You are on page 1of 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Manusia sebagai mahkluk sosial (homososius) memerlukan suatu tempat
tinggal untuk melakukan interaksi dengan sesamanya dan juga sebagai tempat
mengembangkan ide dan kreativitasnya. Manusia ini kemudian akan membentuk
suatu perkumpulan yang nantinya sesama anggota perkumpulan itu terjadi
interaksi sehingga terbentuklah masyarakat. Kemudian secara alamiah jika
masyarakat itu hidup rukun dan tentram sesuai dengan hukum akal ( law of
reason) maka akan terbentuklah suatu negara ( Jean Jacques Rousseau ).
Masyarakat yang tinggal di suatu negara disebut warga negara. Antara
warga Negara dan negara memiliki hubungan yang erat. Sebagai warga negara
Indonesia yang baik, kita sebagai insan intelektual hendaknya mengetahui
tentang pengertian Negara, asal-usul Negara dan asal Negara itu sehingga kita
dapat mengelola kehidupan kita di Negara ini dengan baik.
Berdasarkan latar belakang diatas maka kami perlu membahas mengenai
”Pemahaman Berbangsa dan Bernegara”.
1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Bagaimana pengertian Negara?

1.2.2 Bagaimana terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia?

1.2.3 Mengapa Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila?

1.2.4 Bagaimana hubungan warga Negara dengan Negara kesatuan Republik


Indonesia?

1.3 Tujuan Masalah

1.3.1 Mengerti tentang pengertian dari suatu negara.


1.3.2 Mengetahui proses terbentuknya suatu Negara Kesatuan Republik Indonesia.
1.3.3 Mengetahui Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan pancasila.
1.3.4 Mengetahui hubungan warga negara dengan negara dalam Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Negara


Negara secara literal merupakan penjelasan dari kata-kata asing yaitu state
(bahasa inggris), staat ( bahasa Belanda dan Jerman), dan etat (bahasa Pranncis),
dimana semua kata-kata ini diambil dari bahasa Latin yaitu statum yang artinya
keadaan yang tetap dan tegak (....)
Adapun pengertian Negara menurut para ahli adalah sebagai berikut:
• Prof. Farid S.
Negara adalah Suatu wilayah merdeka yang mendapat pengakuan negara lain
serta memiliki kedaulatan.
• Georg Jellinek
Negara adalah organisasi kekuasaan dari sekelompok manusia yang telah
berkediaman di wilayah tertentu.
• Georg Wilhelm Friedrich Hegel
Negara merupakan organisasi kesusilaan yang muncul sebagai sintesis dari
kemerdekaan individual dan kemerdekaan universal
• Roelof Krannenburg
Negara adalah suatu organisasi yang timbul karena kehendak dari suatu
golongan atau bangsanya sendiri.
• Roger H. Soltau
Negara adalah alat atau wewenang yang mengatur atau mengendalikan
persoalan bersama atas nama masyarakat.
• Prof. R. Djokosoetono
Negara adalah suatu organisasi manusia atau kumpulan manusia yang berada
di bawah suatu pemerintahan yang sama.
• Prof. Mr. Soenarko
Negara ialah organisasi manyarakat yang mempunyai daerah tertentu, dimana
kekuasaan negara berlaku sepenuhnya sebagai sebuah kedaulatan.
• Max Weber
Negara adalah suatu masyarakat yang memonopoli penggunaan kekerasan
fisik secara sah dalam suatu wilayah.
• Aristoteles
Negara adalah perpaduan beberapa keluarga mencakupi beberapa desa, hingga
pada akhirnya dapat berdiri sendiri sepenuhnya, dengan tujuan kesenangan
dan kehormatan bersama.
Dari pendapat di atas, negara adalah suatu daerah teritorial yang rakyatnya
diperintah (governed) oleh sejumlah pejabat yang berhak menuntut dari warga
negaranya untuk taat pada peraturan perundang-undangan melalui penguasaan
(kontrol) dari kekuasaan yang sah.

