Professional Documents
Culture Documents
Oleh:
NAMA : RUSMAN HERNOWO
NIM : 08/269716/PN/11358
PRODI : MANAJEMEN SUMBERDAYA PERIKANAN
George et al, (1953) dalam Subani dan Barus (1989). Alat tangkap cantrang dalam
pengertian umum digolongkan pada kelompok Danish Seine yang terdapat di Eropa dan
beberapa di Amerika. Dilihat dari bentuknya alat tangkap tersebut menyerupai payang tetapi
ukurannya lebih kecil.
Cantrang merupakan alat tangkap yang digunakan untuk menangkap ikan demersal
yang dilengkapi dua tali penarik yang cukup panjang yang dikaitkan pada ujung sayap jaring.
Bagian utama dari alat tangkap ini terdiri dari kantong, badan, sayap atau kaki, mulut jaring,
tali penarik (warp), pelampung dam pemberat.
1. Konstruksi Umum
Dari segi bentuk (konstruksi) cantrang ini terdiri dari bagian-bagian :
a) Kantong (Cod End)
Kantong merupakan bagaian dari jarring yang merupakan tempat terkumpulnya hasil
tangkapan. Pada ujung kantong diikat dengan tali untuk menjaga agar hasil tangkapan tidak
mudah lolos (terlepas).
b) Badan (Body)
Merupakan bagian terbesar dari jaring, terletak antara sayap dan kantong. Bagian ini
berfungsi untuk menghubungkan bagian sayap dan kantong untuk menampung jenis ikan-
ikan dasar dan udang sebelum masuk ke dalam kantong. Badan tediri atas bagian-bagian kecil
yang ukuran mata jaringnya berbeda-beda.
c) Sayap (Wing)
Sayap atau kaki adalah bagian jaring yang merupakan sambungan atau perpanjangan
badan sampai tali salambar. Fungsi sayap adalah untuk menghadang dan mengarahkan ikan
supaya masuk ke dalam kantong.
d) Mulut (Mouth)
Alat cantrang memiliki bibir atas dan bibir bawah yang berkedudukan sama. Pada
mulut jaring terdapat:
e) Pelampung (float)
Tujuan umum penggunan pelampung adalah untuk memberikan daya apung pada alat
tangkap cantrang yang dipasang pada bagian tali ris atas (bibir atas jaring) sehingga mulut
jaring dapat terbuka.
f) Pemberat (Sinker)
Dipasang pada tali ris bagian bawah dengan tujuan agar bagian-bagian yang dipasangi
pemberat ini cepat tenggelam dan tetap berada pada posisinya (dasar perairan) walaupun
mendapat pengaruh dari arus.
g) Tali Ris Atas (Head Rope)
Berfungsi sebagai tempat mengikatkan bagian sayap jaring, badan jaring (bagian bibir
atas) dan pelampung.
h) Tali Ris Bawah (Ground Rope)
Berfungsi sebagai tempat mengikatkan bagian sayap jaring, bagian badan jaring
(bagian bibir bawah) jaring dan pemberat.
h) Tali Penarik (Warp)
Berfungsi untuk menarik jarring selama di operasikan.
2. Karakteristik
Menurut George et al, (1953) dalam Subani dan Barus (1989). Dilihat dari bentuknya
alat tangkap cantrang menyerupai payang tetapi ukurannya lebih kecil. Dilihat dari fungsi dan
hasil tangkapan cantrang menyerupai trawl yaitu untuk menangkap sumberdaya perikanan
demersal terutama ikan dan udang, tetapi bentuknya lebih sederhana dan pada waktu
penangkapannya hanya menggunakan perahu layar atau kapal motor kecil sampai sedang.
Kemudian bagian bibir atas dan bibir bawah pada Cantrang berukuran sama panjang atau
kurang lebih demikian. Panjang jarring mulai dari ujung belakang kantong sampai pada ujung
kaki sekitar 8-12 m.
• Kantong
Bahan terbuat dari polyethylene. Ukuran mata jaring pada bagian kantong 1 inchi.
• Badan
Terbuat dari polyethylene dan ukuran mata jaring minimum 1,5 inchi.
• Sayap
Sayap terbuat dari polyethylene dengan ukuran mata jaring sebesar 5 inchi.
• Pemberat
Bahan pemberat terbuat dari timah atau bahan lain.
