You are on page 1of 15

KEMARITIMAN

OLEH :

NAMA : MUH. HASRIANDY ASYHARI

NIM : H31110275

GOLONGAN : H5

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2010
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kondisi geografis Negara Kesatuan Republik Indonesia yang strategis


terletak didaerah tropis yang diapit oleh dua benua yakni Asia dan Australia dan
dua samudra yaitu Samudera Pasifik dan Sumudera Hindia, serta pertemuan dari
tiga lempeng besar dunia Eurasia, India, Australia dan Pasifik. Dengan posisi
silang yang sangat strategis dan kaya dengan sumberdaya alam yang
beranekaragam, hal tersebut merupakan kekayaan yang luar biasa bagi Indonesia.
Negara Indonesia 2/3 wilayahnya atau sekitar 5.8 juta merupakan lautan
dan memiliki panjang garis pantai 81.000 km atau sekitar 14% dari panjang garis
pantai dunia dan memiliki sekitar 17.504 pulau besar dan kecil. Dengan luas laut
demikian, dan dengan pantai terpanjang kedua di dunia setelah Kanada, Indonesia
secara geografis merupakan negara maritim terbesar di dunia.
Salah satu keunikan posisi kepulauan Nusantara adalah karena Indonesia
terbentuk dari pertemuan tiga lempeng raksasa bumi (earth) yakni lempeng
Pasifik, lempeng Eurasia dan lempeng Samudera Hindia-Australia. Oleh karena
itu tidaklah mengherankan kalau berbagai fenomena alam (earth fenomena) sangat
kaya di Indonesia. Fenomena alam yang paling menonjol adalah daerah paparan
Sunda yang memiliki laut dangkal di sebelah Barat, wilayah-wilayah dengan
palung-palung laut dalam di bagian Tengah (laut Banda) dan daerah paparan
Sahul dengan laut dangkal di ujung Timur. Dari Barat sampai ke Timur kepulauan
Nusantara terbentang jalur magnetic dan jalur seismic serta jalur anomaly gravitas
negatif terpanjang di dunia. Atas dasar susunan geografis yang demikan unik,
terbentang lautan luas yang memeluk kepulauan Nusantara dengan kokoh dan
dengan variasi jenis-jenis kedalaman laut yaitu laut dangkal dan laut dalam yang
memberi keindahan dan aneka ragam biota laut di dalamnya. Gambaran ini
memperlihatkan potensi-potensi perekonomian dalam bentuk potensi tambang,
Perikanan, ekosistem lindung dan jasa-jasa Kelautan sangatlah besar.
Pembangunan sektor kemaritiman Indonesia dinilai masih jauh tertinggal
dibandingkan dengan negara-negara lain di kawasan Asia Tenggara, seperti
Singapura, Malaysia, dan Filipina. Meskipun Indonesia memiliki garis pantai
terpanjang di dunia dan merupakan negara kepulauan, tetapi potensi kelautan
ataupun kemaritiman tersebut belum banyak dinikmati mayoritas rakyat negara
ini. Hal itu dikarenakan konsep pembangunan hanya berorientasi pada daratan,
sementara kemaritiman didudukkan pada porsi yang lebih kecil.

Sejarah mencatat bahwa pada masa Pemerintahan Hayam Wuruk (1350-


1389) wilayah kekuasaan Majapahit meliputi seluruh Indonesia. Bahkan, sampai
ke Siam, Birma, Kamboja, Amman, India, dan Cina.

Sebelumnya pada abad ke-7 Kerajaan Sriwijaya yang berpusat di Sungai


Kapur Riau pernah memiliki daerah kekuasaan meliputi Tulang Bawang
(Lampung), Pulau Bangka (dekat Palembang), Jambi (Sungai Batanghari),
Kerajaan Kaling dan Mataram (Jawa Tengah), serta Kedah (Semenanjung Melayu
atau Malaysia), hingga Tanah Genting Kra (Malaysia). Dalam perkembangannya
Sriwijaya menjadi pusat perdagangan terbesar di Asia Tenggara. Bahkan, hingga
di Cina dan India. Sriwijaya juga menjadi pusat dan pintu perdagangan antara
Indonesia dengan Barat. Kedua kerajaan tersebut memiliki kesamaan: meraih
kejayaan dengan mengembangkan wilayah perairannya yang luas dan memiliki
armada laut yang kuat.

