Professional Documents
Culture Documents
Nomor:
Yang bertanda tangan di bawah ini Kepala SMAN 3 Bandar Lampung menerangkan bahwa buku
Rumus-rumus Fisika SMA adalah benar ditulis oleh:
Penulis Pertama,
Nama : Dra. Damriani
NIP : 131658096
Penulis Kedua,
Nama : Zainal Abidin, S.Pd
NIP : 132003007
dan telah digunakan sebagai pelengkap material pembelajaran di SMAN 3 Bandar Lampung.
Drs. H E R N A D I
NIP. 131870646
2
KATA PENGANTAR
Buku Rumus-rumus Fisika SMA ini ditulis bukan bermaksud untuk dihapal oleh para siswa
namun bertujuan untuk digunakan sebagai buku pendamping dalam memecahkan soal-soal fisika.
Rumus-rumus fisika merupakan bahasa sains yang konsisten dalam menjelaskan fenomena alam
dan sebagai bahasa universal yang berlaku dalam dunia ilmiah, untuk itu pemahaman pada
konsep, asas, dan prinsip fisika merupakan hal pertama yang harus dimengerti oleh para siswa,
bukan dengan cara menghapal rumus-rumus.
Dalam memecahkan soal-soal fisika, buku ini dapat digunakan untuk memberi gambaran global
dari rumus-rumus fisika dan dapat digunakan sebagai pendamping dalam melatih kemampuan
memecahkan soal-soal fisika.
Dengan selesai penulisan buku ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Drs. Hernadi
sebagai Kepala SMAN 3 Bandar Lampung, atas semua dukungannya, masukan dan saran dari
para kolega diucapkan terima kasih. Mereka adalah guru-guru fisika SMAN 3 Bandar Lampung,
yaitu Arif Santoso, S.Pd, Euis Waliah, S.Pd, Dra. Sartinem dan Fera Nofrizawati, S.Pd.
Buku ini tentu jauh dari sempurna, masukan, kritik dan saran yang membangun dapat
disampaikan melalui email: zay.abidin@gmail.com atau zainal.abidin.mustofa@gmail.com.
Semoga kehadiran buku ini dapat memenuhi tujuan penulisan dan bermanfaat bagi penggunanya.
Damriani
Zainal Abidin
3
DAFTAR ISI
Surat Keterangan 1
Kata Pengantar 2
Daftar Isi 3
4
BESARAN DAN SATUAN
MKS CGS
Contoh :
W
= F ⋅ v = P (daya)
t
ML 2 T -2
= MLT - 2 LT -1
T
ML2 T -3 = ML2 T -3
5
No Besaran Rumus Sat. Metrik (SI) Dimensi
s m
v=
1 Kecepatan t dt LT −1
∆v m
a=
2 Percepatan ∆t dt 2 LT −2
kg m (N)
3 Gaya F =m⋅a dt 2 MLT −2
kg m 2 ( Joule)
4 Usaha W = F ⋅s dt 2 ML 2T −2
P=
W kg m 2 ( Watt)
5 Daya t dt 3 ML 2T −3
P=
F kg ( atm)
6 Tekanan A m dt 2 ML −1T −2
Ek =
1
mv 2
kg m 2 ( Joule)
7 Energi kinetik 2 dt 2 ML 2T −2
kg m 2 ( Joule)
8 Energi potensial Ep = m ⋅ g ⋅ h dt 2 ML 2T −2
kg m
9 Momentum M = m⋅v dt MLT −1
kg m
10 Impuls i = F ⋅t dt MLT −1
ρ=
m kg
11 Massa Jenis V m3 ML −3
w kg
12 Berat Jenis s= V m 2 dt 2 ML −2T −2
k=
F kg
13 Konst. pegas x dt 2 MT −2
Fr 2 m3
14 Konst. grafitasi G= m
2 kgdt 2 M −1 L3T −2
P.V kgm 2
15 Konst. gas R = n.T dt 2 mol o K ML 2T −2 N −1θ −1
g=
F m
16 Gravitasi m dt 2 LT −2
17 Momen Inersia I = mR 2 kg m 2 ML 2
ANGKA PENTING
6
Angka Penting : Semua angka yang diperoleh dari hasil pengukuran dengan alat ukur, terdiri
dari :
• Angka pasti
• Angka taksiran
Aturan :
a. Penjumlahan / Pengurangan
Ditulis berdasarkan desimal paling sedikit
Contoh :
2,7481
8,41
------- +
11,1581 ------> 11,16
b. Perkalian / Pembagian
Ditulis berdasarkan angka penting paling sedikit
Contoh :
4,756
110
--------- ×
0000
4756
4756
-------------- +
523,160 ----> 520
BESARAN VEKTOR
Besaran Skalar : adalah besaran yang hanya ditentukan oleh besarnya atau nilainya saja.
Contoh : panjang, massa, waktu, kelajuan, dan sebagainya.
Besaran Vektor : adalah Besaran yang selain ditentukan oleh besarnya atau nilainya,
juga ditentukan oleh arahnya.
Contoh : kecepatan, percepatan, gaya dan sebagainya.
Sifat-sifat vektor
− − − −
1. A+ B = B + A Sifat komutatif.
− − − − − −
2. A +( B +C ) = ( A+ B ) +C Sifat assosiatif.
− − − −
3. a ( A+ B )=a A +a B
− − − −
4. / A / + / B / ≥ / A + B /
7
α = sudut antara A dan B
− − − − −
R / = / A/ + / B / +2 / A/ / B / cos α
2 2
/
− − −
/ R / / A/ / B /
= =
arahnya :
s αi n s αi 1n s αi 2n
V2
α2 vx = v cos
α2 vy = v sin
α2
V3
α3 vx = v cos
α3 vy = v sin
α3
∑vx = ....... ∑vy = .......
