You are on page 1of 10

MAKALAH KIMIA

MINYAK BUMI

Disusun oleh:

ANNISA JULIANI

YUNIARTI
KELAS:

X-7

 SMAN 1 KABUPATEN TANGERANG 


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, bahwa kami telah menyelesaikan tugas mata
pelajaran Kimia dengan membahas Minyak Bumi dalam bentuk makalah.
Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang kami hadapi. Namun kami
menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat bantuan, dorongan
dan bimbingan orang tua, sehingga kendala-kendala yang kami hadapi teratasi. Oleh karena itu
kami mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bp. guru bidang studi Kimia yang telah memberikan tugas, petunjuk, kepada kami
sehingga kami termotivasi dan menyelesaikan tugas ini.
2. Orang tua yang telah turut membantu, membimbing, dan mengatasi berbagai kesulitan
sehingga tugas ini selesai.

Semoga materi ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran bagi pihak yang
membutuhkan, khususnya bagi kami sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai, Amiin.
DAFTAR ISI
A. Pengertian Minyak Bumi

Minyak bumi adalah suatu capuran kompleks yang sebagian besar terdiri atas hidrokarbon.Hidrokarbon
yang terkandung dalam minyak bumi terutama alkana, kemudian sikloalkana. Komponen lainnya adalah
hidrokarbon aromatik, sedikit alkena dan berbagai senyawa karbon yang mengandung oksigen, nitrogen,
dan belerang. Komposisi minyak bumi sngat bervariasi dari suatu sumur ke sumur lainnya dan dari suatu
daerah ke daerah lain.

B. Pengelolaan Minyak Bumi

Minyak bumi biasanya berada 3-4 km di bawah permukaan. Minyak bumi diperoleh dengan membuat
sumur bor. Di Indonesia penambangan minyak terdapat di berbagai tempat, misalnya Aceh, Sumatera
Utara , Kalimantan , dan Irian Jaya.Minyak mentah (crude oil ) berbentuk cairan kental hitam dan berbau
kurang sedap. Minyak mentah belum dapat digunakan sebagai bahan bakar maupun untuk keperluan
lainnya, tetapi harus diolah terlebih dahulu.

Minyak mentah (cruide oil ) mengandung sekitar 500 jenis hidrokarbon dengan jumlah atom C-1 hinggga
50, karena titik didih karbon telah meningkat seiring bertambahnya jumlah atom C dalam
molekulnya.Oleh karena itu pengolahan (pemurnian =refining ) minyak bumi dilakukan melalui distilasi
bertingkat, dimana minyak mentah dipisahkan ke dalam kelompok-kelompok (fraksi) dengan titik didih
yang mirip.Mula-mula minyak mentah pada suhu sekitar 400°C, kemudian dialirkan ke dalam menara
fraksionasi.

Komponen yang titik didihnya tinggi akan tetap berupa cairan dan turun ke bawah,sedangkan yang titik
didihnya lebih rendah akan menguap dan naik ke bagian atas melalui sungkup-sungkup yang disebut
sungkup gelembung. Makin ke atas, suhu dalam menara fraksionasi itu semakin rendah. Sehingga setiap
kali komponen dengan titik didih lebih tinggi akan mengembun dan terpisah, sedangkan komponen yang
titik didihnya lebih rendah naik ke bagian yang lebih atas lagi. Demikian selanjutnya sehingga komponen
yang mencapai puncak menara adalah komponen yang pada suhu kamar berupa gas. Komponen yang
berupa gas ini disebut gas petroleum, kemudian dicairkan dan disebut LPG (Liquified Petroleum Gas).

C. Bensin (Petrol atau Gasolin )

Bensin adalah satu jenis bahan bakar minyak yang dimaksudkan untuk jendaraan bermotor roda dua,
tiga atau empat. Dewasa ini tersedi tiga jenis bensin, yaitu premium, pertamax, dan pertamax plus.
Ketiganya mempunyai mutu atau prilaku (perfomance) yang berbeda. Mutu bahan bakar bensin
dikaitkan dengan jumlah ketukan (knocking) yang ditimbulkannya dan dinyatakannya dengan nilai
oktafnya.