2.2 Proses Terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia


Proses terbentuknya NKRI dibedakan menjadi dua yaitu masa sebelum
proklamasi kemerdekaan dan masa setelah proklamasi kemerdekaan.
A. Masa Sebelum Kebangkitan Nasional
Begitu Belanda memulai langkah kolonialisme pertamanya dalam bentuk
VOC, ternyata kolonialisme tersebut bertahan hingga 350 tahun. Kolonialisme
dan imperialisme pada dasarnya adalah pemerasan dari suatu bangsa terhadap
bangsa lain.
Sejak abad kolonialisme dimulai di Indonesia tercatat banyak perlawanan
yang diprakarsai baik kaum pedagang, ulama maupun petani. Namun sebelum
abad ke-20, perlawanan tersebut umumnya tidak bersifat menyeluruh tapi bersifat
lokal atau daerah. Namun dalam setiap pergerakan terlihat jelas kemauan rakyat
untuk merdeka. Menyatunya kekuatan ini menjadi pergerakan secara nasional
selanjutnya dikenal dengan Kebangkitan Nasional.
B. Masa Kebangkitan Nasional
Kebangkitan Nasional (atau Pergerakan Nasional) berpusat pada tiga titik
penting yaitu terbentuknya kesadaran nasional, munculnya organisasi pergerakan
nasional dan Sumpah Pemuda.
1. Terbentuknya Kesadaran Nasional
Terbentuknya kesadaran Nasional bergantung pada dua faktor yaitu faktor
intern dan faktor ekstern.
2. Munculnya Organisasi Pergerakan Nasional
Setelah sebelumnya teradapat organisasi kedaerahan seperti Jong Java,
Pasundan, Jong Sumatranen Bond, Jong Minahasa, Jong Batak, Jong Ambon,
Jong Selebes dan Timorees ver Bond, dan organisasi-organisasi nasional
diantaranya:
a) Budi Utomo
Budi Utomo adalah organisasi pergerakan modern yang pertama di
Indonesia. Budi Utomo didirikan oleh mahasiswa STOVIA dengan pelopor
pendiri Dr. Wahidin Sudirohusodo dan Sutomo pada tanggal 20 Mei 1908 yang
bertujuan untuk memajukan Bangsa Indonesia, meningkatkan martabat bangsa
dan membangkitkan Kesadaran Nasional. Tanggal 20 Mei 1908 biasa diperingati
sebagai Hari Kebangkitan Nasional Indonesia.
b) Sarekat Islam
Pada awalnya Sarekat Islam dimaksudkan sebagai suatu perhimpunan bagi
para pedagang besar maupun kecil di Solo dengan nama Sarekat Dagang Islam,
untuk saling memberi bantuan dan dukungan. Tidak berapa lama, nama itu diubah
oleh, antara lain, Tjokroaminoto, menjadi Sarekat Islam, yang bertujuan untuk
mempersatukan semua orang Indonesia yang hidupnya tertindas oleh penjajahan.
c) Indische Partij
Organisasi ini didirikan oleh Douwes Dekker yang bersifat politik dan
terbuka bagi semua orang Indonesia tanpa terkecuali.
d) PNI
PNI pertama kali dibentuk oleh Soekarno dkk pada bulan Juli 1927 di
Bandung, tujuan PNI adalah Indonesia merdeka dengan strategi
perjuangannya nonkooperasi.
3. Sumpah Pemuda dan Terbentuknya Identitas Bangsa
Kongres Pemuda Pertama dilaksanakan mulai tanggal 30 April 1926
sampai dengan 2 Mei 1926 di Jakarta. Tujuan yang ingin dicapai dalam Kongres
Pemuda I ini adalah menanamkan semangat kerja sama antar perkumpulan
pemuda di Indonesia. Oleh karena itu, ada upaya untuk membentuk wadah
federasi dari organisasi pemuda Indonesia. Pada tanggal 31 Agustus 1926,
disahkan perhimpunan baru yang bernama Jong Indonesia. Perjuangan untuk
menyatukan kehendak para pemuda akhirnya menjadi kenyataan. Atas inisisatif
PPPI, pada tanggal 27-28 Oktober 1928, dilaksanakan Kongres Pemuda Indonesia
II yang tujuannya:
1. Melahirkan cita-cita semua perkumpulan pemuda-pemuda Indonesia,
2. Membicarakan beberapa masalah pergerakan pemuda Indonesia,
3. Memperkuat kesadaran kebangsaan Indonesia dan memperteguh persatuan
Indonesia.
Kongres yang mengambil keputusan untuk mengadakan fusi dan berbagai
perkumpulan pemuda itu akhirnya melahirkan suatu momentum yang berupa
Sumpah Pemuda. Kemudian tanggal tersebut diperingati sebagai “Hari Sumpah
Pemuda” dan sekaligus “Hari Pemuda Indonesia”. Selain mengucapkan sumpah,
pada saat itu diperkenalkan “Lagu Kebangsaan Indonesia Raya” yang diciptakan
oleh Wage Rudolf Supratman dan pengibaran bendera “Pusaka” Sang Merah
Putih.
Tekad untuk persatuan itu akhirnya menjadi kenyataan setelah tanggal
31 Desember 1930 dalam Konferensi Pemuda di Solo terbentuk “Indonesia
Moeda”. Dengan demikian, kehadiran Indonesia Muda merupakan pelopor dalam
upaya secara nyata untuk mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa.

