Professional Documents
Culture Documents
Menyetujui,
Dosen Pembimbing
Mengetahui,
Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura
Fakultas Pertanian IPB
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul Pengaruh
Pemupukan Nitrogen dan Fosfor terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tebu
(Saccharum officinarum L.) sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana di
Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian
Bogor.
Pada kesempatan ini penulis juga ingin menyampaikan ucapan terima
kasih kepada :
1. Dr. Ir Suwarto, M.Si selaku dosen pembimbing yang memberikan bimbingan
serta arahan selama kegiatan penelitian dan penyusunan skripsi ini.
2. Prof. Dr. Ir Roedhy Poerwanto, M.Sc selaku dosen pembimbing akademik
atas saran, arahan dan bimbingannya tentang kegiatan akademik penulis.
3. Prof. Dr. Ir. M. A. Chozin, M.Agr dan Dwi Guntoro, S.P. M.Si, selaku dosen
penguji yang memberkan kritik dan saran penyusunan skripsi.
4. Pusat Penelitian dan Pengembangan Gula Indonesia (P3GI) yang telah
mendanai penelitian ini.
5. Ir. Rozi Hermawan selaku Sinder Kepala Litbang Unit Usaha Bungamayang
PTPN VII (Persero) dan Ir. Maria beserta staf (Pak Asep, Pak Asman dan
Pak Tukidi) atas bantuan dan sarannya selama penulis melakukan penelitian
6. Ibu Dyah Setyorini, peneliti dari Balai Penelitian Tanah Bogor yang telah
membantu dalam analisis organ tanaman dan tanah
7. Ibu, kakak, segenap keluarga, sahabat, penghuni wisma Evergreen, Fokma
Bahurekso Kendal, BEM A 07 dan 08 serta semua warga AGH 42, 43 dan 44
yang telah memberikan motivasi baik moral maupun spiritual kepada penulis
Penulis berharap penelitian ini dapat memberikan informasi dan
bermanfaat bagi yang memerlukan.
Penulis
DAFTAR ISI
LAMPIRAN ................................................................................................. 49
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
11. Tabel 11. Jumlah Ruas pada Interaksi Perlakuan Dosis Pupuk Nitrogen
dan Fosfor pada 11 BST .................................................................... 29
12. Tabel 12. Diameter Tengah dan Diameter Bawah pada Berbagai
Dosis Pupuk Nitrogen ....................................................................... 30
13. Tabel 13. Rata-rata Diameter Batang Tebu (cm) Bagian Atas, Tengah
dan Bawah pada Berbagai Umur ....................................................... 30
15. Tabel 15. Rata-rata Jumlah Tanaman Dipanen per Juring pada
Perlakuan Dosis Nitrogen dan Fosfor saat Panen ............................... 32
16. Tabel 16. Rata-rata Bobot Tebu (Produksi) pada Perlakuan Dosis
Nitrogen dan Fosfor saat Panen ......................................................... 33
17. Tabel 17. Rata-rata Hablur pada Perlakuan Dosis Nitrogen dan Fosfor
saat Panen ......................................................................................... 33
18. Tabel 18. Kandungan Hara N Daun Tebu pada Berbagai Dosis
Pupuk N dan P (1, 3, dan 6 BST) ....................................................... 34
19. Tabel 19. Kandungan Hara N Batang Tebu pada Berbagai Dosis
Pupuk N dan P (3 dan 6 BST)............................................................ 34
20. Tabel 20. Kandungan Hara N Akar Tebu pada Berbagai Dosis
Pupuk N dan P (3 dan 6 BST)............................................................ 35
21. Tabel 21. Efisiensi Serapan N (%) pada Organ Tanaman Tebu ......... 35
22. Tabel 22. Efisiensi Penggunaan N pada Organ Tanaman Tebu saat
Berumur 6 BST ................................................................................. 36
23. Tabel 23. Kandungan Hara P Daun Tebu pada Berbagai Dosis
Pupuk N dan P (1, 3, dan 6 BST) ....................................................... 37
24. Tabel 24. Kandungan Hara P Batang Tebu pada Berbagai Dosis
Pupuk N dan P (3 dan 6 BST)............................................................ 37
25. Tabel 25. Kandungan Hara P Akar Tebu pada Berbagai Dosis
Pupuk N dan P (3 dan 6 BST)............................................................ 37
26. Tabel 26. Efisiensi Serapan P (%) pada Organ Tanaman Tebu ........... 38
27. Tabel 27. Efisiensi Penggunaan P pada Organ Tanaman Tebu saat
Berumur 6 BST ................................................................................. 39
28. Tabel 28. Kandungan Hara K Daun Tebu pada Berbagai Dosis
Pupuk N dan P (3 dan 6 BST)............................................................ 40
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
10. Gambar 10. Rata-rata Efisiensi Serapan P pada Organ Tanaman Tebu
saat 1, 3, dan 6 BST........................................................................... 39
Nomor Halaman
12. Lampiran 12. Batas Antara Kecukupan dan Defisiensi Unsur Hara
Berdasarkan Analisis Tanaman Tebu .............................................. 66
Latar Belakang
Masyarakat Indonesia sudah lama mengenal gula, biasanya gula
dikonsumsi sebagai pemanis dalam minuman kopi, teh, atau digunakan untuk
penyedap rasa masakan. Pada skala industri, gula dapat dimanfaatkan sebagai
bahan pemanis baik dalam bentuk gula konsumsi maupun gula rafinasi yang akan
diolah menjadi berbagai produk makanan.
Wakil sekjen IKAGI (Ikatan Ahli Gula Indonesia) menyatakan bahwa
hingga akhir September 2008, produksi gula berbahan baku tebu di Indonesia
mencapai 2.29 juta ton. Tahun 2008, produksi gula diperkirakan mencapai 2.78
juta ton atau melampaui kebutuhan gula nasional (konsumsi) sebanyak 2.70 juta
ton, hasil ini lebih tinggi dibandingkan produksi gula tahun 2007 yang hanya 1.83
juta ton. Hasil perkiraan tersebut diproduksi dari 28.07 juta ton tebu di atas lahan
seluas 369.8 hektar dan setiap hektar lahan rata-rata menghasilkan 6.19 ton gula.
Apabila jumlah tersebut terlampaui, maka swasembada gula di Indonesia akan
terwujud pada tahun 2009 (Kompas, 2008).
Proyeksi naiknya produksi tebu tahun 2008 merupakan imbas dari
membaiknya harga gula sepanjang tahun 2005 hingga 2007. Dalam kondisi
seperti itu, petani akan lebih termotivasi untuk memperluas lahan dan
meningkatkan produksi (Kompas, 2008). Tingginya produksi tahun 2008 belum
menjamin peningkatan hasil pada tahun 2009 karena tahun 2009 harga gula lokal
terpuruk setelah beredarnya gula rafinasi di tingkat konsumen. Sehingga ada
persaingan harga antara gula konsumsi dan gula rafinasi.
Permasalahan lain yang mampu mengancam penurunan produksi tebu
adalah adanya kelangkaan pupuk. Krisis global menyebabkan harga bahan dasar
pupuk di tingkat internasional meningkat. Akibatnya, ketersediaan pupuk di pasar
terbatas dan harganya meningkat luar biasa. Pada komoditas tebu, kenaikan harga
pupuk tersebut melemahkan daya saing karena pemerintah memberlakukan
kebijakan pengendalian harga gula domestik. Akibatnya pupuk di pasaran yang
jumlahnya terbatas tersebut lebih banyak tersedot ke komoditas pertanian non
tebu karena petaninya mempunyai daya beli pupuk yang lebih kuat. Sementara itu,
upaya industri gula untuk membantu petani dalam pengadaan pupuk juga
terkendala karena terjadinya kelangkaan pupuk. Apabila masalah tersebut tidak
segera diatasi program swasembada gula terancam gagal karena sebagian besar
tebu masa tanam 2008/2009 tidak dapat dipupuk, sehingga produktivitasnya dapat
menurun (Pusat Penelitian dan Pengembangan Gula Indonesia, 2008).