• Tali ris atas
Terbuat dari tali dengan bahan polyethylene.
• Tali ris bawah
Terbuat dari tali dengan bahan polyethylene.
• Tali penarik
Terbuat dari tali dengan bahan polyethylene dengan diameter 1 inchi.
A. Hasil Tangkapan
Hasil tangkapan dengan jaring Cantrang pada dasarnya yang tertangkap adalah jenis
ikan dasar (demersal) dan udand seperti ikan petek, biji nangka, gulamah, kerapu, sebelah,
pari, cucut, gurita, bloso dan macam-macam udang (Subani dan Barus, 1989).
B. Daerah Penangkapan
Langkah awal dalam pengperasian alat tangkap ini adalah mencari daerah
penangkapan (Fishing Ground). Menurut Damanhuri (1980), suatau perairan dikatakan
sebagai daerah penangkapan ikan yang baik apabila memenuhi persyaratan dibawah ini:
1. Di daerah tersebut terdapat ikan yang melimpah sepanjang tahun.
2. Alat tangkap dapat dioperasikan denagn mudah dan sempurna.
3. Lokasi tidak jauh dari pelabuhan sehingga mudah dijangkau oleh perahu.
4. Keadaan daerahnya aman, tidak biasa dilalui angin kencang dan bukan daerah badai yang
membahayakan.
Penentuan daerah penangkapan dengan alat tangkap Cantrang hampir sama dengan
Bottom Trawl. Menurut Ayodhyoa (1975), syarat-syarat Fishing Ground bagi bottom trawl
antara lain adalah sebagai berikut:
• Karena jaring ditarik pada dasar laut, maka perlu jika dasar laut tersebut terdiri dari pasir
ataupun Lumpur, tidak berbatu karang, tidak terdapat benda-benda yang mungkin akan
menyangkut ketika jaring ditarik, misalnya kapal yang tengelam, bekas-bekas tiang dan
sebagainya.
• Dasar perairan mendatar, tidak terdapat perbedaan depth yang sangat menyolok.
• Perairan mempunyai daya produktivitas yang besar serta resources yang melimpah.
Ayodyoa, 1972. Kapal Perikanan. Fakultas Perikanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Ayodyoa, 1975. Fishing Methods. Proyek Peningkatan / Pengembangan Perguruan Tinggi.
Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Damanhuri, 1980. Diktat Fishing Ground Bagian Tehnik Penagkapan Ikan. Fakultas
Periakanan. Universitas Brawijaya. Malang. 56, 57 hal.
Dickson, 1959. The Use Of Danish Seine, Modern Fishing Gear Of The World. Japan
International Cooperation Agency. Tokyo
Martosubroto, 1987. Penyebaran Beberapa Sumber Perikanan Di Indonesia. Direktorat Bina
Sumberdaya Hayati. Direktorat Jendral Perikanan. Departemen Pertanian. Jakarta.
Muhammad, S, Sumartoyo, M. Mahmudi, Sukandar dan agus Cahyono, 1997. Studi
Pengembangan Paket Teknologi Alat Tangkap Jaring Dogol (Danish Seine)
Dalam Rangka Pemanfaatan Sumberdaya Ikan-Ikan Demersal Di Perairan Lepas
Pantai Utara Jawa Timur. Fakultas Perikanan. Universitas Brawijaya. Malang.
Partosuwiryo, S. 2001. Teknik Penangkapan Ika. Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian
Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Subani, W dan H.R. Barus, 1989. Alat Penangkapan Ikan Dan Udang Laut Di Indonesia.
Balai Penelitian Dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian. Jakarta.
LAMPIRAN
CANTRANG SEHARI-HARI
Alat tangkap ini sering juga diidentikkan dengan trawl namun lebih
diperhalus dengan sebutan mini trawl. Trawl memang jelas dilarang melalui Keppres
Nomor 39 Tahun 1980, Dalam UU Perikanan Nomor 31 Tahun 2004, diatur tentang
larangan penggunaan alat penangkapan ikan yang tak ramah lingkungan dan merusak.
Intinya, penggunaan trawl adalah merusak. Namun demikian, penggunaan trawl
marak.
LAMPU CELUP BAWAH AIR (LACUBA) SEBAGAI ALAT BANTU
PENANGKAPAN IKAN