( ∑ v X ) 2 + ( ∑ vY ) 2
Resultan / v R / =
8
∑ vY
Arah resultan : tg =
∑ vX
A = / AX / 2 + / AY / 2 + / AZ / 2
dan i
, j , k masing-masing vektor satuan pada sumbu x, y dan z
9
GERAK LURUS
v0=0
v= 2 gh
t= 2h / g
10
h
GJB
vo=0
v? h1 v= 2 g ( h1 −h 2)
h2
Variasi GLB
P Q
SP + SQ = AB
A B
A
· SA = SB
B
P Q
SP
SP – SQ = AB
A B
SQ
∆r r2 − r1
1 v = =
∆t t 2 − t1
∆v v 2 − v1
2. a= =
∆t t 2 − t1
dr dr y drz
3. vx = x ; vy = ; vz =
dt dt dt
2 2 2
v = vx +v y +v z
11
dv x dv y dv z
4. ax = ; ay = ; az =
dt dt dt
2 2 2
a = ax +a y +a z
5 Diketahui a(t)
t2
v = ∫ a( t ) ⋅ dt
t1
t2
6. r = ∫ vt ⋅ dt
t1
h = tinggi
Vy = kecepatan terhadap sumbu y h1 = ketinggian pertama Vz = kecepatan
terhadap sumbu z
h2 = ketinggian kedua | v | = kecepatan rata-rata mutlak
SP = jarak yang ditempuh P |ā| = percepatan rata-rata mutlak
SQ = jarak yang ditempuh Q ax = percepatan terhadap sumbu x
AB = panjang lintasan ay = percepatan terhadap sumbu y
SA = jarak yang ditempuh A az = percepatan terhadap sumbu z
SB = jarak yang ditempuh B a(t) = a fungsi t
v = kecepatan rata-rata V(t) = V fungsi t
∆r = perubahan posisi V1 = kecepatan 1
∆t = selang waktu Vx = kecepatan terhadap sumbu x
r2 = posisi akhir
r1 = posisi awal
t1 = waktu awal bergerak
t2 = waktu akhir bergerak
ā = percepatan rata-rata
∆V = perubahan rata-rata
V2 = kecepatan 2
HUKUM NEWTON
1. Hk. I Newton Hk. kelembaman (inersia) :
Untuk benda diam dan GLB ∑F = 0 ∑Fx = 0 dan ∑Fy =0
12
ω1 − T = m1 ⋅ a
13
MEMADU GERAK
1. v R = v1
2
+v 2
2
+2v1 v 2 cos α GLB – GLB
Vr = kecepatan resultan
2. Gerak Peluru V1 = kecepatan benda 1
Pada sumbu x GLB V2 = kecepatan benda 2
Pada sumbu y GVA – GVB
Y v x = v 0 cos α
x = v0 cos α ⋅ t
Vo
α
X v y = v 0 sin α − g ⋅ t
14
1 2
y = v 0 sin α ⋅ t − gt
2
X = jarak yang ditempuh benda pada sb x
Y = jearak yang ditempuh benda pada sb y
Vx = kecepatan di sumbu x
Syarat : V0 = kecepatan awal
Mencapai titik tertinggi vy = 0 t = waktu
Jarak tembak max y =0 g = percepatan gravitasi
y =−h
v0 2 sin 2α v 0 2 sin 2 α
,
2g 2g
Jarak tembak max tidak berlaku jika dilempar dari puncak ; jadi harus pakai
y = −h
v 0 sin 2α
2
x max =
g
15
GERAK ROTASI
GERAK TRANSLASI GERAK ROTASI Hubunganny
a
Pergeseran linier s Pergeseran sudut θ s=θ .R
Kecepatan linier v Kecepatan sudut ω v=ω .R
Percepatan Linier a Percepatan sudut α a=α .R
s = jarak
a = percepatan
16
v = kecepatan
R = jari–jari lintasan
vt = kecepatan dalam waktu t detik
vo = kecepatan awal
t = waktu yang ditempuh
ωt = kecepatan sudut dalam waktu t detik
ωo= kecepatan sudut awal
Besarnya sudut :
S
θ = radian
R
S = panjang busur
R = jari-jari
1
f.T=1 f=
T
2π
ω = atau ω =2π f
T
v=ω R
v1 = v2, tetapi ω 1 ω 2
v1 = v2, tetapi ω 1 ω 2
≠ ≠
ω A =ω R = ω C , tetapi v A vB vC
17
v2
ar = atau ar = ω 2 R
R
v2
Fr = m . atau Fr = m ω 2 R
R
v2 v2
N=m.g-m. N = m . g cos θ - m .
R R
v2 v2
N=m.g+m. N = m . g cos θ + m .
R R
v2 v2
N=m. - m . g cos θ N=m. -m.g
R R
18
3. Benda dihubungkan dengan tali diputar vertikal
v2 v2
T=m.g+m T = m m . g cos θ + m
R R
v2 v2
T=m. - m . g cos θ T=m. -m.g
R R
19
GRAVITASI
m1 ⋅ m2
1. F =G⋅ VEKTOR
R2
M
2. g =G VEKTOR
R2
M
3. v = −G massa bumi
R
m ⋅M
4. Ep = −G
R
5. w A→B =m (v B −vA )
1 1
= v1 + 2GM
2 2
6. HKE v2 R −R
1 2
USAHA–ENERGI
_______________
1. w =F c
os α⋅s
α = sudut kemiringan
20
v = kecepatan
1
2. Ek = mv 2
2
W = usaha
F = Gaya
3. E
p =m ⋅g ⋅h
s = jarak
Ep = Energi Potenaial
4. E
mek =E
p +
Ek
m = massa benda
g = percepatan gravitasi
5. w =∆E
k
h = ketinggian benda dari tanah
Ek = Energi Kinetik
6. w =∆
Ep
Em = Energi mekanik
Ek 1 +E
p 1 =Ek 2 +E
p 2
MOMENTUM–IMPULS–TUMBUKAN
1. P =m ⋅v
P = momentum
m = massa
2. I =F ⋅∆
t
v = kecepatan
I = impuls
I = ∆P
3. F= gaya
I = m( v t − v 0 )
∆t = selang waktu
4. HKM (Hukum Kekekalan Momentum)
′ ′
m A ⋅v A +m B ⋅v B =m A ⋅v A +m B ⋅v B
arah kekanan v +
arah ke kiri v -
21
′ ′
v A − vB
5. e=− e = koefisien tumbukan (kelentingan)
v A − vB
6. Jenis tumbukan
Lenting sempurna e =1 HKE
HKM
Lenting sebagian 0 < e < 1 HKM
Tidak lenting sama sekali e =0 HKM
h1
7. e= h1 = tinggi benda setelah pemantulan 1
h0
2 2 2 2
ELASTISITAS
1. F =k ⋅x
F = gaya pegas
k = konstanta pegas
1
2. Ep =
2
k ⋅ x2 luasan grafik F – x x = simpangan pada pegas
Ep = energi potensial
3 kp =k1 +k 2 susunan paralel
1 1 1
4. = + susunan seri
ks k1 k 2
P F ⋅ L0
5. E= =
ε A ⋅ ∆L
F = gaya tekan/tarik
Lo = panjang mula-mula
22
A = luas penampang yang tegak lurus gaya F
∆L = pertambahan panjang
E = modulus elastisitas
P = stress
ε = strain
FLUIDA
Fluida Tak Bergerak
m
1. ρ zat =
v
1 gr 1000 kg
ρz
2. ρ relativ =
ρ air
ρair pada 40C 3 =
cm m3
m A + mB
3. ρc =
v A + vB
4. ρh =ρz ⋅ g ⋅h
Fh = υh ⋅ A
5.
