You are on page 1of 6

Raja Dari Semua Istighfar

Senin, 02 Juni 2008

Assalamu’alaikum warohmatullallhi wabarokaatuh,


Hamdan li Robbin Khosshona bi Muhammadin
Wa anqodznaa bi dzulmatiljahli waddayaajiri
Alhamdulillahilladzii hadaanaa bi ‘abdihilmukhtaari man da’aanaa ilaihi bil idzni
waqod naadaanaa labbaika yaa man dallanaa wa hadaanaa
Shollallahu wa sallama wa baarok’alaih
Alhamdulillahilladzi jam’anaa fi hadzalmahdhor, Limpahan puji kehadirat Allah,
dengan terpanggilnya jiwa untuk menyebut nama Allah, limpahan puji kehadirat
Allah, Maha Raja langit dan bumi, yang selalu mengizinkan bibir pendosa untuk
terus menyebut nama Allah, mengizinkan jiwa yang penuh kegelapan dan kesalahan untuk memanggil
namanya, untuk meminta pengampunan, dan pengampunannya adalah gerbang terluas di alam semesta,
Allah Maha Pengasih dan Maha Penyayang, melebihi semua pemilik sifat kasih sayang, Allah, Allah SWT
Maha mendahului hajat dan kebutuhan hambanya untuk melewati kehidupan, sebelum hambanya meminta

Kedermawanan Ilaahi yang tertutup dengan tabir-tabir yang tiada akan terbuka terkecuali bagi mereka yang
mempelajarinya, bahwa didalam kehidupannya, didalam menopang hari-harinya, ia membutuhkan bantuan
dari Allah siang dan malam setiap waktu dan kejap, bantuan terus mengalir dari gerbang kedemawanan-Nya
SWT, dan hamba-hambanya terus melupakannya dan berpaling dari kelembutan-Nya, demikian kasih
sayang Ilaahi yang melebihi segenap kasih sayang, yang keindahan-Nya adalah awal dari segala keindahan,
yang dengan mengingat dan merindukan-Nya terangkatlah derajat dan berjatuhanlah dosa-dosa, cahaya
bulan purnama yang demikian indah, yang itu adalah mengambil dari rahasia cahaya keindahan Allah
”yaktabisul-badru min sanaahu” dan bulan purnama itu mengambil dari cahaya keindahan Robbul’alamin,
demikian indahnya Allah SWT, menyinari jiwa hamba-hambanya yang merindukan-Nya.

Hadirin hadirot yang dimuliakan Allah.


Sungguh kedatangan sang Nabi pembawa rahmat adalah menuntun kita kepada kesejahteraan dunia dan
akhirat, bimbingan yang paling sempurna, yang dengan itu membuka rahasia kedermawanan Ilaahi,
membuka rahasia keluasan kebahagiaan yang milik Allah, yang Maha mampu merubah kejadian dan
keadaan, yang Maha berkuasa dalam setiap tempat dan keadaan, Allah.

Hadirin hadirot yang dimuliakan Allah.


Ingin saya sampaikan sedikit, ketika salah seorang saudara kita, mengadakan satu tes percobaan, ia
menaruhkan dua buah gelas yang berisi nasi yang sudah matang, yang satu ditutup, ditaruh ditempat
terpisah, diucapkan padanya ucapan yang baik-baik, kasih sayang, terima kasih dan lain sebagainya dari
ucapan baik, yang satu lagi diisi nasi yang sama, ditutup dan ditaruhkan ditempat yang terpisah dan
diucapkan padanya caci maki, ucapan-ucapan buruk, umpatan, cacian, maka dilihat setelah satu minggu,
terlihatlah gelas yang terisi nasi yang diucapkan padanya kalimat-kalimat indah, tetap pada posisinya tidak
berubah, tapi yang dicaci maki dan diumpat, berubah menjadi hitam, sebagian membusuk dan basi, sangat
busuk baunya, demikian percobaan yang bisa kalian coba dirumah kalian masing-masing, disinilah kita
memahami bahwa ucapan-ucapan, emosi dan reaksi jiwa keturunan Adam mempengaruhi alam semesta,
hal ini telah ditemukan sebelumnya oleh Prof. Masaru Emoto pada air, telah saya jelaskan beberapa hari
yang lalu, dan sekarang percobaan itu bisa diuji oleh siapapun, betapa benda-benda mati itu berubah
menjadi lebih buruk dengan ucapan umpatan dan caci maki dan dosa tentunya, sedangkan ucapan-ucapan
baik malah mengawetkan nasi tersebut hingga bertahan seminggu belum berubah warnanya.