Tanaman Tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman
perkebunan semusim yang di dalam batangnya terdapat zat gula. Tebu termasuk
keluarga rumput-rumputan seperti halnya padi, jagung, bambu dan lain-lain.
Selama ini di kalangan petani tebu ada kecenderungan penggunaan dosis aplikasi
pupuk yang berlebihan untuk meningkatkan bobot. Di lain pihak, di perusahaan
perkebunan tebu dosis aplikasi pupuk cenderung sama rata untuk semua kondisi
lahan yang beragam. Dengan terjadinya kelangkaan dan mahalnya pupuk maka
aplikasi dosis pemupukan perlu dirasionalisasi sesuai dengan status hara tanah dan
kebutuhan tebu sehingga mampu mengefisiensikan biaya produksi.
Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya pengaruh
pupuk Nitrogen dan Fosfor terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman tebu.
Hipotesis
1. Semakin tinggi pemupukan Nitrogen, semakin tinggi pertumbuhan dan
produksi tanaman tebu.
2. Semakin tinggi pemupukan Fosfor, semakin tinggi pertumbuhan dan produksi
tanaman tebu.
3. Terdapat pengaruh interaksi perlakuan pemupukan Nitrogen dan Fosfor
terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman tebu.
TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman Tebu
Botani dan Syarat Tumbuh Tebu
Tebu termasuk ke dalam kelas Monocotyledoneae dan ordo
Glumamaceae. Saccharum officinarum adalah jenis yang paling banyak
dikembangkan dan dibudidayakan karena kandungan sukrosa yang tinggi dan
seratnya rendah (Wikipedia, 2006).
Tanaman tebu dapat tumbuh di daerah beriklim panas dan sedang dengan
daerah penyebaran antara 35ºLS dan 39ºLU. Namun umumnya tanaman tebu
tumbuh baik di daerah beriklim tropis. Tebu memerlukan suhu tertentu, yaitu 22 –
27 ºC dengan kelembaban nisbi 65 – 85 % untuk menghasilkan sukrosa yang
tinggi. Di daerah tropik yang bersuhu tinggi, altitude menjadi pembatas
kemungkinan pengembangan pengusahaan tebu. Sebagai perbandingan, umur
tanaman tebu memerlukan 12 bulan, sedangkan pada ketinggian 2 500 m dpl
memerlukan waktu 24 bulan (Sudiatso, 1999).
Dalam masa pertumbuhan tanaman tebu membutuhkan banyak air.
Sedangkan menjelang tebu masak untuk dipanen, dikehendaki keadaan kering
tidak ada hujan, sehingga pertumbuhannya terhenti (Sudiatso, 1980). Kemasakan
batang memerlukan kondisi cuaca kering, suhu rendah, dan kelaparan Nitrogen
(Sudiatso, 1999).
Tebu dapat ditanam pada berbagai tipe tanah, tetapi tanah berat biasanya
lebih dikehendaki. Tanaman tebu menghendaki tanah yang mempunyai tekstur
tanah sedang pada lapisan permukaan dan sub-soilnya porous agak lebih halus
untuk menghindari intensifnya pencucian dan dapat menahan air, sehingga
mempermudah pengelolaan dan pertumbuhan tanaman tebu. Tanaman ini
membutuhkan banyak nutrisi dan memerlukan tanah subur (Sudiatso, 1999).
Pada tanah yang pH-nya kurang dari 5.5, merugikan perkembangan akar
tanaman tebu. Dalam keadaan tersebut, akar rambut yang berfungsi menyerap air
dan larutan hara tidak aktif berfungsi. Tanah demikian memerlukan pemberian
kapur. Tanah kapur yang cenderung alkalis (pH 8.0 – 8.5) kurang menguntungkan
bagi pertumbuhan tanaman tebu. Kondisi tanah demikian akan menghambat
penyerapan hara oleh akar tanaman tebu (Sudiatso, 1999).
Tanaman tebu termasuk golongan tumbuhan C4 yang cukup efisien
menggunakan CO2 untuk menyusun 1 bagian berat bahan kering memerlukan 250
bagian berat air yang diperlukan untuk membentuk bahan kering sebagai 219 : 1
untuk air efektif, atau 366 : 1 untuk total air (Sudiatso, 1999).
a b
a b
Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanaman tebu yang
sudah ditanam sejak bulan Agustus 2008 yang umurnya 5 bulan. Varietas tebu
yang digunakan adalah BM 9605 (Kidang Kencana) dengan kategori masak awal–
tengah dengan deskripsi seperti pada Lampiran 1.
Metode Penelitian
Penelitian menggunakan percobaan faktorial dengan dasar Rancangan
Acak Kelompok yang terdiri 2 faktor, yaitu pemupukan Nitrogen dan Fosfor.
Pupuk Nitrogen (N) dengan 4 taraf yaitu N1 = 90 kg/ha setara 200 kg Urea/ha,
N2 = 135 kg/ha setara 300 kg Urea/ha, N3 = 180 kg/ha setara 400 kg Urea/ha,
N4= 225 kg/ha setara 500 kg Urea/ha, dan pupuk Fosfor (P) dengan 4 taraf yaitu
P1 = 36 kg/ha setara 80 kg TSP/ha, P2 = 72 kg/ha setara 160 kg TSP/ha, P3 = 108
kg/ha setara 240 kg TSP/ha, P4 = 144 kg/ha setara 320 kg TSP/ha. Petak
percobaan berukuran 10 juring x 15 m dengan jarak pusat ke pusat (pkp) 1.3 m.
Tata letak percobaan lapangan tertera pada Lampiran 2. Tiap petak percobaan
dipupuk K2O dengan dosis 270 kg/ha.
Total kombinasi perlakuan adalah 4 x 4 = 16 perlakuan. Tiap perlakuan
diulang 3 kali sehingga terdapat 3 x 16 = 48 petak percobaan. Ukuran tiap petak
percobaan adalah 15 m x 10 m = 150 m2 atau total lahan efektif = 7 200 m2 untuk
seluruh petak percobaan. Selain perlakuan pupuk N dan P, tiap petak percobaan
memperoleh perlakuan yang sama. Pengolahan tanah, penanaman dan
pemeliharaan tanaman (Lampiran 3 dan 4) disesuaikan dengan kebiasaan di
wilayah percobaan untuk tebu lahan kering. Pengairan mengandalkan curah hujan
setempat dengan suplementary irigation sekedarnya; gulma dikendalikan secara
bersih; hama penyakit dikendalikan sesuai keperluan. Model statistik yang
digunakan dalam penelitian ini adalah :
Yijk = µ + Ai + Bj + Kk + (AB)ij + εijk
i = 0,2,3,4 j = 0,1,2,3,4 k = 1,2,3
Yij = nilai pengamatan dari ulangan ke-k pada pemupukan N ke-I dan
pemupukan P ke-j
µ = nilai rata-rata
Ai = pengaruh pemupukan N taraf ke-i
Bj = pengaruh pemupukan P taraf ke-j
Kk = pengaruh dari kelompok ke-k
(AB)ij = pengaruh interaksi taraf pemupukan N ke-I dan tara pemupukan P ke-j
εij = pengaruh galat percobaan pada kelompok ke-k yang memperoleh
pemupukan N taraf ke-i dan pemupukan P taraf ke-j
Pengamatan
Peubah dan parameter pertumbuhan tanaman tebu yang diukur meliputi
jumlah anakan per rumpun, tinggi batang, diameter batang, jumlah ruas, jumlah
daun per tanaman, jumlah tanaman per juring, bobot basah dan bobot kering organ
tanaman (akar, batang, dan daun), bilangan brix, rendemen tebu, luas daun
spesifik (spesific leaf area = Sla). Beberapa gambar pengamatan dalam penelitian
disampaikan pada Lampiran 5.
