You are on page 1of 17

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK DASAR I

DISTILASI UAP

LABORATORIUM KIMIA ORGANIK


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2005

DISTILASI UAP
(PERCOBAN I)
TUJUAN PERCOBAAN
1. Mengisolasi minyak daun cengkeh dari daun cengkeh kering
2. Memurnikan hasil
3. Mengidentifikasi komponen senyawa dalam minyak daun cengkeh dengan metode
kromatografi lapis tipis

DASAR TEORI
Di alam banyak tumbuhan mengandung minyak kotor yang memiliki titik didih yang
tinggi pada campuran yang kaya akan bahan organik. Sebagian dari campuran itu memiliki
kenggunaan yang penting sebagai obat pada bidang kedokteran, parfum, penyedap rasa,
dan lain lain. Contoh adalah anti malaria dari pohon kina yang diperoleh dari menyuling
pohon pohon kina, geraniol dari bunga mawar, dan vanillin dari kelopak; polong vanili. Pada
prcobaan ini, akan dilakukan penyulingan terhadap minyak kotor dengan suatu teknik yang
dikenal sebagai destilasi uap. Minyak cengkeh merupakan sumber eugenol yang banyak,
eugenol merupakan suatu campuran yang mengandung sifat antibakteri. Selain eugenol
dalam minyak cengkeh juga terdapat eugenol asam cuka, caryophyllene, dan lain campuran
kecil sekalipun hanya dalam jumlah yang lebih kecil.
Dalam percobaan ini akan digunakan destilasi uap dalam pemisahan eugenol dari
minyak cengkeh. Pada destilasi uap, suatu larutan tak dapat bercampur homogen, yang
salah satu komponennya adalah air, akan di distilasi pada suatu temperatur yang lebih
rendah dari titik didih komponen masing-masing yang terkandung dalam campuran. Inilah
sebabnya total uap air (Ptot) dari suatu larutan tak dapat bercampur adalah penjumlahan
tekanan uap dari individu/ komponen masing-masing dalam keadaan murni. Ptot tekanan
udara masing-masing komponen akan sama dengan tekanan atmosfer adalah ketika
campuran mendidih. Karena pada saat itu, kotoran minyak berbentuk cairan dimungkinkan
telah terdekomposisi/terpisah ketika dilakukan pemanasan pada temperatur tinggi. Destilasi
dengan uap adalah suatu teknik yang menguntungkan untuk memisahkan komponen-
komponen di dalam minyak kotor yang tidak dapat bercampur satu sama lain yaitu dengan
menggunakan air yang mendidih di bawah 100 ° C. Di dalam proses ini pemisahan dapat
terjadi dari fakta bahwa eugenol merupakan suatu campuran phenol, dengan asam lemah
sedangkan eugenol asam cuka dan caryophyllene adalah netral. Struktur dari ketiga
senyawa yang mungkin terkandung dalam minyak cengkeh:
OH

CH3 CH3
H2C C O
O H2
eugenol

O CH2

H3C C HC CH2

O
eugenol acetate

Distilasi Uap
Distilasi merupakan suatu metode pemisahan dua atau lebih senyawa yang bercampur
berdasarkan perbedaan titik didihya (dan juga berdasarkan perbedaan tekanan uapnya),
sehingga dapat digunakan sebagai metode pemurnian suatu senyawa dari campurannya
Distilasi meliputi proses penguapan zat cair dan kondensasi dari uap kembali ke fasa cair.
Penguapan zat cair sebanding dengan tekanan uapnya dan berbanding terbalik terhadap
titik didih cairannya. Terdapat berbagai macam distilasi yang telah dikenal, yaitu :
1. Distilasi azeotropik
Merupakan metode distilasi yang digunakan untuk memisahkan suatu campuran zat
cair dengan cara menambahkan pelarut tertentu ke dalam suatu campuran sehingga
terbentuk larutan azeotrop dengan satu atau lebih senyawa dengan titik didih yang
berbeda.
2. Distilasi destruktif
Merupakan pemanasan zat padat organik kompleks tanpa udara hingga terurai
menjadi produk yang volatil (mudah menguap) yang kemudian diembunkan.
3. Distilasi fraksional/bertingkat
Merupakan metode distilasi yang dilakukan dengan refluks parsial karena luas
permukaan dalam kolom fraksionasi yang digunakan memungkinkan terjadinya
keseimbangan uap-cair. Butir-butir uap mengembun, ketika mencapai kolom
diuapkan kembali. Proses ini berlangsung berulang-ulang.

4. Distilasi uap
Merupakan suatu metode isolasi zat organik yang tak larut dalam air dengan
mengalirkan uap air dengan prinsip penurunan titik didih campuran. Distilasi uap ini
yang digunakan dalam memisahkan komponen senyawa dalam percobaan ini.