Demikian hadirin hadirot yang dimuliakan Allah.


Ketika salah seorang isteri sang Nabi, terlepas ucapannya menghina seorang wanita, dengan mengatakan
dia itu pendek, maka berkata Rasul, ucapanmu itu, umpatanmu yang kau tidak sadari itu, jika ditaruhkan
dilautan, akan berubah lautan itu warnanya, berubah menjadi air yang busuk dan menjijikkan, satu ucapan
umpatan keturunan Adam, kita berkata; barang kali hal itu hanyalah tahdzir, hanya peringatan, ternyata
benar, umpatan dan cacian merubah benda-benda, menjadi lebih buruk dan lebih busuk dan menjijikkan,
menunjukkan perbuatan keturunan Adam sebagai khalifah berpengaruh di alam semesta.

Demikian hadirin hadirot, bagaimana dengan jiwa kita, makanan kita dan rumah kita dan harta kita dan
rumah tangga keluarga kita, yang dipenuhi dengan dosa-dosa ini, bagaimana rumah kita yang sepi dari
kalimatullah, sepi dari al-Quranul karim, rumah-rumah kita terus senang diperdengarkan ucapan-ucapan
orang-orang yang tidak pernah mengenal Allah, ketika ia mencari ketenangan, ia cari wajah orang-orang
yang tidak pernah sujud kepada Allah, ia melihatnya dan jiwanya tenang, jika ia dalam keadaan sumpek dan
gundah, dicari suara orang-orang yang tidak pernah menyembah Allah, dengan itu ia mencari ketenangan,
bukankah ini merupakan satu hal yang membuat kita semakin terpuruk, dalam kesialan, kesulitan,
kegundahan, permasalahan.

Hadirin hadirot yang dimuliakan Allah.


Telah jelas benda-benda ini berubah dengan dosa-dosa keturunan Adam, dan juga dengan pahala amal
ibadah mereka, maka kita mesti memahami untuk semakin merujuk diri kita, memperindah diri kita dengan
tuntunan manusia yang membawa seindah-indah tuntunan, sayyidina Muhammad SAW wa barak’alaih,
sebagaimana munajat-munajat yang keluar dari sanubari beliau, muncul dari bibir beliau, menuntun
keturunan Adam kepada kedekatan kehadirat Ilaahi, menuntun mereka kepada puncak kemuliaan,
sampailah kita di malam hari ini, kepada sayyidul istighfar, raja dari semua istighfar, dimana Rasul SAW
mengajarkan, ucapan-ucapan yang dipenuhi asmara dan cinta kepada Allah, ucapan-ucapan indah yang
membuka rahasia kebahagiaan yang kekal, Allahumma anta Robbii, Robbii, apa artinya Robb? Mempunyai
tiga makna artinya Robb, malik yaitu raja, maalik dan yang memiliki, yang ketiga Robb itu adalah yang
mengasuh, yang mengasuh semua hambanya, yang mengasuh mereka dari sejak mereka di alam rahim
hingga mereka wafat.