= ρz ⋅ g ⋅ h ⋅ A
6. Archimedes : Gaya ke atas yang bekerja pada benda besarnya sama dengan jumlah
(berat) zat cair yang dipindahkan.
FA =ρz ⋅ g ⋅h
23
′
w = FA dalam keadaan setimbang
ρ bd ⋅ g ⋅ vb = ρ z ⋅ g ⋅ v 2
8. Melayang
w1 + w2 = ρ z ⋅ g ( v1 + v 2 )
9. Tenggelam
w > FA
ws = w − FA
11. Kapilaritas
2γ cos θ
y=
ρz ⋅ g ⋅ r
Fluida Bergerak
Vol
1. Q= = A ⋅v
t
2. Kontinuitas
A1v1 =A2 v 2
1 1
P1 + ρ ⋅ g ⋅ h1 + ρ ⋅ v1 = P2 + ρ ⋅ g ⋅ h2 + ρ ⋅ v 2
2 2
3. Bernoully
2 2
ρ = massa jenis
m = massa
v = volume
A = luas permukaan
P = daya tekan
h = ketinggian dari dasar
24
Q = Debit
ρrelatif = massa jenis relatif
GELOMBANG BUNYI
GETARAN
k = konstanta pegas
1. w W = berat
k =
x x = perubahan panjang pegas
F = gaya pegas
y = simpangan
2. Ep = energi potensial
Emek = energi mekanik
F=-k. Ek = energi kinetik
3. A = amplitudo
Ep = ½ ky2
t = waktu
ω = kecepatan sudut
4. E mek = ½ kA2 m = massa
T = periode
k = konstanta
5. Ek = ½ k (A2-y2) l = panjang
f = frekuensi
λ = panjang gelombang
Lo = panjang mula-mula
6. k ( A2 − y 2 ) ∆L = perubahan panjang
v=
m n = nada dasar ke
Vp = kecepatan pendengar
Vs = kecepatan sumber bunyi
7. P = daya
k = mω 2 R1= jarak 1
R2 = jarak 2
8. y = A sin ωt
9. v = ωA cos ωt
10.
a = −ω 2 A sin ωt
11.
E k= 12 mω 2 A 2 c o 2s ω t
25
12.
E p= 1 2 mω 2 A 2 s in2 ω t
13.
E m e k= 1 2 mω 2 A 2
m
14. T = 2π
k
l
15. T =2π
g
GELOMBANG
1. v =f ⋅ λ→λ=v ⋅t
2. t x
y gel. berjalan = A sin 2π −
T λ
1
y diam ujung terikat ∆ϕ =
4. 2
x t L
5. y = F2 A sin 2π m cos 2π −
v= µ= λ T λ
µ
6. E E = modulus young
v=
ρ s t r e s sP F F⋅L o
E= = = A
=
s t r a i nε ∆L
Lo A⋅ ∆ L 26
P
v gas = γ
ρ
7.
RT Cp
= γ γ =
M Cv
Nada Sumber
1. Dawai
( n +1) P n +1
fn = v
( n + 2) s 2L
ND
( n + 2) P n +1
fn = v
( n +1) s 2L
3. Pipa Organa Tertutup
( n +1) P 2n + 1
fn = v
( n +1) s 4L
27
Sifat :
Refleksi (Pemantulan)
v.tpp
d =
2
Resonansi
1
ln = ( 2n −1) λ
4
Interferensi (Percobaan Quinke)
• memperkuat nλ
• memperlemah ( n +1) 1 λ
2
Pelayangan (beat) Beat
f layangan = f A − f B
Efek Doppler
v ± vP
fP = ⋅ fs
v ± vs
Intensitas
P P
I= =
A 4πR 2
1 1
I1 : I 2 = 2
: 2
R1 R2
Taraf Intensitas (TI)
I
TI = 10 log
I0 I 0 = 1 0− 1 2 W a ttm 2
dB
28
01. C R F K
Td 100 80 212 373 C=
celcius
R=
reamur
Air 100 80 180 100 F=
fahrenheit
tk=
suhu dalam kelvin
Tb 0 0 32 273 tc = suhu
dalam celsius
C:R:F=5:4:9
tK = tC + 273
Contoh :
X Y
Tb -20 40 X : Y = 150 : 200
=3:4
60 ?
