You are on page 1of 10

TUGAS MATA KULIAH TEKNIK PENANGKAPAN IKAN

ALAT TANGKAP IKAN “CANTRANG”

Oleh:
NAMA : RUSMAN HERNOWO
NIM : 08/269716/PN/11358
PRODI : MANAJEMEN SUMBERDAYA PERIKANAN

JURUSAN PERIKANAN FAKULTAS PERTANIAN


UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2011
I. PENDAHULUAN
1. Definisi Alat Tangkap Cantrang
Alat tangkap cantrang merupakan jenis modifikasi dari trawl yang diperkecil
ukurannya. Alat tangkap ini termasuk jenis alat tangkap aktif dengan sasaran ikan demersal
misalnya udang, kepiting,kerapu dan lain-lainnya. Prinsip kerja dari alat ini adalah
memiasahkan ikan sasaran dengan ikan sampingan ( bycatch ) dengan pemberian jendela
keluar pada bagian atas dari sambungan antara kantong jaring dengan badan
jaring( Suwarman 2001 ). Dasar perairan yang digunakan pada alat tangkap cantrang harus
daerah yang luank misalnya dasar perairan pasir atau berlumpur, jika daerah operasi pada
daerah karang maka akan merusak jaring cantrang tersebut.

George et al, (1953) dalam Subani dan Barus (1989). Alat tangkap cantrang dalam
pengertian umum digolongkan pada kelompok Danish Seine yang terdapat di Eropa dan
beberapa di Amerika. Dilihat dari bentuknya alat tangkap tersebut menyerupai payang tetapi
ukurannya lebih kecil.
Cantrang merupakan alat tangkap yang digunakan untuk menangkap ikan demersal
yang dilengkapi dua tali penarik yang cukup panjang yang dikaitkan pada ujung sayap jaring.
Bagian utama dari alat tangkap ini terdiri dari kantong, badan, sayap atau kaki, mulut jaring,
tali penarik (warp), pelampung dam pemberat.

2. Sejarah Alat tangkap Cantrang


Danish seine merupakan salah satu jenis alat tangkap dengan metode penangkapannya
tanpa menggunakan otterboards, jaring dapat ditarik menyusuri dasar laut dengan
menggunakan satu kapal. Pada saat penarikan kapal dapat ditambat (Anchor Seining) atau
tanpa ditambat (Fly Dragging). Pada anchor seining, para awak kapal akan merasa lebih
nyaman pada waktu bekerja di dek dibandingkan Fly dragging. Kelebihan fly dragging
adalah alat ini akan memerlukan sedikit waktu untuk pindah ke fishing ground lain
dibandingkan Anchor seining (Dickson, 1959).
Setelah perang dunia pertama, anchor seining dipakai nelayan Inggris yang
sebelumnya menggunakan alat tangkap Trawl. Dari tahun 1930 para nelayan Skotlandia
dengan kapal yang berkekuatan lebih besar dan lebih berpengalaman menyingkat waktu dan
masalah pada anchor seining pada setiap penarikan alat dengan mengembangkan modifikasi
operasi dengan istilah Fly Dragging atau Scotish Seining. Pada Fly Dragging kapal tetap
berjalan selagi penarikan jaring dilakukan.
Dilihat dari bentuknya alat tangkap cantrang menterupai payang tetapi ukurannya
lebih kecil. Dilihat dari fungsi dan hasil tangkapannya cantrang menyerupai trawl, yaitu
untuk menangkap sumberdaya perikanan demersal terutama ikan dan udang. Dibanding
trawl, cantrang mempunyai bentuk yang lebih sederhana dan pada waktu penankapannya
hanya menggunakan perahu motor ukuran kecil. Ditinjau dari keaktifan alat yang hampir
sama dengan trawl maka cantrang adalah alat tangkap yang lebih memungkinkan untuk
menggantikan trawl sebagai sarana untuk memanfaatkan sumberdaya perikanan demersal. Di
Indonesia cantrang banyak digunakan oleh nelayan pantai utara Jawa Timur dan Jawa Tengah
terutama bagian utara (Subani dan Barus, 1989)
3. Prospektif Alat Tangkap Cantrang
Setelah dikeluarkannya KEPRES tentang pelarangan penggunaan alat tangkap Trawl
di Indonesia tahun 1980, maka cantrang banyak dipilih nelayan untuk menangkap ikan
demersal, karena dilihat dari fungsi dan hasil tangkapannya cantrang ini hampir memiliki
kesamaan dengan jaring trawl.