Mendidihkan suatu cairan ditempat terbuka, yang berarti ada interaksi dengan atmosfer
akan terjadi ketika total tekanan udara sama dengan tekanan uap. Ketika dua atau lebih
cairan tak dapat dicampur, dipanaskan, maka tekanan uap total akan sama dengan jumlah
tekanan uap masing-masing komponen. Ini mengijinkan unsur untuk disaring bahwa, jika
dipanaskan pada temperatur lebih tinggi dari titik didih dari komponen penyusunnya sendiri,
maka komponen tersebut akan mengalami dekomposisi parsial. Di dalam eksperimen ini
produk awal destilasi dengan uap akan memisahkan minyak dan air. Tekanan uap cairan
akan naik sampai tekanan uap sama dengan tekanan atmosfer cairan. Jika Patm=Puap, maka
cairan akan mendidih. Titik didih larutan berair yang mengandung dua atau lebih komponen
yang bercampur juga akan terjadi jika Patm=Puap, tetapi Puap merupakan jumlah tekanan uap
semua komponen dalam larutan (tekanan uap parsial ).
Puap = P1 + P2 + P3 +….+ Pn
Tekanan uap partial (Pn) bergantung pada fraksi mol (Xn) komponen dalam larutan
yang mengikuti hukum Roult yang menyatakan hubungan antara tekanan tekanan uap
dengan komposisi larutan pada suhu yang diberikan.
Puap = P1 + P2 + P3 +….+ Pn.
Dengan Pn = Pno Xn Pno = tekanan uap murni
Xn = fraksi mol komponen uap

Distilasi uap adalah metode distilasi yang melibtkan kodistilasi campuran air dan
senyawa organik volatil yang tidak bercampur dengan air. Distilasi uap sering digunakan
untuk memisahkan senyawa volatil dari senyawa non volatil. Metode ini juga sering
digunakan untuk memisahkan senyawa yang terdekomposisi pada tiitk didihnya. Hal ini
dapat dilakukan karena suhu distilasi uap lebih rendah dari 100oC. Secara umum, tekanan
uap senyawa yang lebih besar dari 10 mmHg pada 100oC sangat efektif bila dipisahkan
dengan metode distilasi uap.
Senyawa yang dipisahkan dengan distilasi uap harus tidak larut dalam air. Tekanan uap
parsial tidak tergantung pada pada komposisi mereka dalam campuran, Pn = Ptotal. Ptotal
campuran berair merupakan jumlah tekanan uap komponen yang bercampur tersebut.
P total = Po H2o + Po organik.
Dengan demikian tekanan uap campuran selalu lebih besar dari dari pada tekanan uap
yang diberikan oleh masing-masing komponen dalam campuran. Hal ini mengakibatkan titik
didih campuran harus lebih rendah dari titik didih setiap senyawa dalam campuran.
Komposisi uap yang terkondensasi dapat ditentukan dengan menganggap berlaku
persamaan gas ideal :
Pon Vn = NnRT
Vn = volume uap ; Nn = jumlah mol komponen n ; R = 0,082 lt atm K-1 mol-1 = 8,314 J K-
1
mol-1 (tetapan gas umum) ; T = suhu mutlak ; Nn = gn / Mn, g= berat n ; Mn= massa molekul
n.
Perbandingan senyawa volatil A dan air dapat dituliskan sebagai berikut :

P ° AV A ( g A / M A )R T
=
P  H 2 OV H 2 O ( g H 2 O / M H 2 O ) R T

Karena VA = VH2O, maka persamaan tersebut dapat ditulis sebagai berikut :

gA P A MA
=  =
g H 2O P H 2O M H 2O
Dari persamaan ini dapat diharapkan bahwa senyawa yang mempunyai tekanan uap
tinggi dan massa molekul yang tinggi dapat dipisahkan dengan baik menggunakan metode
distilasi uap.
( Petunjuk Praktikum Kimia Organik Dasar, hal 26-27)
Ekstraksi Cair-cair
Untuk memisahkan senyawa organik yang bersifat netral dari larutan atau
suspensi berair dapat dilakukan dengan ekstraksi pelarut (ekstraksi cair-cair), karena
metode ini merupakan metode yang paling cocok dilakukan dalam keadaan makro
maupun mikro. Ekstraksi merupakan metode pemisahan yang melibatkan perpindahan
senyawa dari satu fasa ke fasa yang lain. Jika cairan dua fasa saling tidak bercampur,
maka metode pemisahan tersebut dinamakan ekstraksi cair-cair. Air digunakan sebagai
salah satu fasa cair karena kebanyakan senyawa organik tidak larut dalam air,
kepolarannya tinggi dan air dapat melarutkan senyawa ionik. Untuk memisahkan dua
campuran dapat ditambahkan suatu zat terlarut dengan perbandingan tertentu antara
dua pelarut yang tidak campur, misal: benzena, CCl4, CHCl3, dll. Koefisien distribusi tidak
berpengaruh pada konsentrasi total zat terlarut pada kedua fasa. Hukum distribusi Nerst/
hukum partisi menyebutkan bahwa jika pada suatu system yang terdiri dari 2 lapisan
cairan yang tidak dapat bercampur sesamanya, bila ditambahkan senyawa ketiga, maka
senyawa ketiga tersebut akan terdistribusi diantara 2 lapisan tersebut.
Larutan garam jenuh sering kali ditambahkan dalam isolasi senyawa organik dari larutan
berair. Kekuatan air dalam berkompetisi dapat dikurangi dengan menambah konsentrasi
elektrolit yang tinggi, sehingga berlaku hukum aksi massa , elektrolit yang punya anion
dapat mengkoordinasi dalam konsentrasi yang cukup tinggi sehingga akan mudah
mengusir anion yang terisolasi oleh air. Hal itu dapat mengakibatkan pengurangan
aktivitas air dan turunnya konstanta dielektrik dari air. Penambahan elektrolit / garam
anorganik seperti NaCl, CaCl2 dan ammonium sulfat. Gajala tersebut biasanya
dinamakan efek Salting Out. Ekstraksi lebih baik dilakukan berulangkali dengan jumlah
pelarut organik dalam jumlah sedikit, daripada sekali dengan pelarut organik dalam
jumlah yang banyak, karena hal tersebut dapat meningkatkan efisiensi penggunaan
bahan.
( Petunjuk Praktikum Kimia Organik Dasar, hal 44) dan (Damtith, John, BSc, PhD. 373)