C. Peristiwa Sekitar Proklamasi dan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia


a. Persiapan Kemerdekaan Indonesia
Pada saat peristiwa ini terjadi perbedaan pendapat antara golongan
pemuda dan para seniornya. Para pemuda menginginkan kemerdekaan Indonesia
segera dilaksananakan tanpa campur tangan Jepang. Namun Bung Karno tidak
menyetujui usul para pemuda karena proklamasi kemerdekaan perlu
dipertimbangkan dan diputuskan dengan matang, terutama dalam rapat PPKI
(Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia). Karena perbedaan pendapat ini
terjadilah Peristiwa Rengasdengklok yaitu penculikan Soekarno-Hatta oleh
golongan Muda.
Di Rengasdengklok golongan tua menyetujui usul golongan muda,
akhirnya pertikaian diselesaikan oleh Ahmad Subarjo yang menyatakan bahwa
Proklamasi akan diucapkan keesokan harinya pada tanggal 17 Agustus 1945
paling lambat pukul 12.00 WIB.
b) Penyusunan Teks Proklamasi
Penyusunan teks proklamasi dilaksanakan di rumah Laksamana Maeda,
jalan Imam Bonjol No.1 Jakarta. Di ruang makan rumah Laksamana Maeda,
disusun naskah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Tiga tokoh pemuda, yakni;
Sukarni, Sudiro dan B.M. Diah, menyaksikan Sukarno, Mohammad Hatta dan
Achmad Subardjo, membahas perumusan naskah proklamasi kemerdekaan.
Sedangkan tokoh-tokoh lainnya menunggu di serambi depan.
Konsep teks proklamasi yang ditulis tangan Ir.Sukarno, segera dibacakan
dihadapan hadirin yang menunggu diruangan depan. Sukarno-Hatta mengusulkan
agar yang menandatangi naskah adalah semua yang hadir, namun Sukarni
mengusulkan agar teks proklamasi ditandatangani oleh Ir.Sukarno dan
Mohammad Hattta atas nama bangsa Indonesia. Akhirnya usul tersebut disetujui,
kemudian konsep teks proklamasi diserahkan kepada Sayuti Melik untuk diketik.
c) Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dilaksanakan di tempat kediaman
Ir.Sukarno di jalan Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta pada pukul 10.00 WIB.
Sebelum membacakan teks proklamasi, Ir.Soekarno menyampaikan pidato
pendahuluan, dilanjutkan pembacaan teks proklamasi dan pengibaran bendera
merah putih dengan diiringi lagu Indonesia Raya. Upacara diakhiri dengan
sambutan walikota Jakarta, Suwiryo.
Proklamasi kemerdekaan itu merupakan salah satu sarana untuk
merealisasikan masyarakat Indonesia yang merdeka, berdaulat, adil dan makmur,
serta untuk ikut membentuk “dunia baru” yang damai dan abadi, bebas dari segala
penghisapan manusia oleh manusia dan bangsa oleh bangsa lain.
Penyebarluasan berita proklamasi ke seluruh pelosok bangsa Indonesia
selanjutnya dilakukan melalui media Kantor berita Yoshima (Antara), Radio dan
surat kabar.
D. Syarat-syarat Terbentuknya Negara
Negara adalah suatu wilayah di permukaan bumi yang kekuasaannya baik
politik, militer, ekonomi, sosial maupun budayanya diatur oleh pemerintahan yang
berada di wilayah tersebut. Syarat primer sebuah negara adalah memiliki rakyat,
memiliki wilayah, dan memiliki pemerintahan yang berdaulat. Sedangkan syarat
sekundernya adalah mendapat pengakuan dari negara lain.
Menurut Konferensi Pan-Amerika tahun 1933 di Montevideo, yang
menghasilkan “Montevideo Convention on the Rights and Duties of States”, maka
unsur-unsur konstitutif negara sebagai pribadi Hukum International adalah: (a)
penduduk yang tetap; (b) wilayah tertentu; (c) pemerintah; dan (d) kemampuan
mengadakan hubungan dengan negara lain.
1. Rakyat
Menurut Oppenheimer Lauterpacht, yang dimaksud rakyat adalah
kumpulan manusia dari kedua jenis kelamin yang hidup bersama dan