Allah yang mengasuhnya dengan alam semesta, maka ketika kita memanggil Allahumma anta Robbii,
wahai Allah Engkaulah yang memiliki diriku, memang tidak ada manusia yang memiliki dirinya sendiri,
karena dia tidak pernah membeli dirinya sendiri dari siapapun, tidak pernah pula bisa menciptakan dirinya
sendiri, dirinya sendiripun milik Allah, orang yang memahami kelembutan dan keindahan Allah semakin
gembira jika mengingat ini, ternyata diriku ini milik-Mu wahai yang Maha Pengampun, ternyata diriku ini
adalah milik-Mu wahai yang Maha Dermawan, wahai yang Maha berkasih sayang, berarti aku ini dekat dan
Kau telah mengenalkan diri-Mu al-qorib, yang Maha Dekat.

Allahumma anta Robbii, wahai yang memilikiku, wahai Allah Engkaulah yang memiliki aku, Engkaulah yang
memelihara aku, “laa ilaaha illa anta” tiada Tuhan selain-Mu, kholaktanii; Engkaulah yang menciptakan
aku, kita renungkan ini kalimat-kalimat, akan mengalir air mata kerinduan terhadap indahnya dan kasih
sayang Allah kepadamu, betapa indahnya hubungan kita dengan Allah, anta Robbii kholaktanii wa ana
‘abduka, aku ini hamba-Mu, indah sekali ini percakapan sang Nabi kepada Allah, yang diajarkan kepada
kita, wa ana ‘ala ‘ahdika wa wa’dika mastatho’tu, dan aku ini dalam janji kepadamu dan dalam perjanjian
yang harus ku selesaikan dan harus ku tunaikan “mastatho’tu” tapi segenap kemampuanku, barangkali ada
kelemahanku dalam menjalankan janji setiaku, dalam kalimat “laa illaa ha illallah” maafkan aku, lalu apa
wahai sang Nabi, wahai sang pemilik jiwa terindah, wahai yang seindah-indah mengajarkan doa,
“a’uudzubika min syarri maa shona’tu” aku berlindung kepada-Mu dari keburukan apa yang kuperbuat.

Perbuatan buruk itu hadirin, banyak efeknya, Rasul berlindung kepada Allah dari pada efek setiap perbuatan
buruk, pertama dosa, menjauhkan kita dari Allah, menjauhkan kita dari keluasan rizki, menjauhkan kita dari
surga, menjauhkan kita dari pengabulan doa, menyempitkan jiwa kita, karena semakin banyak dosa,
semakin gelap jiwa ini, “a’uudzubika min syarri maa shona’tu” aku berlindung dari buruknya apa yang
kuperbuat, sudah ia jadikan Allah membentengi semua keburukan apa yang ia perbuat, dengan itu ia
membuka pengampunan Ilaahi, dengan itu dia meminta terbukanya dirinya dari segala yang menutupnya
sebab dosa-dosanya, ketika semua perbuatan buruknya itu ia rindukan kepada Allah, maka tidak akan
membawa mudharat baginya dunia dan akhirat, “abuu,u laka bi ni’matika ‘alayya” dan aku ini tahu wahai
Allah betapa nikmat yang Kau limpahkan kepadaku, “wa abuu-ulaka bi dzanbii” dan aku tahu bagaimana
dosa-dosaku, lalu apa wahai Robb, lalu apa wahai sang Nabi yang mengajarkan kami doa-doa yang indah,
“faghfirlii” baru minta ampunan dosa, dari tadi adalah ucapan-ucapan yang menghubungkan cintanya
dengan Allah, menunjukkan betapa besar harapan kita kepada Allah, baru setelah itu kembali kepada hajat
yang dibutuhkan “faghfirlii” satu kalimat singkat yang bila Allah berikan, selesai sudah permasalahan kita
dunia dan akhirat.

