You are on page 1of 6

TUGAS MATA KULIAH PILIHAN II

TEKNOLOGI MINYAK BUMI

Kelompok 2

Panji Prima

Rangga Warsita Aji

Yusuf Gunawan

Astri Probowati

Fajar Triarto

Pramitha Rosyidhi

Indrawati Dwi Paramitha

Yuanissa Riqa

Nurmeilia R

Arum Sakti

Oktrista A

Arfista Neva
Klasifikasi Minyak Bumi

Dengan evaluasi crude dan test-test yang lainnya minyak bumi dapat
diklasifikasikan/dikelompokkan dalam jenis minyak bumi tertentu dan akan
memudahkan untuk meramalkan jenis dan mutu produk-produk minyak bumi yang
mungkin diperoleh dan analisa-analisa selanjutnya yang diperlukan.

Metode klasifikasi minyak bumi terdapat 7 macam yaitu :

1. Klasifikasi berdasarkan Spesific Gravity

2. Klasifikasi berdasarkan Sifat Penguapan (Volatility)

3. Klasifikasi berdasarkan Kadar Sulfur

4. Klasifikasi berdasarkan Faktor Karakteristik UOP

5. Klasifikasi berdasarkan Indeks Korelasi

6. Klasiffikasi berdasarkan Viscosity Gravity Constant (VGC)

7. Klasifikasi berdasarkan Bureu of Mines

1. Klasifikasi berdasarkan Spesific Gravity

Densitas (Density)/ berat jenis adalah berat benda dibagi dengan volumenya, dengan
satuan kg/m3, g/cm3.

Specific Gravity (SG) adalah perbandingan antara berat suatu cairan dengan berat air
pada volume yang sama yang diukur pada temperatur yang sama. Spesific Gravity tidak
mempunyai satuan.

Spesific Gravity 60/60 °F (SG 60/60 °F) adalah perbandingan antara berat suatu cairan
dengan berat air pada volume yang sama yang diukur pada temperatur yang sama 60 °F.

Spesific Gravity digunakan sebagai ukuran untuk membedakan minyak mentah, karena
minyak mentah dengan densitas yang rendah cenderung bersifat parafinik. Makin kecil
Spesific Gravity (SG) minyak bumi akan menghasilkan produk-produk ringan yang makin
banyak, dan sebaliknya makin besar Spesifik Gravity (SG) minyak bumi akan
menghasilkan produk-produk ringan yang makin sedikit dan produk residunya makin
banyak.

Gravity dari minyak bumi merupakan salah satu indikasi penting dalam memperkirakan
harga dan dalam transaksi dipakai untuk perhitungan setelah dikoreksi pada suhu
standart (umumnya pada suhu 60 °F atau 15 °C).
Dalam industri perminyakan klasifikasi dengan menggunakan SG ini kadang-kadang agak
sulit untuk membedakan antar jenis minyak bumi (crude) yang mempunyai densitas
rendah sehingga klasifikasi berdasarkan SG biasanya ditunjukkan dengan derajad API
Gravity, dengan rumus sebagi berikut :

141,5
API ( derajat )= −131,5
SpesificGravity 60/60 ° F

Berdasarkan klasifikasi Spesific Gravity (SG) minyak bumi dapat dibagi menjadi 5 macam,
yaitu :

Minyak Bumi Spesific Gravity 60/60 °F ° API Gravity


SG 60/60 °F
1. Ringan < 0,830 39,0
2. Medium Ringan 0,830 – 0,850 39,0 – 35,0
3. Medium Berat 0,850 – 0,865 35,0 – 32,1
4. Berat 0,865 – 0,905 32,1 – 24,0
5. Sangat Berat > 0,905 24,0

2. Klasifikasi berdasarkan Sifat Penguapan (Volatility)

Klasifikasi ini berdasarkan kandungan (presentase) dari fraksi ringan yang terkandung
dalam minyak bumi, yaitu volume fraksi minyak yang dapat dikeluaskan dengan
penyulingan (distilasi) sampai temperatur 300 °C.

Berdasarkan ketentuan tersebut minyak bumi dibagi menjadi 3 macam, yaitu :

Minyak Bumi Fraksi Ringan


(% volume)
1. Ringan <50
2. Medium 20 – 50
3. Berat >20

3. Klasifikasi berdasarkan Kadar Sulfur ( Belerang)

Klasifikasi ini berdasarkan kandungan (kadar) sulfur yang terdapat dalam minyak bumi
dan berdasarkan ketentuan tersebut minyak bumi dibagi menjadi 4 macam, yaitu :

Minyak Bumi Kadar Sulfur


(% berat)
1. Non Sulfuric 0,01 – 0,03
2. Sulfur Rendah 0,03 – 1,0
3. Sulfuric 1,3 – 2,0
4. Sulfur tinggi > 2,0
Kandungan sulfur dalam minyak bumi sangat penting untuk diketahui yang berguna
untuk menentukan proses treating dan pengolahan terhadap minyak bumi dan produk-
produk distilasinya.