Kromatografi Lapis Tipis ( KLT)


Kromatografi merupakan suatu metode analitik untuk pemurnian dan pemisahan
senyawa-senyawa organik. Metode ini berguna untuk fraksionasi campuran kompleks dan
pemisahan untuk senyawa-senyawa yang sejenis. Sedangkan pengertian kromatografi
adalah salah satu cara pemisahan senyawa yang didasarkan pada perbedaan distribusi
komponen-komponen sample diantara dua fase yang berbeda yaitu fase gerak dan fase
diam.Kromatografi merupakan salah satu cara yang efisien untuk menguraikan suatu
campuran. Dalam kromatografi, komponen-komponen terdistribusi dalam dua fase ; fase
diam dan fase bergerak. Transfer massa antara fase bergerak dan fase diam terjadi jika
molekul-molekul campuran terserap pada permukaan partikel-partikel atau terserap di dalam
pori-pori partikel atau terbagi ke dalam sejumlah cairan yang terikat pada permukaan atau di
dalam pori ( sorpsi/ penyerapan). Laju perpindahan suatu molekul zat terlarut tertentu di
dalam kolom atau lapisan tipis zat penyerap secara langsung berhubungan dengan bagian
molekul-molekul tersebut diantara fase bergerak dan fase diam. Jika ada penahanan
perbedaan penahanan secara secara selektif, maka masing-masing komponen akan
bergerak sepanjang kolom dengan laju yang tergantung pada karakteristik masing-masing
penyerapan. Jika pemisahan terjadi, masing-masing komponen keluar dari kolom pada
interval waktu yang berbeda, mengingat bahwa proses keseluruhannya adalah fenomena
migrasi secara diferensial yang dihasilkan oleh tenaga pendorong tidak selektif berupa aliran
fase bergerak. Pada semua metode diferensial migration, pemisahan berbagai komponen
campuran yang bermigrasi pada berbagai medium tergantung pada karakteristik laju
individual komponen-komponennya. Ada berbagai macam metode yang digunakan dalam
kromatografi, diantaranya adalah :
1. Kromatografi adsorpsi
Merupakan jenis kromatografi yang didasarkan pada retensi zat terlarut oleh adsorpsi
permukaan. Teknik ini berguna dalam pemisahan senyawa-senyawa non polar dan
konstituen-konstituen yang sulit menguap. Dalam kromatografi adsorpsi ini, substrat
padat bertindak sebagai fase diam dan.
2. Kromatografi gas
Kromatografi ini dapat dibagi dua :
a. kromatografi gas-padat (GSC) : fase geraknya gas yang diikat fase diam (padat)
b. kromatografi gas-cair : fase geraknya gas diikat oleh fase diamnya (cair)
3. Kromatografi kertas
Jenis kromatografi partisi dengan fase diam berbentuk lembaran pita kertas yang
permukaanya dilapisi cairan, misalnya anhidrida silika, alumina, atau resin, secara
merata.
4. Kromatografi kolom
Digunakan dalam preparasi-preparasi laboratorium dan analisis untuk memisahkan
campuran zat-zat yang sifatnya sama. Menggunakan adsorben fase diam antara lain :
alumina teraktifasi atau gel silika yang diisikan secara merada pada tabung kaca vartikel
berisi pelarut organik. Fase mobilnya adalah zat cair. Kromatografi dapat digunakan
untuk pemisahan campuran dalam sekala kecil maupun besar.
5. Kromatografi Eksklusi
Kromatografi jenis ini didasarkan pada perbedaan ukuran dan geometri molekul
berbagai konstituen. Perbedaan ukuran menyebabkan beberapa partikel bergerak lebih
cepat dari yang lainnya einggan menimbulkan perbedaan permukaan migrasi.
6. Kromatografi partisi
Merupakan kromatografi cair-cair di mana fase cair satu diadsorbsi pada permukaan
suatu zat padat (fase cair diam) dalam kolom, sedangkan fase cair yang lain merupakan
fase cair mobil.
7. Kromatografi lapis tipis (KLT)
Prinsip kerjanya tidak jauh berbeda dengan kromatografi kertas, tetapi pada KLT
digunakan lapisan tipis sebagai adsorben halus yang menghampar rata di atas
permukaan lempeng kaca yang kering sempurna, trayek pelarut yang dapat digunakan
lebih besar dari cuplikanya.
Dalam percobaan ini digunakan metode kromatografi lapis tipis. KLT merupakan salah
satu bagian dari kromatografi partisi. Metode ini melibatkan perpindahan dapat balik
senyawa yang diserap pada fase diam ke dalam fase bergerak melalui proses partisi