Hadirin, jika masih ada satu dosa kita yang belum Allah ampuni, belum akan kita menginjak surga, lalu
dimana tempat kita? kalau masih ada satu dosa yang terkecil, yang masih belum Allah maafkan, tidak akan
sampai kita kedalam surga-Nya Allah SWT, lalu dengan apa? dengan pengampunan, bagaimana caranya?
doa yang diajarkan sang Nabi, salah satu pintu menuju pengampunan Ilaahi, “fainnahuu laa yaghfirudz-
dzunuuba illa anta” sungguh tidak ada yang bisa memberikan pengampunan terkecuali Engkau wahai
Allah, wahai penciptaku, wahai yang memiliki diriku, wahai yang aku adalah hamba-Mu, wahai yang
menciptakan kerajaan langit dan bumi, wahai yang mencipta hewan dan tumbuhan, wahai yang mencipta
bumi dan langit, wahai yang mencipta surga dengan segala keindahan, wahai yang mengundang keturunan
Adam untuk sampai kepada istana-istana yang kekal dan abadi, Allah.

Demikian indahnya dan mesranya hubungan sang Nabi kepada Allah, dan ini diajarkan sang Nabi kepada
kita, seraya bersabda: “barang siapa yang mengucapkan ucapan ini “muuqinan bihaa” dengan ucapan
yang giat, dalami maknanya, bukan hanya sekedar asal ucap, tapi ia dalami maknanya, ia membacanya
diwaktu siang hari disuatu hari, maka Allah “ketika ia wafat, sebelum terbenam matahari ia wafat”, maka ia
akan masuk ke dalam surga-Nya Allah” jika ia membacanya dimalam hari, lalu ia wafat sebelum terbit
matahari, Allah menjadikannya ahli surga juga, kenapa? kita lihat betapa cepatnya pengampunan Allah dan
rahmatnya Allah datang dengan istghfar ini, bukan tunggu 10 tahun, 20 tahun, 30 tahun, untuk masuk
kedalam surga jika ia wafat, jika ia wafat dihari itu, ia sudah masuk kedalam surganya Allah SWT, lalu mana
amalnya? lalu mana ibadahnya?

Hadirin hadirot yang dimuliakan Allah, ucapan-ucapan seperti ini, yang didalami makna kedalam hati kita,
akan membangkitkan seluruh keinginan kita untuk melakukan hal-hal yang menjadi perintah Allah dan
mempermudahnya, membuat jiwa kita selalu ingin berbuat yang taat, membuat jiwa kita selalu enggan
berbuat dosa, hingga jika ia wafat, Allah sudah pastikan ia ahli surga, ini ucapan singkat, berapa detik tadi
kalau kita baca, tadikan kita bicara bagaimana nasi saja berubah menjadi buruk kalau dicaci maki, benda-
benda, barangkali rumah kita, rumah tangga kita, harta kita, pekerjaan kita ini, barangkali penuh cacian,
penuh sangka buruk, penuh perbuatan yang buruk, sangka buruk pada makhluk, sangka buruk pada Allah,
dusta dan lain sebagainya, menjadi buruklah kehidupan kita, tapi dengan kalimat-kalimat pendek ini,
kesemuanya rata dengan rahmat Ilaahi Jalla wa ‘ala, tuntunan Nabiyyuna Muhammad SAW wa barak ‘alaih.

