Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Ruang lingkup fikih muamalah terbagi menjadi dua yang pertama bersifat adabiayah ialah ijab
qabul,saling meridhai tidak ada keterpaksaan dari salah satu pihak,hak dan kewajiban kejujuran
pedagang,penipuan,pemalsuan,penimbunan dan segala sesuatu yang bersumber dari indra
manusia yang berkaitan dengan peredaranharta dalam hidup bermasyarakat.
Kedua bersifat madiyah ialah masalah juala beli (aian kekeyal bar al hijaroh), gadai (Al
Rahn),Tammah dan tanggungan ( Kafalam Dam Dlaman),pemindahan hutang ( hiwalah ) jatuh
bangkrut (taflis) batasan bertindak (al hajru) perseroan atau perkongsian(syirkah) perseroan harta
dan tenaga (al mdhorobah) sewa menyewa (Al Ijaroh) pemberian hak guna pakai (al ariyah)
barang titipan (alwadlit-ah) barang temuan (Al Luqathah) garapan tanah (Al Mujaroah), sewa
meyewa tanah (Al Mukharabah),upah (Ujrat Al Amal) gugatan (Al Syufah),sayembara (Al
Jialah) pembagian kekayan bersama(Al Qismah)pemberian (Al Hibah),pembebasan (Al
Ibra),damai (Al Shulhu) dan lain lain.
Karena muamalah sendiri dalam arti luas adalah aturan hukum Allah untuk mengatur manusia
dalam kaitanya dengan urusan duniawi dalam pergaulan sosial,sedang muamalah dalam
pengertian sempt menurut rasyid ridha, muamalah adalah tukar menukar barang atau sesuatu
yang bermanfaat dari cara cara yang telah di tentukan persamaan muamalah dalam arti sempit
dan dalam arti luas adalah sama sama mengatur hubungan manusia dengam manusaia yang lain
dalam kaitan dengan pemutaran harta .
Dalam makah ini, kami hanya membahas muamalah persoroan atauu pengkongsian(al syirkah),
perseroan harta dan tenaga(al mudhorobah) dan garapan tanah(al mujaroah,dari pengertian
macam macam bentuknnya,rukun syarat,hukum serta beberapa permasalahan yang sering terjadi
dalam ketiga bahasan tersebut.
I SYIRKAH
A. Pengertian
Syirkah menurut bahasa berarti Al Ikhtath yang artinya campur atau pencampuran.
Menurut Taqsyudin magsudnya pencampuran adalah seseorang menampurkan hartanya dengan
harta orang lain sehingga tidak mungkin dibedakan.
Menurut istilah
1. Menurt sayid sabiq “ akad antara dua orang berserikat pada pokok harta modal dan
keuntungan.”.
2. Menurut syar bini al kholil “ketetapan hak pada sesuatu pada dua orang atau lebih dengan cara
yang masyhur”.
3. Menurut syihab al din al qlyubi wa umaira berkata “penetapan hak pada sesuatu bagi dua
orang atau lebih” .
B. Landasan Hukum Syirkah
1.Qs An-Nisa 12
“Maka mereka bersama sama dalam bagian sepertiga itu” .
2.Qs.Shaad 24
....Memenag banyak di antara orang-orang yang bersekutu itu berbuat zhalim kepada orang lain,
kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan dan hanya sedikit mereka yang
begitu.
3.HR Abu Daud dari Abu Hurairah
Aku ini orang ketiga dari dua orang yang berserikat,selama mereka tidak menghianati sesama
temannya. Apabila seseorang telah berhianat terhadap temannya aku keluar dari kedua mereka.
C. Pembagian Syirkah
Jika semua hal tersebut terdapat kesamaan maka syirkah dinyatakan sah dan masing-masing
menjadi wakil perkongsian dan sebagai penjamin.
Untuk syirkah jenis ini Mazhab Hanafi dan Hambali membolehkan, sementara Madzhab Syafi`I
tidak membolehkan sebagaimana perkataanya “kalaulah Syirkah Mufawdhah ini tidak di katakan
batal, maka tidak ada yang bathil aku ketahui di dunia ini.
