You are on page 1of 6

Mengapa wirausaha di indonesia sulit berkembang???

Puluhan tahun yang lalu, JA. Schumpeter sudah katakan, “Pada hakikatnya para
wirausahawanlah yang menggerakkan ekonomi”. Terlebih lagi, bila dikaitkan dengan
masalah utama ekonomi Indonesia dengan tingginya tingkat pengangguran dan minimnya
kesempatan kerja. Iklim wirausaha yang baik, sebenarnya, akan mampu menjawab persoalan
pelik ini.

Pada saat ini usaha kecil di Indonesia didominasi oleh kegiatan yang bergerak pada
sektor pertanian, kehutanan, peternakan, perikanan (53,5%), sementara usaha menengah
banyak bergerak di sektor perdagangan, hotel dan restoran (53,7%) dan usaha besar di
industri pengolahan (35,4%). Hal tersebut menunjukkan bahwa dunia kewirausahaan di
Indonesia memang tertinggal dibandingkan negara lain yang sudah memasuki abad informasi
dan pengetahuan.

Namun, memulai sebuah usaha atau bisnis tidaklah mudah. Tak jarang, seorang anak
muda yang mencoba merintis sebuah usaha, akan dianggap seorang pengangguran yang tak
mempunyai pekerjaan yang jelas. Anggapan-anggapan serupa ini, tak jarang kadang kala
menjadi kendala dan mematahkan semangat seseorang untuk berwirausaha. Tidak hanya
kendala tersebut yang menyebabkan wirausaha di indonesia menjadi sulit berkembang.
Namun masih terdapat terdapat kendala – kendala lain yaitu iklim birokrasi suatu negara,
perundang-undangan, lingkungan, dan lain sebagainya.

Berikut adalah kendala – kendala tersebut antara lain :

1. Paradigma masyarakat terhadap wirausahawan yang buruk

Wirausaha belum dihargai sebagai layaknya suatu profesi yang penting dan
membanggakan. Banyak sudah contoh wirausahawan sukses di Indonesia. Hanya saja,
penghargaan dan perhatian yang tinggi terhadap seseorang yang mau merintis usaha tak
begitu menggembirakan.

2. Lingkungan yang tidak mendukung untuk menjadi wirausahawan

Di lingkungan keluarga, tak banyak orang tua yang memperkenalkan, mendorong, dan
melatih entrepreneurship kepada anaknya. Masih banyak orang tua yang bangga melihat
anaknya menjadi pegawai perusahaan atau negeri ketimbang menjadi seorang
enterpreneur. Risiko menjadi seorang wirausahawan dinilai terlalu tinggi.
3. Kurangnya Informasi yang memadai

Informasi tentang entrepreneur pun belum merata di tengah masyarakat. Padahal,


sebagaimana lazimnya manusia, untuk memulai sesuatu orang butuh informasi yang
memadai. Informasi yang akurat juga akan membuat orang bersemangat dalam
berwirausaha. Ini di dunia nyata. Berbeda dengan di dunia online. Informasi-informasi
seputar bisnis internet cukup berkembang akhir-akhir ini. Cuma saja, orang mesti
berhati-hati, tak sedikit bisnis internet ini yang menipu. Sangat perlu untuk cermat
memilih bisnis internet yang sehat.

4. Kurangnya pendidikan mengenai wirausaha di dunia nyata

Lembaga pendidikan di Indonesia tak mampu membentuk wawasan, sikap, dan mental
produktif. Lembaga pendidikan kita tak mengajarkan makna dan manfaat ilmu
pengetahuan secara jelas. Sehingga, tak jarang seseorang buta terhadap sebuah ilmu, dan
tak tahu bagaimana memanfaatkan ilmu tersebut dalam kehidupan praktis sehari-hari.
Maka dari itu, tak heran bila kita temui banyak orang Indonesia yang berkarir atau
bekerja yang tak sesuai dengan disiplin ilmu yang ia tuntut.

5. Sistem birokrasi Indonesia yang berbelit - belit

Kusutnya sistem perundangan dan birokrasi yang menghambat proses berkembangnya


iklim wirausaha. Menjadi pengusaha di Indonesia tidaklah mudah. Iklim bisnis tak
banyak mendukung. Sulitnya birokrasi untuk ijin mendirikan sebuah perusahaan. Niat
pemerintah Indonesia untuk menumbuhkembangkan usaha kecil dan menengah belum
mampu disambut dan diteruskan oleh pemerintah daerah dengan baik. Sehingga upaya
ini masih terkesan setengah hati.

