You are on page 1of 2

ARTIKEL GHAZWUL FIKRI

Merubah Mindset Ghazwul Fikri

Oleh: Galuh Purnama (15-2007-036) (IF-ITENAS)

26 April 2011

Invasi Pemikiran dan Invasi Kebudayaan

“Ada invasi pemikiran (ghazwul fikri) dan invasi kebudayaan (ghazwuts


tsaqafi) untuk menghancurkan Islam dan kaum muslimin,” ujar Ali Muhammad
Juraisyah dan Muhammad Syarif dalam bukunya Asalibul Ghazwil Fikri lil ‘alamil
islamiy. Tidaklah mengherankan dengan adanya dua invasi tersebut, apa yang ada
di kepala banyak umat Islam tidak sedikit yang bertentangan dengan Islam.
Ujungnya, sadar atau tidak, sedikit demi sedikit menjauh dari agama yang
diyakininya. Islam yang sebenarnya adalah “permata” seakan dianggap sebagai
lambang kekunoan, keterbelakangan, kekejaman, non eligalitarian, atau apalah
sebutannya. Ujungnya, seperti kata Sayyid Quthub, al islamu syaiun wal muslimu
syaiun akhor, Islam adalah sesuatu dan muslim sesuatu yang lain. Memang
beragama Islam, tetapi tidak memahami ajarang Islam; boleh jadi menganut Islam
tetapi tidak melaksanakan aturan Islam. Muslim terasingkan dari Islam yang
merupakan jalan hidupnya. Akibat pemikiran dan kultur yang bersemayam di
dalam pikiran dan jiwa seorang muslim bukanlah pemikiran dan kultur yang sesuai
dengan ajaran Islam, dia telah menggulung Islam dari setiap sudutnya dan
membelenggunya hanya dalam ruang spiritual.
Perang kebudayaan ini tak disangsikan lagi, ujar Anwar Al Jundi dalam
bukunya, Pembaratan di Dunia Islam. Sebab, tegasnya, ia telah lama berjalan dan
medannya telah meluas mencakup tiga sektor : pendidikan, kebudayaan, dan
media massa. Perang ini bertujuan menghancurkan benteng-benteng pemikiran
serta nilai-nilai dasar Islam, mengguncangkan aqidahnya agar muncul penentangan
terhadap kekuasaan, kekuatan, dan sendi-sendi Islam di negerinya sendiri.

Membangkitkan Kesadaran Umat, Melanjutkan Kehidupan Islam

Allah SWT telah menegaskan :


“Siapa saja yang berpaling dari peringatan-Ku (Islam), maka ia berhak
mendapatkan kehidupan yang serba sulit.” (QS. Thaha [20] : 123)
Nampak jelas bahwa hal-hal berbahaya yang tengah melanda kaum muslimin
seperti paparan di atas diakibatkan oleh tidak ditegakkannya Islam, umat berpaling
dari Islam dalam segala aspek kehidupannya. Jelaslah bahwa hanya ada satu jalan
keluar, yaitu membangkitkan kesadaran umat untuk melanjutkan kembali
kehidupan Islam dengan cara menerapkan aturan-aturan Islam dalam kehidupan
pribadi, keluarga, masyarakat, dan negara; baik dalam bidang ibadah, akhlak,
sosial, politik, ekonomi, dan budaya. Tidak diterapkannya Islam dalam kehidupan
seperti sekarang ini merupakan problematika utama kaum muslimin. Dengan
demikian, upaya menuju ke arah Islam kafah dalam masyarakat dan sistem Islam
merupakan suatu hal yang tidak dapat di tawar-tawar.

“Wahai orang-orang yang beriman, masuklah kalian ke dalam Islam secara


keseluruhan (kafah) dan janganlah kalian turut langkah-langkah syetan,
sebab sesungguhnya syetan itu merupakan musuh yang nyata bagimu.”
(QS. Al Baqarah [2] : 208).

Khatimah
Siapapun kiranya sepakat bahwa sebagian besar umat Islam kini tengah
dirundung sakit multidimensi yang berkepanjangan. Sebab sakitnya pun telah sama
diketahui yakni karena meninggalkan Islam dalam hampir seluruh sendi
kehidupannya (sekulerisme) sebagai akibat akibat invasi pemikiran dan kebudayaan
yang tiada henti. Obatnya pun khas dan hanya satu, yakni kembali ke haribaan
Islam, melanjutkan kembali kehidupan Islam. Cara mengobatinya pun cuma satu,
yakni dengan cara dakwah, baik secara individu maupun secara kolektif/jamaah.
Lalu, siapa dokternya? Tiada lain adalah umat Islam sendiri yang tahu dan faham
akan kondisi umat saat ini (sakitnya, obatnya, dan caranya); yang sadar dan ikhlas
menunaikan kewajibannya untuk berdakwah, baik secara individu (QS. An Nahl :
125) maupun berjamaah (QS. Ali Imron : 110); yang optimis, istiqomah dan yakin
bahwa umat Islam akan bangkit kembali (QS. An Nur : 55).

Sumber : Widjajakusuma, M. Karebet. 2003. Mewaspadai Propaganda Barat,


Membangkitkan Kesadaran umat.

You might also like