(7) Bobot basah (BB) dan bobot kering (BK) organ tanaman
Bagian-bagian atau organ vegetatif tanaman tebu yang terdiri atas akar,
batang, dan daun diukur pada tiap fase pertumbuhan (fase emergence, fase
anakan maksimum, fase steady, fase diameter maks, dan fase matang). Pada tiap
petak percobaan diambil 1 rumpun tanaman tebu di juring ke-3 untuk contoh
destruktif. Langkah-langkah pengukuran adalah sebagai berikut:
- Rumpun untuk contoh destruktif adalah yang terdapat pada juring ke-3.
- Jumlah tanaman pada rumpun contoh yang akan dibongkar tersebut dihitung.
- Rumpun contoh dibongkar beserta seluruh akar-akarnya, selanjutnya akar
dicuci bersih dari tanah yang menempel.
- Rumpun contoh dipisahkan menjadi akar, daun, dan batang; bagian daun yang
dikumpulkan adalah seluruh helaian daun (tidak termasuk pelepah) baik yang
hijau maupun yang telah kering; bagian batang termasuk pelepah/seludang
daun (sisa batang bekas bibit dibuang, tidak dimasukkan dalam perhitungan).
- Seluruh bagian akar (BbA-tot), seluruh bagian batang (BbB-tot), dan seluruh
bagian daun (BbD-tot) ditimbang bobot basahnya.
- Sebagian dari akar tersebut diambil sebagai sampel akar dan ditimbang bobot
basahnya (BbA-sample).
- Sebagian dari batang (yang mewakili bagian pangkal, tengah, dan ujung
batang) diambil sebagai sampel batang dan ditimbang bobot basahnya (BbB-
sample).
- Sebagian dari daun yang mewakili daun pada batang bagian bawah, tengah,
dan atas diambil sebagai sampel daun dan ditimbang bobot basahnya (sebagai
BbD-sample).
- Bagian akar, daun dan batang tersebut dipotong-potong menjadi berukuran
kecil-kecil, selanjutnya masukkan tiap bagian tanaman (akar, daun, dan
batang) pada kantong kertas semen.
- Selanjutnya dilakukan pengeringan dengan oven bersuhu 80oC selama 3 hari x
24 jam.
- Setelah waktu tersebut bagian tanaman beserta kantong dikeluarkan dari oven,
lalu dinginkan (sebaiknya dalam desikator bila tersedia) dan ditimbang bobot
keringnya.
- Hasil penimbangan bobot kering akar (BkA-sample), bobot kering batang
(BkB-sample), dan bobot kering daun (BkD-sample) dimasukkan pada lembar
pengamatan yang tersedia.
(8) Bilangan Brix
Pengukuran bilangan brix pada bagian pangkal, tengah, dan ujung batang
dilakukan tiap minggu sejak tanaman memasuki fase diameter maksimum sampai
panen. Pada tiap petak percobaan dilakukan pengukuran 3 tanaman contoh.
Tanaman contoh ini merupakan tanaman yang sama untuk pengukuran peubah
tinggi batang, diameter batang, dan jumlah daun.
Efisiensi Serapan Hara (%)= C/[G+Kandungan hara dalam pupuk (g)] x 100%
C = Hara yang diserap tanaman (g) = A x B
A = Kandungan hara organ tanaman (%)
B = Bobot kering organ (g)
G = Hara yang diserap tanah (g) = E x F
E = Hara tanah (%)
F = Bobot tanah (g)
(17) Hablur
Hablur (gula sukrosa yang dikristalkan) dihasilkan setelah proses ekstraksi
nira dari batang tebu dan pengolahan gula di dalam pabrik. Nilai hablur dapat
dihitung sebagai hasil kali antara berat tebu (produksi) dengan rendemen yang
sudah dibagi 100; Hablur = Produksi x (Rendemen / 100), satuannya ton/ha atau
dikonversikan menjadi kg/ha.
Pelaksanaan Penelitian
Pengolahan tanah
Pengolahan tanah dilakukan sebanyak 3 kali dengan menggunakan bajak
atau garu yang ditarik traktor. Pengolahan tanah pertama menggunakan bajak
bertujuan untuk memecah dan membalik tanah. Arah bajak 450 dari alur tanaman
yang dibongkar sehingga akan meratakan lahan bekas guludan lama. Hal ini akan
memberikan kesempatan proses oksidasi dan membusukkan bahan organik yang
masih mentah. Pengolahan tanah yang kedua menggunakan garu (harrow) yang
arah kerjanya tegak lurus dengan kegiatan bajak, tujuannya adalah untuk
mencacah ulang serasah dan sisa tebangan yang masih terdapat di dalam tanah
dan menghancurkan bongkahan tanah. Setelah 7 hari, dilanjutkan pengolahan
tanah ketiga (Garu II) agar bongkahan tanah memiliki tekstur remah.
Selanjutnya dilakukan plotting perlakuan sebanyak 48 petak yang masing-
masing berukuran 10 juring x 15 m. Pembuatan kair/alur tanaman dengan jarak
pusat ke pusat (PKP) juring 1.30 m dan kedalaman juring 40 cm. Setelah alur dan
plot tanaman terbentuk, kegiatan selanjutnya membuat jalan infield dengan
menggunakan alat ridgers. Jalan infield kebun dibuat dengan panjang row ±50 m
dan lebar jalan infield 2 – 3 m untuk membatasi antar ulangan atau blok.
Penanaman
Bibit yang ditanam berumur 6 – 7 bulan dari Kebun Bibit Dasar (KBD)
dimuat pada truk yang membawa 5 ton (1 ha = 2 truk). Bibit yang ditanam
merupakan bibit bagal (bibit yang mata tunasnya belum tumbuh) dengan mata
tunas berjumlah 12 mata/m dan setiap meter ditanam 6 stek, jadi setiap juring
ditanam 90 stek atau 180 mata tunas. Kemudian bibit lonjoran diecer di juringan
dengan posisi mendatar dan berjajar lurus. Setelah itu, bibit lonjoran dicacah
setiap 2 mata atau 2 ruas. Bibit ditimbun dengan tanah hingga kedalaman 10-15
cm. Selanjutnya dilakukan irigasi pada kairan.
Pemeliharaan di Lahan
Setelah 1 – 2 BST dilakukan penggemburan I dengan menggunakan
sprintyn 4 mata yang ditarik oleh traktor. Posisi mata di samping juring sehingga
tidak mengenai tebu. Tujuan dilakukan penggemburan adalah untuk menimbun
tebu dan memberikan aerasi pada tanah. Penggemburan (kultivasi) dilakukan 2
kali, pada penggemburan II menggunakan alat teratyn 3 mata.