6. Kurangnya Ketrampilan

Bisnis sebagai roh dari usaha kecil dan menengah sering kali melupakan aspek
rekrutmen dan kualifikasi SDM yang jelas,dan lebih kepada merekrut teman sendiri,
tetangga, saudara dll. Sehingga kalifikasi prekrutan SDM tanpa standar minimal.
Ketrampilan dibutuhkan dari semua lini, mulai dari produksi, efektitas keuangan,
pemasaran, SDM, namun dari unsur tersebut kebanyakan lebih kepada keterampilan
produksi yang standar, berkualitas nasional/dunia. Bahkan, membuat tas dari
anyamanpun jika diproses dengan pengeringan yang baik dan sterilisasi yang sistemik
akan menghasilkan barang yang ketika dieksport tidak akan rusak /cacat sampai ke luar
negeri.
7. Kurangnya Akses ke pendanaan

Pengusaha kecil dan wirasuhawan pemula terkadang kurang memahami unsur


kewirausahaan dari aspek manajemen cash flow. Bisa juga memahami sistem
pembayaran tunda dari pelanggan atau agent. Hal ini sebagai langkah strategis dalam
azas bisnis yaitu kerjasama kemitraan dari aspek rantai distribusi, yang terkadang
tingginya level distribusi menghambat akses pembayaran. Selain itu, bahwa akses
pendanaan juga menjadi kendala dari tingginya permintaan dengan modal produksi yang
kecil. Sehingga pengusaha kecil sebaiknya menggunakan rantai distribusi yang pendek
dengan jangka pembayaran yang pendek, agar optimalisasi akses pendanan  cepat
terpenuhi. Faktor lain adalah tidak terpenuhinya aspek pengetahuaan pengajuan kredit,
padahal Negara sudah memberikan peluang kredit dengan syarat lunak dan dibantu akses
manajerialnya

8. Pemasok bahan baku dengan biaya yang tinngi

Dalam memacu produksi terkadang pengusaha melibatkan banyak upaya dalam


penguatan alat, penguatan koneksi dll, namun lupa membangun relationship yang baik
dengan pemasok. Dalam rumusan bisnis dan strategi bisnisnya tidak tersirat dengan baik
alur strateginya, sehingga terkadang pemasok lebih suka berelasi dengan pengusaha
besar yang lebih peduli kepada pemasok, termasuk pembayaran yg lebih jelas waktunya.
Ketidakbaikan hubungan dengan pemasok karena kurang strategi pendekatan ini,
memacu pemasok untuk tidak bergantung pada satu sisi penampungnya. Apa yang
terjadi, ketika tiba-tiba sang pelaku UKM mendapatkan pesanan yang sedikit banyak,
harus menggantungkan pemasok, sedangkan pemasok tidak mempunyai ketergantungan
pada penampungnya. Dampaknya ada pada harga karena harga bukan harga special
relasi. Sehingga bisa dikatakan pelaku usaha kecil terkadang tidak bisa berkembang
karena faktor manajemen relationship yang baik dengan pemasok, ditambah kondisi
Indonesia yang harga bahan dasar dan operasional tidak stabil, misal bensin, minyak
onderdil, biaya angkut dll.

9. Suku bunga yang tinggi

Pemerintah sering menaikkan suku bunganya, walaupun nilainya kecil. Karena selama
ini ketika suku bunga bank tinggi dibarengi dengan kenaikan BBM, tarik listrik dll,
pengusaha semakin kesusahan dengan proses cicilan. Begitu juga pelaku UKM yang
sedang mengajukan kredit, membayangkan bunga nya saja sudah resah dan kawatir. Ini
yang harus disikapi pemerintah bersama dengan masyarakat.

10. Tidak siapnya mental para wirausahawan

Dan, terakhir, adanya hambatan lain yang bersifat pribadi berupa mental yang tidak siap
bersaing dalam bisnis, moral, karakter, fisik, dan tradisi, juga ikut menghambat
perkembangan dunia wirausaha.

UPAYA MENGATASI KENDALA WIRAUSAHA


Untuk mengatasi kendala tersebut, yang dapat dilakukan oleh mahasiswa adalah
dengan membuka usaha itu sendiri. Setelah melakukan wirausaha tersebut, selanjutnya adalah
menanamkan kepada mahasiswa sifat dan sikap yang dibutuhkan dalam suksesnya usaha
tersebut. Sifat dan sikap tersebut adalah kreatif, inovatif.