bermasayarakat, meskipun mereka berasal dari keturunan yang berlainan,
menganut kepercayaan yang berlainan, atau memiliki warna kulit yang berbeda.
Rakyat terdiri dari penduduk dan bukan penduduk. Penduduk adalah
semua orang yang bertujuan menetap dalam wilayah suatu negara tertentu.
Mereka yang ada dalam wilayah suatu negara tetapi tidak bertujuan menetap,
tidak dapat disebut penduduk. Misalnya, orang yang berkunjung untuk wisata.
Penduduk suatu negara dapat dibedakan menjadi warga negara dan bukan
warga negara. Warga negara adalah mereka yang menurut hukum menjadi warga
dari suatu negara, sedangkan yang tidak termasuk warga negara adalah orang
asing atau disebut juga warna negara asing (WNA).
2. Wilayah
Wilayah adalah unsur negara dengan syarat bahwa kekuasaan negara yang
bersangkutan harus secara efektif diakui di seluruh wilayah negara yang
bersangkutan. Batas wilayah terlebih dahulu ditentukan melalui perjanjian dengan
negara-negara lain.
Dari sudut hukum maka pengertian wilayah tersebut adalah merupakan
wilayah hukum, berarti dapat berupa (a) wilayah ruang; (b) wilayah orang; dan (c)
wilayah soal/bidang. Pengertian wilayah seperti telah diuraikan di atas termasuk
dalam wilayah ruang.
3. Pemerintahan yang Berdaulat
Pemerintahan yang berdaulat adalah pemerintah yang mempunyai kekuasaan
baik ke dalam maupun ke luar untuk menjalankan tugas dan wewenangnya
mengatur ekonomi, sosial, dan politik suatu negara atau bagian-bagiannya sesuai
dengan sistem yang telah ditetapkan.
Sistem pemeri.ntahan setiap negara berbeda-beda. Adapun pengelompokan
sistem pemerintahan tersebut, yaitu: Sistem Pemerintahan Parlementer, Sistem
Pemerintahan Presidensiil, Sistem Pemerintahan Campuran, dan Sistem
Pemerintahan Proletariat.
4. Pengakuan dari Negara Lain
Pengakuan dari negara lain terhadap suatu negara yang baru berdiri
bukanlah merupakan suatu faktor mutlak atau unsur pembentuk negara baru,
namun lebih merupakan menerangkan atau menyatakan telah lahirnya suatu
negara baru.
Pengakuan suatu negara dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu
pengakuan secara de facto dan pengakuan secara de jure.
 Pengakuan Secara de Facto
Pengakuan secara defacto adalah pengakuan tentang kenyataan adanya
suatu negara yang dapat mengadakan hubungan dengan negara lain yang
mengakuinya. Pengakuan de facto diberikan kalau suatu negara baru sudah
memenuhi unsur konstitutif. Pengakuan de facto menurut sifatnya dapat dibagi
menjadi dua, yatiu: 1. Pengakuan de facto yang bersifat tetap (pengakuan dari
negara lain terhadap suatu negara hanya menimbulkan hubungan di lapangan
perdagangan dan ekonomi (konsul). Sedangkan untuk tingkat duta belum dapat
dilaksanakan). 2. Pengakuan de facto bersifat sementara (pengakuan yang
diberikan oleh negara lain dengan tidak melihat jauh pada hari ke depan, apakah
negara itu akan mati atau akan jalan terus. Apabila negara baru tersebut jatuh atau
hancur, maka negara lain akan menarik kembali pengakuannya).
 Pengakuan Secara de Jure
Pengakuan secara de jure adalah pengakuan secara resmi berdasarkan
hukum oleh negara lain dengan segala konsekuensinya. Menurut sifatnya,
pengakuan secara de jure dapat dibedakan sebagai berikut: 1. Pengakuan de jure
bersifat tetap (pengakuan dari negara lain berlaku untuk selama-lamanya setelah
melihat kenyataan bahwa negara baru dalam beberapa waktu lamanya
menunjukkan pemerintahan yang stabil). 2. Pengakuan de jure bersifat penuh
(terjadi hubungan antara negara yang mengakui dan diakui, yang meliputi
hubungan dagang, ekonomi dan diplomati).