berkesinambungan. Teknik kromatografi tidak hanya digunakan untuk pemisahan dan
pemurnian senyawa, tetapi juga untuk identitas produk suatu reaksi dan analisis kuantitatif.
Adsorbent dilapiskan pada lempeng kaca yang bertindak sebagai penunjang fase diam.
Fase bergerak akan merayap sepanjang fase diam dan terbentuklah kromatogram. Metode
ini sederhana, cepat dalam pemisahan dan sensitive. Kecepatan pemisahan tinggi dan
mudah untuk memperoleh kembali senyawa-senyawa yang terpisahkan.
Biasanya yang sering digunakan sebagai materi pelapisnya adalah silika-gel, tetapi
kadangkala bubuk selulosa dan tanah diatome, kieselguhr juga dapat digunakan. Untuk fase
diam hidrofobik dapat digunakan pengikat sepaerti semen Paris, kanji, disperse koloid
plastic, silica terhidrasi. Untuk meratakan pengikat dan zat pada pengadsorpsi digunakan
suatu apklikator. Sekarang ini telah banyak tersedia kromatografi lapisan tipis siap pakai
yang dapat berupa gelas kaca yang telah terlapisi kromatube dan sebagainya. Kadar air
dalam lapisan ini harus terkendali agar didapat hasil analisis yang reprodusibel.
Pemilihan sistem pelarut dan komposisi lapisan tipis ditentukan oleh prinsip
kromatografi yang akan digunakan. Untuk meneteskan sampel yang akan dipisahkan
digunakan suatu mikro-syringe (penyuntik berukuran mikro). Sampel diteteskan pada salah
satu bagian tepi plat kromatografi (sebanyak 0,01-10μg zat). Pelarut harus non polar dan
mudah menguap. Kolom-kolom dalam pelat dapat diciptakan dengan mengerok lapisan
vertical searah gerakan pelarut. Teknik ascending digunakan untuk melaksanankan
pemisahan yang dilakukan pada temperature kamar, sampai permukaan pelarut mencapai
tinggi 15-18 cm. waktu yang diperlukan antara 20-40 menit. Semua teknik yang digunakan
untuk kromatografi kertas dapat dipakai juga untuk kromatografi lapis tipis. Resolusi KLT
jauh lebih tinggi daripada kromatografi kertas karena laju difusi yang luar biasa kecilnya
pada lapisan pengadsorpsi. RPPC (resersed phase partition chromatography) atau
kromatografi partisi fase terbalik, pemisahan-pemisahan ion logam yang tadinya sulit
dilakukan, dapat terlaksana dengan mudah. RPPC juga dapat digunakan pada kromatografi
lapisan ini, dengan mengguanakan lapisan yang sudah dicelupkan lebih dahulu pada
paraffin, minyak silicon, polietilen glikol dan lain-lain. Pelarut yang digunakan adalah
CH3COOH atau asetonitril. Kadangkala untuk RPPC, waktu yang diperlukan cukup lama.
Dalam KLT, suatu pemisah dipengaruhi oleh distribusi sampel antara fase cair diam
dan fase cair bergerak dengan membatasi kemampuan pencampuran. Jika sauatu zat
terlarut dikocok dalam system dua pelarut yang tidak bercampur (melarutkan) maka zat
terlarut akan terdistribusi diantara dua fase dan jika kesetimbangan tercapai, maka koefisien
partisinya (Kd):
K
Senyawa pada fasa diam Senyawa pada fasa bergerak

Konsentrasi zat terlarut pada pelarut A


Kd =
Konsentrasi zat terlarut pada pelarut B
Harga Rf bergantung pada perbedaan kekuatan ikatan antara senyawa yang
teradsorbsi pada fase diam dan senyawa yang larut pada fase bergerak. Semakin kuat
senyawa diserap oleh fase diam, perpindahan senyawa ke fase bergerak. Pemisahan
selektif dari senyawa campuran dengan kromatografi partisi didasarkan pada perbedaan laju
migrasi setiap komponen selama berada dalam fase diam.
KLT melibatkan partisi senyawa antara penyerap padat sebagai fase diam (biasanya
dalam silika gel) yang dilekatkanpada sebagai fase diam dan pada suatu plat gelas dan
eluen sebagai fasa bergerak.
Sejumlah kecil campuran yang akan dianalisa diteteskan pada sisi akhir (bawah) plat
KLT. Plat KLT diletakkan secara tegak pada bejana pengembang yang telah berisi eluen
yang sesuai. Eluen akan merambat sepanjang plat KLT dan akan membawa komponen
dalam campuran dengan laju yang berbeda bergantung pada kelarutan komponen tersebut
dalam eluen dan derajat penyerapan nya dalam fase diam. Hasil pemisahanya akan berupa
bercak noda dalam satu garis lurus.
Mobilitas relatif dari komponen dinyatakan sebagai retardation factor (Rf) yang didefinisikan :