Berubah keadaan yang demikian buruk menjadi keadaan yang paling indah, adakah lagi keadaan yang lebih
indah selain wafat dijamin surga oleh Nabi Muhammad SAW, inilah, merubah keadaan yang demikian buruk
menjadi hari yang indah sepanjang hari, dibaca dimalam hari menjadi malam yang indah sepanjang malam,
demikianlah tugas rahmatan lil’alamiin sayyidina Muhammad SAW wa barak’alaih, seraya bersabda
diriwayatkan didalam Shohih Bukhori: “wallah inni la astaghfirullah wa atuubu ilaih fil-yaumi aktsar min
sab’iina marroh” demi Allah, aku beristighfar kepada Allah SWT dalam satu hari dan bertaubat kepada
Allah lebih dari 70 kali setiap harinya” ini orang yang ma’sum, yang tidak mempunyai dosa, yang tidak
pernah berbuat kehinaan dan kesalahan, hadirin hadirot kita bertanya, bagaimana terhadap diri kita? kenapa
sang Nabi beristighfar dan bertaubat, karena beliau tahu betapa indahnya anugerah Allah pada orang yang
beristighfar dan bertaubat, oleh sebab itu beliau ingin dalam kelompok mereka, padahal beliau sudah orang
yang paling mulia, tapi beliau tahu betapa agungnya kemuliaan orang-orang yang bertaubat dan beristighfar,
jangan tertipu dengan bisikan syaithon yang berkata; hati-hati taubat nanti kau berdosa lagi, kau berarti
khianat pada taubatmu, hadirin itu bisikan syaithon, karena ketika kita bertaubat, kita meminta kekuatan
kepada Allah, Robbi aku telah banyak berbuat dosa, mungkin besok berbuat lagi, tapi aku tidak mau
menunda taubatku dan aku ingin sekarang aku bertaubat, beri aku kekuatan jika seandainya aku terjebak
lagi dalam dosa, beri aku kekuatan untuk bertaubat lagi, Allah tidak bosan dengan perbuatan taubat, Allah
tidak akan pernah bosan, kitalah yang akan bosan, orang berkata; percuma taubat lagi, nanti ma’siat, taubat
lagi, tidak percuma demi Allah.

Allah SWT berfirman didalam hadits qudsi riwayat Shohih Muslim: ketika Allah melihat seorang hambanya
berbuat dosa, lalu ia memohon ampun dan taubat kepada Allah dengan taubat yang sebenar-benarnya,
bukan taubat main-main, maka Allah SWT berkata; hambaku telah berbuat dosa dan ia tahu Tuhannya Maha
Pengampun Ku ampuni dosanya, ia berbuat dosa lagi setelah taubatnya, lalu ia taubat lagi, Allah jawab lagi;
hambaku ia tahu memiliki Tuhan yang Maha Pengampun, Ku ampuni dosa-dosanya, karena apa? karena
jiwa yang betul-betul bertaubat kepada Allah SWT, berkali-kali pun, “innallaha la yamil innakum antum
tamilluu” au kama qol, riwayat Shohih Bukhori; “sungguh Allah itu tidak pernah bosan tapi kalianlah yang
akhirnya menemui kebosanan”

Hadirin hadirot yang dimuliakan Allah.


Nabi kita ini seindah-indahnya manusia, kenali ajaran beliau, kenali ucapan-ucapan beliau, akan merubah
keadaan kita semakin indah, semakin sejahtera, semakin bahagia.

Hadirin hadirot yang dimuliakan Allah. Diriwayatkan didalam Shohih Bukhori Rasul SAW berdoa, salah
seorang shahabat mendengar doa sang Nabi dimalam hari, ketika beliau selesai melakukan sholat qobliyah
shubuh, beliau berdoa sebelum melakukan sholat shubuh, apa doanya: “Allahummaj-‘al fii qolbii nuuroo,
wa fii bashorii nuuroo, wa fii sam’ii nuuroo, wa an yamiinii nuuroo, wa an yasaarii nuuroo, wa amamii
nuuroo, wa kholfii nuuroo, wa fauqii nuuroo, wa tahtii nuuroo” demikian riwayat Shohih Bukhori, dan
lafadznya berbeda-beda dalam riwayat ini.