Kondisi geografis Sriwijaya dan Majapahit sebenarnya tidak berbeda


dengan kondisi negara kita saat ini. Ya. Indonesia adalah negara maritim terbesar
di dunia dengan dua per tiga luas wilayah (atau sekitar 5,8 juta km2) berupa lautan
dan terdiri dari sekitar 17.504 pulau yang dikelilingi oleh garis pantai sepanjang
81.000 km. Indonesia menjadi negara terkaya di dunia dalam hal keragaman
hayati (biodiversity).
Sumber daya pesisir dan laut Indonesia memiliki arti penting bagi dunia
internasional mengingat spesies flora dan fauna yang ditemukan di perairan tropis
Indonesia lebih banyak daripada kawasan mana pun di dunia. Sekitar 24% dari
produksi ekonomi nasional berasal dari industri-industri berbasis wilayah pesisir.
Termasuk produksi gas dan minyak, penangkapan ikan, pariwisata dan
transportasi. Beragam ekosistem laut dan pesisir yang ada menyediakan sumber
daya lestari bagi sebagian besar rakyat Indonesia.

Indonesia adalah negara yang memiliki potensi begitu melimpah terutama


potensi kelautannya. Dilihat secara letak geografisnya yang terletak antara dua
samudera (pasifik dan hindia) dan dua benua (Asia dan Australia) inilah,
Indonesia seharusnya dapat menjadi negara maritim yang dapat menghasilkan
keuntungan dalam bidang kemaritiman.

Meskipun Indonesia memiliki potensi kemaritiman yang cukup besar,


tetapi bidang kemaritiman bukanlah menjadi fokus perhatian dari berbagai
kalangan terutama pemerintah saat ini.

B. Rumusan Masalah
Mengapa potensi kemaritiman Indonesia tidak menjadi perhatian utama oleh
pemerintah saat ini ?
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Sejarah kemaritiman Indonesia

 Pembentukan wilayah maritim di Indonesia dimulai pada tanggal 13


Desember 1957 oleh Perdana Menteri Indonesia waktu itU (Djuanda
Kartawidjaja)dengan nama "Deklarasi Juanda".   Deklarasi ini yang
menyatakan kepada dunia bahwa laut Indonesia adalah termasuk laut sekitar, di
antara dan di dalam kepulauan Indonesia menjadi satu kesatuan wilayah NKRI.

    Sebelum deklarasi Djuanda, wilayah negara Republik Indonesia mengacu


pada Ordonansi Hindia Belanda 1939, yaitu Teritoriale Zeeën en Maritieme
Kringen Ordonantie 1939 (TZMKO 1939). Dalam peraturan jaman Hindia
Belanda ini, pulau-pulau di wilayah Nusantara dipisahkan oleh laut di
sekelilingnya dan setiap pulau hanya mempunyai laut di sekeliling sejauh 3 mil
dari garis pantai. Ini berarti kapal asing boleh dengan bebas melayari laut yang
memisahkan pulau-pulau tersebut.

    Deklarasi Djuanda menyatakan bahwa Indonesia menganut prinsip-prinsip


negara kepulauan (Archipelagic State) yang pada saat itu mendapat pertentangan
besar dari beberapa negara, sehingga laut-laut antarpulau pun merupakan wilayah
Republik Indonesia dan bukan kawasan bebas. Deklarasi Djuanda selanjutnya
diresmikan menjadi UU No.4/PRP/1960 tentang Perairan Indonesia. Akibatnya
luas wilayah Republik Indonesia berganda 2,5 kali lipat dari 2.027.087 km²
menjadi 5.193.250 km². Dengan perhitungan 196 garis batas lurus (straight
baselines) dari titik pulau terluar, terciptalah garis maya batas mengelilingi RI
sepanjang 8.069,8 mil laut[1].

    Setelah melalui perjuangan yang penjang, deklarasi ini pada tahun 1982
akhirnya dapat diterima dan ditetapkan dalam konvensi hukum laut PBB ke-III
Tahun 1982 (United Nations Convention On The Law of The Sea/UNCLOS 1982).
Selanjutnya delarasi ini dipertegas kembali dengan UU Nomor 17 Tahun 1985
tentang pengesahan UNCLOS 1982 bahwa Indonesia adalah negara kepulauan.

    Pada tahun 1999, Presiden Soeharto mencanangkan tanggal 13 Desember


sebagai Hari Nusantara. Penetapan hari ini dipertegas dengan terbitnya
Keputusan Presiden RI Nomor 126 Tahun 2001, sehingga tanggal 13 Desember
resmi menjadi hari perayaan nasional.