4
3 (60 + 20) + 40 = …
Td 130 240
enaikkan suhu
Sifat termal zat diberi kalor (panas) perubahan dimensi (ukuran)
ubahan wujud
Ao = luas mula-mula
3. Muai luas. β= koefisien muai luas
∆V = perubahan volume
∆ A = Ao . β . ∆ t Vo = Volume awal
γ= koefisien muai volume
At = Ao ( 1 + β . ∆ t )
29
4. Muai volume.
∆ V = Vo . γ . ∆ t
Vt = Vo ( 1 + . γ . ∆ t )
β =2α
}γ = Q = kalor
γ =3α
m = massa
c= kalor jenis
t = perubahan suhu
5. Q = m . c. ∆ t H = perambatan suhu
6. Q=H.∆t
7. H=m.c
8. Azas Black. T1
Qdilepas
Qdilepas = Qditerima
TA
Qditerima
T2
09. Kalaor laten Kalor lebur Q = m . Kl Kl = kalor lebur
9. Perambatan kalor.
k . A.∆t
H= H=h.A.∆t I = e . σ . T4
l
A = luas
k = koefisien konduksi
l = panjang bahan
h = koefisien konfeksi
I = Intensitas
e = emitivitas bahan
30
σ = konstanta Boltzman
T = suhu
LISTRIK STATIS
q1 . q 2
F=k
01. r2
1
k= 9 2 2
4π ε 0 = 9 x 10 Nm /Coulomb
31
Q
E=k
r2
02.
E = kuat medan listrik
Q = muatan
R = jarak
03. Kuat medan listrik oleh bola konduktor.
Q Q
E =0.
R Es = k Ep = k
R2 r2
Er = kuat medan listrik di pusat bola
Es = kuat medan listrik di kulit bola
Ep = kuat medan listrik pada jarak p dari pusat bola
σ Q σ
Ep = σ= EP =
2ε 0 A ε 0
σ = rapat muatan Ep = kuat medan listrik
1 1
05. WA −−−−− >B = k . Q. q.( − )
rB rA
Q. q Q. q 1 Q. q
Bila rA = ∼ maka W~ −−−−−>B = k . EP = k = .
4π ε 0 rB
-----
rB rB
Q 1 Q
6. V=k = .
rB 4π ε 0 rB
V = potensial listrik
32
07. WA−−−−−> B = q.(v B − v A )
q q
V O = VK = VL = k . VM = k.
R r
11. C0 =
ε 0
A
C=
ε .A
d
d
Kε 0 A
12. C = C0 . K =
d
Q2
13. W= 1
2
C
atau W = 21 C V2
14. Susunan Seri.
- Q = Q1 = Q2 = Q3 = .....
s
-V =V +V +V +V +.....
s ab bc cd de
33
1 1 1 1
- = + + +.....
CS C1 C2 C3
- V = V1= V2 = V3
p
- Qp = Q1 + Q2 + Q3 + .....
- Cp = C1 + C2 + C3 + .....
C1V2 + C 2V2
16. VGAB =
C1 + C 2
C = kapasitas listrik
Q = muatan listrik
V = beda potensial
Co = Kapasitas dalam hampa udara
d = jarak antar dua keeping
A = luas masing-masing keeping
K = konstanta dielektrik
W = energi kapasitor
34
LISTRIK DINAMIS
dq
1. i=
dt
2. dq = n.e.V.A.dt
dq
i= = n. e.V . A Ampere
dt
i
03. J = = n. e.V Ampere/m2
A
04.
V A − VB
i=
R
L
05. R = ρ .
A
35
06. R(t) = R0 ( 1 + α .t )
→ i = i1 = i2 = i3 = ....
→ VS = Vab + Vbc + Vcd + ...
→ RS = R1 + R2 + R3 + ...
→VP = V1 = V2 = V3
→ i + i1 + i2 + i3 + ....
1 1 1 1
→ = + + +...
Rp R1 R2 R3
RX . R2 = R1 . R3
36
R1 . R3
RX =
R2
1 0 . A M P E R E M E T E R / G A LV A N O M E T E R .
1
RS = Rd Ohm
n −1
11. V O L T M E T E R .
Rv = ( n - 1 ) Rd O hm
.
W=i2.r.t=V.i.t Joule
1 kalori = 4,2 Joule dan 1 Joule = 0,24 Kalori
W = 0,24 i 2 . r . t = 0,24 V . i . t Kalori
dw
13. P= = V .i (Volt -Ampere = Watt)
dt
14. Elemen PRIMER : elemen ini membutuhkan pergantian bahan pereaksi setelah sejumlah
energi dibebaskan melalui rangkaian luar misalnya : Baterai.
Pada elemen ini sering terjadi peristiwa polarisasi yaitu tertutupnya elektroda-elektroda
sebuah elemen karena hasil reaksi kimia yang mengendap pada elektroda-elektroda
tersebut.
Untuk menghilangkan proses polarisasi itu ditambahkan suatu zat depolarisator.
Berdasarkan ada/tidaknya depolarisator, dibedakan dua macam elemen primer :
1. Elemen yang tidak tetap; elemen yang tidak mempunyai depolarisator,
misalnya pada elemen Volta.
2. Elemen tetap; elemen yang mempunyai depolarisator.
misalnya : pada elemen Daniel, Leclanche, Weston, dll.
37
b) Elemen SEKUNDER : Elemen ini dapat memperbaharui bahan pereaksinya setelah dialiri
arus dari sumber lain, yang arahnya berlawanan dengan arus yang dihasilkan, misalnya :
Accu.
Misalkan : Akumulator timbal asam sulfat. Pada elemen ini sebagai Katoda adalah Pb;
sedangkan sebagai Anode dipakai PbO2 dengan memakai elektrolit H2SO4.
c) Elemen BAHAN BAKAR : adalah elemen elektrokimia yang dapat mengubah energi kimia
bahan bakar yang diberikan secara kontinue menjadi energi listrik.
Misalkan : pada elemen Hidrogen-Oksigen yang dipakai pada penerbangan angkasa.
dW
15. ε = ( Joule/Coulomb = Volt )
dq
16. i=
ε
R+r
17. disusun secara seri
n.ε
i=
n. r + R
18. disusun secara paralel
38
i=
ε
r
+R
m
n .ε
i=
n
.r + R
m
20. TEGANGAN JEPIT
K = i . R
i1 + i2 + i3 = i4 + i5
39
E : negatif
E : positif
40
MEDAN MAGNET
µ
01. µ r =
µ 0
φ
02. B=
A
B
03. H =
µ
04. B = µ H = µ r . µ o. H
05. Benda magnetik : nilai permeabilitas relatif lebih kecil dari satu.
Contoh : Bismuth, tembaga, emas, antimon, kaca flinta.