II. KONSTRUKSI ALAT TANGKAP CANTRANG

1. Konstruksi Umum
Dari segi bentuk (konstruksi) cantrang ini terdiri dari bagian-bagian :
a) Kantong (Cod End)
Kantong merupakan bagaian dari jarring yang merupakan tempat terkumpulnya hasil
tangkapan. Pada ujung kantong diikat dengan tali untuk menjaga agar hasil tangkapan tidak
mudah lolos (terlepas).
b) Badan (Body)
Merupakan bagian terbesar dari jaring, terletak antara sayap dan kantong. Bagian ini
berfungsi untuk menghubungkan bagian sayap dan kantong untuk menampung jenis ikan-
ikan dasar dan udang sebelum masuk ke dalam kantong. Badan tediri atas bagian-bagian kecil
yang ukuran mata jaringnya berbeda-beda.
c) Sayap (Wing)
Sayap atau kaki adalah bagian jaring yang merupakan sambungan atau perpanjangan
badan sampai tali salambar. Fungsi sayap adalah untuk menghadang dan mengarahkan ikan
supaya masuk ke dalam kantong.
d) Mulut (Mouth)
Alat cantrang memiliki bibir atas dan bibir bawah yang berkedudukan sama. Pada
mulut jaring terdapat:
e) Pelampung (float)
Tujuan umum penggunan pelampung adalah untuk memberikan daya apung pada alat
tangkap cantrang yang dipasang pada bagian tali ris atas (bibir atas jaring) sehingga mulut
jaring dapat terbuka.
f) Pemberat (Sinker)
Dipasang pada tali ris bagian bawah dengan tujuan agar bagian-bagian yang dipasangi
pemberat ini cepat tenggelam dan tetap berada pada posisinya (dasar perairan) walaupun
mendapat pengaruh dari arus.
g) Tali Ris Atas (Head Rope)
Berfungsi sebagai tempat mengikatkan bagian sayap jaring, badan jaring (bagian bibir
atas) dan pelampung.
h) Tali Ris Bawah (Ground Rope)
Berfungsi sebagai tempat mengikatkan bagian sayap jaring, bagian badan jaring
(bagian bibir bawah) jaring dan pemberat.
h) Tali Penarik (Warp)
Berfungsi untuk menarik jarring selama di operasikan.

2. Karakteristik
Menurut George et al, (1953) dalam Subani dan Barus (1989). Dilihat dari bentuknya
alat tangkap cantrang menyerupai payang tetapi ukurannya lebih kecil. Dilihat dari fungsi dan
hasil tangkapan cantrang menyerupai trawl yaitu untuk menangkap sumberdaya perikanan
demersal terutama ikan dan udang, tetapi bentuknya lebih sederhana dan pada waktu
penangkapannya hanya menggunakan perahu layar atau kapal motor kecil sampai sedang.
Kemudian bagian bibir atas dan bibir bawah pada Cantrang berukuran sama panjang atau
kurang lebih demikian. Panjang jarring mulai dari ujung belakang kantong sampai pada ujung
kaki sekitar 8-12 m.

Bahan Dan Spesifikasinya

• Kantong
Bahan terbuat dari polyethylene. Ukuran mata jaring pada bagian kantong 1 inchi.
• Badan
Terbuat dari polyethylene dan ukuran mata jaring minimum 1,5 inchi.
• Sayap
Sayap terbuat dari polyethylene dengan ukuran mata jaring sebesar 5 inchi.
• Pemberat
Bahan pemberat terbuat dari timah atau bahan lain.
• Tali ris atas
Terbuat dari tali dengan bahan polyethylene.
• Tali ris bawah
Terbuat dari tali dengan bahan polyethylene.

• Tali penarik
Terbuat dari tali dengan bahan polyethylene dengan diameter 1 inchi.

A. Hasil Tangkapan
Hasil tangkapan dengan jaring Cantrang pada dasarnya yang tertangkap adalah jenis
ikan dasar (demersal) dan udand seperti ikan petek, biji nangka, gulamah, kerapu, sebelah,
pari, cucut, gurita, bloso dan macam-macam udang (Subani dan Barus, 1989).