2.3 Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasar Pancasila

1. Pengertian Pancasila
Pancasila adalah ideologi dasar bagi negara Indonesia. Nama ini terdiri
dari dua kata dari bahasa Sansekerta: pañca berarti lima dan śīla berarti prinsip
atau asas. Pancasila merupakan rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa dan
bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia.
Lima sendi utama penyusun Pancasila adalah Ketuhanan Yang Maha Esa,
kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, dan
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, dan tercantum pada paragraf ke-4
Preambule (Pembukaan) Undang-undang Dasar 1945.

2. Proses Terbentuknya Pancasila


a. Proses Terbentuknya Pancasila Secara Etimologis
Perkataan Pancasila mula-mula terdapat dalam perpustakaan Buddha
yaitu dalam Kitab Tripitaka dimana dalam ajaran buddha tersebut terdapat
suatu ajaran moral untuk mencapai nirwana/surga melalui Pancasila yang
isinya 5 J yaitu:
a. Jangan mencabut nyawa makhluk hidup/Dilarang membunuh.
b. Jangan mengambil barang orang lain/Dilarang mencuri
c. Jangan berhubungan kelamin/Dilarang berjinah
d. Jangan berkata palsu/Dilarang berbohong/berdusta.
e. Jangan mjnum yang menghilangkan pikiran/Dilarang minuman
keras.
b. Proses Terbentuknya Pancasila secara Historis

Pada tanggal 1 Juni 1945 Ir. Soekarno berpidato tanpa teks mengenai
rumusan Pancasila sebagai Dasar Negara. Pada tanggal 17 Agustus 1945
Indonesia memproklamirkan kemerdekaan, kemudian keesokan harinya 18
Agustus 1945 disahkanlah UUD 1945 termasuk Pembukaannya dimana
didalamnya terdapat rumusan 5 Prinsip sebagai Dasar Negara yang diberi
nama Pancasila. Jadi walaupun pada Alinea 4 Pembukaan UUD 1945 tidak
termuat istilah Pancasila namun yang dimaksud dasar Negara RI adalah
disebut istilah Pancasila hal ini didasarkan interprestasi (penjabaran) historis
terutama dalam rangka pembentukan Rumusan Dasar Negara.

c. Proses Terbentuknya Pancasila Secara Termitologis

Proklamasi 17 Agustus 1945 telah melahirkan Negara RI untuk


melengkapai alat-alat Perlengkapan Negara PPKI mengadakan sidang pada
tanggal 18 Agustus 1945 dan berhasil mengesahkan UUD 1945 dimana
didalam bagian Pembukaan yang terdiri dari 4 Alinea didalamnya tercantum
rumusan Pancasila. Rumusan Pancasila tersebut secara Konstitusional sah dan
benar sebagai dasar negara RI yang disahkan oleh PPKI yang mewakili
seluruh Rakyat Indonesia.

Dalam upaya merumuskan Pancasila sebagai dasar negara yang resmi,


terdapat usulan-usulan pribadi yang dikemukakan dalam Badan Penyelidik
Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUKPI) yaitu :
• Lima Dasar oleh Muhammad Yamin, yang berpidato pada tanggal 29 Mei
1945. Yamin merumuskan lima dasar sebagai berikut: Peri Kebangsaan,
Peri Kemanusiaan, Peri Ketuhanan, Peri Kerakyatan, dan Kesejahteraan
Rakyat. Mohammad Hatta dalam memoarnya meragukan pidato Yamin
tersebut.
• Panca Sila oleh Soekarno yang dikemukakan pada tanggal
1 Juni 1945. Soekarno mengemukakan dasar-dasar sebagai
berikut: Nasionalisme/Kebangsaan Indonesia,
Internasionalisme/Prikemanusiaan, Mufakat/Demokrasi,
Kesejahteraan Sosial, Ketuhanan yang berkebudayaan.
Nama Pancasila itu diucapkan oleh Soekarno dalam pidatonya
pada tanggal 1 Juni 1945 dengan nama Pancasila. Presiden Soekarno
mengusulkan ke-5 Sila tersebut dapat diperas menjadi Trisila yaitu:
1. Sosio Nasional : Nasionalisme dan Internasionalisme;

