You are on page 1of 6

Tiga Kunci Kebangkitan Pendidikan1

Anies Baswedan, PhD

KUNCI 1 - ‘The Muslimah Effect’: Inspiring Teachers


Pantai Belitung barangkali termasuk salah satu pantai terindah di Indonesia.
Tengok saja paduan indah ini: air laut sejernih Kristal, pantai pasir putih yang lembut,
ditemani oleh batu-batu granit yang kokoh dan artistik, serta cakrawala yang dihiasi
ratusan pulau-pulau kecil. Toh, Bupati Belitung H. Darmansyah Husein masih harus
repot-repot membentangkan peta besar, lalu menunjukkan peta Banten dan
menariknya ke atas untuk menunjukkan di mana Belitung berada. Tapi, itu cerita
tahun 2000.
Hari ini, kesuksesan Laskar Pelangi membuat Belitung terkenal di seantero
negeri. Menurut pemerintah setempat, tingkat turis yang berkunjung ke pulau itu
meningkat 500%. Sebuah film yang berisi cerita tentang pendidikan di daerah terpencil
Belitung telah menginspirasi banyak orang. Porosnya satu: seorang pendidik inspiratif
bernama Bu Muslimah. Semangatnya membawa dua belas anak didiknya memiliki
semangat untuk maju, hingga salah satunya akhirnya menuliskannya menjadi sebuah
buku. Meski beberapa bagian dari buku ini ditambah dengan khayalan Andrea Hirata
sendiri, inspirasi dari sang pendidik itu nyata.
Inilah ‘The Muslimah Effect’ (diambil dari tokoh Bu Muslimah dari cerita
Laskar Pelangi): seorang pengajar yang inspiratif akan melahirkan dampak yang besar
dalam perjalanan hidup anak didiknya –dan akan membesar seperti bola salju karena
semangat itu kemudian menular (dalam kasus Laskar Pelangi, penularan semangat itu
dalam skala besar).
‘The Muslimah Effect’ ini pun bisa terjadi dalam arah yang terbalik. Sebagai
contoh, kehadiran para pengajar yang menciptakan demotivasi dapat mematikan
semua potensi anak didik yang sedang tumbuh. Matematika yang sulit (tapi
menantang) dapat menjadi ‘mengerikan’ di tangan pendidik yang kurang tepat.
Demikianlah, kunci utama dari pendidikan adalah para pendidiknya itu
sendiri.
Masih adanya beberapa pekerjaan rumah kita tentang kualitas pendidik itu
salah satunya dapat dilihat dari rendahnya gaji guru di Indonesia.

1 Draft untuk Seminar “Merekonstruksi Sistem Pendidikan yang Holistik Berbasis Keindonesiaan untuk Semua”

yang diselenggarakan oleh NQA Training dan Departemen Pendidikan Nasional, 13 Februari 2009. Tidak untuk
dikutip.
Tabel 1. Perbandingan Gaji Guru Indonesia dan Dunia

Untuk menciptakan lebih banyak lagi guru-guru dan para pendidik yang tidak hanya
mengajar namun juga menginspirasi (memiliki ‘The Muslimah Effect’)
1. Merekrut guru-guru baru: Memperluas sumber daya bakat bagi para
guru guna menciptakan persaingan sehat dalam meningkatkan kualitas,
Untuk mewujudkan hal ini, saat ini kami dan beberapa rekan sedang
mempersiapkan Program Indonesia Mengajar.
2. Meningkatkan keterampilan guru-guru: Menyelenggarakan pelatihan
bagi para guru dengan tingkatan, yang terfokus pada 80% kerja
lapangan dan 20% classroom training; termasuk melibatkan para guru
senior, melaksanakan peer coaching, dan memberikan program
persiapan intensif bagi guru baru
3. Menjamin pemerintah dapat menepati janjinya melipatgandakan gaji
para guru berkualitas, tanpa harus mengalokasikan anggaran untuk
kebutuhan non-gaji dalam anggaran pendidikan; hal ini kemudian perlu
dikomunikasikan dengan cara yang strategis guna menciptakan
usulan-usulan bernilai baik bagi guru baru maupun guru yang telah
ada: kompensasi, tujuan dan pengaruhnya, pilihan jangka panjang,
serta pengembangan dan dukungan
4. Memperkirakan kebutuhan guru di tiap tingkat di masa depan baik
untuk sekolah negeri maupun swasta, kemudian menentukan secara
strategis apakah akan berfokus pada meningkatkan kualitas kelompok
guru saat ini atau mencari bakat-bakat baru; sekitar 600.000 guru perlu
disebar ulang guna mengatasi kekurangan guru di sekolah-sekolah
pelosok Indonesia