B. Daerah Penangkapan
Langkah awal dalam pengperasian alat tangkap ini adalah mencari daerah
penangkapan (Fishing Ground). Menurut Damanhuri (1980), suatau perairan dikatakan
sebagai daerah penangkapan ikan yang baik apabila memenuhi persyaratan dibawah ini:
1. Di daerah tersebut terdapat ikan yang melimpah sepanjang tahun.
2. Alat tangkap dapat dioperasikan denagn mudah dan sempurna.
3. Lokasi tidak jauh dari pelabuhan sehingga mudah dijangkau oleh perahu.
4. Keadaan daerahnya aman, tidak biasa dilalui angin kencang dan bukan daerah badai yang
membahayakan.
Penentuan daerah penangkapan dengan alat tangkap Cantrang hampir sama dengan
Bottom Trawl. Menurut Ayodhyoa (1975), syarat-syarat Fishing Ground bagi bottom trawl
antara lain adalah sebagai berikut:
• Karena jaring ditarik pada dasar laut, maka perlu jika dasar laut tersebut terdiri dari pasir
ataupun Lumpur, tidak berbatu karang, tidak terdapat benda-benda yang mungkin akan
menyangkut ketika jaring ditarik, misalnya kapal yang tengelam, bekas-bekas tiang dan
sebagainya.
• Dasar perairan mendatar, tidak terdapat perbedaan depth yang sangat menyolok.
• Perairan mempunyai daya produktivitas yang besar serta resources yang melimpah.

C. Alat Bantu Penangkapan


Alat bantu penangkapan cantrang adalah GARDEN. (Mohammad et al. 1997) dengan
alat bantu garden untuk menarik warp memungkinkan penarikan jaring lebih cepat.
Penggunaan garden tersebut dimaksudkan agar pekerjaan anak buah kapal (ABK) lebih
ringan, disamping lebih banyak ikan yang terjaring sebagai hasil tangkapan dapat lebih
ditingkatkan.
Gardanisasi alat tangkap cantrang telah membuka peluang baru bagi perkembangan
penangkapan ikan, yaitu dengan pemakaian mesin kapal dan ukuran jaring yang lebih besar
untuk di operasikan di perairan yang lebih luas dan lebih dalam.
D. Teknik Pengoperasian (Setting dan Houling)
1. Persiapan
Operasi penangkapan dilakukan pagi hari setelah keadaan terang. Setelah ditentukan
fishing ground nelayan mulai mempersiapkan operasi penangkapan dengan meneliti bagian-
bagian alat tangkap, mengikat tali selambar dengan sayap jaring.
2. Setting
Sebelum dilakukan penebaran jaring terlebih dahulu diperhatikan terlebih dahulu arah
mata angin dan arus. Kedua faktor ini perlu diperhatikan karena arah angin akan
mempengaruhi pergerakan kapal, sedang arus akan mempengaruhi pergerakan ikan dan alat
tangkap. Ikan biasanya akan bergerak melawan arah arus sehingga mulut jaring harus
menentang pergerakan dari ikan.
Untuk mendapatkan luas area sebesar mungkin maka dalam melakukan penebaran
jaring dengan membentuk lingkaran dan jaring ditebar dari lambung kapal, dimulai dengan
penurunan pelampung tanda yang berfungsi untuk memudahkan pengambilan tali selambar
pada saat akan dilakukan hauling. Setelah pelampung tanda diturunkan kemudian tali
salambar kanan diturunkan →
sayap sebelah kanan → badan sebelah kanan → kantong → badan sebelah kiri → sayap
sebelah kiri → salah satu ujung tali salambar kiri yang tidak terikat dengan sayap dililitkan
pada gardan sebelah kiri. Pada saat melakukan setting kapal bergerak melingkar menuju
pelampung tanda.
3. Hauling
Setelah proses setting selesai, terlebih dahulu jarring dibiarkan selam ± 10 menit
untuk memberi kesempatan tali salambar mencapai dasar perairan. Kapal pada saat hauling
tetap berjalan dengan kecepatan lambat. Hal ini dilakukan agar pada saat penarikan jaring,
kapal tidak bergerak mundur karena berat jaring. Penarikan alat tangkap dibantu dengan alat
gardan sehingga akan lebih menghemat tenaga, selain itu keseimbangan antara badan kapal
sebelah kanan dan kiri kapal lebih terjamin karena kecepatan penarikan tali salambar sama
dan pada waktu yang bersamaan. Dengan adanya penarikan ini maka kedua tali penarik dan
sayap akan bergerak saling mendekat dan mengejutkan ikan serta menggiringnya masuk
kedalam kantong jaring.
Setelah diperkirakan tali salambar telah mencapai dasar perairan maka secepat
mungkin dilakukan hauling. Pertama-tama pelampung tanda dinaikkan ke atas kapal → tali
salambar sebelah kanan yang telah ditarik ujungnya dililitkan pada gardan sebelah kanan →
mesin gardan mulai dinyalakan bersamaan dengan mesin pendorong utama hingga kapal
bergerak berlahan-lahan → jaring mulai ditarik → tali salambar digulung dengan baik saat
setelah naik keatas kapal → sayap jaring naik keatas kapal → mesin gardan dimatikan →
bagian jaring sebelah kiri dipindahkan kesebelah kanan kapal → jaring ditarik keatas kapal
→ badan jaring → kantong yang berisi hasil tangkapan dinaikkan keatas kapal. Dengan
dinaikkannya hasil tangkapan maka proses hauling selesai dilakukan dan jaring kembali
ditata seperti keadaan semula, sehingga pada saat melakukan setting selanjutnya tidak
mengalami kesulitan.