Menurut imam Malik semua Syirkah Muwafadhah adalah tiap-tiap kongsi atau sekutu
menegosiasikan dengan temanya atas semua tindakanya,baik pada saat kehadiran kongsi,aupun
tidak,sehingga semua kebijaksanaan ada di tangan masiang–masing .
3) Syirkah Wujuh
Menurut Madzhab Hanafi “bersyarikatnya dua orang atau lebih tanpa modal bagi keduanya
untuk sama-sama membeli dengan nama baik mereka”.
Mazhab Maliki “bersyarikatnya dua orang atau lebih tanpa modal harta dan karya”. Ia adalah
syarikatnya berdasarkan tanggung jawab moril yang mana jika mereka membeli sesuatu,maka
berada pada tanggungan mereka berdua dan jika mereka menjualnya mereka saling berbagi
keuntungannya.
Mazhab Syafi`I bersyaratnya dua orang yang memiliki reputasi di masyarakat karena kebaikan
keduanya dalam berbisnis dengan mereka untuk masing masing mereka membeli dengan jatuh
tempo dan barang yang terbeli milik keduanya. Jika mereka menjualanya maka kelebihan harga
jual di bagi antara mereka .
Mazhab Hambali bersyarikatnya dua orang dalam barang yang mereka beli dengan nama baik
(reputasi) mereka dan kepercayaan. Para pedagang terhadap mereka tanpa memiliki modal
finansial dengan kesepakatan apa yang mereka beli,kepemilikannya di bagi antara mereka secara
tengahan,pertigaan,perempatan dan mereka menjualnya maka hasil yang Allah SWT berikan di
bagi antara mereka.
4) Syirkah Abdan
Mazhab be5rsyarikatnya dua oranguntuk menerima order pekertjaan dan hasilnya adalah di bagi
antara mereka berdua.contoh tukang jahit dan tukang celup.
Mazhab Maliki bersyarikatnya dua tukang atau lebih untuk bekerjasama sesuai pekerjaan
masing-masing dengan syarat pejkerjaan tersebut adalah satu. Contoh tukang bei.
Mazhab Syafii bersyarikatnya dua orang atau lebih masing-masing bekerja dengan
keterampilannya secara sama atau berbeda,baik dengan kesatuan pekerjaan.
Mazhab Hambali bersyarikatnya dua orang atau lebih dalam apa yang mereka hasilkan dengan
ketrampilan tangan mereka,seperti para tukang.
Tukang yang bersyarikat dalam apa yang mereka hasilkan dari barang halal seperti berburu.
5) Al Mudharabah
Mazhab Hanaf i: akad atas sesuatu syarikat dalam keuntungan dengan modal harta dari satu
pihak dan dengan pekerjaann(usaha) dari pihak yang lain.
Mazhab Maliki sesuatu pemberian mandat untuk berdagang dengan mata uang tunai yang di
curahkan. kepada pengelolanya dengan mendapat sebagian dari keuntungan, jika di ketahui
jumlah dan keuntungan.
Mazhab Syafii suatu akad yang memuat penyerahan modal kepada orang lain untuk
mengusahakannya dan keuntungannya di bagi antara mereka berdua .
Mazhab Hambali penyerahan suatu modal tertentu dan jelas jumlahnya atau semaknanya kepada
orang yang mengusahaknnya dengan mendapat bagian tertentu dari keuntungannya.
D. Mengakhiri Syirkah
Rasullulah bersabda dalam hadits riwayat Anas Bin Malik Dari Abu Bakar Shiddiq.
“ dan apa – apa yang telah digabungkan dari dua orang yang berfungsi maka keduanya harus
diberlakukan secara sama–sama,maksudnya pembagian keuntungan maupun pemenuhan
kewajibanya, didasarnya pada jumlah dan nilai dari benda-benda yang dimiliki masing-masing .
Sebagian ulama menyebut perusahaan ini dengan istilah Syahsiyah Itibariyah ( badan hukum )
yang dianggaap sama dengan orang karena itu sudah semestinya perusahaan ini dikenakan wajib
zakat jika memang telah memenuhi persyarakat kewajiban zakat.