Gulma dikendalikan secara manual dan grosok (mengendalikan gulma
merambat sebelum tebu roboh) selama 2 hari. Sedangkan pengendalian gulma
secara kimiawi dilakukan dengan penyemprotan herbisida pre emergence Diuron
dosis 2 kg/L per hektar saat 1 minggu setelah penanaman. Pengendalian biologis
hama penggerek pucuk dilakukan dengan memasang pias (lembaran kertas karton
berukuran 2 x 5 cm yang berisi sekitar 2 500 telur ulat beras (Corcyra
cephalonica Stainton) yang telah mengandung embryo/terparasit oleh
Trichogramma spp) sebagai parasitoid penggerek pucuk pada stadia telur.
Pelepasan ini dilakukan sejak 1.5 hingga 4 bulan dengan interval waktu 1 minggu.
Minggu pertama dilakukan 1 pias/Ha, selanjutnya 6 pias/minggu/ha.
Pada 3 BST dilakukan pengguludan selama 4 hari dengan menggunakan
cangkul. Klentek (pembuangan daun kering/daduk) dilakukan 1 kali pada saat
tanaman berumur 6 BST.
Waktu Pengamatan
Waktu pengamatan terhadap masing-masing peubah pertumbuhan dan
produksi tanaman tebu mulai umur 1 – 11 BST disajikan pada Lampiran 7.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Kondisi Umum Pertanaman
Hasil analisis tanah awal menunjukkan bahwa tanah lokasi penelitian
tergolong agak masam dengan pH 5.6. Menurut Sundara (1998) tanaman tebu
masih dapat toleran pada kisaran pH 5-8.5. Kandungan N-total, Na dan KTK
tergolong sangat rendah. Kandungan Ca, Mg, dan K rendah, dan P sangat tinggi.
Nilai-nilai kandungan hara dapat dilihat pada Lampiran 8 dan penggolongannya
menurut Pusat Penelitian Tanah (1983) seperti pada Lampiran 9. Curah hujan dari
bulan Juli 2008 hingga bulan Agustus 2009 sebesar 1 280 mm (Lampiran 10).
Kondisi suhu pada bulan-bulan tersebut sebesar 27 0C. Menurut Sundara (1998)
tebu dapat beradaptasi baik pada curah hujan rata-rata 1200 mm/tahun dan
pertumbuhan optimum tanaman tebu dicapai pada suhu 24 – 30 0C. Secara umum,
kondisi lingkungan pada saat penelitian sesuai untuk pertumbuhan tanaman tebu.
Hama yang menyerang tanaman adalah penggerek pucuk dan penggerek
batang. Hasil pengamatan tim EWS (Early Warning System) Unit Usaha
Bungamayang PTPN 7 (Lampiran 11), rata-rata intensitas serangan penggerek
pucuk dan penggerek batang masing-masing sebesar 5.21% dan 12.57%. Petak
percobaan juga ditumbuhi gulma jenis daun lebar yang banyak tumbuh disela-sela
tanaman seperti Ageratum conyzoides, Borreria alata, dan Physalis angulata.
Beberapa jenis gulma rumput juga tumbuh di jalan dalam petak, seperti Axonopus
compressus, Cynodon dactylon, dan Eleusine indica.
Hasil rekapitulasi sidik ragam pengaruh pemupukan N, P dan interaksinya
tertera pada Tabel 1. Sebagian besar peubah yang diamati tidak dipengaruhi oleh
pemupukan N, P, dan interaksinya. Pupuk N pada tanaman tebu berpengaruh
sangat nyata pada peubah BK daun 1 BST, pengaruh nyata pada peubah jumlah
tanaman per juring 7 dan 10 BST, diameter tengah 6 BST, tinggi batang 4 BST,
dan diameter bawah 11 BST. Pupuk P hanya berpengaruh nyata pada jumlah
tanaman per juring 5 dan 10 BST dan BK daun 1 dan 11 BST. Interaksi pupuk N
dan P berpengaruh sangat nyata hanya pada BK daun 11 BST dan berpengaruh
nyata pada tinggi batang, dan jumlah ruas 11 BST. Rendemen tebu, jumlah
tanaman dipanen per juring, produksi tebu dan hablur tidak dipengaruhi oleh
pupuk N, pupuk P, dan interaksinya.
Nilai rata-rata jumlah daun berkisar antara 2.0 sampai 7.8 helai/tanaman.
Jumlah daun/tanaman induk meningkat hingga 6 BST kemudian berangsur-angsur
menurun akibat penuaan daun. Tinggi batang tebu terus meningkat dari umur 3
BST sampai 11 BST (Gambar 4). Jumlah anakan per rumpun mengalami
penurunan hingga umur 8 BST, selanjutnya meningkat lagi hingga umur 11 BST
(Tabel 3).
Tabel 3. Rata-rata Jumlah Daun, Tinggi Batang dan Jumlah Anakan per
Rumpun Tebu umur 1-11 BST
Peubah
BST Jumlah Daun Tinggi Batang Jumlah Anakan per Rumpun
(helai) (cm) (anakan/rumpun)
1 2.0 - -
2 6.4 - -
3 7.4 78.3 3.2
4 7.6 141.9 3.2
5 7.3 182.4 2.7
6 7.8 221.1 3.1
7 7.3 250.2 3.0
8 6.9 276.4 2.4
9 6.6 286.4 3.5
10 6.2 302.5 3.6
11 6.0 307.2 4.3
350
300
20 10 BST
0
90 135 180 225
Dosis Pupuk N (kg/ha)
Gambar 5. Hubungan Persamaan Antara Jumlah Tanaman per Juring
dengan Pupuk N
160
y = 0,031x + 123,0
140 R² = 0,320
Jumlah Tanaman / Juring
120
100 y = 0,014x + 112,2
R² = 0,263
80
60
40 5 BST
20 10 BST
0
36 72 108 144
Dosis Pupuk P (kg/ha)
Gambar 6. Hubungan Persamaan Antara Jumlah Tanaman per Juring
dengan Pupuk P
Spesific Leaf Area (SLA)
Pemupukan Nitrogen dan Fosfor serta interaksinya tidak berpengaruh
terhadap peubah Spesific Leaf Area (SLA). SLA Rata-rata SLA pada perlakuan N
dan P adalah 1.1 Ha/kg. Nilai rata-rata SLA cenderung menurun dengan
bertambahnya umur. Hal tersebut menunjukkan bahwa saat fase pemasakan dan
pematangan tebu kemampuan tanaman dalam fotosintesis semakin berkurang dan
pertumbuhan vegetatif mulai berkurang. Nilai rata-rata SLA mulai dari umur 3-11
BST tertera pada Tabel 6.
Tabel 6. Rata-rata SLA pada Perlakuan Dosis Pupuk Nitrogen dan Fosfor
BST
Peubah
3 5 7 8 9 10 11
---------------------------------Ha/kg (/1000)-------------------------------
SLA 1.2 1.2 1.1 1.0 1.0 1.1 1.0
Tabel 7. Rata-rata Bobot Kering Akar, Batang, dan Daun (g) Tanaman
Tebu umur 1-11 BST
Peubah 1BST 3 BST 5 BST 9 BST 11 BST
1400
Akar
1200
Batang
1000 Daun
BK (g/tanaman)
800
600
400
200
0
1 3 5 9 11
Umur (BST)
Gambar 7. Perkembangan
Per Bobot Kering Tanaman Tebu
Dari gambar di atas juga diketahui periode kritis yaitu pada saat tanaman
melakukan aktivitas pertumbuhan maksimal. Pada 3 dan 9 BST, terjadi
peningkatan pertumbuhan BK organ daun, batang dan akar yang tinggi. Pada saat
itu, unsur hara yang tersedia harus dapat mencukupi kebutuhan tanaman yang
dimanfaatkan dalam pertumbuhan vegetatif. Sehingga pada 3 dan 9 BST
merupakan periode kritis yang sangat menentukan tinggi rendahnya produksi
tanaman tebu.