Jarak yang ditempuh komponen dari titik awal


Rf =
Jarak yang ditempuh oleh eluen dari titik awal

Harga Rf suatu suatu senyawa selalu tetap. Fakta ini dapat digunakan untuk analisa
kualitatif senyawa yang tidak diketahui dengan membandingkan harga Rf senyawa tersebut
dari senyawa standar. KlT juga sering digunakan untuk mendapatkan kondisi optimum
pemisahan komponen campuran dalam jumlah besar dengan metode kromatografi elusi
seperti kromatografi kolom.
Eluen merupakan faktor utama dalam menentukan mobilitas komponen dalam
campuran. Jika eluen lebih polar dari senyawanya, eluen akan menggerakkan komponen
tersebut secara cepat pada fase bergerak sehinggga Rf nya besar. Jika eluen kurang polar
dari komponenya, maka senyawa akan terikat kuat pada fasa diam dan bergerak secara
lambat yang menyebabkan nilai Rf kecil.
Zat-zat berwarna dapat terlihat langsung, tetapi dapat juga digunakan reagent
penyemprot untuk melihat bercak suatu zat. Asam kromat sering digunakan untuk zat
organik. Demikian juga penandaan secara radiokimia juga dapat digunakan. Untuk
menempatkan posisi suatu zat, reagent dapat juga disemprotkan pada bagian tepi saja.
Bagian yang lainnya dapat diperoleh kembali tanpa pengotoran dari reagent dengan
pengerokan setelat pemisahan selesai.
Untuk analisis kuantitatif dapat digunakan plot fotodensitometer. Analisisnya dapat
dilakukan dengan spektrofotometer UV, sinar tampak, IR atau flourosens atau dengan reaksi
kalorimeter dengan reagent kromogenik.
Aplikasi KLT sangat luas. Senyawa-senyawa yang tidak mudah menguap serta terlalu
labil untuk kromatografi cair dapat dianalisis dengan kromatografi lapis tipis ini. KLT dapat
pula untuk memeriksa adanya zat pengotor dalam pelarut. Ahli kimia forensic menggunakan
KLT untuk bermacam-macam pemisahan. Pemisahan berguna dari plasticizer, antioksidan,
tinta dan formulasi zat warna dapat ditentukan dengan KLT. Pemakaiannya juga meluas
dalam pemisahan anorganik.
Selain itu, penampakan bercak senyawa dalam KLT dapat dilakukan dengan metode
kimia (penyemprotan pereaksi kimia) maupun metode fisika (dengan fluorosessi sinar UV).
Pereaksi yang umum dan sederhana adalah uap iod. Plat KLT yang telah mengandung
bercak senyawa dibiarkan terkena uap iod dengan cara meletakkan plat KLT dalam gelas
piala yang telah berisi kristal ion. Bercak akan memberikan bercak warna gelap dan
pengukuran Rf dapat dilakukan.
(Khopkar.S.M, 1990, Konsep Dasar Kimia Analitik, UI-Press, Jakarta. Hal:128-182)

BAHAN DAN ALAT


a. Bahan yang digunakan:
• Daun cengkeh kering akuades
• plat KLT metanol
• petrolium eter heksana
• Na2SO4 anhidrous

b. Alat yang digunakan:


Labu alas bulat 100 ml • Penangas air
Corong pisah • Bejana pengembang
Corong gelas • Pipa kapiler
Gelas Beker • Erlenmeyer
Generator uap • Pendingin Liebig
Labu leher tiga

c. Gambar alat utama percobaan:


Eluen
naik
Plat KLT

Kamar pengembang

CARA KERJA

A. Distilasi Uap
Dimasukkan 50 gram larutan minyak daun cengkeh ke dalam labu distilasi. Kemudian
dialirkan uap dari generator uap ke dalam labu distilasi yang telah diisi minyak daun
cengkeh. Proses distilasi ini dilakukan selama ±2 jam. Pada penampung diperoleh distilat
berupa 2 lapisan, ayitu lapisan minyak dan air. Pisahkan lapisan minyak daun cengkeh dari
air dengan menggunakan corong pisah. Setelah itu keringkan minyak daun cengkeh dengan
penambahan Na2SO4 anhidrous. Kemudian hasilnya ditimbang dan diukur volumenya.