Penataan Ruang Nasional

Menurut UU 26 tahun 2007, Ruang adalah wadah yang meliputi ruang


darat, ruang laut, dan ruang Udara, termasuk di dalamnya sebagai satu-
kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk lain hidup, melakukan kegiatan,
dan memelihara kelangsungan hidup.sedangkan penataan Ruang adalah suatu
sistem proses perencanaan tataruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian
pemanfaatan ruang.

Dalam proses perkembangannya diaturlah tingkatan penataan ruang dari


Tataruang Nasional, Pulau, Propinsi, sampai dengan Tataruang Kabupaten/kota.
Tingkat penyajian masing-masing tataruang berbeda-beda.

Anehnya, penataan ruang yang dilakukan saat ini didominasi atas


keinginan. Selain itu perencanaan masih terkotak-kotak kedalam satuan
administrasi, Alasan klasik yang di perdengungkan adalah karena pelaksana dari
aturan ini adalah pemerintah yang dibagi berdasarkan administrasinya. Padahal
melihat pengertian Ruang diatas, Tatruang dibuat haruslah berdasar satu-kesatuan
wilayah tempat manusia dan mahluk lain hidup atau yang sering disebut adalah
Ekosistem. Bicara ekosistem adalah bicara wilayah berdasarkan kondisi
Lingkungan (satuan Alam).

Karena berdasarkan keinginan ini pulalalah penataan ruang hanya


didominasi sector darat. Harap diingat wahai para pemegang kekuasaan, wilayah
laut yang diperjuangkan bangsa Indonesia (dimulai dari Deklarasi Juanda 1958)
telah diakui sebagai wilayah Nasional yang berakibat luas wilayah yang tadinya
1.9 juta km2 menjadi 5.8juta km2, atau 2/3 wilayah adalah laut. Sebagai Negara
laut, semangat menata ruang pun harus berlandaskan kondisi geografis.

Penataan ruang Indonesia seharusnya berbasiskan semangat Kemaritiman.


Pola ruang haruslah mengikuti karakteristik sumber daya berbasis kepulauan
dengan alur demand and supply yang saling mendukung dengan memperhatikan
karakteristik Daerah Aliran Sungai (DAS) ditiap pulau. Struktur ruang nasional
haruslah yang mendukung kegiatan arus laut dan darat. Kota-kota pelabuhan harus
dihubungkan dalam satu konsep koridor berbasis komoditas.

Secara hirarki, penataan ruang Indonesia dapat dikelompokkan dari


Tataruang Nasional, Tatruang Gugusan Laut (bukan TR Pulau, konsep yang
memisahkan), TR Propinsi, TR Kabupaten/Kota.

Hukum-hukum Kemaritiman Indonesia

Klaim Indonesia terhadap laut yang dimulai dari deklarasi Juanda, berhasil
mencetuskan dan mengakui beberapa Undang-undang Kemaritman yaitu:

 UU No.4/PRP/1960 tentang Perairan Indonesi, sebagai penegas legalitas


Deklarasi Djuanda
 UNCLOS 1982 tentang hukum Maritim Internasional, mulai diterapkan di
Indonesia melalui UU No.17 th.1985
 UU No.5 Th.1983, mengesahkan kedudukan Indonesia dalam Zona
Ekonomi Eksklusif.
 UU No.21 Th.1992 tentang pelayaran.
 UU No.6 Th.1996 tentang perairan Indonesia.
 UU No.38 Th.2002, tentang Titik Dasar Indonesia, dan
 UU No.31 Th.2004, tentang Perikanan Indonesia.
    Saat ini, UU No.21 Th.1992 sedang dalam revisi dan digodok. Dimana
Undang-undang yang baru diharapkan lebih membuka peluang pengembangan
maritim. Selain itu, UU No.38 Th.2002 juga memerlukan revisi menyangkut
hilangnya 2 Titik Dasar Kepulauan Indonesia di P.Sipadan dan P.Ligitan akibat
ketidakseriusan pemerintah dalam penjagaannya.

Aspek fisik kemaritiman

Berbagai ketentuan tentang batas maritime telah memberikan dampak


signifikan terhadap suatu Negara tentang potensi dan pemanfaatan laut yang
berada pada yuridiksi wilayah maritime. Salah satu potensi kemaritiman yang
diperhatikan adalah aspek fisik kemaritiman.