Jumlah Ruas
Pupuk N dan P tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah ruas. Interaksi
keduanya juga tidak berpengaruh nyata dari awal pertumbuhan hingga tanaman
berumur 10 BST. Interaksi pupuk N dan P berpengaruh nyata pada saat tanaman
tebu berumur 11 BST. Nilai rata-rata jumlah ruas cenderung meningkat dengan
bertambahnya umur (Tabel 10). Rata-rata pembentukan ruas pada tebu kurang
lebih 2 ruas/bulan.
Tabel 11. Jumlah Ruas pada Interaksi Perlakuan Dosis Pupuk Nitrogen
dan Fosfor pada 11 BST
Pupuk P (kg/ha)
Pupuk N (kg/ha)
36 72 108 144
----------------------------------ruas/tanaman--------------------------
90 28.2ab 29.3ab 31.1a 30.1ab
135 31.1a 30.2ab 27.8ab 30.1ab
180 31.0a 27.2b 30.9a 30.0ab
225 29.2ab 31.1a 28.2ab 29.7ab
Keterangan : angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji DMRT
taraf 5%
Diameter Batang
Perlakuan pemupukan N dan P serta interaksinya, tidak berpengaruh nyata
terhadap diameter batang bagian atas dan tengah pada umur 7-11 BST. Pada umur
6 BST pupuk N berpengaruh nyata pada diameter batang bagian tengah dengan
pola yang tidak menentu, dan pengaruhnya menjadi tidak nyata pada umur-umur
yang lebih tua. Pada diameter bagian bawah, pengaruh pupuk N terlihat pada
akhir pengamatan (11 BST) semakin tinggi dosis pupuk N semakin besar diameter
batang tebu (Tabel 12). Nilai rata-rata diameter batang cenderung menurun mulai
tanaman berumur 7 BST hingga 11 BST. Nilai rata-rata diameter batang bagian
atas tengah dan bawah berkisar antara 16.1 – 28.7 cm (Tabel 13).
Tabel 12. Diameter Tengah dan Diameter Bawah pada Berbagai Dosis
Pupuk Nitrogen
Diameter Tengah Diameter Bawah
Perlakuan
6 BST 11 BST
------------------------------cm-------------------------
Pupuk N (kg/ha)
90 26.8a 26.7ab
135 25.7b 25.6b
180 27.1a 27.1ab
225 26.5ab 28.3a
Rata-Rata N 26.5 26.9
Keterangan : angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda
nyata pada uji DMRT taraf 5%
Tabel 13. Rata-rata Diameter Batang Tebu (cm) Bagian Atas, Tengah dan
Bawah pada Berbagai Umur
Perlakuan 6 BST 7 BST 8 BST 9 BST 10 BST 11 BST
Bagian Atas 17.7 18.1 17.2 16.8 16.5 16.1
Bagian Tengah 26.5 26.2 25.6 26.0 26.1 24.6
Batang Bawah 27.4 28.7 27.7 28.2 28.3 26.9
15 y = -0,364x + 20,15
R² = 0,870
10 Bagian Atas
5 Bagian Tengah
Batang Bawah
0
6 7 8 9 10 11
Umur (BST)
Gambar 8. Pertumbuhan Diameter Batang Bagian Atas, Tengah, dan
Bawah
Rendemen
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pemupukan Nitrogen, Fosfor,
dan interaksinya tidak berpengaruh terhadap rendemen. Rata-rata nilai rendemen
cenderung meningkat dengan semakin bertambahnya umur tanaman (Tabel 14)
karena proses pemasakan dan pembentukan gula terus berlangsung hingga
rendemen mencapai maksimum. Rendemen tebu berkisar antara 8.1 % - 8.5 %.
Tabel 14. Rata-rata Rendemen pada Perlakuan Pupuk Nitrogen dan Fosfor
pada 9-11 BST
Bulan Setelah Tanam (BST)
Perlakuan
9 10 11
-------------------------%--------------------------
Nitrogen (kg/ha)
90 7.8 7.0 8.3
135 7.3 7.0 8.3
180 7.2 7.1 8.3
225 7.3 7.3 8.5
Rata-Rata N 7.4 7.1 8.3
Fosfor (kg/ha)
36 7.3 7.2 8.3
72 7.5 7.2 8.5
108 7.5 7.2 8.4
144 7.3 6.8 8.1
Rata-Rata P 7.4 7.1 8.3
Rata-Rata NP 7.4 7.1 8.3
Jumlah Tanaman Dipanen per Juring
Hasil analisis ragam, menunjukkan bahwa pemupukan N dan P dan
interaksi keduanya tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah batang tebu dipanen
per juring. Pada penelitian ini diperoleh nilai jumlah tanaman dipanen per juring
berkisar antara 118.2 tanaman/juring sampai 131.3 tanaman/juring (Tabel 15).
Rata-rata batang tebu yang dapat dipanen sebanyak 125.4 tanaman/juring atau 8.4
tanaman/m.
Tabel 15. Rata-rata Jumlah Tanaman Dipanen per Juring pada Perlakuan
Dosis Nitrogen dan Fosfor saat Panen
Perlakuan Panen
--tanaman/juring *) -- ---tanaman/m---
Nitrogen (kg/ha)
90 119.6 8.0
135 125.8 8.4
180 127.9 8.5
225 128.2 8.5
Rata-Rata N 125.4 8.4
Fosfor (kg/ha)
36 121.3 8.1
72 130.8 8.7
108 131.3 8.8
144 118.2 7.9
Rata-Rata P 125.3 8.4
Rata-Rata NP 125.4 8.4
*) = Panjang juring 15 m
Produksi
Analisis ragam menunjukkan bahwa pemupukan N dan P dan interaksi
keduanya tidak berpengaruh nyata terhadap berat tebu atau produksi. Pada
penelitian ini diperoleh nilai produksi tebu berkisar antara 79.4 ton/ha sampai 87.5
ton/ha dengan rata-rata sebesar 162.3 kg/juring atau 83.2 ton/ha (Tabel 16). Nilai
tersebut hanya mencapai 83.9 % potensi produksi varietas yang digunakan
(Kidang Kencana) yaitu sebesar 99.2 ton/ha.
Tabel 16. Rata-rata Bobot Tebu (Produksi) pada Perlakuan Dosis Nitrogen
dan Fosfor saat Panen
Perlakuan Bobot Tebu
---kg/juring*)--- .---ton/ha---
Nitrogen (kg/ha)
90 159.5 81.8
135 159.0 81.5
180 164.6 84.4
255 165.9 85.1
Rata-Rata N 162.3 83.2
Fosfor (kg/ha)
36 159.2 81.6
72 170.7 87.5
108 164.2 84.2
144 154.9 79.4
Rata-Rata P 162.3 83.2
Rata-Rata NP 162.3 83.2
*) = Panjang juring 15 m
Hablur
Sidik ragam menunjukkan bahwa pemupukan N dan P tidak berpengaruh
nyata terhadap hablur (kristal gula) yang akan dihasilkan ketika tebu diproses
menjadi gula di dalam pabrik. Pada penelitian ini nilai hablur yang dihasilkan
berkisar antara 6 452 kg/ha sampai 7 448 kg/ha dengan rata-rata sebesar 6 942
ton/ha (Tabel 17).