Ada beberapa riwayat, dan Imam Bukhori menukil lagi salah satu dari riwayat lain, dalam hadits yang sama,
Rasul menyebut: wa fii damii nuuroo, wa fii basyarii nuuroo, wa fii ‘ashobii nuuro, wa fii sya’rii
nuuroo”, yaitu doanya apa, Allahummaj-‘al fii qolbii nuuroo” wahai Allah jadikanlah didalam hatiku
cahaya, Allahummaj-‘al fii qolbii nuuroo” jadikanlah didalam jiwaku cahaya, cahaya apa? cahaya Allah
yang menerbitkan seluruh kebahagiaan, yang menerangi seluruh keadaan, yang meruntuhkan segala dosa,
yang membuka seluruh rahmat dunia dan akhirat, cahaya Allah, beliau meminta agar Allah menerangi jiwa
beliau padahal jiwa beliaulah yang paling terang benderang dengan cahaya Allah, demikian beliau berdoa;
Allahummaj-‘al fii qolbii nuuroo, cukupkah? belum cukup, “wa fii bashorii nuuroo” dan dipenglihatanku
cahaya, ”wa fii sam’ii nuuroo” dipendengaranku cahaya, , “wa an yamiinii nuuroo, wa an yasaarii
nuuroo” dan jadikan cahaya di kananku, cahaya di kiriku “wa amamii nuuroo, wa kholfii nuuroo,
didepanku cahaya, dibelakangku cahaya, “wa fauqii nuuroo, wa tahtii nuuroo” diatasku cahaya,
dibawahku cahaya” dan diriwayatkan didalam riwayat lain beliau menyebut, wa fii damii nuuroo, wa fii
basyarii nuuroo, wa fii ‘ashobii nuuro, wa fii sya’rii nuuroo, jadikan cahaya di darahku, jadikan cahaya di
tulang-tulangku, jadikan cahaya diurat-urat tubuhku, jadikan cahaya dirambutku, jadikan cahaya pada darah
dan kulit dan dagingku, waj’alnii nuuroo” jadikan untukku cahaya, demikian indahnya lantunan doa dari jiwa
yang paling bercahaya dan terang benderang, sayyidina Muhammad SAW, demikian doa beliau sebelum
terbitnya matahari, matahari yang terbit membawa cahaya dimuka bumi, beliau telah meminta cahaya
menerangi jiwanya, menerangi panca inderanya, menerangi seluruh tubuhnya, warisi kemuliaan sunnah
sayyidina Muhammad.

Hadirin hadirot yang dimuliakan Allah.


Rasul SAW mu’jizatnya tetap tidak akan pernah berhenti, sunnah-sunnah beliau adalah rahasia mu’jizat
beliau, hidupkan rahasia mu’jizat itu di dalam hari-hari kita, karena sunnah beliau juga adalah mu’jizat sang
Nabi, sedemikian banyak sunnah-sunnah beliau membawa keberkahan dunia dan akhirat, itupun mu’jizat
beliau, oleh sebab itu, kita bukan orang yang bisa mempunyai mu’jizat, tetapi warisi mu’jizat sang Nabi pada
sunnah-sunnah beliau, kita akan lihat bagaimana perbedaannya orang yang meminta kepada Allah dengan
sunnah sang Nabi, meminta cahaya dihatinya, meminta cahaya dipanca inderanya, meminta cahaya
diseluruh sel tubuhnya, meminta cahaya pada darahnya, pada seluruh apa-apa yang ia miliki pada tubuhnya,
kiri kanan, atas bawah, dan diberikan padanya cahaya, inilah doa yang diajarkan Nabimu.

Hadirin hadirot, betapa ruginya kita yang tidak mau mewarisi cahaya yang dibawakan oleh sang Nabi, doa ini
digelari oleh para ulama, doa cahaya, inilah doa dari yang paling indah, dari sang Nabi meminta cahaya
kepada Allah SWT.
Hadirin hadirot yang dimuliakan Allah.Rasul SAW adalah sosok manusia yang paling ramah dan paling
indah, semua tuntunan beliau membawa keberkahan, beliau, perlu saya sampaikan juga bahwa hal yang
sunnah bagi setiap orang itu merubah namanya, jika namanya mempunyai makna yang kurang baik, jika
namanya maknanya sudah baik tidak perlu dirubah, tapi kalau namanya bermakna kurang baik, sunnah
dirubah.

