You are on page 1of 2

MENUJU ERA TV DIGITAL

Rabu, 23 Juni 2010 14:17

{rokbox}images/stories/harrydigital.jpg{/rokbox}

Di Indonesia, siaran televisi digital adalah hal baru, mau tidak mau memang harus segera
diadaptasi jika tidak ingin ketinggalan dari negara-negara tetangga kita. Sekarang ini,
seluruh dunia arahnya sedang menuju TV digital, bahkan Amerika Serikat seluruhnya
siaran TV berbentuk digital. Dalam siaran tv analog yang selama ini digunakan oleh
sebagian besar masyarakat Indonesia, memiliki beberapa kelemahan seperti jika antena
bergeser sedikit, siaran yang dihasilkan akan berbintik, berbayang atau yang sering
disebut ghost. Rumah yang jauh dari pemancar bisa-bisa gambarnya menjadi jelek, TV
warna keluaran terbaru bisa berubah menjadi TV hitam putih hanya karena siaran yang
jelek.

Repotnya lagi, siaran TV analog menggunakan 1 frekuensi untuk 1 channel. Dalam sistem
penyediaan frekuensi, harus ada space di setiap kanal frekuensi antara yang satu dengan yang
lain. Kanal yang kita punya sampai sekarang hanya ada 28, jadi siaran TV yang dapat
melaksanakan siaran hanya 14. Tentu saja angka ini sangat kecil bila dibandingkan dengan
semakin banyaknya izin siaran TV yang diajukan akhir-akhir ini. Berdasarkan data Kementerian
Komunikasi dan Informatika, yang minta izin siaran sekarang ini ada 50 siaran TV dan 2 siaran
radio. Bayangkan, siaran sebanyak itu mau ditaruh dimana jika kita masih menggunakan siaran
TV analog?

Hebatnya siaran TV digital, 1 frekuensi dapat disesaki hingga 10 channel. Disamping setiap
frekuensi yang ada bisa dipakai, tidak perlu ada interval-intervalan. Sebagai contoh, SCTV
berada di frekuensi 42 UHF, RCTI di frekwensi 50 UHF. Nah, dengan sistem digital frekuensi 42
UHF digital dapat diisi oleh SCTV, ANTV, TV One, Trans TV, Trans 7, dan Metro TV. Sangat
efisien bukan?

“Karena adanya efisiensi spektrum itulah yang menjadi alasan pemerintah pada akhirnya
memutuskan untuk bermigrasi dari siaran TV analog ke TV digital. Disamping efisiensi frekuensi
dan kualitas gambar yang lebih bagus, pemirsanya pun bisa interaktif langsung dengan
pemancar, seperti teleshopping ataupun telelearning”, Kata Kepala Bidang Sistem
Komunikasi Multimedia Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi (PTIK) BPPT, Harry
Budiarto.

Dalam persiapan penerapan migrasi TV analog ke TV digital, PTIK bertugas untuk melakukan
kajian di sisi pemancar TV digital. Harus ada standar hardware seperti apa yang akan

1/2
MENUJU ERA TV DIGITAL
Rabu, 23 Juni 2010 14:17

diterapkan dalam TV digital karena ini merupakan teknologi baru di Indonesia, jadi harus dikaji
lebih detil. “ Outputnya, kita
membuat pemancar yang ekonomis memakai
software open source
, jadi stasiun TV bisa memperoleh pemancar dengan harga ekonomis namun kualitasnya tidak
perlu dipertanyakan lagi”, jelasnya.

Pesawat TV analog yang dimiliki masyarakat secara umum tidak akan bisa menerima sinyal
digital, maka diperlukan pesawat TV digital yang baru agar TV dapat menggunakan alat
tambahan baru yang berfungsi merubah sinyal digital menjadi analog. Perangkat tambahan
tersebut disebut dengan decoder atau set top box (STB). Proses perpindahan dari teknologi
analog ke teknologi digital akan membutuhkan sejumlah penggantian perangkat baik dari sisi
pemancar TV-nya ataupun dari sisi penerima siaran.

Dalam sisi perangkat penerima, PTIK juga telah mengembangkan teknologi set top box. Yaitu
sebuah perangkat tambahan untuk menerima sinyal digital yang dipancarkan oleh sistem
DVB-T yang kemudian diubah ke dalam sinyal analog agar dapat ditampilkan pada monitor TV
analog. Dengan perangkat penerima ini, kata Harry, masyarakat yang hampir seluruhnya
memiliki TV analog dapat juga menikmati siaran TV digital.

“Set top box hasil pengembangan PTIK memiliki kelebihan dibanding set top box yang ada
pada umumnya, yaitu dapat memberitahukan deteksi terjadinya gempa. Teknisnya jika ada
deteksi terjadinya gempa dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) yang
dikirim melalui pemancar akan diterima oleh operator. Sebelumnya, operator telah memiliki
program untuk menerima data deteksi gempa ini sehingga ketika program ini dikirimkan ke
set top box
maka secara otomatis siaran TV langsung dihentikan dan alarm pun berbunyi. Program ini
belum ada di
set top box
manapun yang diproduksi di dunia. Jadi kitalah yang pertama”, jelas Harry dengan
gamblang.
(YRA/humas)

2/2

You might also like