Ketukan adalah suatu prilaku yamg kuramg baik dari bahan bakar,yaitu pembakaran terjadi terlalu dini
sebelum piston berada pada posisi yang tepat. Ketukan menyebabkan mesin mengelitik, mengurangi
efisiensi bahan bakar dan dapat pula merusak mesin. Untuk menentukan nilai oktan, ditetapkan dua
jenis senyawa sebagai pembanding yaitu “isooktana” dan n-haptana. Kedua senyawa ini adalah dua
diantara macam banyak senyawa yang terdapat dalam bensin. Isooktana menghasilkan ketukan paling
sedikit, diberi nilai oktan 100, sedangakan n-heptana menghasilkan ketukan paling banyak, diberi nilai
oktan 0 (nol). Suatu campuran yang terdiri 80 %isooktana dan 20% n-heptana mempunyai nilai oktan
sebesar (80/100 x 100) + (20/100 x 0) = 80.

D. Komposisi Minyak Bumi (The Trilogy) .

Parafin dan aspaltin adalah deposit organic yang dapat menyebabkan terjadinya
penyumbatan pada formasi atau pada jaringan pengangkut. Keduanya serupa tapi tak sama.
Parafin adalah senyawa hidrokarbon rantai lurus, N-alkana dengan rantai sangat panjang
(C > 100) yang membentuk struktur kristal. Parafin memiliki titik didih lebih dari 240oF.
Alpalten merupakan struktur benzen bermuatan, memiliki densitas yang tinggi, membentuk
molekul amorf (biasanya padatan britle/getas). Parafin dapat meleleh sedangkan asphalten
terdekomposisi, Deposit keduanya mengambang di air dan larut di air.

Parafin larut dalam heptane dan crude oil sedangkan aspalten tidak. Sebagian besar
yang ditulisnya adalah benar, tapi ada beberapa hal yang mungkin perlu diluruskan. Jadi
yang namanya minyak bumi atau sering juga disebut crude oil adalah merupakan
campuran dari ratusan jenis hidrokarbon dari rentang yang paling kecil, seperti metan,
yang memiliki satu atom karbon sampai dengan jenis hidrokarbon yang paling besar yang
mengandung 200 atom karbon bahkan lebih.

Secara garis besar minyak bumi dikelompokkan berdasarkan komposisi kimianya menjadi empat
jenis, yaitu :

1. Parafin
2. Olefin
3. Naften
4. Aromat

Tetapi karena di alam bisa dikatakan tidak pernah ditemukan minnyak bumi dalam bentuk olefin,
maka minyak bumi kemudian dikelompokkan menjadi tiga jenis saja, yaitu Parafin, Naften dan
Aromat.
Kandungan utama dari campuran hidrokarbon ini adalah parafin atau senyawa isomernya.
Isomer sendiri adalah bentuk lain dari suatu senyawa hidrokarbon yang memiliki rumus kimia
yang sama. Misal pada normal-butana pada gambar berikut memiliki isomer 2-metil propana,
atau kadang disebut juga iso-butana. Keduanya memiliki rumus kimia yang sama, yaitu C4H10
tetapi memiliki rumus bangun yang berbeda seperti tampak pada gambar.

Jika atom karon (C) dinotasikan sebagai bola berwarna hitam dan atom hidrogen (H) dinotasikan
sebagai bola berwarna merah. Senyawa hidrokarbon ‘normal’ sering juga disebut sebagai
senyawa hidrokarbon rantai lurus, sedangkan senyawa isomernya atau ‘iso’ sering juga disebut
sebagai senyawa hidrokarbon rantai cabang. Keduanya merupakan jenis minyak bumi jenis
parafin.