Diriwayatkan didalam Shohih Bukhori, Rasul SAW, menemui salah seorang yang berkata; namanya Huzn
artinya sedih, namanya sedih, Rasul SAW berkata ; “bal anta sahl” engkau ini jangan Huzn namamu, tapi
Sahl, sahl itu indah dan mudah, ganti namamu dengan indah dan mudah, “sahl atau sahlun”, orang itu belum
mengerti makna mu’jizat sunnah sang Nabi, seraya berkata; aku tidak mau mengganti nama yang sudah
diberikan oleh ayah ibuku, salahnya, ketaatannya kepada ayah ibu itu benar, tapi kalau sudah perintah sang
Nabi, Nabi mengatakan padanya ganti namamu dengan “Sahlun” mudah dan luas, ia tetap berkata; aku tidak
mau menganti nama yang telah diberikan oleh ayah ibuku, maka berkata Anas bin Malik; sepanjang usia
orang itu dirundung kesedihan hingga ia wafat, kenapa? karena ia mengingkari hal-hal yang telah
diperintahkan oleh Nabi Muhammad SAW, sepanjang usianya hingga ia wafat ia dirundung kesedihan.
Hadirin hadirot yang dimuliakan Allah.
Rasul SAW bersabda: “sammu bi ismii wa laa ta,tanuu bi qudyatii” kalau mau beri nama, beri nama
seperti namaku kata Rasulullah, (Muhammad) wa laa ta,tanuu bi qudyatii” jangan pakai gelar yang
diberikan kepadaku yaitu (Rasulullah SAW), didalam riwayat lain (Abu Qosim), tapi yang disunnahkan
menamai dengan nama beliau SAW, semampu kita, jika punya keturunan atau teman yang ingin mempunyai
keturunan, ingat sunnah sang Nabi, warisi keberkahan nama Muhammad SAW.

Hadirin hadirot yang dimuliakan Allah.


Kita bermunajat kepada Allah SWT, semoga Allah SWT membangkitkan rahasia kemuliaan dalam diri kita,
Ya Rahman Ya Rahim Ya Dzal Jalali wal-Ikrom, kami bermunajat kepada-Mu demi kebangkitan muslimin
muslimat, untuk lebih banyak lagi yang mencintai sunnah Nabi-Mu Muhammad SAW, Ya Robb kami
mengadukan kepadanya gelapnya hari-hari kami dengan kesulitan, dengan dosa, dengan kegundahan,
dengan kesedihan, gantikan dengan cahaya kebahagiaan.

Ya Rahman malam hari ini kami mendengar betapa indahnya doa istighfar, malam ini kami mendengar
betapa indahnya doa cahaya, maka Robbi Robbi terangi jiwa kami dengan cahaya, terangi penglihatan kami
dengan cahaya, terangi pendengaran kami dengan cahaya, terangi depan kami dengan cahaya, terangi
belakang kami dengan cahaya, terangi seluruh penjuru kami dengan cahaya, terangi darah kami dengan
cahaya, terangi tulang tubuh kami dengan cahaya, terangi pemikiran kami dengan cahaya, terangilah hari-
hari kami dengan cahaya, Ya Rahman cahaya keindahan-Mu, wahai yang menamakan diri-Mu An-Nuur,
Maha Bercahaya, terangilah hari-hari kami, terangilah sakaratul maut kami, terangi kubur kami kelak, dan
bangkitkan kami di yaumil qiyamah bersama yang terang benderang, bersama orang-orang yang bersama
Rasulullah, sebagaimana firman-Mu: “yauma laa yukhzillaahunnabiy walladziina amanuu ma’ahuu
nuuruhum yas’a baina aidiihim wa bi aimaanihim” hari dimana Allah tidak mengecewakan sang Nabi,
hari kiamat Allah tidak akan membuat beliau sedih, tidak akan pula mengecewakan para pengikutnya
“walladziina amanuu ma’ahuu nuuruhum yas’a baina aidiihim” cahaya mereka menerangi seluruh tubuh
mereka, menerangi depan belakang mereka, demikian keadaan orang-orang yang bersama Rasulullah
kelak.