2. Sosio Demokrasi : Demokrasi dengan kesejahteraan rakyat;

3. Ketuhanan YME.

Dan masih menurut Ir. Soekarno Trisila masih dapat diperas lagi
menjadi Ekasila atau Satusila yang intinya adalah Gotong Royong.
Setelah Rumusan Pancasila diterima sebagai dasar negara secara resmi
beberapa dokumen penetapannya ialah:
• Piagam Jakarta (Jakarta Charter) - tanggal 22 Juni 1945
• Pembukaan Undang-undang Dasar - tanggal 18 Agustus
1945
• Mukaddimah Konstitusi Republik Indonesia Serikat-
tanggal 27 Desember 1949
• Mukaddimah Undang-undang Dasar Sementara - tanggal
15 Agustus 1950
• Rumusan Kedua yang dijiwai oleh Rumusan Pertama
(merujuk Dekrit Presiden 5 Juli 1959)
Kesimpulan dari bermacam-macam pengertian pancasila tersebut yang
sah dan benar secara Konstitusional adalah pancasila yang tercantum dalam
Pembukaan UUD 1945, hal ini diperkuat dengan adanya ketetapan MPRS
NO.XXI/MPRS/1966 dan Inpres No. 12 tanggal 13 April 1968 yang
menegaskan bahwa pengucapan, penulisan dan Rumusan Pancasila Dasar
Negara RI yang sah dan benar adalah sebagaimana yang tercantum dalam
Pembukaan UUD 1945.
3. Fungsi Pancasila
a) Pancasila Sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia
Pancasila sebagai Pandangan Hidup bangsa atau Way of Life
mengandung makna bahwa semua aktifitas kehidupan bangsa Indonesia
sehari-hari harus sesuai dan sejalan dengan butir-butir sila Pancasila, karena
Pancasila juga merupakan kristalisasi dari nilai-nilai yang dimiliki dan
bersumber dari kehidupan bangsa Indonesia sendiri.
b) Pancasila Sebagai Dasar Negara Republik Indonesia
Pancasila sebagai dasar Negara ditegaskan dalam Ketetapan MPR No.
XVIII/MPR/1998 tentang pencabutan P4 dan Penetapan tentang Penegasan
Pancasila sebagai Dasar Negara. Dalam keputusan sidang PPKI tanggal 18
Agustus tercantum secara resmi dalam Pembukaan UUD 1945, Undang-
Undang Dasar yang menjadi sumber ketatanegaraan semua peraturan
perundang-undangan Republik Indonesia yang dikeluarkan oleh negara dan
pemerintah Republik Indonesia harus sejiwa dan sejalan dengan Pancasila.
Bahkan dalam Ketetapan MPR No. XX/MPRS/1966 ditegaskan, bahwa
Pancasila itu adalah sumber dari segala sumber hukum (sumber hukum
formal, undang-undang, kebiasaan, traktaat, jurisprudensi, hakim, ilmu
pengetahuan hukum).
c) Pancasila Sebagai Jiwa Dan Kepribadian Bangsa Indonesia
Pancasila memberikan corak yang khas kepada bangsa Indonesia dan
tak dapat dipisahkan dari bangsa Indonesia, serta merupakan ciri khas yang
dapat membedakan bangsa Indonesia dari bangsa yang lain.
d) Pancasila sebagai ideologi Bangsa Indonesia
Pancasila sebagai Ideologi Negara merupakan cita-cita dan tujuan
bersama Bangsa Indonesia yang diimplementasikan dalam Pembangunan
Nasional yaitu mewujudkan masyarakat adil dan makmur yang merata
material dan spiritual berdasarkan Pancasila dalam wadah Negara Kesatuan RI
yang merdeka, berdaulat, bersatu dan berkedaulatan rakyat dalam suasana
perikehidupan bangsa yang aman, tentram, tertib dan dinamis serta dalam
lingkungan pergaulan dunia yang merdeka, bersahabat, tertib dan damai.
e) Pancasila sebagai Falsafah Hidup yang Mempersatukan Bangsa Indonesia
Filsafat Pancasila mempunyai fungsi dan peranan sebagai pedoman
dan pegangan dalam sikap, tingkah laku, dan perbuatan, dalam kehidupan
sehari-hari, dan kehidupan masyarakat, berbangsa, dan bernegara karena
Pancasila mengandung nilai-nilai dasar yang di junjung tinggi oleh bangsa
Indonesia. Pancasila sebagai filsafat hidup bangsa tumbuh dan berkembang
bersamaan dengan tumbuh dan berkembangnya bangsa Indonesia.