Sedangkan sisa kandungan hidrokarbon lainnya dalam minyak bumi adalah senyawa siklo-
parafin yang disebut juga naften dan/atau senyawa aromat. Berikut adalah contoh dari siklo-
parafin dan aromat

‘Keluarga hidrokarbon’ terebut diatas disebut homologis, karena sebagian besar


kandungan yang ada dalam minyak bumi tersebut dapat dipisahkan kedalam beberapa jenis
kemurnian untuk keperluan komersial. Secara umum, di dalam kilang minyak bumi, pemisahan
perbandingan kemurnian dilakukan terhadap hidrokarbon yang memiliki kandungan karbon yang
lebih kecil dari C7. Pada umumnya kandungan tersebut dapat dipisahkan dan diidentifikasi,
tetapi hanya untuk keperluan di laboratorium.

Campuran siklo parafin dan aromat dalam rantai hidrokarbon panjang dalam minyak
bumi membuat minyak bumi tersebut digolongkan menjadi minyak bumi jenis aspaltin.

Minyak bumi di alam tidak pernah terdapat dalam bentuk parafin murni maupun aspaltin
murni, tetapi selalu dalam bentuk campuran antara parafin dan aspaltin. Pengelompokan minyak
bumi menjadi minyak bumi jenis parafin dan minyak bumi jenis aspaltin berdasarkan banyak
atau dominasi minyak parafin atau aspaltin dalam minyak bumi. Artinya minyak bumi dikatakan
jenis parafin jika senyawa parafinnya lebih dominan dibandingkan aromat dan/atau siklo
parafinnya. Begitu juga sebaliknya.

Dalam skala industri, produk dari minyak bumi dikelompokkan berdasarkan rentang titik
didihnya, atau berdasarkan trayek titik didihnya. Pengelompokan produk berdasarkan titik didih
ini lebih sering dilakukan dibandingkan pengelompokan berdasarkan komposisinya.. Minyak
bumi tidak seluruhnya terdiri dari hidrokarbon murni. Dalam minyak bumi terdapat juga zat
pengotor (impurities) berupa sulfur (belerang), nitrogen dan logam. Pada umumnya zat pengotor
yang banyak terdapat dalam minyak bumi adalah senyawa sulfur organik yang disebut
merkaptan. Merkaptan ini mirip dengan hidrokarbon pada umumnya, tetapi ada penambahan satu
atau lebih atom sulfur dalam molekulnya.

Senyawa sulfur yang lebih kompleks dalam minyak bumi terdapat dalam bentuk tiofen dan
disulfida. Tiofen dan disulfida ini banyak terdapat dalam rantai hidrokarbon panjang atau pada
produk distilat pertengahan (middle distillate). Selain itu zat pengotor lainnya yang terdapat
dalam minyak bumi adalah berupa senyawa halogen organik, terutama klorida, dan logam
organik, yaitu natrium (Na), Vanadium (V) dan nikel (Ni).

Titik didih minyak bumi parafin dan aspaltin tidak dapat ditentukan secara pasti, karena sangat
bervariasi, tergantung bagaimana komposisi jumlah dari rantai hidrokarbonnya. Jika minyak
bumi tersebut banyak mengandung hidrokarbon rantai pendek dimana memiliki jumlah atom
karbon lebih sedikit maka titik didihnya lebih rendah, sedangkan jika memiliki hidrokarbon
rantai panjang dimana memiliki jumlah atom karbon lebih banyak maka titik didihnya lebih
tinggi.

E. Proses Pembentukan Minyak Bumi

Membahas identifikasi minyak bumi tidak dapat lepas dari bahasan teori pembentukan
minyak bumi dan kondisi pembentukannya yang membuat suatu minyak bumi menjadi spesifik
dan tidak sama antara suatu minyak bumi dengan minyak bumi lainnya.

