You are on page 1of 1

Website Resmi | Dinas Kesehatan Kab Bone Bolango | Provinsi Gorontalo

Peranan Kader Dalam Kegiatan Posyandu


Kontribusi Dari administrator
Monday, 28 April 2008

Dinkes Bonbol : Posyandu atau pos pelayanan terpadu adalah akronim yang sudah sangat familiar di telinga masyarakat
kita, awalnya adalah sebuah organisasi pelayanan pencegahan penyakit dan keluarga berencana bagi kalangan isteri
berusia subur dan balita. Posyandu diharapkan lahir dan dikembangkan atas kesadaran dan upaya masyarakat sendiri,
atau partisipasi sosial dari setiap komunitas di desa dan kelurahan.

Dalam rencananya kegiatan posyandu akan dilakukan oleh para anggota PKK tingkat desa dan kelurahan di bawah
koordinasi isteri kepala desa atau lurah setempat. Posyandu juga sebenarnya merupakan salah satu kegiatan dari
Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM). Tapi jujur harus diakui bahwa sampai dengan saat ini masih banyak
Posyandu yang belum berjalan dengan semestinya. Yang berjalan pun hanyalah terbatas pada kegiatan penimbangan
bayi dan pengisian KMS serta pemberian makanan tambahan serta pemberian Vitamin A pada bulan Februari dan
Agustus. Hal ini disampaikan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bone Bolango, dr. Rusli A. Katili, MARS pada
Pembukaan Pelatihan Kader Posyandu Pratama Tingkat Kabupaten Bone Bolango Tahun 2008. Pelatihan yang
berlangsung dari tanggal 22 – 24 April 2008 ini menghadirkan 30 kader Posyandu Pratama. Hasil evaluasi
Program di akhir tahun 2007 menunjukkan bahwa dari 181 Posyandu di wilayah Kabupaten Bone Bolango, 16,6 %
Posyandu Pratama, 67,7 % Madya dan 16,7% Posyandu Purnama/Mandiri. Permasalahan yang sering muncul adalah
Kegiatan posyandu terkesan sebagai kegiatan rutinitas penimbangan balita, dan pemberian imunisasi, sementara
penggerakan aksi masyarakat dan komunikasi masa/kunjungan ke rumah hampir tidak ada. Kader yang tidak aktif dan
kalaupun aktif selalu berjuang sendiri bersama tim penggerak PKK. Kegiatan lain tidak berjalan dengan teratur seperti
penyuluhan, namun malah kegiatan yang sebenarnya tidak termasuk dalam program posyandu justru yang dilaksanakan
sehingga ramai dikunjungi yaitu perawatan kuratif yang dilaksanakan oleh paramedis dari puskesmas setempat dengan
biaya yang disesuaikan dengan kemampuan pasien. Pada akhirnya posyandu lebih sebagai tempat masyarakat mencari
pengobatan. Memang pola seperti ini awalnya hanya dilakukan pada tempat-tempat yang sangat terpencil, namun pada
akhirnya ada semacam persepsi bahwa inilah bentuk ”peningkatan posyandu”. Permasalahan lain
adalah komunikasi hanya terbatas pada para kader kesehatan dengan ketua tim penggerak PKK, antara para ibu dan
para petugas kesehatan pada tingkat puskesmas. Dalam keterbatasannya, kader yang memang cukup letih berjuang
sendiri kadang salah berkomunikasi. Tenaga medis akan selalu berlindung di balik alasan kekurangan tenaga dan fungsi
mereka hanya pelayanan, bukan sebagai penggerak masyarakat. Apabila mengalami hambatan komunikasi bukannya
mencari alternatif lain. Dengan hilangnya BKKBN di daerah mempunyai masalah tersendiri karena tidak ada lagi instansi
yang memiliki lini sampai di tingkat desa selain Dinas Kesehatan. Dari permasalahan ini dampaknya adalah jumlah
kunjungan posyandu sangat rendah karena masyarakat memandang posyandu sebagai sebuah rutinitas biasa yang
kalau dijalankan tergantung waktu luang karena tidak memberikan sebuah pengaruh yang signifikan. Kader pun akan
kehilangan motivasi kerja dan dalam keterbatasannya kader yang memang cukup letih berjuang sendiri kadang salah
berkomunikasi. Setiap Posyandu memiliki lima meja yaitu meja pendaftaran, meja penimbangan, meja pengisian KMS
(Kartu Menuju Sehat), meja komunikasi, dan meja tindakan. Nah, bagaimana mungkin menjalankan fungsi lima meja
sementara kader yang bertugas hanya 2-3 orang, bahkan dibeberapa Posyandu kader yang bertugas hanya 1 Orang.
Walaupun kader yang bertugas di Posyandu ada 5 Orang tetap dari kelima meja ini, titik terlemah ada di meja keempat
yaitu meja komunikasi/penyuluhan. Ini pula yang terjadi di sebagian Posyandu di Wilayah Kabupaten Bone Bolango.
Padahal, meja empat ini memegang fungsi sangat penting. Di sini, hasil penimbangan seorang anak dikomunikasikan.
Jika diketahui berat badan seorang anak anjlok (di bawah grafik KMS), petugas di meja lima bisa melakukan intervensi
dengan mencari tahu penyebab turunnya berat badan si anak lalu memberikan saran-saran. Peranan Kader dalam
kegiatan Posyandu Peranan kader dalam upaya peningkatan Posyandu sangat besar meliputi : a. Peranan kader
pada saat Posyandu adalah : - Melaksanan pendaftaran. - Melaksanakan penimbangan bayi dan balita. -
Melaksanakan pencatatan hassil penimbangan. - Memberikan penyuluhan. - Memberi dan membantu pelayanan. -
Merujuk. b. Peranan Kader diluar Posyandu (untuk menunjang kegiatan Posyandu) adalah: Menunjang pelayanan KB,
KIA, Imunisasi, Gizi dan penanggulangan diare. Mengajak ibu-ibu untuk datang para hari kegiatan Posyandu.
Menunjang upanya kesehatan lainnya yang sesuai dengan permasalahan yang ada: - Pemberantasan penyakit
menular. - Penyehatan rumah. - Pembersihan sarang nyamuk. - Pembuangan sampah. - Penyediaan s
bersih. - Menyediakan sarana jamban keluarga. - Pembuatan sarana pembuangan air limbah. - Pemberian pe
pertama pada penyakit. - P3K - Dana sehat. - Kegiatan pengembangan lainnya yang berkaitan dengan keseh
Melalui Pelatihan kader Posyandu ini diharapkan peranan kader pada kegiatan Posyandu yang sudah berjalan dapat
ditingkatkan agar anggota masyarakat dapat menolong diri dan keluarganya dalam bidang kesehatan serta mengikuti
kegiatan Posyandu secara teratur bagi yang mempunyai balita. Dan yang lebih sangat diharapkan adalah target SPM
untuk Posyandu Purnama/Mandiri 2010 bisa tercapai yakni 40 %. Namun kita tidak boleh menutup mata untuk
memperhatikan para kader yang sangat banyak pengorbanannya dalam mengelola Posyandu. Sumber : Lap. Promosi
Kesehatan

http://dinkesbonebolango.org Menggunakan Joomla! Generated: 21 January, 2011, 11:44

You might also like