Tabel 17. Rata-rata Hablur pada Perlakuan Dosis Nitrogen dan Fosfor saat
Panen
Perlakuan Panen
---kg/ha---
Nitrogen (kg/ha)
90 6 771
135 6 780
180 6 967
225 6 942
Rata-Rata N
Fosfor (kg/ha)
36 6 795
72 7 448
108 7 072
144 6 452
Rata-Rata P 6 942
Rata-Rata NP 6 942
Kandungan Nitrogen
Saat tanaman berumur 1, 3 dan 6 BST kadar N daun cenderung menurun
(Tabel 18) dan nilainya tergolong lebih rendah dari batas kecukupan unsur hara
tanaman tebu (Lampiran 12). Hal serupa juga terjadi pada kadar N batang (Tabel
19) dan akar (Tabel 20).
Tabel 18. Kandungan Hara N Daun Tebu pada Berbagai Dosis Pupuk N
dan P (1, 3, dan 6 BST)
Tabel 19. Kandungan Hara N Batang Tebu pada Berbagai Dosis Pupuk N
dan P (3 dan 6 BST)
Efisiensi serapan unsur N pada organ daun, batang dan akar tebu
mengalami peningkatan dengan bertambahnya umur. Serapan N tertinggi terdapat
pada organ batang (Tabel 21). Menurut Erwin dan Abidin (1986) unsur N diserap
relatif sedikit pada umur 1 bulan dan makin bertambah jumlahnya sesuai dengan
bertambahnya umur. Jika kebutuhan N tidak diimbangi dengan ketersediaan
kecukupan N dalam tanah akan mengakibatkan penyerapan terhadap unsur N
berkurang sehingga dapat terjadi penurunan kadar N pada daun, batang dan akar.
9
8 N Daun
7 N Batang
6 N Akar
5
N (%)
4
3
2
1
0
1 BST 3 BST 6 BST
Tabel 23. Kandungan Hara P Daun Tebu pada Berbagai Dosis Pupuk N
dan P (1, 3, dan 6 BST)
Tabel 24. Kandungan Hara P Batang Tebu pada Berbagai Dosis Pupuk N
dan P (3 dan 6 BST)
Pupuk P (kg/ha)
Umur Pupuk N (kg/ha)
36 72 108 144
---------------------------%---------------------------
90 0.23 0.31 0.20 0.25
3 BST 135 0.28 0.20 0.14 0.25
180 0.21 0.29 0.20 0.22
225 0.26 0.27 0.16 0.21
90 0.14 0.17 0.12 0.17
135 0.15 0.16 0.16 0.17
6 BST
180 0.15 0.13 0.16 0.12
225 0.18 0.19 0.15 0.16
Tabel 25. Kandungan Hara P Akar Tebu pada Berbagai Dosis Pupuk N
dan P (3 dan 6 BST)
Pupuk P (kg/ha)
Umur Pupuk N (kg/ha)
36 72 108 144
---------------------------%---------------------------
90 0.07 0.08 0.11 0.06
3 BST 135 0.06 0.06 0.08 0.06
180 0.06 0.08 0.08 0.08
225 0.07 0.06 0.07 0.07
90 0.05 0.06 0.06 0.05
135 0.06 0.06 0.05 0.06
6 BST
180 0.05 0.07 0.05 0.06
225 0.07 0.08 0.06 0.07
Efisiensi serapan unsur P memiliki nilai yang berbeda pada organ daun,
batang dan akar tebu dan nilainya semakin cenderung meningkat pada 1, 3 dan 6
BST. Serapan P tertinggi terdapat pada organ batang (Tabel 26) sehingga
kandungan P batang nilainya paling tinggi (0.31%).
Rata-rata efisiensi serapan P pada organ batang dan akar mengalami kenaikan
hingga 6 BST. Pada organ daun mengalami peningkatan hingga 3 BST kemudian
berangsur-angsur turun (Gambar 10). Selain itu, batang tebu juga menggunakan
unsur P yang terbanyak (Tabel 27). Hal ini dikarenakan unsur P sangat diperlukan
dalam proses pembentukan gula pada batang tebu.
3,50
Daun
3,00
Batang
2,50 Akar
2,00
P (%)
1,50
1,00
0,50
0,00
1 BST 3 BST 6 BST
Gambar 10. Rata-rata Efisiensi Serapan P pada Organ Tanaman Tebu saat 1, 3 dan
6 BST
Tabel 28. Kandungan Hara K Daun Tebu pada Berbagai Dosis Pupuk N
dan P (3 dan 6 BST)
Pupuk P (kg/ha)
Umur Pupuk N (kg/ha)
36 72 108 144
---------------------------%---------------------------
90 1.47 1.56 1.53 2.01
3 BST 135 2.03 1.68 1.54 1.75
180 1.55 1.40 2.26 1.81
225 2.30 2.00 1.77 1.63
90 0.67 1.14 1.07 1.35
135 1.37 1.17 1.05 1.10
6 BST
180 1.38 1.09 1.56 0.77
225 0.98 0.78 0.74 0.92
Pembahasan
Matahari
CO2 + O2 C6H12O6 + C6H12O6+O2
Daun
Enzim+ATP
C6H12O6 + C6H12O6 C6H22O11 + H2O
Glukosa Fruktosa Sukrosa Air
Tercukupinya Fosfor pada tanaman tebu diduga karena curah hujan yang
tinggi (1 280 mm) menyebabkan Fosfor dilarutkan oleh air sehingga tersedia
untuk tanaman dan memudahkan penyerapan unsur Fosfor secara difusi. Salah
satu cara untuk meningkatkan keefisienan pengambilan Fosfor tanah yaitu dengan
menurunkan kesukaran difusi melalui penambahan air dalam tanah (Sabiham et
al., 1983). Tersedianya P bagi tanaman juga disebabkan oleh rendahnya
kejenuhan Al (0.00 cmol(+)/kg) dan unsur Ca (3.33 cmol(+)/kg) yang sangat
mudah mengikat unsur P menjadi bentuk senyawa yang tidak tersedia. Menurut
Hardjowigeno (2003) salah satu penyebab kekurangan P di dalam tanah adalah
pengikatan (fiksasi) oleh Al pada tanah masam atau Ca pada tanah alkalis.
Kesimpulan
Pupuk N dan P yang diberikan tidak berpengaruh terhadap produksi tebu
kecuali pada beberapa peubah pertumbuhan. Semakin tinggi dosis pupuk Nitrogen
meningkatkan BK daun, jumlah tanaman per juring, diameter batang bagian
tengah dan bawah. Selain itu, semakin tinggi dosis pupuk Fosfor dapat
meningkatkan jumlah tanaman per juring tanaman tebu. Kandungan Fosfor dalam
tanah tergolong sangat tinggi sehingga kebutuhan tanaman sudah tercukupi. Hal
ini berakibat pupuk P yang diberikan tidak berpengaruh terhadap sebagian besar
peubah yang diamati.
Interaksi pupuk Nitrogen dan Fosfor tidak berpengaruh pada produksi tebu
dan hablur yang dihasilkan, tetapi pada peubah pertumbuhan berpengaruh pada
tinggi batang dan jumlah ruas. Rata-rata produksi tebu sebesar 83.2 ton/ha dan
hablur 6 942 kg/ha. Nilai ini lebih tinggi dari rata-rata produksi tebu pabrik dan
tebu rakyat.
Saran
Perlu diketahui status hara tanah terutama unsur P sebelum penanaman.
Selain itu, perlu dilakukan penelitian lanjutan tentang pengaruh pemupukan
Nitrogen dan Fosfor pada tanaman RC 1 (Ratoon Cane) sehingga diharapkan
pupuk yang diaplikasikan akan lebih terlihat responnya terhadap pertumbuhan dan
produksi tanaman tebu dari pada tanaman PC (Plant Cane).