f) Pancasila sebagai Pemersatu Bangsa Indonesia


Bangsa Indonesia yang pluralis dan wilayah Nusantara yang terdiri
dari berbagai pulau-pulau, maka sangat tepat apabila Pancasila dijadikan
Pemersatu Bangsa, hal ini dikarenakan Pancasila mempunyai nilai-nilai umum
dan universal sehingga memungkinkan dapat mengakomodir semua
perikehidupan yang berbhineka dan dapat diterima oleh semua pihak.

g) Pancasila sebagai Perjanjian Luhur Bangsa


Pada saat bangsa Indonesia bangkit untuk hidup sendiri sebagai bangsa
yang merdeka, bangsa Indonesia telah sepakat untuk menjadikan Pancasila
sebagai Dasar Negara. Perjanjian luhur rakyat Indonesia yang disetujui oleh
wakil-wakil rakyat Indonesia menjelang dan sesudah Proklamasi
Kemerdekaan yang kita junjung tinggi karena Pancasila itu telah mampu
membuktikan kebenarannya setelah diuji oleh sejarah perjuangan bangsa.

2.4 Hubungan Warga Negara dengan Negara dalam Negara Kesatuan


Republik Indonesia
Pada waktu sebelum terbentuknya Negara, setiap individu mempunyai
kebebasan penuh utuk melaksanakan keinginannya. Menurut Thomas Hobbes
(1642) manusia seperti serigala terhadap manusia lainnya (homo hominilopus)
berlaku hukum rimba yaitu adanya penindasan yang kuat terhadap yang lemah
masing-masing merasa ketakutan dan merasa tidak aman di dalam kehidupannya.
Pada saat itulah manusia merasakan perlunya ada suatu kekuasaan yang mengatur
kehidupan individu-individu pada suatu Negara. Aspek yang terkandung dalam
demokrasi Pancasila antara lain adanya kaidah yang mengikat Negara dan warga
Negara dalam bertindak dan menyelenggarakan hak dan kewajiban serta
wewenangnya.
Negara merupakan alat (agency) atau wewenang (authory) yagn mengatur
atau mengendalikan persoalan-persoalan bersama atas nama masyarakat. Oleh
karena itu Negara mempunyai dua tugas yaitu :
1. mengatur dan mengendalikan gejala-gejala kekuasaan yang asosial, artinya
yang bertentangan satu sama lain supaya tidak menjadi antagonisme yang
membahayakan
2. mengorganisasi dan mengintegrasikan kegiatan manusia dan golongan-
golongan ke arah tercapainya tujuan-tujuan dari masyarakat seluruhnya
atau tujuan sosial.
Salah satu unsur negara adalah rakyat. Rakyat yang tinggal diwilayah
negara menjadi penduduk negara yang bersangkutan. Menurut UUD 1945 pasal
26 ayat 1, warga negara Indonesia adalah orang-orang bangsa Indonesia asli dan
orang-orang bangsa lain yang bertempat tinggal di Indonesia, dan mengakui
Indonesia sebagai tanah airnya dan bersikap setia kepada NKRI yang disahkan
dengan UU. Kedudukannya sebagai warga negara menciptakan hubungan berupa
peranan, hak dan kewajiban yang bersifat timbal balik. Kewarganegaraan
memiliki keanggotaan yang menunjukkan hubungan atau ikatan antara negara
dengan warga negara. Kewarganegaraan adalah segala hal yang berhubungan
dengan negara.
Asas kewarganegaraan mengatur siapa-siapa saja yang menjadi warga Negara
dengan kriteria-kriteria sebagai berikut :
1. Kriterium kelahiran
a) Menurut asas keibubapakan (ius sanguinis) : kewarganegaraan diperoleh
menurut waga negara orang tua.
b) Menurut asas tempat kelahiran (ius soli) : kewarganegaraan diperoleh
berdasar tempat dimana dilahirkan.
Konflik yang timbul dari 2 asas tersebut adalah kewarganegaraan rangkap (bipatride)
dan tidak memiliki kewarganegaraan (a patride). Maka untuk menentukan
kewaranegaraan digunakan 2 stetsel kewarganegaraan aktif dan pasif yang
pelaksanaannya dibedakan dalam : Hak opsi, yaitu memilih kewarganegaraan (stetsel