Aspek fisik kemaritiman berkaitan erat dengan potensi fisik laut dalam
mendukung wilayah maritime. Secara umum aspek fisik dapat dibedakan menjadi
potensi sediment laut, topografi laut, dan Potensi sumberdaya energi.

Sedimen laut merupakan suatu material butiran-butiran yang dapat


ditransportasikan oleh aliran air dan diendapkan sebagai lapisan butiran-butiran
yang solid didasar sungai, laut dan tubuh air lainnya. Sedimen adalah proses
pengendapan material.

Lingkungan laut dan samudera seringkali menjadi tempat sediment di


endapkan. Sediment dapat terdiri dari material-material yang berasal dari perut
bumi yang dibawa oleh sungai dan aliran air yang dekat laut atau berupa sediment
laut lain misalnya pasir. Beberapa jenis endapan yang dapat ditemui wilayah laut
Indonesia adalah sebagai berikut:

Ø      Batu keras: semua sediment yang terdiri dari partikel atau batuan yang
bergaris tengah lebih dari 2mm.

Ø      Pasir dan lanau: sediment yang terdiri dari partikel yang bergaris tengah
antara 2 micron- 2mm

Ø      Lumpur: semua sediment yang berasal dari perut bumi berukuran sangat
kecil dan mengandung komponen-komponen pasir dan partikel-partikel silt.
Sediment tersebut termasuk diataranya adalah Lumpur biru, Lumpur hijau,
Lumpur hitam, abu gunung berapi, dan lain sebagainya.

Ø      Selut gampingan: semua endapan mengeras yang partikelnya berukuran


pasir atau lebih halus mengandung sekitar 30%atau lebih CaCO3 kecuali
endapan yang semuanya tersusun dari cangkang moluska atau koral.

Ø      Selut silikan: semua endapan mengeras yang paling sedikit 30% cangkang
organisme silikan.

Ø      Lempung: semua pelagis yang berbutir halus bergaris tengah kurang dari 4
mikron, tersusun dari kurang lebih 30% jasad organisme dan kurang lebih
30% CaCO3.

Ø      Koral: semua endapan yang berasal dari bangkai terumbu karang.

Topografi laut dapat dikenali dari suatu peta Bathimetry. Dimana, peta
bathimetri merupakan peta yang menggambarkan kedalaman laut. Peta batimetri
tidak sedetil peta rupabumi yang menyajikan data ketinggian dan kenampakan
permukaan bumi.

Topografi laut yang bersumberkan dari peta Bathimetri dapat digunakan


untuk berbagai kepentingan misalnya dalam sector perhubungan laut,
pertamabangan, eksplorasi, penelitian, dan sebagainya. Selain itu, informasi yang
terkandung dalam peta Bathimetri dapat digunakan untuk analisa pembangunan
pelabuhan/dermaga, pelayaran kapal laut, penambangan minyak lepas pantai.,
penelitian batas kontinen antar Negara, dan sebagainya.

Potensi sumberdaya energi dapat diidentifikasi melalui cekungan sediment


sumberdaya mineral dan energi lepas pantai. Berbagai informasi yang digunakan
adalah dari berbagai macam data dasar yaitu ketebalan sediment, pola struktur,
stratigrafi dasr laut berikut geodinamikanya, anomaly magnet total, serta gaya
berat. Hasilnya dapat digunakan untuk kajian mengenai potensi energi dan
sumberdaya mineral didasar laut.

Aspek sosek kemaritiman

Indonesia memiliki luas laut sekitar 5.8km2. Area yang cukup luas tersebut
ditopang dengan berbagai potensi yang ada di dalamnya soyogyanya mampu
untuk mensejahterakan rakyat Inodenia. Dengan adanya realita tersebut, budaya
bahari (maritime) perlu digiakkan lagi seperti ketika jaman kerajaan Sriwijaya
dahulu yang mampu menyatukan wilayah nusantara dengan angkatan lautnya.
Bahkan menurut Sarwono Kusumaatmaja, angkatan laut bangsa Indonesia
merupakan yang tertangguh no.4 di dunia setelah Amerika Serikat, Uni Soviet,
dan Iran pada era Sukarno. Negara Indonesia merupakan satu-satunya bangsa di
Dunia yang menamakan wilayahnya sebagai tanah air. Semoga kedepannya
Indonesia mampu menyadari potensi dan struktur kewilayah Negara dominant
laut, dan mampu merubah konsep Negara kepulauan (yang berbasis darat)
menjadi Negara Maritim.

