Professional Documents
Culture Documents
240210090099
PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini dilakukan penentuan kadar HCN dalam sampel
singkong dan jengkol. Singkong memiliki kandungan glikosida sianogenik yang
dapat dikonversi menjadi HCN. HCN bersifat racun jika masuk ke dalam tubuh
manusia.
Prinsip praktikum ini adalah titrasi sisa AgNO3 (yang beraksi dengan
HCN) dengan NH4CNS, metode ini termasuk pada titrasi pengendapan metode
Volhard. Prosedur yang pertama kali dilakukan adalah memasukkan sampel yang
telah dihaluskan ke dalam labu destilasi, kemudian menambahkan akuades hingga
terendam, penambahan akuades dilakukan agar HCN lebih mudah diuapkan.
Sampel kemudian didestilasi hingga volume destilatnya 150 ml. Destilasi
berfungsi menguapkan HCN yang terdapat di dalam sampel. Destilat tersebut
ditampung di dalam Erlenmeyer yang berisi 50 ml AgNO 3 0,02 N yang berfungsi
menangkap HCN yang teruapkan. AgNO3 yang ditambahkan berlebih, sebagian
AgNO3 bereaksi dengan HCN membentuk AgCN dan HNO3, sisanya dititrasi
dengan NH4CNS. Reaksi yang terjadi adalah:
HCN + AgNO3 AgCN + HNO3
Selain itu pada labu penampung ditambahkan 1 ml HNO 3 yang berfungsi agar
tercipta kondisi asam, karena dalam kondisi basa Fe3+ pada FAS akan terhidrolisis
dan sebagai penstabil saat titrasi karena NH4CNS merupakan basa lemah.
Setelah volume destilat mencapai 150 ml, indikator FAS.24H2O (Ferri
Ammonium sulfat) ditambahkan sebanyak 2-3 tetes, untuk mendeteksi kelebihan
ion tiosianat. Larutan tersebut kemudian dititrasi dengan NH4CNS 0,02 N, pada
saat dititrasi larutan menjadi berwarna putih, karena terjadi reaksi yang
menyebabkan timbulnya endapan AgCNS yang berwarna putih, reaksi yang
terjadi:
NH4CNS (aq) + AgNO3 sisa (aq) → AgCNS ↓ (s) + NH4NO3 (aq)
Titrasi dilakukan hingga titik akhirnya berwarna merah, warna merah bata terjadi
karena timbulnya kompleks ferritiosianat yang berwarna merah. Reaksi yang terjadi
adalah:
Fe 3+ +CNS- FeCNS2- (merah)
Kadar HCN dalam sampel dapat diketahui dari volume NH 4CNS yang
digunakan dalam tirtasi. Berat HCN dalam sampel dapat dihitung dengan rumus:
WHCN= (V blanko- V sampel) x Np x BMHCN
Persentase HCN dapat dihitung dengan rumus:
W HCN
% HCN = x 100 %
W sampel
Hasil titrasi yang dilakukan adalah sebagai berikut:
W Volume Volume
Sampel sampel NH4CNS blanko % HCN (b/b)
(mg) (ml) (ml)
1 25000 20,2 0,01253%
Singkong
2 25000 20,9 0,11016%
26
1 25320 6 0,043%
Jengkol
2 25030 0,4 0,055%
VI. KESIMPULAN
Perbedaan yang terjadi antara dua sampel kemungkinan karena
kekurangtepatan dalam menentukan titik akhir titrasi.
Kadar HCN pada singkong dipengaruhi oleh varietas dan cara
penanganannya.
Kandungan HCN dapat dikurangi dengan perendaman, pencucian pada air
mengalir, pengeringan, dan fermentasi.
Asam jengkol atau asam jengkolat adalah asam amino yang memiliki
atom belerang. Senyawa ini tersusun dari dua asam aminosistein yang diikat
oleh satu gugus metil pada atom belerangnya. Kandungan belerang tersebut
menyebabkan jengkol berbau tidak sedap.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2008. Asam Jengkol. Available at: http://id.wikipedia.org (diakses: 17
november 2008)
IV. PROSEDUR
Disiapkan sampel yang akan dianalisis secukupnya, kemudian digerus dengan
mortar.
Dimasukkan sampel kedalam labu destilasi, ditambahkan akuades hingga
terendam.
Dilakukan maserasi selama 2 jam.
Didestilasi sampel sampai diperoleh destilat sebanyak lebih dari 100 ml.
Ditangkap destilat dengan erlenmeyer yang berisi 50 ml larutan AgNO 3
0,02N dan 1 ml HNO3.
Dipindahkan destilat yang ditangkap secara kuantitatif ke dalam labu ukur
500 ml, ditambahkan akuades sampai tanda batas, lalu kocok dan saring.
Diambil 250 ml filtrat, kemudian ditambahkan 1 ml larutan ammonium
ferisulfat, kemudian dititrasi sisa AgNO3 dengan larutan NH4CNS sampai
terbentuk warna merah.