Benda paramagnetik : nilai permeabilitas relatif lebih besar dari pada satu.
Contoh : Aluminium, platina, oksigen, sulfat tembaga dan banyak lagi garam-garam logam
adalah zat
paramagnetik.
Benda feromagnetik : nilai permeabilitas relatif sampai beberapa ribu.
Contoh : Besi, baja, nikel, cobalt dan campuran logam tertentu ( almico )
dB =
µ 0
I .d sin θ
4π r2
k=
µ 0 = 10-7
Weber
A. m
4π
B=
µ 0 .
I
π .a
2
41
B B I
H=
µ =
µ r .µ
0
=
2π . a
08. Induksi Induksi magnetik pada jarak x dari pusat arus lingkaran.
B=
µ 0 .
a. I . N
. sin α 1 atau B=
µ 0 .
a2 . I. N
2 r2 2 r3
09. Induksi magnetik di pusat lingkaran.
B=
µ 0 .
I. N
a
2
10. Solenoide
Induksi magnetik di tengah-tengah solenoide :
B= µ 0
nI
Bila p tepat di ujung-ujung solenoide
µ
B= 0
nI
2
11. Toroida
B= µ n I
N
n=
2π R
12. Gaya Lorentz
F=BI sin α
F = B.q.v sin α
13.
42
Besar gaya Lorentz tiap satuan panjang
µ I P IQ
F= 0
2 π a
1
2 m v2 2 − 21 m v12 = q. E . d
15. Lintasan partikel jika v tegak lurus E.
t=
v
q. E 2
d = 21 at 2 = 21 . .
m vX 2
Kecepatan pada saat meninggalkan medan listrik.
2 2
v = v X + vY
q. E
vY = a. t = .
m vX
Arah kecepatan dengan bidang horisontal θ :
vY
tg θ =
vX
16. Gerak Partikel Bermuatan Dalam Medan Magnet
Lintasan partikel bermuatan dalam medan magnet berupa LINGKARAN.
43
m v
B q
jari-jari : R =
17. Momen koppel yang timbul pada kawat persegi dalam medan magnet
τ = B.i.A.N.Sin θ
44
IMBAS ELEKTROMAGNETIK
dφ
Perubahan fluks : Eind = -N
dt
di
Perubahan arus : Eind = -L
dt
di 1 di 2
GGL IMBAS Induktansi timbal balik : Eind1 = -M , Eind2 = -M
dt 1 dt 2
Kawat memotong garis gaya : Eind = B.l.v sin α
φ
L=N
i
µo N A 2
L=
INDUKTANSI DIRI
φ1 φ2
M = N2
i1 , M = N1 i2
µo N 1 N 2 A
M= (Induktansi Ruhmkorff)
Ideal : Np : Ns = Is : Ip
TRANSFORMATOR Np : Ns = Ep : Es
Tidak ideal : Ps = η Pp
45
Es = tegangan pada kumparan sekunder
ω = kecepatan sudut
M = induktansi Ruhmkorff
OPTIKA GEOMETRI
Plato dan Euclides : adanya sinar-sinar
penglihat.
Teori melihat benda Aristoteles : Menentang sinar-sinar penglihat.
Al Hasan : Pancaran atau pantulan benda
46
Sir Isaak Newton : Teori Emisi “Sumber
cahaya menyalurkan
Partikel yang kecil dan ringan berkecepatan
tinggi.
Christian Huygens : Teori Eter alam : cahaya
pada dasarnya
Sama dengan bunyi, merambat memerlukan
medium.
Thomas Young dan Augustine Fresnell :
Cahaya dapat lentur dan berinterferensi
J ean Leon Foucaul t : C epat ram bat cahaya di zat cai r l ebi h keci l dari pada di
udara.
TEORI CAHAYA James Clerk Maxwell : Cahaya gelombang
elektromagnetik.
Heinrich Rudolph Hertz : Cahaya geloimbang
transversal
karena Mengalami polarisasi.
Pieter Zeeman : Cahaya dapat dipengaruhi medan
magnet
yang kuat.
Johannes Stark : Cahaya dapat dipengaruhi medan
listrik
yang kuat.
Michelson dan Morley : Eter alam tidak ada.
Max Karl Ernest Ludwig Planck : Teori
kwantum cahaya.
PEMANTULAN CAHAYA.
47
1 1 1
01. = + '
f s s
s' h'
02. M = - =/ /
s h
03. Cermin datar : R=∞ sifat bayangan : maya, sama besar, tegak
360
n= -1
α
04. cermin gabungan d = s1’ + s2
Mtotal = M1.M2
PEMBIASAN/REFRAKSI.
