi oleh asam-basa. Kondisi asam-basa
yang optimum mampu meningkatkan produksi
bioetanol dalam proses fermentasi karena sangat
berpengaruh terhadap interaksi enzim. Untuk
yang hidrolisis dengan asam, semakin banyak
gula yang terbentuk maka akan semakin banyak
hasil bioetanol yang diperoleh.

BAB V
KESIMPULAN

Muktafin (2311071040) 82
Susanto (2311071044)
Laporan Penelitian
Pembuatan Bioetanol dari Bonggol Pisang
menggunakan Hidrolisis Asam dan Enzimatis

5.1 Kesimpulan
Pada kajian dari hasil penelitian dan
pembahsan yang telah disajikan maka dapat
disimpulkan dari penelitian pembuatan bioetanol ini
adalah sebagai berikut :
1. Pada metoda yang digunakan secara enzimatis,
apabila semakin banyak jumlah ( persentase )
enzim ( alpha dan gluko ) amilase maka akan
menaikan hasil perombakan pati menjadi
glukosa dan akan mengahsilkan banyak pula
bioetanol yang dihasilkan.
2. Kadar gula mencapai optimum pada hidrolisis
secara enzimatis maupun asam untuk %
enzimnatis dan asam terhadap 250 bonggol
basah pada 6% dengan perolehan semakin
menimgkat untuk bioetanol 3,4 ml untuk enzim
dan 2,4 ml.
3. Kandungan yng dihasilkan pada bonggol pisang
ini adalah polisakarida dengan jenis Sukrosa.

Muktafin (2311071040) 83
Susanto (2311071044)
Laporan Penelitian
Pembuatan Bioetanol dari Bonggol Pisang
menggunakan Hidrolisis Asam dan Enzimatis
4. Kadar gula akan semakin meningkat seiring
dengan bertambahnya jumlah enzim ( alpha dan
gluko ) amilase dan bertambah nilai kadar
bioetanol.
5. Pengaruh proses hidrolisi dapat bisa
mengakibatkan banyak atau berkurangnya gula
yang dihasilkan sebelum sakarifikasi.
6. Pembentukan gula dengan hidrolisis asam akan
mengakibaktkan ketidakteraturan dalam
pemutusan rantai pembentu pati manjadi gula
(sangat sedikit hasilnya)
7. Semakin lama waktu fermentasi maka akan
meningkatkan kadar etanol yang dihasilkan dan
sangat dipengaruhi oleh pH.

8. Semakin besar persentase enzim dan persentase


asam yang digunakan akan menaikan perolehan
persentase gula dan bioetanol juga akan
meningkatkan kadar bioetanol yang dihasilkan.

Muktafin (2311071040) 84
Susanto (2311071044)
Laporan Penelitian
Pembuatan Bioetanol dari Bonggol Pisang
menggunakan Hidrolisis Asam dan Enzimatis

5.2 Saran

1. Umur pada pohon pisang merupakan salah satu


faktor yang mungkin bisa mempengaruhi
kandungan pati yang ada di dalam bonggol
pisang tersebut.
2. Harus dalam kondisi yang benar-benar steril
kondisi dan alat yang akan digunakan dalam
melakukan percobaan
3. Hati-hati pada saat penambahan larutan basa
(NaOH), apabila lebih sedikit saja maka akan
menyebabkan ketidakteraturan pada pembacaan
alat dan hasil analisa

Muktafin (2311071040) 85
Susanto (2311071044)

You might also like