Ada banyak hipotesa tentang terbentuknya minyak bumi yang dikemukakan oleh para
ahli, beberapa diantaranya adalah :

1.Teori Biogenesis ( organik )

Macqiur (Perancis, 1758) merupakan orang yang pertama kali mengemukakan pendapat bahwa
minyak bumi berasal dari tumbuh-tumbuhan. Kemudian M.W. Lamanosow (Rusia, 1763) juga
mengemukakan hal yang sama. Pendapat di atas juga didukung oleh sarjana lainnya seperti, New Beery
(1859), Engler (1909), Bruk (1936), Bearl (1938) dan Hofer. Mereka menyatakan bahwa: “minyak dan gas
bumi berasal dari organisme laut yang telah mati berjuta-juta tahun yang lalu dan membentuk sebuah
lapisan dalam perut bumi.”
2. Teori Abiogenesis ( Anorganik )

Barthelot (1866) mengemukakan bahwa di dalam minyak bumi terdapat logam alkali,
yang dalam keadaan bebas dengan temperatur tinggi akan bersentuhan dengan CO2 membentuk
asitilena. Kemudian Mandeleyev (1877) mengemukakan bahwa minyak bumi terbentuk akibat
adanya pengaruh kerja uap pada karbida-karbida logam dalam bumi. Yang lebih ekstrim lagi
adalah pernyataan beberapa ahli yang mengemukakan bahwa minyak bumi mulai terbentuk sejak
zaman prasejarah, jauh sebelum bumi terbentuk dan bersamaan dengan proses terbentuknya
bumi. Pernyataan tersebut berdasarkan fakta ditemukannya material hidrokarbon dalam beberapa
batuan meteor dan di atmosfir beberapa planet lain 2).

Dari sekian banyak hipotesa tersebut yang sering dikemukakan adalah Teori Biogenesis,
karena lebih bisa. Teori pembentukan minyak bumi terus berkembang seiring dengan
berkembangnya teknologi dan teknik analisis minyak bumi, sampai kemudian pada tahun 1984
G. D. Hobson dalam tulisannya yang berjudul The Occurrence and Origin of Oil and Gas
menyatakan bahwa : “The type of oil is dependent on the position in the depositional basin, and
that the oils become lighter in going basinward in any horizon. It certainly seems likely that the
depositional environment would determine the type of oil formed and could exert an influence on
the character of the oil for a long time, even thought there is evolution”

Berdasarkan teori Biogenesis, minyak bumi terbentuk karena adanya kebocoran kecil
yang permanen dalam siklus karbon. Siklus karbon ini terjadi antara atmosfir dengan permukaan
bumi, yang digambarkan dengan dua panah dengan arah yang berlawanan, dimana karbon
diangkut dalam bentuk karbon dioksida (CO2). Pada arah pertama, karbon dioksida di atmosfir
berasimilasi, artinya CO2 diekstrak dari atmosfir oleh organisme fotosintetik darat dan laut. Pada
arah yang kedua CO2 dibebaskan kembali ke atmosfir melalui respirasi makhluk hidup
(tumbuhan, hewan dan mikroorganisme).Dalam proses ini, terjadi kebocoran kecil yang
memungkinkan satu bagian kecil karbon yang tidak dibebaskan kembali ke atmosfir dalam
bentuk CO2, tetapi mengalami transformasi yang akhir-nya menjadi fosil yang dapat terbakar.
Bahan bakar fosil ini jumlahnya hanya kecil sekali. Bahan organik yang mengalami oksidasi
selama pemendaman. Akibatnya, bagian utama dari karbon organik dalam bentuk karbonat
menjadi sangat kecil jumlahnya dalam batuan sedimen.
Pada mulanya senyawa tersebut (seperti karbohidrat, protein dan lemak) diproduksi oleh
makhluk hidup sesuai dengan kebutuhannya, seperti untuk mempertahankan diri, untuk
berkembang biak atau sebagai komponen fisik dan makhluk hidup itu. Komponen yang
dimaksud dapat berupa konstituen sel, membran, pigmen, lemak, gula atau protein dari tumbuh-
tumbuhan, cendawan, jamur, protozoa, bakteri, invertebrata ataupun binatang berdarah dingin
dan panas, sehingga dapat ditemukan di udara, pada permukaan, dalam air atau dalam tanah.