c λ
01. Indeks bias nbenda = = u nbenda > 1
v m λm
n1 v 2 λ 2
n relatif medium 1 thdp medium 2 n12 = = =
n2 v1 λ1
minimum syarat : i1 = r2
n' 1
β > 10o sin ½ (δ min +β )= sin β
n 2
n'
β > = 10o δ min = ( −1) β
n
48
n n' n' − n
05. Permukaan lengkung. + =
s s' R
n n' n' − n
06. Lensa tebal (1) + =
s1 s1 ' R1
(2)d = s1’ + s2
n' n n − n'
(3) + =
s2 s2 ' R2
1 n' 1 1
07. Lensa tipis = ( −1)( − )
f n R1 R2
1 1 1
= +
f gab f1 f2
Cembung-cembung (bikonveks) R1 +, R2 -
Cekung – cembung R1 - , R2 -
Cekung-cekung (bikonkaaf) R1 - , R2 +
Cembung – cekung R1 + , R2 +
1 1 1
9. Lensa Konvergen (positif) = + '
f s s
s' h'
divergen (negatif) M=- =/ /
s h
1
10. Kekuatan lensa (P) P= f dalam meter
f
100
P= f dalam cm
f
49
θ = sudut antara ke dua cermin λ = panjang gelombang cahaya
f = jarak focus P = kekuatan lensa
s = jarak benda ke cermin
s’ = jarak bayangan ke cermin
h = tinggi benda
h’ = tinggi bayangan
m = perbesaran bayangan
i = sudut datang
r = sudut pantul
n = indeks bias
d = tebal kaca
t = pergeseran sinar
β = sudut pembias
δ = deviasi
50
ALAT-ALAT OPTIK
Mata Emetropi (mata normal) pp = 25 cm ; pr = ∞
s = ∞ dan s’ = -pr
KACA MATA
Kaca Mata lensa Positif (Untuk orang hipermetropi)
s = 25 cm dan s’ = -pp
Sd
Akomodasi max P= +1
f
Ditempel dimata
Sd
Tanpa Akomodasi P=
f
LOUPE
Akomodasi max
s ' oby Sd
P= − ( + 1)
s oby fok
51
Tanpa Akomadasi d = s’oby + fok
s ' oby Sd
P= − ( )
s oby fok
TEROPONG BINTANG
Tanpa akomodasi d = foby + fok
f oby
P=
f ok
Pp = titik jauh mata
Pp = titik dekat mata
s’ = jarak bayangan
s = jarak benda ke lup
P = kekuatan lensa
d = jarak lensa obyektif dengan lensa okuler
ARUS BOLAK-BALIK
52
ω = frekwensi anguler
t = waktu
Vmax = tegangan maksimum
Imax = Arus maksimum
T = periode
V max
Eefektif=
2
i max 1 T 2π
Iefektif=
2
Iefektif = Imax{
T ∫
0
sin 2 (
T
) dt }
Epp = 2.Emax
Xl = reaktansi induktif
53
C = kapasitas kapasitor
Q=C.V
dQ dc .V
Xc = reaktansi kapasitif i= =
dt dt
c.dV max . sin ϖ.t
i=
dt
i = ϖ.c.V max . cos ϖ.t
1
XC =
ωC
(Satuan XC = 0hm)
IV. R-L-C dirangkai seri
1. . Xl =ϖ.L
1
2. Xc =
ϖ.C
3. Gambar fasor
4. Z = R 2 + ( Xl − Xc ) 2
E
5. i=
Z
6. Vab = i.R Vac = Vr 2 +Vl 2
Vbc = i. Xl Vbd =Vl −Vc
Vcd = i. Xc Vad = Vr 2
+ (Vl −Vc ) 2
7. Daya=Psemu.cos θ
R
Daya=Psemu.
Z
Psemu = V.I (Volt Amper)
a. Xl > Xc → RLC bersifat induktif
V mendahului I dengan beda fase θ
b. Xl = Xc → RLC resonansi
Z = R kuat arus paling besar, karena hambatan total paling kecil.
1 1
f = T = 2π L.C
2π L.C
c. Xc > Xl → RLC bersifat capasitif
I mendahului V dengan beda fase θ
54
XL − XC
8. tg θ =
R
Z = Impedansi
θ = sudut fase
L = induktansi diri
f = frekwensi
T = periode
R = hambatan
55
- Bila dua macam atom membentuk dua macam senyawa
Atau lebih, maka perbandingan atom-atom yang sama
dalam kedua senyawa itu sederhana.
KELEMAHANNYA.
- Atom tidak dapat dibagi lagi bertentangan dengan
ekspe-
Rimen.
- Dalton tidak membedakan pengertian atom
dan molekul
Satuan molekul juga disebut atom.
- Atom merupakan bola kecil yang keras dan padat ber-
Tentangan dengan eksperimen Faraday dan J.J Thomson
KELEMAHANNYA.
- Bertentangan dengan percobaan Rutherford dengan
ham-
Buran sinar Alfa ternyata muatan positif tidak merata
na-
Mun terkumpul jadi satu yang disebut INTI ATOM.
KELEMAHANNYA.
- Model atom ini tidak dapat menunjukkan kestabilan
atom
Atau tidak mendukung kemantapan atom.
- Model atom ini tidak dapat menunjukkan bahwa
spektrum
Atom-atom Hidtrogen adalah spektrum garis tertentu.
56
Pengukuran massa elektron oleh : J.J. Thomson dengan percobaan Tetes Minyak Milikan.
Sifat : - Bergerak cepat menurut garis lurus keluar tegak lurus dari katoda.
- Memiliki energi
- Memendarkan kaca
- Membelok dalam medan listrik dan medan magnet.
1. Elektron tidak dapat berputar dalam lintasan yang sembarang, elektron hanya dapat
berputar pada lintasan tertentu tanpa memancarkan energi. Lintasan ini
Disebut lintasan stasioner. Besar momentum anguler elektron pada lintasan
nh
Stasioner ini adalah : mvr =
2π
n disebut bilangan kwantum (kulit) utama.
2. Elektron yang menyerap energi (foton) akan berpindah ke lintasan yang ener-
ginya tinggi, dan sebaliknya.
e2
1. Ep = -k
r
e2
2. Ek = - ½ k
r
e2
3. Etotal = - ½ k
r
n2 h 2
4. r= ( )
me k 2π
2
5. r1 : r 2 : r 3 : … = 1 2 : 2 2 : 3 2 : …
1 1 1
6. = R( 2 − 2 ) R = tetapan Ridberg R = 1,097.107 m-1
λ nA nB
Deret Lyman nA = 1 nB = 2, 3, 4 ….
Deret Balmer nA = 2 nB = 3, 4, 5, ….
Deret Paschen nA = 3 nB = 4, 5, 6, ….
Deret Brackett nA = 4 nB = 5, 6, 7, ….
Deret Pfund nA = 5 nB = 6, 7, 8, ….
57
05. Energi
1 1
Energi Pancaran E = 13,6 ( 2
− 2
) eV E = h.f (J)
nA nB
e = muatan electron
r = jari-jari lintasan electron
Ep = Energi potensial
Ek = energi kinetic
n = bilangan kuantum
r = jari-jari lintasan electron
λ = panjang gelombang
h = tetapan Planck
RADIOAKTIVITAS
Adanya Fosforecensi : berpendarnya benda setelah disinari.
Dasar penemuan
Adanya Fluorecensi : berpendarnya benda saat disinari.