DAFTAR PUSTAKA
Apoen, S. D. 1975. Peranan Jumlah Batang dan Tinggi Tanaman terhadap Hasil
Panen pada Budidaya Tebu. Pertemuan Teknis Tengah Tahunan II.
BP3G. Pasuruan
Dinas Infokom Jatim. 2009. Pertengahan Juli, sudah 342,042 ton gula diproduksi.
http://www.d-infokom-jatim.go.id [15 Desember 2009]
Erwin dan Z. Abidin. 1986. Percobaan penggunaan pupuk campur dan waktu
aplikasi pada tanaman tebu. Bulletin (04): 1-10
Foth, H. D. 1988. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Edisi ketujuh. Gajah Mada University
Press. Yogyakarta. 762 hal.
Salisbury, F. B. dan C. W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan. Jilid I, II, dan III.
Terjemahan dari : Plant Physiology. Penerjemah : D. R. Lukman dan
Sumaryono. Penerbit ITB, Bandung. 241 hal.
Saputro, S.E., I. Ismail, dan Sukarto. 1993. Pemupukan NPK berimbang pada
tanaman pertama beberapa varietas unggul lokal PG Bungamayang.
Berita. 9: 35-39.
Soepardi, G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Jurusan Tanah. Faperta, Institut
Pertanian Bogor. Bogor. 591 hal.
Usman, B. 1985. Pengaruh tipe agroklimat dan jenis tanah terhadap hasil gula
tanaman tebu dengan pemupukan urea dan AS. Prosiding Pertemuan
Teknis Tengah Tahunan. BP3G Pasuruan: 266-291
1. Batang
• Bentuk buku ruas : konis, dengan 2-3 baris mata akar, baris
paling atas tidak melewati puncak mata
• Alur mata : tidak ada
2. Daun
3. Mata
Sifat-Sifat Agronomis
1. Pertumbuhan
• Perkecambahan : cepat, seragam
• Awal pertunasan : cepat
• Kerapatan batang : sedang (8-10 batang/meter)
• Diameter batang : sedang - besar
• Pembungaan : sporadis
• Kemasakan : tengah - lambat
• Daya kepras : baik
2. Potensi produksi
Lahan sawah :
- Hasil tebu (ku/ha) : 1.125 ± 325
- Rendemen (%) : 10,99 ± 1,65
- Hasil hablur (ku/ha) : 110,6 ± 22,1
Lahan tegalan :
- Hasil tebu (ku/ha) : 992 ± 238
- Rendemen (%) : 9,51 ± 0,88
- Hasil hablur (ku/ha) : 95,4 ± 25,5
4. Kesesuaian lokasi : cocok untuk lahan tegalan dan sawah jenis tanah
mediteran dengan iklim C3, Kambisol C3, Aluvial C2 dan Grumusol C2.
N1P2 N2P1 N2P3 N1P1 N1P1 N2P2 N4P3 N1P3 N4P2 N1P3 N2P2 N4P4
N1P4 N3P3 N1P3 N4P2 N3P2 N2P1 N1P2 N4P1 N4P1 N1P1 N3P4 N3P2
N3P1 N2P2 N3P2 N4P4 N1P4 N4P4 N2P3 N3P4 N4P3 N2P3 N2P1 N2P4
N2P4 N4P1 N4P3 N3P4 N3P1 N4P2 N2P4 N3P3 N3P3 N1P2 N1P4 N3P1
P1 TSP 80
P2 TSP 160
P3 TSP 240
P4 TSP 320
K KCL 270
Lampiran 3. Gambar Persiapan Lahan dan Penanaman
Pembajakan Penggaruan I
Klentek Penebangan
100
jumlah berat nira
• Perasan = jumlah berat tebu
perasan
• Faktor =
100
rendemen ronde III
• Kuosien Peningkatan =
rendemen ronde I
HK ronde III
• Kuosien Daya Tahan = 100
HK ronde I
Lampiran 7. Waktu Pengamatan Penelitian
Waktu / Tanggal Pengamatan
Peubah
1 BST 2 BST 3 BST 4 BST 5 BST 6 BST 7 BST 8 BST 9 BST 10 BST 11 BST
Jumlah Daun 15/9/09 11/10/09 7-9/11/08 10/12/08 5-7/1/09 3-5/3/09 4-6/3/09 3-5/4/09 5-7/5/09 10-13/6/09 2-6/7/09
Jumlah Tanaman per
15/9/09 7-9/11/08 10/12/08 5-7/1/09 3-5/3/09 4-6/3/09 3-5/4/09 5-7/5/09 10-13/6/09 2-6/7/09
Juring
Jumlah Anakan per
7-9/11/08 10/12/08 5-7/1/09 3-5/3/09 4-6/3/09 3-5/4/09 5-7/5/09 10-13/6/09 2-6/7/09
Rumpun
Tinggi Batang 7-9/11/08 10/12/08 5-7/1/09 3-5/3/09 4-6/3/09 3-5/4/09 5-7/5/09 10-13/6/09 2-6/7/09
SLA 10/11/08 8/1/09 4-6/3/09 7/4/09 8/5/09 10-13/6/09 7/7/09
Bobot Kering Akar 29/9/09 15-17/11/08 12-15/1/09 13-15/5/09 11-12/7/09
Bobot Kering Batang 29/9/09 13-15/11/08 9-11/1/09 10-12/5/09 8-10/7/09
Bobot Kering Daun 29/9/09 13-15/11/08 9-11/1/09 10-12/5/09 8-10/7/09
Bobot Daduk 9-11/1/09 10-12/5/09 8-10/7/09
Jumlah Ruas 4-6/3/09 3-5/4/09 5-7/5/09 10-13/6/09 2-6/7/09
Diameter Batang Atas 3-5/3/09 4-6/3/09 3-5/4/09 2-6/7/09
Diameter Batang
3-5/3/09 4-6/3/09 3-5/4/09 5-7/5/09 10-13/6/09 2-6/7/09
Tengah
Diameter Batang
3-5/3/09 4-6/3/09 3-5/4/09 5-7/5/09 10-13/6/09 2-6/7/09
Bawah
Rendemen 9/5/09 21/6/09 8/7/09
Produksi 17/7/09
Hablur 17/7/09
Lampiran 8. Hasil Analisa Tanah (Balai Penelitian Tanah)
Karakteristik Tanah Nilai Keterangan
Fraksi tanah (%)
- Pasir 69
- Debu 9 Lempung Liat Berpasir
- Liat 22
pH 5.6 Agak Masam
C Organik – Walkey and Black (%) 1.17 Rendah
N Organik – Kjehdal (%) 0.09 Sangat Rendah
C/N Rasio 13 Sedang
P2O5 – HCl 25% (mg/ 100g) 70 Sangat Tinggi
K2O – HCL 25% (mg/ 100g) 11 Rendah
P2O5 Olsen (ppm) 187 Sangat Tinggi
Nilai Tukar Kation (cmol(+)/kg
- Ca 3.33 Rendah
- Mg 0.45 Rendah
- K 0.13 Rendah
- Na 0.00 Sangat Rendah
KTK 4.78 Sangat Rendah
Sumber: Balai Penelitian Tanah, Bogor
Lampiran 9. Kriteria Penilaian Sifat-Sifat Kimia Tanah Menurut Balai
Penelitian Tanah (1983)