KUNCI 2 - Better Management


Kunci kedua adalah manajemen pendidikan yang lebih baik. Setidaknya ada
lima langkah strategis yang dapat dilakukan untuk memperbaiki manajemen
pendidikan kita hari ini:
1. Mengidentifikasi permasalahan terbesar sekolah dan mencoba
menyelesaikannya dalam lingkup nasional untuk memulai proses
“memberi-menerima” serta membangun rasa percaya dari sekolah. Hal
ini harus dikomunikasikan dengan baik untuk memastikan sampainya
pesan yang tepat .
2. Mengembangkan kerangka akuntabilitas yang jelas guna menentukan
apa yang mampu atau tidak mampu, harus atau tidak harus dilakukan
oleh sekolah, serta siapa yang akan memberi bantuan dari pemerintah
regional dan pusat bila dibutuhkan. Hal tersebut harus diterjemahkan
ke dalam buku panduan ‘siap pakai’ untuk sekolah .
3. Mengembangkan sistem manajemen performa untuk sistem pendidikan
secara keseluruhan, bertahap turun ke sekolah dan para guru.
4. Menghubungkan manajemen performa guru dengan reward yang jelas
dan konsekuensinya untuk mempertahankan perbaikan sistem; hal ini
harus dilakukan melalui kerjasama dengan PGRI sebagai persatuan
guru-guru terbesar dan fokus terhadap kinerja berdasarkan reward
bukan punishment. Contoh: Teacher of the Year.
5. Melibatkan masyarakat untuk memiliki sasaran pendidikan di
kecamatan atau kelurahan; hal ini dapat dicapai melalui kerjasama
dengan Departemen Dalam Negeri untuk mengembangkan sasaran
bersama dengan camat dan lurah; perhatian perlu diarahkan pada
pencegahan praktek-praktek korupsi dalam hal yang rentan ini.
KUNCI TIGA – Menggabungkan Kunci 1 dan 2 membutuhkan KEPALA SEKOLAH
YANG BERKUALITAS

Kepala Sekolah yang berkualitas adalah simpul yang menghubungkan antara para
pendidik yang inspiratif dan manajemen yang lebih baik. Kepemimpinan yang baik
dalam institusi pendidikan ternyata berkorelasi positif dengan prestasi anak didik.

Tabel 2. Korelasi antara kepemimpinan di sekolah dan keberhasilan siswa, dalam


persen*

Berikut ini beberapa langkah strategis yang dapat dilakukan:

1. Tiga tipe kepemimpinan seimbang: instruksional, perubahan dan administratif,


sesuai karakteristik sistem sekolah
▪ Menjamin ketiga tipe kepemimpinan terdapat di sekolah:
kepemimpinan instruksional, kepemimpinan perubahan, dan
kepemimpinan administratif
▪ Memastikan kepala sekolah menggunakan sebagian besar waktunya
untuk tugas-tugas yang secara langsung terkait dengan pengembangan
instruksi sekolah
2. Memilih guru yang tepat untuk menjadi kepala sekolah
• Menawarkan insentif yang tepat agar mendapatkan guru-guru terbaik
melamar untuk posisi pimpinan sekolah
• Menerapkan proses efektif dalam memilih yang terbaik dari para
pelamar tersebut
3. Mengembangkan keterampilan kepemimpinan
• Mengembangkan serangkaian keterampilan untuk menjadikan mereka
pemimpin-pemimpin yang efektif (keterampilan instruksional,
manajemen dan perubahan)
4. Menstrukturkan pengembangan profesional dan manajemen kinerja kepala
sekolah
• Menetapkan peranan, ekspektasi dan insentif untuk menjamin para
kepala sekolah fokus pada kepemimpinan instruksional, bukan
administrasi sekolah

Tabel 3. Kaitan Antara Perubahan Fokus Tugas Kepala Sekolah dan Keberhasilan
Siswa

Di Singapura, proporsi untuk aktivitas administratif hanya 20%, seperti dilihat dalam
ilustrasi berikut ini:

You might also like