Menghitamkan film
Dapat mengadakan ionisasi
Dapat memendarkan bahan-bahan tetentu
Sifat-sifat Merusak jaringan tubuh
Daya tembusnya besar
Sinar α
Macam sinar Sinar β Penemu: Pierre Curie dan Marrie Curie
Sinar γ
58
Urutan naik daya tembus: Sinar α , Sinar β , Sinar γ
Urutan naik daya ionisasi: Sinar γ , Sinar β , Sinar α
xx xxxxγ xxxxx
B α
xxxxxxxxxxxx
β
xxxxxxxxxxxx
µ x
01. I = Io e-
ln 2 0,693
02. HVL nilai x sehingga I = ½ Io HVL = =
µ µ
03. ZXA N=A–Z
05. Eikat inti = {(Σ mproton + Σ mnetron) – minti }.931 MeV m dalam sma
= {(Σ mproton + Σ mnetron) – minti }.c2 m dalam kg
α
ZX
A
Z-2X
A-4
atau Z XA XA-4 + α
Z-2
0,693 ln 2
07. T = =
λ λ
1. R=λ .N
2. N = No.2-t/T
E
3. D=
m
59
Pencacah Geiger Muller (pulsa listrik)
Tabung Sintilasi (pulsa listrik)
13. ALAT DETEKSI Kamar kabut Wilson (Jejak lintasan saja)
Emulsi film
60
KESETIMBANGAN BENDA TEGAR
61
2. Letak titik berat benda padat bersifat tetap, tidak tergantung pada posisi benda.
3. Kalau suatu benda homogen mempunyai dua bidang simetri ( bidang sumbu ) maka titik
beratnya terletak pada garis potong kedua bidang tersebut.
Kalau suatu benda mempunyai tiga buah bidang simetri yang tidak melalui satu garis, maka
titik beratnya terletak pada titik potong ketiga simetri tersebut.
3. Busur setengah
lingkaran 2R
y0 =
π
62
2.Jajaran genjang,
Belah ketupat, 1 t t = tinggi
Bujur sangkar y0 = z = perpotongan
2
Persegi panjang diagonal AC dan
BD
4.Bidang setengah
lingkaran 4R
y0 =
3π
R = jari-jari lingkaran
63
3. Bidang Kulit
limas 1 T’ T T’T = garis
T’z = tinggi ruang
3
4. Bidang kulit
kerucut 1 T T’ T T’ = tinggi
zT’ = kerucut
3
T’ = pusat
lingkaran alas
5. Bidang kulit
setengah bola. 1 R R = jari-jari
y0 =
2
2. Silinder Pejal
1 t t = tinggi silinder
y0 = R = jari-jari
2
lingkaran alas
V = π R2 t
64
3. Limas pejal T T’ = t = tinggi
beraturan 1 T T’ limas beraturan
y0 =
4
=
1t
4
V = luas alas x
tinggi
3
4. Kerucut pejal t = tinggi kerucut
1 t R = jari-jari
y0 = lingkaran alas
4
V=
1 π R2 t
3
5. Setengah bola
pejal 3R R = jari-jari bola.
y0 =
8
65
3. Partikel-partikel tersebut merata dalam ruang yang kecil.
4. Jarak antara partikel-partikel jauh lebih besar dari ukuran partikel-partikel, sehingga
ukurtan partikel dapat diabaikan.
5. Tidak ada gaya antara partikel yang satu dengan yang lain, kecuali bila bertumbukan.
6. Tumbukan antara partikel ataupun antara partikel dengan dinding terjadi secara lenting
sempurna, partikel dianggap sebagai bola kecil yang keras, dinding dianggap licin dan
tegar.
7. Hukum-hukum Newton tentang gerak berlaku.
N
1. n=
N0
v 3kT
2. ras =
m
M R
03. m= dan k =
N N0
04. v 3RT
ras =
M
05. Pada suhu yang sama, untuk 2 macam gas kecepatannya dapat dinyatakan :
v v 1 1
ras1 : ras2 =
M1 : M2
06. Pada gas yang sama, namun suhu berbeda dapat disimpulkan :
v v T1 : T2
ras1 : ras2 =
2L
07. t=
Vras
N m V 2 ras
08. F= .
3 L
N m V 2 ras 1
09. P= . atau P= ρ V 2 ras
3 V 3
2 N 2 N
10. P= . 1
mV 2 ras = . Ek
3V 2
3V
11. P . V = K’ . T atau P . V = N. k .T
k = Konstanta Boltman = 1,38 x 10-23 joule/0K
N
12. P . V = n R T dengan n=
N0
R = 8,317 joule/mol.0K
66
= 8,317 x 107 erg/mol0K
= 1,987 kalori/mol0 K
= 0,08205 liter.atm/mol0K
R P R. T P. Mr
13. P=ρ T atau = atau ρ = T
Mr ρ Mr R. T
P1 .V1 P .V
14. = 2 2
T1 T2
Persamaan ini sering disebut dengan Hukum Boyle-Gay Lussac.
3
15. Ek = Nk .T
2
P = tekanan gas ideal
N = banyak partikel gas
m = massa 1 pertikel gas
V = volume gas
v = kecepatan partikel gas
n = jumlah mol gas
No = bilangan Avogadro
R = tetapan gas umum
M = massa atom relatif
k = tetapan boltzman
Ek = energi kinetic
vras = kecepatan partikel gas ideal
ρ = massa jenis gas ideal
T = suhu
HUKUM TERMODINAMIKA
01. cp - cv = R
cp = kapasitas panas jenis ( kalor jenis ) gas ideal pada tekanan konstan.
cv = kapasitas panas jenis ( kalor jenis ) gas ideal pada volume konstan.
02. panas jenis gas ideal pada suhu sedang ,sebagai berikut:
a. Untuk gas beratom tunggal ( monoatomik ) diperoleh bahwa :
c =
5
R c =
3
R γ =c P
= 1,6 7
c
P V
2 2
V
b. Untuk gas beratom dua ( diatomik ) diperoleh bahwa :
67
c =
7
R c =
5
R γ =c P
= 1,4
c
P V
2 2
V
γ = konstanta Laplace.