Sangat Sangat
Sifat Tanah Rendah Rendah Sedang Tinggi Tinggi
C (%) < 1.0 1.0 – 2.0 2,01 – 3.0 3.01 – 5.0 > 5.0
N (%) < 0.1 0.1 – 0.2 0.21 - 0,5 0.51 - 0.5 > 0.75
C/N <5 5 - 10 11 - 15 16 - 25 > 25
P2O5 HCl 25% (mg/100g) < 10 10 - 20 21 - 40 41 - 60 > 60
P2O5 Bray I (ppm) < 10 10 - 15 16 - 25 26 - 35 > 35
P2O5 Olsen (ppm) < 10 10 - 25 26 - 45 46 - 60 > 60
K2O HCl 25%
(mg/100g) < 10 10 - 20 21 - 40 41 - 60 > 60
KTK (cmol(+)/kg) <5 5 - 16 17 - 24 25 - 40 > 40
Susunan Kation :
K (cmol(+)/kg) < 0.1 0.1 – 0.2 0.3 – 0.5 0.6 – 1.0 > 1.0
Na (cmol(+)/kg) < 0.1 0.1 – 0.3 0.4 – 0.7 0.8 – 1.0 > 1.0
Mg (cmol(+)/kg) < 0.4 0.4 – 1.0 1.1 – 2.0 2.1 – 8.0 > 8.0
Ca (cmol(+)/kg) <2 2-5 6 - 10 11 - 20 > 20
Kejenuhan Basa (%) < 20 20 - 35 36 - 50 51 - 70 > 70
Kejenuhan Alumunium (%) < 10 10 - 20 21 - 30 31 - 60 > 60
Sangat Agak Agak
Masam Masam Masam Netral Alkalis Alkalis
pH H2O
< 4.5 4.5 – 5.5 5.6 – 6.5 6.6 – 7.5 7.6 – 8.5 > 8.5
Sumber : Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah, Bogor
Lampiran 10. Data Klimatologi
Bulan/Tahun Curah Hujan (mm) Hari Hujan Temperatur (0C)
Januari/2008 169,2 17 27,1
Februari/2008 290,1 19 26,4
Maret/2008 455,4 16 26,5
April/2008 242,2 10 26,7
Mei/2008 28,7 5 26,8
Juni/2008 58,7 6 26,5
Juli/2008 73,3 8 26
Agustus/2008 103,8 11 26,3
September/2008 76 7 26,5
Oktober/2008 77,7 9 26,3
November/2008 261,5 14 26,6
Desember/2008 353,8 27 26,1
Januari/2009 164,18 18 26,3
Februari/2009 212 21 26
Maret/2009 288,3 20 26,6
April/2009 47,2 13 27,1
Mei/2009 201,2 11 27,1
Juni/2009 38,6 10 26,7
Juli/2009 19,9 3 26,8
Agustus/2009 25,8 10 26,8
Sumber : Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Stasiun Klas III Kotabumi,
Lampung Utara.
Lampiran 11. Pengamatan Penggerek Batang / Pucuk Early Warning
System (EWS)
Penggerek Pucuk Penggerek Batang
Jumlah
Perlakuan Sampel Serangan Jumlah Ruas
Batang PH PM Sehat Sakit
1 127 0 6 391 54
2 121 0 7 361 61
N1P1 3 130 0 5 476 72
Rata2 126.00 0.00 6.00 409.33 62.33
% 4.76 15.23
1 123 0 3 342 31
2 133 0 4 410 48
N1P2 3 135 0 2 260 43
Rata2 130.33 0.00 3.00 337.33 40.67
% 2.30 12.06
1 124 0 8 431 34
2 116 0 4 321 42
N1P3 3 120 0 11 364 47
Rata2 120.00 0.00 7.67 372.00 41.00
% 6.39 11.02
1 128 0 5 598 12
2 125 0 3 457 10
N1P4 3 121 0 6 438 14
Rata2 124.67 0.00 4.67 497.67 12.00
% 3.74 2.41
1 128 0 3 476 43
2 120 0 7 501 56
N2P1 3 109 0 4 306 48
Rata2 119.00 0.00 4.67 427.67 49.00
% 3.92 11.46
1 131 0 6 481 63
2 126 2 8 396 54
N2P2 3 106 0 7 361 47
Rata2 121.00 0.67 7.00 412.67 54.67
% 0.55 5.79 13.25
1 139 0 8 376 32
2 131 0 10 381 39
N2P3 3 128 0 6 363 46
Rata2 132.67 0.00 8.00 373.33 39.00
% 6.03 10.45
1 118 0 4 448 75
N2P4 2 123 0 6 397 63
3 126 0 8 416 47
Rata2 122.33 0.00 6.00 420.33 61.67
% 4.90 14.67
1 122 6 4 243 47
2 146 1 2 391 56
N3P1 3 109 2 6 396 60
Rata2 125.67 3.00 4.00 343.33 54.33
% 2.39 3.18 15.83
1 122 0 9 471 36
2 109 0 11 326 42
N3P2 3 116 0 6 361 51
Rata2 115.67 0.00 8.67 386.00 43.00
% 7.49 11.14
1 115 0 10 450 82
2 121 0 5 396 32
N3P3 3 128 0 6 407 43
Rata2 121.33 0.00 7.00 417.67 52.33
% 5.77 12.53
1 118 0 10 327 32
2 127 0 6 451 61
N3P4 3 110 0 5 341 54
Rata2 118.33 0.00 7.00 373.00 49.00
% 5.92 13.14
1 124 1 3 448 76
2 142 0 3 288 54
N4P1 3 121 0 10 379 61
Rata2 129.00 0.33 5.33 371.67 63.67
% 4.13 17.13
1 136 0 5 354 46
2 141 0 7 437 37
N4P2 3 121 0 8 321 35
Rata2 132.67 0.00 6.67 370.67 39.33
% 5.03 10.61
1 110 0 8 348 51
2 131 0 8 451 40
N4P3 3 124 0 10 481 63
Rata2 121.67 0.00 8.67 426.67 51.33
% 7.12 12.03
1 125 0 10 374 63
2 130 0 6 401 76
N4P4 3 120 0 10 361 67
Rata2 125.00 0.00 8.67 378.67 68.67
% 6.93 18.13
Lampiran 12. Batas Antara Kecukupan dan Defisiensi Unsur Hara
Berdasarkan Analisis Tanaman Tebu
Unsur hara Kadar Unsur Hara
Nitrogen %N 1.5
Fosfor %P 0.05
Kalium %K 2.25
Kalsium %Ca 0.15
Magnesium %Mg 0.10
Belerang %S 0.01
Boron ppm 1.00
Tembaga; ppm Cu 5.00
Besi; ppm Fe 10.00
Mangan; ppm Mn 10-20
Molibdenum; Mo -
Seng; ppm Zn 10.00
Silika; %Si -
Sumber: Sanchez (1976) dalam Hardjowigeno, 2003
Lampiran 13. Produksi Varietas Kebun Tahun Giling 2008/2009 Tebu
Sendiri (TS) dan Tebu Rakyat (TR)
Produksi (Ton/Ha)
VARIETAS
Tebu Sendiri Tebu Rakyat
MASAK AWAL
BM 9603 73.1 71.5
BM 96113 65.6
BM 21-2027 71.6
PSBM 9044 74.8 71.4
BM 21-114 64.6 79.7
MASAK TENGAH
PSBM 95-1142 70.2 -
BM 9605 (Kidang Kencana) 70.5 66.0
BM 9514 64.2 61.9
BM 2104 72.7 76.1
MASAK LAMBAT
BM 9513 56.8 -
PS 864 63.2 63.1
PSBM 88-144 54.5 53.0
TOTAL 69.2 65.9
Sumber : Penelitian dan Pengembangan Unit Usaha Bungamayang PTPN 7 (Persero) Kotabumi,
Lampung Utara