Robbi pastikan nama kami tertulis bersama mereka, pastikan wajah kami bercahaya terang benderang di
yaumil qiyamah, sebagaimana firman-Mu: “wujuuhuyyaumaidzin naadhiroh, ilaa robbiha naazhiroh”
wajah-wajah yang terang benderang bercahaya kata Allah di yaumil qiyamah, “ilaa robbiha naazhiroh”
memandang kepada Tuhannya yang Maha bercahaya, Robbi pastikan wajah kami bercahaya dan
memandang indahnya cahaya-Mu ya Allah, Ya Allahu Ya Allah Ya Allahu Ya Allah Ya Allahu Ya Allah Ya
Allahu Ya Allah Ya Allahu Ya Allah Ya Allahu Ya Allah Ya Allahu Ya Allah Ya Allahu Ya Allah Ya Allahu Ya
Allah Ya Rahman Ya Rahim Ya Dzal Jalali wal-Ikrom Ya Dzathouli wal-in’am, hadirin hadirot, disaat Allah
mengumpulkan mu’minin mu’minat, Allah membukakan dan menyikap cahaya keindahan Dzat-Nya, maka
mereka semua bersujud kehadirat Allah, Allah SWT katakan kepada mereka: idfau’ ru,uusakum ‘ibaadii
undzuru ilaiha” angkat kepala kalian dari sujud kalian wahai hamba-hamba-Ku, pandanglah keindahan
Dzat-Ku, disaat itu semoga nama kita akan bersama mereka yang memandang indahnya Allah, amin
Allahumma amin.

Hadirin hadirot, disaat jiwa manusia yang terakhir keluar dari api neraka, tidak ada lagi orang lain yang keluar
dari api neraka terkecuali dia yang terakhir, entah ratusan ribu tahun ia melewati gelapnya api neraka,
merintih , mati, dan dihidupkan kembali dengan kulit yang baru, terbakar dan hangus lagi dan lagi dan lagi,
entah ratusan ribu tahun ia dikeluarkan, dan Allah memperlihatkan keindahan Dzat-Nya kepada hamba ini,
lalu ia ditanya; pernahkah engkau merasakan siksa api neraka? berapa lama wahai hambaku? hamba itu
berkata; aku tidak pernah merasakan siksa neraka Robb, hilang seluruh kepedihannya, terbakar dan hangus
selama ribuan tahun, ketika memandang indahnya dzat Robbul’alamin, ingat detik-detik perjumpaanmu
dengan Allah disaat itu.

Hadirin hadirot yang dimuliakan Allah.Warisi kemuliaan sunnah Nabi kita Muhammad, kita doakan pula
tamu-tamu kita, para Habaib kita yang akan kembali ke wilayah Malang Jawa Timur, semoga Allah
melimpahkan keberkahan kepada mereka, semoga kehidupan mereka dipenuhi keberkahan dan rahmat,
kehadiran mereka disini membawa keberkahan bagi kita, juga untuk para tamu-tamu kita dari Singapura,
bapak-bapak yang kita muliakan, saudara-saudara yang kita muliakan dan personil dari Singapura,
limpahkan Robbi keberkahan atas mereka, mereka telah mengunjungi para wali-wali Allah yang telah wafat
dan sekarang mereka kumpul bersama kami, pastikan kami semua dan mereka akan berkumpul kelak
bersama Nabi Muhammad SAW, limpahkan keberkahan bagi yang kita muliakan da’i ilallah, seorang
penyeru ke jalan Allah, pejuang dalam dakwah Nabi, KH. Ust. Hasan Saiful matta annallahu bihi, agar Allah
melimpahkan keberkahan pada beliau, menyingkirkan seluruh fitnah yang datang pada beliau, dan dijadikan
beliau ini adalah salah satu dari pada panji Nabi Muhammad SAW, terima kasih tamu-tamu yang hadir dari
Malang, dari Singapura, dan semua hadirin hadirot yang hadir, juga para Habaib kita, wal-afu minkum
wassalamu’alaikum wr wb.
Terakhir Diperbaharui ( Friday, 22 August 2008 )

You might also like