Professional Documents
Culture Documents
TINJAUAN PUSTAKA
Gambar 2.1. Reaksi Pembentukan Trigliserida dari Gliserol dan Asam Lemak.
O2
R1 CH CH CH CH2 R2
O-Oo
Peroksida aktif
R1 CH CH CH CH2 R2 + R1 C CH CH CH2 R2
H2
O-Oo
Peroksida aktif
o
R1 + R1 C CH CH CH2 R2
CH CH CH CH2 R2 H
Radikal bebas
O-O-H Hidroperoksida
Tabel 2.2. Sifat fisio-kimia minyak sawit dan minyak inti sawit
Sifat minyak sawit minyak inti sawit
Bobot jenis pada suhu kamar 0.900 0.900 – 0.913
Indeks bias D 40 oC 1.4565 – 1.4585 1.495 – 1.415
Bilangan iod 48 – 56 14 – 20
Bilangan penyabunan 196 – 205 244 – 254
Sumber : (krischenbauer, 1960).
Degumming
(penghilangan getah)
Bleaching
(pemucatan)
Refining
(pemurnian)
Deodorizing
(penghilangan bau)
RBDPO
Winterization
(pendinginan)
RBDPOleoin RBDPStearin
Pemisahan fraksi olein dan fraksi stearin didasarkan atas perbedaan titik
cairnya. Fraksi olein mempunyai titik cair yang lebih rendah dibandingkan dengan
fraksi stearin karena rendahnyan kandungan asam lemak jenuh dan tingginya
kandungan asam lemak tidak jenuhnya. Untuk menghasilkan super olein, minyak
sawit mengalami dua kali penyaringan. RBDOlein hasil fraksinasi pertama
dikristalisasi kembali sehingga menghasilkan fraksi cair berupa super olein dan fraksi
padat berupa PMF (Palm Mid Fraction). Filtrasi merupakan proses pemisahan bahan
2.2.3. RBDPKO
RBDPKO (Refined, Bleached and Deodorized Palm Kernel Oil) adalah
minyak mentah dari inti kelapa sawit (CPKO) setelah dilakukan proses degumming
(penghilangan getah), bleaching (pemucatan), dilanjutkan dengan deodorizing
diperoleh minyak yang disebut RBDPKO (Refined, Bleached and Deodorized Palm
Kernel Oil). Minyak inti sawit yang baik berkadar asam lemak bebas yang rendah dan
berwarna kuning terang serta mudah dipucatkan. Bungkil inti sawit diinginkan
berwarna relative terang dan nilai gizi serta kandungan asam aminonya tidak berubah.
Minyak 47 – 52
Air 6–8
Protein 7.5 – 9.0
Extractable non nitrogen 23 – 24
Selulosa 5
Abu 2
Sumber : (Bailey, 1950).
Tabel 2.4. Asam lemak yang penting terdapat dalam minyak dan lemak
Jenis asam Rumus molekul Sumber(asal) Titik cair
Asam lemak jenuh
Asetat CH3COOH Minyak pohon spindle -16.66
n-Butirat CH3(CH2)2COOH lemak susu sapi, mentega -7.6
Isovalerat (CH3)2CHCH2COOH minyak ikan lumba-lumba -37.6
n-Kaproat CH3(CH2)4COOH mentega,minyak kelapa, -1.5
minyak kelapa sawit
n-Kaprilat CH3(CH2)6COOH mentega,minyak kelapa 1.6
minyak kelapa sawit
Kaprat CH3(CH2)8COOH susu sapi dan kambing, 31.5
Minyak kelapa,
Minyak kelapa sawit 44
Laurat CH3(CH2)10COOH minyak laural, minyak
Inti sawit,minyak kelapa
Miristat CH3(CH2)12COOH minyak pala,susu ternak 58
Minyak ikan hiu
Palmitat CH3(CH2)14COOH lemak hewani,minyak 64
nabati
Stearat CH3(CH2)16COOH lemak hewani,minyak 69.4
nabati
Arachidat CH3(CH2)18COOH minyak kacang 76.3
Behenat CH3(CH2)20COOH minyak behenat lemak 80.7
mentega
Lignoserat CH3(CH2)22COOH minyak kacang,spingo 81
nyelin,minyak kacang tanah
2.4. Oleokimia
Oleokimia merupakan bahan kimia yang berasal dari minyak/lemak alami,
baik tumbuhan maupun hewani. Bidang keahlian teknologi oleokimia merupakan
salah satu bidang keahlian yang mempunyai prospek yang baik dan penting dalam
teknik kimia. Pada saat ini dan pada waktu yang akan datang, produk oleokimia
diperkirakan akan semakin banyak berperan menggantikan produk-produk turunan
minyak bumi (petrokimia). Pada saat ini, permintaan akan produk oleokimia
semakin meningkat. Hal ini dapat dimaklumi karena produk oleokimia mempunyai
beberapa keunggulan dibandingkan produk petrokimia, seperti harga, sumber yang
dapat diperbaharui dan produk yang ramah lingkungan (Spitz, 2004).