Semakin rendah kandungan belerang, semakin baik minyak mentah tersebut.


Kandungan belerang yang tinggi memerlukan prosedur pengolahan yang lebih ekstensif
(kompleks) untuk menghasilkan produk yang memenuhi kualitas yang diinginkan.

Kandungan belerang dalam minyak bumi yang tinggi disebut asam dan kandungan
belerang yang rendah disebut sweet. Diperkirakan sebanyak 40% minyak mentah
mengandung belerang kurang dari 0,25% dan 7% mengandung lebih dari 2%.

Senyawa sulfur yang terdapat dalam minyak bumi dapat mengurangi efektifitas lead alkil
dalam menaikkan bilangan oktan pada produk migas (premium) dan dapat berubah
menjadi senyawa lain yang korosif.

Proses yang digunakan untuk menghilangkan/mengurangi kandungan sulfur dalam


minyak dan produk distilasinya antara lain Unit Desulfurisasi/ Sulfur Recovery (untuk
crude yang mengandung kandungan sulfur tinggi) dan Treating dengan laturan NaOH
(untuk produk-produk minyak bumi).

4. Klasifikasi berdasarkan Faktor Karakteristik K UOP (K Universal Oil Product)

Faktor karakteristik K UOP ini berdasarkan Nelson, Watson, dan Murphy dari Bureu of
Mines yang dinyatakan dengan persamaan.

∛T
K uop=
SG

Dimana :

T = Titik didih rata-rata dalam Kelvin

SG = Spesific Gravity pada temperatur 60/60 °F

Nilai K berada diantara 13 untuk parafin dan 10 untuk aromatik murni.

Klasifikasi minyak bumi berdasarkan faktor K UOP tersebut adalah :

Minyak Bumi Faktor K UOP


1. Parafinik Base > 12
2. Naftenik Base 11-12
3. Aromatik Base < 11

Metode klasifikasi ini lebih banyak digunakan untuk fraksi-fraksi minyak bumi dan
minyak bumi yang ringan.
5. Klasifikasi berdasarkan Indeks Korelasi (C.I)

Nelson dan Watson dari Bureu of Mines mengemukakan perumusan yang dinamakan
Indeks Korelasi (Correlation Index), sebagai berikut :

C.I = 4733,7 SG – 456,8 + (48640/T)

Dimana :

T = Titik didih rata-rata, °K

SG = Spesific Gravity pada temperatur 60/60 °F

Nilai C.I = 0 untuk hidrokarbon parafin dan C.I = 100 untuk hidrokarbon aromat.

Klasifikasi dengan metode ini menggunakan sifat fisik minyak bumi dan umumnya
digunakan untuk fraksi-fraksi produk minyak bumi.

Klasifikasi minyak bumi berdasarkan Indeks Korelasi tersebut adalah :

Minyak Bumi BM C.I


1. Ultra Parafinik Base 10
2. Parafinik Base 30
3. Naftenik Base 30 – 40
4. Aromatik Base 40 – 60

6. Klasifikasi berdasarkan Viscosity Gravity Constant (VGC)

Klasifikasi VGC biasanya digunakan untuk fraksi minyak pelumas dan dinyatakan dengan
rumus :

10 G−1,0752 log(V −38)


VGC=
10−log(V −38)

Dimana,

G = Spesificc Gravity 60/60 °F

V = Viskositas dalam satuan SSG 100

Untuk parafinik harga VGC = 0,8 dan untuk aromatik dengan harga VGC = 1.

7. Klasifikasi berdasarkan Bureu of Mines (Lane and Garton)

Metode klasifikasi ini berdasarkan pada dua fraksi kunci (key fraction) yaitu untuk fraksi
kerosine dan fraksi pelumas. Yang diperoleh sebagai hasil sulingan Hempel dari
potongan fraksi 250 – 275 °C pada tekanan atmosfer untuk fraksi kerosine dan potongan
fraksi 275 – 300 °C pada tekanan 40 mmHg untuk fraksi pelumas, yang kemudian kedua
fraksi tersebut ditentukan Spesific Gravitynya.

Klasifikasi Kunci I Kunci II


(° API) (° API)
1. Parafinik-Parafinik ≥ 40 ≥ 30
2. Parafinik-Intermediate ≥ 40 20 – 30
3. Parafinik-Nafthenik ≥ 40 ≤ 20
4. Intermediate-Parafinik 33 – 40 ≥ 30
5. Intermediate-Intermediate 33 – 40 20 – 30
6. Intermediate-Nafthenik 33 – 40 ≤ 20
7. Nafthenik-Parafinik ≤ 33 ≥ 30
8. Nafthenik-Intermediate ≤ 33 20 – 30
9. Nafthenik-Nafthenik ≤ 33 ≤ 30

You might also like