You are on page 1of 1

PEMBUATAN PERJANJIAN KEPENTINGANA AS –INDONESIA DI PAPUA BARAT

Pemerintah AS mendekati presiden Soekarno, dia diundang ke Washington (AS) pada 1961.
Setahuna kemudian, pada tahun 1962, utusan pribadi presiden AS John F. kennedy
mengadakan kunjungan ke Indonesia. Tujuannya untuk membuktikan keinginan AS tentang
dukungan kepada Soekarno di dalam usaha menganeksasi Papua Barat. Untuk mengkelabuhi
mata dunia, maka proses pengambil alihan kekuasaan di Papua Barat dilakukan melalui jalur
hukum internasional secara sah dengan dimasukkannya masalah Papua Barat ke dalam
agenda Majelis umum PBB pada tahun 1962.

Dari dalam UM PBB dibuatlah perjanjian New York 15 Agustus 1962 yang mengandung
“Act of Free Choice” (Pernyataan Bebas Memilih). Sayangnya, pemerintah Indonesia
menterjemahkannya sebagai PEPERA (Pernyataan Pendapat Rakyat). Menurut perjanjian
New York, rakyat Papua Barat berhak menentukan secara bebas tentang masa depan status
politik Papua Barat. Apakah Papua Barat merupakan bagian dari Negara Indonesia atau tidak.

Berhasilnya lobby Indonesia mengakibatkan hak penentuan nasib sendiri( Right To Self
Determination) bagi rakyat Papua Barat sama sekali tidak ditetapkan di dalam New York
Agreemant. Pada 1 Oktober 1962, UNTEA (United Nations Temporary Executive Authority)
mengambil alih kekuasaan di Papua Barat dari pemerintah Belanda. Pelaksanaan PEPERA
1969 di bawa todongan senjata mengukuhkan pengaknesasian Papua Barat oleh pemerintah
RI. Dengan demikian, pemerintah AS yang takut kehilangan ke dalam tangan bekas Uni
soviet telah memenangkan percaturan politik internasionalnya, dimana Soekarno berhasil
dirangkul dan perang antara Belanda dan Indonesia akibat masalah Papua Barat dapat
dicegah. Kelesuan perang (setelah perang Korea) membuat pemerintah AS tidak mendukung
Belanda di dalam sebuah perang baru di Asia antara Belanda dan Indonesia.
Sementara itu, AS telah menanamkan kakinya dengan kuat di bumi Indonesia. Ketika terjadi
perang saudara di Indonesia pada tahun 1965 antara PKI( Partai Komunis Indonesia) dan
pihak fasisme pimpinan jendral Soeharto (Presiden RI), CIA (Badan Intelijen AS)
mendukung Soeharto. Tahun1967 Freeport McMoRan, sebuah perusahaan AS
menandatangani kontrak kerja dengan pemerintah Indonesia untuk membuka pertambangan
copper dan gold di pengunungan Jayawijaya.
Freeport kemudian memulai operasinya pada tahun 1971. Kontrak kerja kedua
ditandantangani pada 30 Desember 1991. Kepentingan AS di Papua Barat yang ditandai
dengan adanya penandatanganan kontrak kerja antara Freeport dan pemerintah RI, menjadi
realitas. Ini terjadi antara dua tahun sebelum PEPERA 1969 dilaksanakan di Papua Barat. Di
sini terjadi kejanggalan juridis, karena Papua Barat dari tahun 1962 hingga 1969 dapat
dikategorikan sebagai daerah sengketa.

You might also like