Kreatif dan inovatif adalah karakteristik personal yang terpatri kuat dalam diri seorang
wirausaha sejati. Bisnis yang tidak dilandasi upaya kreatif dan inovatif dari sang wirausaha
biasanya tidak dapat berkembang abadi. Lingkungan bisnis yang begitu dinamis menuntut
wirausaha untuk selalu adaptif dan mencari terobosan terbaru. Karakter cepat berpuas diri
dan cenderung stagnan sama saja membawa bisnis ke arah kematian. Kreatif dan inovatif
dapat diterapkan secara sederhana. Kuncinya adalah kepekaan dalam mencium peluang dan
kemampuan membaca pasar.

Setelah para mahasiswa wirausaha memiliki sifat dan sikap inovatif dan kreatif,
selanjutnya adalah kendala – kendala yang bersifat teknis saja. Misalnya masalah
permodalan, masalah kepercayaan diri, masalah pemasaran dan lain – lain. Berikut ini adalah
upaya yang dapat dilakukan apabila menghadapi masalah / kendala – kendala tersebut :

1. Mengatasi kesulitan modal

Banyak orang yang ingin membuka usaha, namun tidak adanya modal selalu menjadi
hambatan bagi mereka untuk mencoba peluang usaha yang ada. Untuk mengatasi
kesulitan modal, kita dapat mencari partner kerja atau mengajukan pinjaman kepada
beberapa lembaga keuangan yang melayani masalah permodalan usaha maupun
meminjam pada kerabat yang dapat membantu.

Sebelum kita mengajukan pinjaman maupun mencari partner kerja, sebaiknya buat
proposal usaha dengan rincian modal yang dibutuhkan. Sehingga calon partner kerja
maupun kerabat yang ingin memberikan bantuan modal, lebih percaya serta tidak ragu
lagi dengan usaha yang akan dijalankan.

2. Mengatasi masalah krisis skill maupun percaya diri

Selain kesulitan modal, kurangnya skill membuat seseorang merasa tidak percaya diri
untuk memulai sebuah usaha. Untuk meningkatkan rasa percaya diri kita untuk membuka
usaha sesuai skill kita, pertama – tama tulis prestasi atau kelebihan yang ada pada diri
kita. Jika sudah mengetahui skill kita di bidang tertentu, kita tinggal meningkatkan
kemampuan dengan belajar dari buku, belajar melalui orang yang lebih ahli atau bisa
juga belajar dengan mengikuti beberapa kursus.

Jika skill kita masih kurang, tidak perlu berkecil hati karena kita juga bisa menggandeng
partner atau mencari SDM yang terampil dan sudah ahli di bidang tersebut. Jadi kita
dapat menjalankan usaha sekalian belajar meningkatkan skill kita.

3. Mengatasi masalah jaringan untuk pemasaran

Setelah usaha berhasil dibangun, kesulitan berikutnya yang sering dihadapi para pelaku
bisnis adalah kurangnya jaringan sehingga pemasaran yang dilakukan pun juga terbatas.
Sebaiknya untuk membangun jaringan, kita bisa memulainya dari orang – orang yang
sering berinteraksi dengan kita. Mulai dari rekan kerja, tetangga, kerabat, maupun relasi
– relasi kerja yang pernah menjadi partner kita. Tawarkan kelebihan dan prospek usaha
kita, agar mereka bersedia menjalin kerjasama dengan bisnis kita.

Disamping itu kita juga bisa membuka jaringan pemasaran dengan berbagai perusahaan
besar untuk membantu memasarkan usaha kita. Misalnya saja bekerja sama dengan
advertising company untuk membantu mempromosikan produk kita.

4. Mengatasi rasa takut akan adanya kegagalan

Kegagalan dan kerugian menjadi momok besar bagi para pelaku usaha, jika kita tidak
berani melawan rasa takut tersebut maka usaha yang kita lakukan tidak akan
berkembang. Lawan rasa takut itu dengan melakukan apa yang kita takutkan, jalankan
usaha kita dengan fokus dan ketekunan kita masing - masing. Karena segala tantangan
dan hambatan dalam menjalankan usaha dapat diselesaikan jika kita fokus dalam
menjalankan usaha. Tidak ada kesulitan yang tidak dapat diselesaikan, untuk itu jangan
pernah takut dan ragu untuk membuka sebuah usaha. Kesuksesan usaha kita tergantung
dari niat, tekad dan usaha kita sendiri.
Selanjutnya selain usaha diatas, masih ada yang dapat dilakukan oleh mahasiswa
dalam meningkatkan wirausaha di indonesia. Usaha tersebut adalah membeli produk –
produk dalam negeri / produk indonesia. Karena dengan membeli produk dalam negeri
secara otomatis kita juga membeli produk – produk para wirausaha indonesia pula. Sehingga
para wirausaha indonesia dapat memiliki kesempatan untuk dapat mengembangkan usaha
yang sedang ditekuninya.

You might also like