B. Kromatografi Lapis Tipis (KLT)


Mula-mula dibuat TLC dengan ukuran 2 x 7 cm, Kemudian dibuat tanda garis dengan pensil
setebal 1 cm pada bagian atas dan bawah. Selanjutnya dibuat penyuntik mikro (mikro-
syringe) dengan memanaskan pipa kapiler pada bagian tengah hingga meleleh dan
terbentuklah dua ujung yang runcing. Setelah itu diambil eugenol yang didapat dari distilasi
dengan penyuntik mikro tersebut dan ditotolkan pada plat TLC dibagian bawah. Kemudian
dimasukkan TLC tersebut ke dalam bejana pengembang yang telah diberi eluen yang
berupa heksana. Dalam memasang TLC pada bejana pengembang harus dipasang tegak
dan jangan sampai terbalik. Dibiarkan eluen naik sampai mencapai batas akhir (tanda garis
pensil pada bagian atas). Baru setelah itu keringkan TLC tersebut, dan kemudian ditentukan
berapa banyak noda/komponen senyawa dalam minyak daun cengkeh, untuk dapat melihat
noda tersebut dapat digunakan lampu UV. Setelah itu baru ditentukan harga Rf dari masing
masing senyawa yang terpisah.

HASIL PERCOBAAN
Hasil dari percobaan ini:
Eugenol
• Berat hasil : 9,423 gram
• Volume : 9,2 mL
hasil : cair

• Bentuk : bening

• Warna karakteristik

• Bau

KLT (kromatografi Lapis Tipis)

X1 X2

PERHITUNGAN
• Penentuan Rf :
X1 : 5,9 cm
X2 : 5,4 cm
X 2 5,4
Rf : X = 5,9 = 0,91525
1

• Penentuan Berat Jenis (density):


Berat 9,425 gr
Berat jenis= = = 1,0245 gram/mL
Volume 9,2mL

PEMBAHASAN
Dalam percoban ini telah dipelajari cara mengisolasi minyak daun cengkeh dari daun
cengkeh kering dengan menggunakan metode destilasi uap akan, memurnikan hasil, dan
mengidentifikasi komponen senyawa yang terkandung dalam minyak daun cengkeh
dengan metoda kromatografi lapis tipis (KLT). Prosedur pertama yang dilakukan adalah
mengisolasi eugenol dari minyak daun cengkeh pasaran yang berwarna coklat
menggunakan distilasi uap. Dalam hal ini berbagai komonen dari minyak daun cengkeh
yang ada, hanyalah eugenol yang dapat pisahkan/diisolasi dengan menggunakan teknik
distilasi uap ini. Hal tersebut dikarenakan dari sifat eugenol itu sendiri yang mampu
larut/berikatan dengan uap air sehingga akan ikut terkondensasi pada distilat bersama uap
air yang mengikatnya. Pada dasarnya eugenol ini hanya sedikit larut dalam air, karena
eugenol ini merupakan suatu senyawa yang tingkat ke non-polarannya lebih besar dari
kepolarannya. Sehingga pada akhirnya eugenol ini akan mudah dipisahkan dari air, karena
perbedaan sifat tersebut.
Mula-mula ditimbang minyak daun cengkeh sebanyak 50 gram dan dimasukkan
kedalam labu leher tiga yang telah dipasang/dilengkapi alat pendingin balik. Salah satu
leher labu dihubungkan dengan generator uap agar uapnya masuk ke dalam minyak daun
cengkeh. Alat tersebut diset sedemikian sehingga sama dengan susunan alat pada gambar
distilasi uap. Selanjutnya diadakan proses distilasi selama 2 jam untuk memisahkan minyak
daun cengkeh, terutama eugenol dari campuranya.
Prinsip kerja dari distilasi uap dapat dijelaskan sebagai berikut :
Secara termodinamika, bila suatu larutan zat tak dapat bercampur dengan air dipanaskan ,
pendidihan akan mulai tampak bila P uap totalnya = P udara luar. Jadi kalau Pa = P zat tak
larutnya dan Ph2o = P uap air, pada titik didih Pa + Ph2o = 1 atm. Dan komposisi uapnya
adalah :

P ° AV A ( g A / M A )R T
=
P  H 2 OV H 2 O ( g H 2 O / M H 2 O ) R T

Karena VA = VH2O, maka persamaan tersebut dapat ditulis sebagai berikut :