aktif). Hak repudiasi, yaitu menolak kewarganegaraan (stetsel pasif).
2. Naturalisasi atau pewarganegaraan, yaitu suatu proses hukum yang menyebabkan
seseorang dengan syarat tertentu memperoleh kewarganegaraan negara lain.
Masalah kewarganegaraan sudah diatur dalam undang-undang
kewarganegaraan Republik Indonesia tahun 2006, dan dinyatakan pula
kewarganegaraan diperoleh :
a) karena kelahiran
b) karena pengangkatan
c) karena pengabulan permohonan
d) karena pewarganegaraan
e) karena atau sebab dari perkawinan
f) karena turut dengan ayah/ibunya
g) karena pernyataan
Hak dan kewajiban warga Negara serta Negara itu sendiri merupakan unsur
penting yang mencirikan hubungan warga Negara dengan negaranya.
1. Hak dan Kewajiban Warga Negara terhadap Negara
a. Hak Warga Negara
Hak sebagai warga Negara Indonesia tercantum dalam UUD 1945 yaitu:
• Mendapat perlindungan dan keamanan dari negara
• Mendapat kesejahteraan dan penghidupan yang layak
• Mendapat pendidikan yang layak
b. Kewajiban Warga Negara
• Mematuhi hukum-hukum yang berlaku
• Menjaga nama baik dan berperan aktif dalam melaksanakan
bela negara
2. Hak dan Kewajiban Negara terhadap warga Negara
a. Hak Negara
• Mendapatkan pembelaan dan penjagaan nama baik dari
warga negaranya
• Mendapat dukungan dan partisifasi dari warga Negara
terhadap segala keputusan dan peraturan yang berlaku
b. Kewajiban Negara
Kewajiban Negara Indonesia terhadap warga negaranya tercantum dalam
pembukaan UUD 1945 yaitu:
• Melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah
Indonesia;
• Memajukan kesejahteraan umum;
• Mencerdaskan kehidupan bangsa;
• Ikut melaksanakan ketertiban dunia
Dari hal diatas antara Warga negara dan negara merupakan satu kesatuan
yang tidak bisa dipisahkan. Keduanya saling berkaitan dan memiliki hak dan
kewajiban masing-masing yang berupa hubungan timbal balik. Dapat disimpulkan
bahwa hak negara merupakan kewajiban warga negara dan sebaliknya kewajiban
negara merupakan hak warga negara.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Negara adalah suatu daerah teritorial yang rakyatnya diperintah
(governed) oleh sejumlah pejabat yang berhak menuntut dari warga
negaranya untuk taat pada peraturan perundang-undangan melalui
penguasaan (kontrol) dari kekuasaan yang sah.
2. Proses terbentuknya NKRI dibedakan menjadi dua yaitu masa
sebelum proklamasi kemerdekaan dan masa setelah proklamasi
kemerdekaan.
3. Fungsi Pancasila
 Pancasila Sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia
 Pancasila Sebagai Dasar Negara Republik Indonesia
 Pancasila Sebagai Jiwa Dan Kepribadian Bangsa Indonesia
 Pancasila sebagai ideologi Bangsa Indonesia
 Pancasila sebagai Falsafah Hidup yang Mempersatukan Bangsa
Indonesia
 Pancasila sebagai Pemersatu Bangsa Indonesia
 Pancasila sebagai Perjanjian Luhur Bangsa
4. Hubungan warga Negara dan Negara dalam Negara Kesatuan
Republik Indonesia adalah hak negara merupakan kewajiban warga negara
dan sebaliknya kewajiban negara merupakan hak warga negara.
3.2 Saran
Sebagai warga Negara yang baik kita sudah selayaknya memahami
hakikat kita sebagai warga Negara dan melaksanakan kewajiban dengan baik.
Begitu pula sebaliknya Negara wajib memperhatikan bagaimana kehidupan warga
negaranya. Karena antara warga Negara dan Negara saling berhubungan timbal
balik dan tak dapat dipisahkan. maka dari itu kita harus saling menghargai sebagai
warga Negara Indonesia.

You might also like