E. Hal-hal Yang Mempengaruhi Keberhasilan Penangkapan


1. Kecepatan dalam menarik jaring pada waktu operasi penangkapan.
2. Arus
Arus akan mempengaruhi pergerakan ikan dan alat tangkap. Ikan biasanya akan
bergerak melawan arah arus sehingga mulut jaring harus menentang pergerakan dari ikan.
3. Arah angin
Arah angin akan mempengaruhi pergerakan kapal pada saat operasi penangkapan
dilakukan.
SUMBER BACAAN / DAFTAR PUSTAKA

Ayodyoa, 1972. Kapal Perikanan. Fakultas Perikanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Ayodyoa, 1975. Fishing Methods. Proyek Peningkatan / Pengembangan Perguruan Tinggi.
Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Damanhuri, 1980. Diktat Fishing Ground Bagian Tehnik Penagkapan Ikan. Fakultas
Periakanan. Universitas Brawijaya. Malang. 56, 57 hal.
Dickson, 1959. The Use Of Danish Seine, Modern Fishing Gear Of The World. Japan
International Cooperation Agency. Tokyo
Martosubroto, 1987. Penyebaran Beberapa Sumber Perikanan Di Indonesia. Direktorat Bina
Sumberdaya Hayati. Direktorat Jendral Perikanan. Departemen Pertanian. Jakarta.
Muhammad, S, Sumartoyo, M. Mahmudi, Sukandar dan agus Cahyono, 1997. Studi
Pengembangan Paket Teknologi Alat Tangkap Jaring Dogol (Danish Seine)
Dalam Rangka Pemanfaatan Sumberdaya Ikan-Ikan Demersal Di Perairan Lepas
Pantai Utara Jawa Timur. Fakultas Perikanan. Universitas Brawijaya. Malang.
Partosuwiryo, S. 2001. Teknik Penangkapan Ika. Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian
Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Subani, W dan H.R. Barus, 1989. Alat Penangkapan Ikan Dan Udang Laut Di Indonesia.
Balai Penelitian Dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian. Jakarta.
LAMPIRAN

CANTRANG SEHARI-HARI

Alat tangkap ini sering juga diidentikkan dengan trawl namun lebih
diperhalus dengan sebutan mini trawl. Trawl memang jelas dilarang melalui Keppres
Nomor 39 Tahun 1980, Dalam UU Perikanan Nomor 31 Tahun 2004, diatur tentang
larangan penggunaan alat penangkapan ikan yang tak ramah lingkungan dan merusak.
Intinya, penggunaan trawl adalah merusak. Namun demikian, penggunaan trawl
marak.
LAMPU CELUP BAWAH AIR (LACUBA) SEBAGAI ALAT BANTU

PENANGKAPAN IKAN

Lampu celup bawah air merupakan salah satu teknologi


yang dibuat secara sederhana tetapi memiliki banyak
manfaat bagi para nelayan. Lampu tersebut dibuat oleh salah
seorang staf Balai Besar Pengembangan Perikanan (BBPPI).
Alat tersebut digunakan untuk aktivitas penangkapan ikan
pada waktu malam hari. Lampu celup bawah air
dikhususnya untuk menangkap ikan yang mempunyai
karakteristik fototaksis positif. Lampu celup bawah air
digunakan untuk merangsang ikan supaya ikan berkumpul.
Hal tersebut memiliki maksud supaya ikan dapat mudah
ditangkap. Lampu celup bawah air mempunyai kekuatan ± 3000 Watt dan bertegangan ± 220
Volt. Daya Lampu tersebut dapat diatur sesuaii dengan daya yang diinginkan. Bahan
pembuatan lampu tersebut adalah balon lampu, stainles steel, kabel, mur, fiber, karet,
kumparan lampu, saklar.

You might also like