Jika grafik ini digambarkan dalam hubungan P dan V maka dapat grafik sebagai berikut :
Pemanasan Pendinginan
∆W = ∆Q - ∆U = m ( cp - cv ) ( T2 - T1 )
2. Hukum I Termodinamika untuk Proses Isokhorik ( Isovolumik )
Pada proses ini volume Sistem konstan. ( lihat gambar )
68
Sebelum dipanaskan. Sesudah dipanaskan.
Dengan demikian dalam proses ini berlaku Hukum Boyle-Gay Lussac dalam bentuk :
P1 P
= 2
T1 T2
Jika digambarkan dalam grafik hubungan P dan V maka grafiknya sebagai berikut :
Pemanasan Pendinginan
∆V = 0 ------- W = 0 ( tidak ada usaha luar selama proses )
∆Q = U2 - U1
∆Q = ∆U
∆U = m . cv ( T2 - T1 )
3. Hukum I termodinamika untuk proses Isothermik.
Selama proses suhunya konstan.
( lihat gambar )
Pemanasan Pendinginan
T2 = T1 --------------> ∆U = 0 ( Usaha dalamnya nol )
V2 V
W = P1 V1 ( ln ) = P2 V2 ( ln 2 )
V1 V1
69
P1 P
W = P1 V1 ( ln ) = P2 V2 ( ln 1 )
P2 P2
V V
W = n R T1 ( ln 2 ) = n R T2 ( ln 2 )
V1 V1
P P
W = n R T1 ( ln 1 ) = n R T2 ( ln 1 )
P2 P2
ln x =2,303 log x
Pengembangan Pemampatan
∆Q = 0 ------ O = ∆U + ∆W
U2 -U1 = - ∆W
γ -1 γ -1
T1.V1 = T2.V2
P1 .V1 γ -1 γ -1
1−γ
W = m . c v ( T1 - T2 ) atau W= ( V2 - V1 )
γ γ
P1.V1 = P2.V2
70
Energi yang bermanfaat
η =
Energi yang dim asukkan
W Q2 − Q1
η = =
Q2 Q2
Q
η = ( 1 − 1 ) × 100%
Q2
GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK
71
Faraday : “Perubahan medan magnet akan
menimbulkan medan listrik”
TEORI Lorentz : “kawat berarus listrik dalam medan magnet
terdapat gaya”
Maxwell : “Perubahan medan listrik menimbulkan
medan magnet”,
“Gahaya adalah gelombang elektromagnet”
Biot Savart : “Aliran muatan (arus) listrik menghasilkan medan
magnet”
Huygens : “Cahaya sebagai gerak gelombang”
Radiasi Kalor :
Radiasi dari benda-benda yang dipanasi
Yang dapat menyerap seluruh radiasi adalah benda hitam mutlak
72
S = Intensitas rata-rata
OPTIKA FISIS
Sinar yang dapat diuraikan Polikromatik
CAHAYA Sinar yang tak dapat diuraikan Monokromatik
Dalam ruang hampa cepat rambat sama besar
f r e k w e n s i m as i n g w a r n a b e d a
Pj. Gelomb masing warna beda
Prisma ∆ϕ = δ u -δ m
73
MENIADAKAN DISPERSI : Prisma Akromatik
(n’u – n’m)β ’ = (nu – nm) β
Lensa Akromatik.
1 1
=
f gabmerah f gabungu
' '
n 1 1 n 1 1 n 1 1 n 1 1
( m − 1)( − ) + ( m − 1)( − ) = ( u − 1)( − ) + ( u − 1)( − )
n R1 R2 n R1 R2 n R1 R2 n R1 R2
p.d 1
Max = ( 2k ) λ
2
Cermin Fresnell
p.d 1
Min = ( 2k −1) λ
2
p.d 1
Max = ( 2k ) λ
2
Percobaan Young
p.d 1
Min = ( 2k −1) λ
2
INTERFERENSI
(Syarat : Koheren)
(A, f, ∆ ϕ sama)
Max rk2 = ½ R (2k-1)λ
Cincin Newton
(gelap sbg pusat) Min rk2 = ½ R (2k) λ
74
Celah tunggal
Min sin θ = (2k) ½ λ
DIFRAKSI
k = 1, 2, 3 . . . .
λ.L
Daya Urai (d) d = 1,22 L = jarak ke layar
D
D = diameter lensa
75
RELATIVITAS
Relativitas:
a. Penjumlahan kecepatan
V1→ ←V2 V1→ →V2
V 1 +V 2 V 1 −V 2
Vr = Vr =
V 1.V 2 V 1.V 2
1+ 1−
C2 C2
b. Dilatasi waktu
V2
t' = t0 1 − t’<t0
C2
c. Kontraksi Lorentz
V2
L' = L 0 1 −
C2
d. Massa dan Energi
m0
m' =
V2 m’>m0
1− 2
C
e. Etotal=Ediam+Ek
1
Ek = m.C 2
−1
2
V
1− 2
C
76
DUALISME GELOMBANG CAHAYA
a. Semakin besar intensitas cahaya semakin banyak elektron elektron yang diemisikan
b. Kecepatan elektron yang diemisikan bergantung pada frekuensi; semakin besar f, makin
besar pula kecepatan elektron yang diemisikan
E = h. f E = Energi
h = tetapan Planck
E = Ek + E 0 f = frekwensi
Ek = E − a c = kecepatan cahaya
1
m.V 2 = h. f − hf 0 v = kecepatan
2
1 C C
mV 2 = h − a = energi ambang
2 λ λ0
1 1
Ek = h.c. − m = massa
λ λ0
λ = panjang gelombang
h. f h
Pfoton = ;p= p = momentum
C λ
p=momentum Ek = Energi kinetik
Hypotesa de Broglie
c
λ=
f
h h
λ= →λ =
p m.V
p = 2.m.Ek
Catatan penting :
Ek=54 ev = 54.1,6.10-19 Joule
Massa 1e = 9,1.10-31 kg
h
Hamburan Compton : λ'−λ = .(1 − cos θ )
m 0.c
77