Pada saat ini industri oleokimia masih berbasis kepada minyak/trigliserida
sebagai bahan bakunya. Hal ini terjadi karena secara umum, para pengusaha masih ragu
untuk terjun secara langsung ke industri oleokimia. Masih sangat jarang dijumpai
sebuah industri yang mengolah bahan baku langsung menjadi bahan kimia tanpa
melalui trigliserida. Padahal secara ekonomi dan teknik, banyak produk dari bahan
alami yang bisa diolah langsung dari bahan nabati tanpa melalui trigliserida. Contohnya
adalah pengolahan secara langsung buah kelapa sawit menjadi asam lemak. Selama ini
asam lemak dari kelapa sawit selalu diolah dari minyak/trigliserida. Padahal dari segi
teknik dan ekonomi akan lebih efisien untuk mengolah secara langsung buah sawit
menjadi asam lemak melalui pengaktifan enzim lipase yang terkandung pada buah
sawit. Hal ini juga bisa ditemukan pada bahan baku nabati lainnya (Spitz, 2004).
O O
O O
O O O O
O O
O
R
O O CH3ONa CH3
CH3
60 0C
O R HO N R
H–N + OH
OH O R OH O
O OH
( Rawlins, 2008).
OCH3 NH2
Amida sekunder merupakan turunan dari amoniak dimana 2 atom H diganti dengan 2
gugus asil ( Ismail, 1982).
OH NHR
2.6. Dietanolamin
Dietanolamin, sering disingkat sebagai DEA, adalah senyawa organik dengan
rumus :
HN(CH2CH2OH)2. Ini adalah cairan tak berwarna polyfunctional, menjadi amina
sekunder dan diol.Seperti amina organik lainnya, dietanolamin bertindak sebagai basa
lemah. Mencerminkan sifat hidrofilik kelompok alkohol, DEA dapat larut dalam air,
dan bahkan higroskopik. Amida dibuat dari DEA sering juga hidrofilik
Produksi dan menggunakan Reaksi etilen oksida dengan amonia berair
pertama menghasilkan etanolamin:
C2H4O + NH3 → H2NCH2CH2OH
2.7. SURFAKTAN
-SO4Na+ 38,7
-COO-Na+ 19,1
sorbitan)
-CH3 0,475
-CH2- 0,475
=CH- 0,475
Harga HLB dapat juga ditentukan berdasarkan harga bilangan penyabunan dan
bilangan asam, yakni dengan menggunakan rumus berikut (Shinoda, 1986).
HLB = 20 (1 – S/A)
Dimana: S = bilangan penyabunan
A = bilangan asam
Hubungan antara nilai HLB dengan penggunaannya sebagai surfaktan dapat
dilihat pada gambar 2.8.
Surfaktan digunakan dalam volume besar pada berbagai produk kebutuhan
rumah tangga, detergent dan produk – produk pembersih lainnya. Biasanya setelah
digunakan, produk yang mengandung surfaktan tersebut di buang sebagai limbah yang
mana pada akhirnya akan dibebaskan kepermukaan air, biodegradasi dan mekanisme
penguraian lain sangat diperlukan untuk mengurangi jumlah dan konsentrasi surfaktan
yang mencapai lingkungan (Brahmana, 1994).