gA P A MA
=  =
g H 2O P H 2O M H 2O
Uap air yang diberikan pada minyak daun cengkeh akan meningkatkan tekanan uap
campuranya sehingga proses pendidihan mudah tercapai karena Pa + Ph2o = 1atm juga
mudah tercapai. Pada proses ini air yang dididihkan pada generator uap akan menguap
dan memiliki tekanan uap yang besar, uap air tersebut disalurkan ke dalam labu leher tiga
yang telah berisi minyak cengkeh. Karena adanya tekanan uap air tersebut maka
senyawa/komponen yang terlarutkan oleh uap air akan berikatan dengan uap air dan ikut
terkondensasi, akibat adanya pendinginan yang dalam percobaan ini digunakan pendingin
Liebig. Prinsip kerja dari pendingin Liebig ini adalah pendinginan dialakukan dengan
menggunakan bantuan air yang dialirkan secara terus-menerus dari bagian yang teredah
ke bagian yang lebih tinggi. Sehigga pendinginan lebih sempurna, karena tidak ada
gelembung udara yang masih berada dalam tabung, akibat dilakukan aliran balik dari air.
Setelah selesai proses distilasi uap, destilat yang berisi minyak daun cengkeh
serta air yang membawanya ditampung kedalam corong pisah untuk dilakukan proses
ekstraksi (pemisahan). Dalam hal ini minyak daun cengkeh (eugenol) akan berada pada
lapisan atas karena memiliki berat jenis yang lebih rendah dari air. Pada suhu 30oC minyak
cengkeh memiliki densitas 0,9994 g/mL (Hardjono Sastrohamidjojo, 2002). Dari hasil yang
diperoleh berupa minyak dengan air yang telah terpisah, sehingga minyak daun cengkeh
(eugenol) dapat dipisahkan dengan mudah dari air dengan cara ekstraksi cair-cair dengan
menggunakan corong pisah. Setelah minyak terpisah dari air, lapisan minyak diambil dan
dipindahkan ke dalam gelas beker, lalu ditambahkan Na2SO4 anhidrous agar sisa-sisa air
yang mungkin masih ikut dalam minyak cengkeh dapat diserap oleh Na2SO4 anhidrous
tersebut. Fungsi dari natrium sulfat tersebut adalah untuk mengikat molekul air yang ikut
terekstraksi dengan minyak. Pengikatan air tersebut oleh Na2SO4 ditandai dengan adanya
gumpalan-gumpalan putih yang berada di dasar gelas. Untuk memperoleh hasil yang
benar-benar murni, sebenarnya pengikatan molekul air oleh Na2SO4 ini dilakukan selama
24 jam agar didapat hasil yang maksimal yaitu saat semua air telah didikat oleh Na 2SO4.
Kemudian larutan tersebut disaring , sehingga didapat suatu cairan berwarna bening.
Berdasarkan hasil percobaan ini didapat minyak daun cengkeh/eugenol murni yang
berwarna jernih kekuningan seberat 9,423 gram dan volumenya 9,2 mL. Berdasarkan data
tersebut diperoleh densitas/ berat jenis minyak cengkeh/ eugenol sebesar 1,0245 g/mL.
Padahal secara teoritis eugenol memiliki massa jenis sebesar 0,9994 gr/mL. Sehingga dari
hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa eugenol yang didapat belum murni sepenuhnya.
Selanjutnya minyak/eugenol dianalisa dengan kromatografi lapis tipis (KLT).
Pada kromatografi lapis tipis ini, mula-mula dibuat penyuntik mikro (mikro-syringe)
dengan memanaskan pipa kapiler pada bagian tengah hingga meleleh dan terbentuklah dua
ujung yang runcing. Setelah itu siapkan TLC yang sudah ada, dan kemudian diambil
eugenol yang didapat dari distilasi dengan penyuntik mikro tersebut dan ditotolkan pada plat
TLC dibagian bawah yang telah digaris/ditandai dengan pensil (sebanyak 0,01-10μgr zat).
Kemudian dimasukkan TLC tersebut ke dalam bejana pengembang yang telah diberi eluen
yang berupa heksana, eluen disini haruslah non polar dan mudah menguap, oleh karena itu
heksana digunakan. Pelarut/eluen disini harus volatile/mudah menguap karena apabila
eluen tidak volatil, maka zat tersebut tidak akan terpisahkan, karena gaya dorong dari eluen
hanya sedikit, yaitu dari kapilaritas saja. Dalam memasang TLC pada bejana pengembang
harus dipasang tegak dan jangan sampai terbalik, karena apabila terbalik maka pemisahan/
perpindahan zat (eugenol) tidak akan terjadi. Dibiarkan eluen naik sampai mencapai batas
akhir (tanda garis pensil pada bagian atas). Pada prinsipnya pemisahan dengan
menggunakan KLT ini didasarkan perbedaan polaritas antara zat dengan eluen. Apabila
eluen yang digunakan adalah non polar maka kromatografi tersebut akan mudah untuk
memisahkan komponen non polar pula. Hal tersebut didasarkan pada sifat “like dissolve
like”, bahwa suatu zat polar akan melarutkan zat polar pula, dan begitu pila sebaliknya. Baru
setelah itu keringkan TLC tersebut, dan kemudian ditentukan berapa banyak
noda/komponen senyawa dalam minyak daun cengkeh. Untuk analisis kuantitatif dapat
digunakan sinar UV (ultraviolet), sinar UV digunakan untuk melihat noda yang terbentuk
pada plat, karena sinar UV memiliki panjang gelombang yang pendek yaitu sekitar 10-8 m
sampai 10-7 m dan dengan frekuensi yang tinggi, yaitu antara 1015 Hz sampai 1016 Hz. Pada
daerah tersebut sinar UV memiliki energi kimia yang dapat memendarkan barium platina
sianida, dan dapat menghitamkan plat foto. Kebanyakan atom juga memancarkan sinar
dengan frekuensi yang khas pada daerah UV, sehingga memungkinkan pengenalan unsur-
unsur dalam suatu bahan kimia. (lihat dalam spektra atom hidrogen, deret Lyman) dengan
spektroskopi. Selain UvV juga dapat digunakan sinar lain seperti sinar tampak, infrared,
bergantung dari atom yang ada dalam zat yang akan diuji. Selain analisis dengan
menggunakan sinar UV, dapat juga digunakan flourosens atau dengan reaksi kalorimeter
dengan reagent kromogenik. Setelah itu baru ditentukan harga Rf dari masing masing
senyawa yang terpisah. Rf (retardation factor) merupakan suatu ukuran pemisahan yang
terjadi pada teknik kromatografi ini. Rf yang baik adalah yang mendekati 1, karena pada nilai
tersebut pemisahan terjadi secara sempurna.
Dari hasil kromatografi tersebut diketahui bahwa minyak daun cengkeh/ eugenol yang
dianalisis dapat menempuh jarak sejauh 5,4 cm dan dengan membandingkan dengan jarak
berjalannya eluen, maka dapat dicari Rf nya. Dari percobaan ini diperoleh Rf untuk eugenol
sebesar 0,91525. Hal tersebut menyatakan bahwa dalam KLT ini telah terjadi pemisahan
komponen yang cukup besar, selain itu dari kromatografi ini juga dapat disimpulkan bahwa
eugenol merupakan senyawa non-polar, karena terpisahkan oleh pelarut heksana yang
merupakan pelarut non-polar. Dari beberapa literatur disebutkan bahwa minyak daun
cengkeh tidak hanya terdiri dari dua komponen. Komponen-komponen minyak cengkeh
yang telah dianalisis dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama merupakan
kelompok fenolat dan eugenol yang merupakan komponen terbesarnya (dari 70% sampai
diatas 93%). Kelompok kedua adalah kelompok-kelompok non fenolat, seperti kariofilen,
kubeben, hulumen, dan kadina-1, 3, 5-trien, dan komponen lain yang terdapat dalam
jumlah yang sangat kecil misalnya : metil-n-amil keton, metil-n-amil karbinol, furfural
alcohol, vanillin, metil n-heptil karbinol, metil salisilat , dan lain sebagainya. Struktur
kandungan yang terdapat dalam minyak cengkeh, adalah diantaranya sebagai berikut:

CH3

O OH

O CH2 CH3
H2C C O
H3C C HC CH2 H2
eugenol
O
eugenol acetate

Dari hasil yang diperoleh tersebut, baik itu dari berat jenis, maupun nilai Rf didapat
penyimpangan-penyimpangan dari dasar teori. Penyimpangan tersebut mungkin
disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut:
• Terjadi pada proses distilasi uap
• Kesalahan dalam proses titrasi
• Penambahan Natrium Sulfat, dan pengendapan yang kurang sempurna,
sehingga didapat massa jenis yang lebih besar dari teori
• Perubahan-perubahan lingkungan yang tidak sesuai dengan perumusan,
misalnya keadaan pada saat percobaan bukan keadaan standar.

VI. KESIMPULAN
1. Distilasi dapat digunakan untuk memisahkan komponen-komponen yang terkandung
dalam suatu campuran berdasarkan perbedaan titik didih. Bila zat tersebut tidak larut
dan mepunyai tekanan uap lebih dari 10 mmHg maka dapat dilakukan dengan distilasi
uap
2. Dari hasil distilasi uap minyak daun cengkeh didapat eugenol murni cair yang berwarna
bening kekuning-kuningan dengan bau tipikal/khas cengkeh yang menyengat.
3. Dari 50 gram minyak cengkeh yang telah didistilasi uap diperoleh eugenol:
Berat : 9,423 gram
Volume : 9,2 mL
Densitas : 1,0245 g/mL
4. Pemisahan komponen dalam minyak daun cengkeh dapat digunakan metode
kromatografi lapis tipis.

VII. DAFTAR PUSTAKA


Arsyad, M., Natsir, 2001, Kamus Kimia, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, halaman 93-
94 ,184-188.
Guenther, Ernest, 1990, Minyak Atsiri, jilid IV B, UI-Press, Penerbit Universitas Indonesia,
Jakarta, halaman 485-494.
Horstettmann & Marstson. 1995. Cara Kromatografi Preparatif. ITB Bandung. Hal 9-11
Khopkar.S.M, 1990, Konsep Dasar Kimia Analitik, UI-Press, Penerbit Universitas Indonesia,
Jakarta, halaman 128-175.
Nashrianto Husain. Skirpsi 1980. Kromatografi Lapis Tipis. FMIPA UGM. Yogyakarta. Hal 11-17
Sasmin. Skirpsi 1977. didtilasi. FMIPA UGM. Yogyakarta. Hal 37-42
Sastrohamidjojo, Hardjono, 2002, Kimia Minyak Atsiri, F-MIPA UGM, Yogyakarta, hal 121-28.
Tim penyusun, 2004, Petunjuk Praktikum Kimia Organik Dasar,FMIPA UGM, Yogyakarta, hal
44
www.chemdat.info

You might also like