Dalam pembuatan system Informasi kemaritiman Indonesia, informasi


social dan ekonomi yang mendukung kemaritiman layak untuk ditampilkan.
Terdapat enam informasi utama yanitu :

Ø      Informasi akademi maritime, yang secara pshicologis mampu untuk


menumbuhkan kesadaran akan Negara Maritim kepada siswa yang belajar
dan di kalangan masyarakat.

Ø      Informasi pelabuhan perikanan, sebagai sarana pendukung pengelolaan


hasil perikanan di Laut.
Ø      Informasi pelabuhan pelayaran, sebagai sarana utama dermaga kapal-
kapal.

Ø      Informasi jalur pelayaran di Indonesia yang dikelola oleh Pelindo, untuk
mampu menjangkau seluruh pulau-pulau di Indonesia dan sebagai
pendukung perekonomian pulau-pulau yang dituju.

Ø      Informasi Objek wisata bahari yang secara umum terbagi menjadi tiga
yaitu Wisata pantai, wisata selancar, dan wisata Taman Laut. Dengan
kenyataan wilayah geografis Indonesia sebagai Negara maritime, sudah
saatnya Pemerintah Indonesia lebih mempopulerkan wisata bahari daripada
wisata darat, dan

Ø      WPPI (Wilayah Pengelolaan Perikanan Indonesia) yang dikembangkan


oleh Departemen Kelautan dan Perikanan RI.

Aspek Biota Kemaritiman

Biota laut kemaritiman digunakan sebagai salah satu aspek yang


mendukung kemaritiman. Biota laut sendiri sebagai bentuk ekosistem kelautan
yang mempunyai berbagai macam potensi biota. Potensi biota ini diasumsikan
sebagai salah satu penggerak  kemajuan kemaritiman. Semakin tinggi potensi
biota, semakin tinggi pula kemungkinan sector perikanan yang nantinya
memajukan kemaritiman Bangsa.

Tidak semua biota laut digunakan dalam pembuatan informasi


kemaritiman. Dimana, hanya biota utama yang secara signifikan mampu untuk
mengembangkan kemaritiman. Informasi yang disampaikan dalam biota
kemaritiman ini menyangkut informasi Teripang, Mangrove, benih ikan, rumput
laut, lamun, dan terumbu karang.

Teripang merupakan salah satu echinoderma dari kelas holothuroidea


dengan tubuh yang bengkok dan kulit yang lunak. Teripang merupakan makanan
yang lezat di Negara-negara timur seperi Malaysia, Jepang, China, dan Indonesia
sendiri. Teripang juga bernilai tinggi sebagai bahan obat-obatan (varietas Gamat).

Hutan mangrove merupakan tipe hutan khas yang terdapat disepanjang


pantai atau muara sungai yang dipengaruhi oleh pasang-surut air laut. Seringkali
juga disebut dengan hutan pantai, hutan payau, atau hutan pasang-surut.
Lingkungan mangrove dapat tumbuh dalam berbagai macam substrat, namun
demikian mangrove sangat peka terhadap pengendapan/sedimentasi, sirkulasi air
permukaan, pencucian, serta tumpahan minyak. Hutan mangrove dimanfaatkan
untuk berbagai macam keperluan seperti kayubakar, pembuatan arang, pembuatan
penyamak, konstruksi bangunan, obat-obatan, bahan industri kertas, dan
sebagainya. Perairan mangrove sendiri dikenal sebagai tempat berkembangbiak
bagi hewan aquatic berekonomis tinggi seperti udang, ikan, dan kerang-kerangan.
Selain itu, fungsi yang lain adalah untuk melindungi garis pantai dari erosi, dan
menahan gelombang pasang/tsunami yang dating.

Benih ikan merupakan salah satu potensi biota laut yang apabila
dikembangkan dapat untuk menunjang sector kemaritiman. Perseberan benih ikan
di Indonesia cenderung merata.

Lamun (seagrass) adalah tumbuhan berbunga yang sudah sepenuhnya


menyesuaikan diri untuk hidup di bawah permukaan air. Lamun hidup di perairan
dangkal agak berpasir. Sama halnya dengan rerumputan didaratan, lamun juga
membentuk padang yang luas dan lebat di dasar laut yang masih terjangkau oleh
sinar matahari. Padang lamun mempunyai berbagai macam fungsi diantaranya :

Ø      Sebagai perangkap sediment yang mampu untuk mengendapkan dan


menstabilkannya.