Apabila makhluk hidup tersebut mati, maka 99,9 % senyawa karbon dan makhluk hidup
akan kembali mengalami siklus sebagal rantai makanan, sedangkan sisanya 0,1 % senyawa
karbon terjebak dalam tanah dan dalam sedimen. Inilah yang merupakan cikal bakal senyawa-
senyawa fosil atau dikenal juga sebagai embrio minyak bumi. Embrio ini mengalami
perpindahan dan akan menumpuk di salah satu tempat yang kemungkinan menjadi reservoar dan
ada yang hanyut bersama aliran air sehingga menumpuk di bawah dasar laut, dan ada juga karena
perbedaan tekanan di bawah laut muncul ke permukaan lalu menumpuk di permukaan dan ada
pula yang terendapkan di permukaan laut dalam yang arusnya kecil. Embrio kecil ini menumpuk
dalam kondisi lingkungan lembab, gelap dan berbau tidak sedap di antara mineral-mineral dan
sedimen, lalu membentuk molekul besar yang dikenal dengan geopolimer. Senyawa-senyawa
organik yang terpendam ini akan tetap dengan karakter masing-masing yang spesifik sesuai
dengan bahan dan lingkungan pembentukannya. Selanjutnya senyawa organik ini akan
mengalami proses geologi dalam perut bumi. Pertama akan mengalami proses diagenesis,
dimana senyawa organik dan makhluk hidup sudah merupakan senyawa mati dan terkubur
sampai 600 meter saja di bawah permukaan dan lingkungan bersuhu di bawah 50°C.

Pada kondisi ini senyawa-senyawa organik yang berasal dan makhluk hidup mulai
kehilangan gugus beroksigen akibat reaksi dekarboksilasi dan dehidratasi. Semakin dalam
pemendaman terjadi, semakin panas lingkungannya, penam-bahan kedalaman 30 - 40 m akan
menaik-kan temperatur 1°C. Di kedalaman lebih dan 600 m sampai 3000 m, suhu pemendaman
akan berkisar antara 50 - 150 °C, proses geologi kedua yang disebut katagenesis akan
berlangsung, maka geopolimer yang terpendam mulal terurai akibat panas bumi. Komponen-
komponen minyak bumi pada proses ini mulai terbentuk dan senyawa–senyawa karakteristik
yang berasal dan makhluk hidup tertentu kembali dibebaskan dari molekul. Bila kedalaman terus
berlanjut ke arah pusat bumi, temperatur semakin naik, dan jika kedalaman melebihi 3000 m dan
suhu di atas 150°C, maka bahan-bahan organik dapat terurai menjadi gas bermolekul kecil, dan
proses ini disebut metagenesis.

Setelah proses geologi ini dilewati, minyak bumi sudah terbentuk bersama-sama dengan
bio-marka. Fosil molekul yang sudah terbentuk ini akan mengalami perpindahan (migrasi)
karena kondisi lingkungan atau kerak bumi yang selalu bergerak rata-rata se-jauh 5 cm per
tahun, sehingga akan ter-perangkap pada suatu batuan berpori, atau selanjutnya akan bermigrasi
membentuk suatu sumur minyak. Apabila dicuplik batuan yang memenjara minyak ini (batuan
induk) atau minyak yang terperangkap dalam rongga bu-mi, akan ditemukan fosil senyawa-
senyawa organik. Fosil-fosil senyawa inilah yang diten-tukan strukturnya menggunaan be-berapa
metoda analisis, sehingga dapat menerangkan asal-usul fosil, bahan pembentuk, migrasi minyak
bumi serta hubungan antara suatu minyak bumi dengan minyak bumi lain dan hubungan minyak
bumi dengan batuan induk.

You might also like