Ø      Padang lamun segar merupakan makanan untuk ikan duyung, penyu laut,
dan berbagai macam jenis ikan.
Ø      Padang lamun sebagai habitan untuk berbagai ikan ukuran kecil dan udang.

Rumput laut (sea weeds) adalah jenis algae atau ganggang laut yang bersel
satu maupun bersel banyak. Rumput laut tumbuh dengan baik di perairan laut
dangkal hingga 30 meter, terutama pada daerah umbulan air laut dalam (wilayah
up welling). Rumput laut banyak digunakan sebagai bahan dasar pembuatan
makanan.

Terumbu karang merupakan salah satu ekosistem yang mempunyai


produktivitas organic (penyedia nutrient) yang sangat tinggi. Selain fungsi
tersebut, terumbu karang juga berfungsi sebagai pelindung fisik, tempat
pemijahan, tempat bermain dan asuhan untuk berbagai biota. Di berbagai tempat
karang batu (hard coral) digunakan untuk berbagai kepentingan seperti konstruksi
jalan dan bangunan, bahan baku industri dan perhiasan. Ekosistem terumbu karang
sendiri terdapat di lingkungan perairan yang agak dangkal, terutama di gugusan
pulau-pulau pada perairan tropis.

Indonesia memiliki kurang lebih 50.000km2 ekosistem terumbu karang


yang tersebar diseluruh wilayah pesisir. Terumbu karang di Indonesia sangat
beragam jenisnya, dimana semua type terumbu karang yang mencakup jenis
terumbu karang tepi (fringing reefs) terumbu karang penghalang (barrier reefs),
terumbu karang cincin (atol) dan terumbu karang tambalan (patch reefs) terdapat
di perairan laut Indonesia.

Penentuan perbatasan antara Indonesia di daerah yang overlap, baik


yang menyangkut laut wilayah, zona tambahan, ZEE, maupun landas
kontinen dengan negara-negara tetangga, perlu dirundingkan dan diselesaikan
melalui perundingan dan perjanjian. Berikut permasalahan-permasalahan
maritim yang ada di Indonesia (Hasjim Jalal, 2005) :

a.       Permasalahan laut wilayah, yaitu didaerah-daerah perbatasan yang


lebar lautnya kurang dari 24 mil. Masalah ini terutama menyangkut
perbatasan Indonesia-Malaysia dan Indonesia-Singapura yang belum
padu. Apalagi ditambah dengan ekspor pasir Indonesia ke Singapura
yang dapat berakibat perluasan klaim Singapura atas wilayah lautnya.

b.      ZEE, Indonesia baru mencapai perundingan dengan Australia namun


belum diratifikasi sehingga belum dapat disahkan, sedangkan untuk
batas-batas dengan negara lain seperti India, Vietnam, Thailand,
Malaysia, Palau, dan PNG belum dirundingkan.

c.  Batas landas kontinen, sebagian telah terselesaikan yaitu batas antara
Aceh-Andaman (India), Indonesia-Thailand (di utara Selat Malaka),
Indonesia-Malaysia (selat malaka, dan Laut China Selatan), Indoensia-
PNG, Indonesia-Australia. Namun untuk perbatasan Indonesia-Filipina-
Malaysia di Laut Sulawesi belum dapat terselesaikan.

d.      Kepemilikan pulau perbatasan juga terdapat beberapa masalah.


Setelah Sipadan-Ligitan yang lepas, kawasan Kep.Mianggas di
Sulawesi juga terancam lepas karena klaim laut oleh Filipina. Belajar
dari pengalaman Sipadan-Ligitan, aksi yang nyata untuk pembangunan
wilayah perbatasan lebih dibutuhkan dan lebih jelas pembuktiannya
daripada sekadar pengesahan Peraturan Pemerintah.

e.      Keadaan ekonomi negara dan rakyat yang masih sulit mempengaruhi
kemampuan pengamanan perbatasan.

f.      Alat-alat negara pembela keamanan dan ketertiban sangat banyak


dihujat karena masalah pelanggaran HAM dan citra Lembaga yang
korup.

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Pemerintah Indonesia saat ini kurang mengembangkan sector kemaritiman
sebab perhatian utama pemerintah yaitu sector darat. Padahal sector kemaritiman
Indonesia bisa menghasilkan keuntungan yang banyak apabila sumber-sumber
daya yang ada di laut dapat dimanfaatkan dengan baik.

You might also like