II.MUDHOROBAH
A. Pengertian
Secara bahasa Al Mudhorobah berasal dari kata Adh Dhard yang memiliki dua relevansi antara
keduanya,yaitu pertama karena yang melakukan usaha (amil) Yadhrib Fil Ardhi (berjalan di
muka bumi) dengan berpergian padanya untuk berdagang maka ia berhak mendapatkan
keuntungan karena usaha dan kerjanya.
Penduduk Hijaz menamainya Al-Qiradh yaitu berasal dari kata Qaradh yang berarti Al Qathu
atau pemotongan hal itu karena pemilik harta memotong dari sebagian hartanya sebagai modal
dan meyerahkan hak pengurusannya kepada orang yang mengelolanya dan pengelola memotong
untuk pemilik bagian dari keuntungan sebagian hasil dari usaha dan kerjanya.
a) Mazhab Syafii mazhab hanafi :akad atas suatu syarikat dalam keuntungan dengan modal harta
dari satu pihak dan dengan pekerjaan (usaha) dari pihak ya lain
b) Mazhab Maliki: suatu pemberian mandat (taukil) untuk berdagang dengan ata uangtunai yang
diserahkan (kepada pengelolanya) dengan mendapatkan sebagai dari keuntungannya jika di
ketahui jumlah dan keuntungannya.
c) Mazhab Syafi`i suatu akad yang membuat penyerahan modal kepada orang lain untuk
mengusahakannya dan keuntungannya di bagi antara mereka berdua.
d) Mazhab Hambali :penyerahan suatu modal tertentu dan jelas jumlahbya kepada orang yang
mengusahakannya dengan mendapatkan bagian tertentu dari ketentuanya .
Qs Al Muzamill : 20
“dan sebagian orang orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia allah”
C. Rukun Midhorobah
Mazhab Syafii dan Maliki mensyaratkan bahwa usaha itu hanya berupa dagang.mereka menolak
usaha yang berjenis kegiatan industri dengan anggapan industri termasuk dalam kegiatan ijaroh
(persewaan) yang mana semua kerugian dan keuntungan di tanggung oleh pemilik modal,
sementara para pegawainya di gaji secara tetap.
Tetapi Abu Hanifah membolehkan usah apa saja selain berdagang termasuk kegiatan kerajinan
dan industri.
9. Adanya Keuntungan
Keuntungan tidak boleh di hitung berdasarkan presentase dari jumlah modal yang di
investasikan, melainkan hanya keuntungan saja setelah di potong besarnya modal .
D. Hikamah Mudharabah
Islam telah mensyariatkan dan membolehkan mudhorobah untuk memberikan keringan kepada
manusia, terkadang sebagian orang memiliki harta tetap tidak mampu memproduktifkan
hartanya,pada sisi lain ada juga orang yang tidak memiliki harta tetapi mempunyai kemampuan
mengelola harta oleh karena itu,syariat islam membolehkan transaksi mudhorobah agar kedua
belah pihak saling mendapatkan manfaat. karena Allah tidak menetapkan segala bentuk akad
kecuali ada kemaslahatan dan menepis kesulitan .
Kontrak mudharabah umumnya telah berjalan dalam sistem perbankan islam di timur tengah.
Konrak ini dalam dalam bank islam kebanyakan di gunakan untuk tujuan perdagangan pendek
dan jenis usaha tertentu.
Dalam hai ini pasti mudharib beretindak sebagai nasabah bank islam untuk meminta pembiayaab
usaha berdasarkan kontrak mudharabah sebelum pembiayaan di setujui mudharib menjelaskan
terlebih dahulu seluk beluk usaha yang berkaitan denagn barang,sumber pembiayaaan dan lain
lain .
Mudharib mengajukan sejumlah syarat finansial yang memuat beberapa hal, kemudian
persyaratan tersebut akan di pelajari untuk pihak bank sebelum memutuskan meyetujui
pembiayaan usaha tersebut.
1. Mudhharabah mutlaqah
Artinya sifatnya mutlak di mana shahib al mal tidak menetapkan restriksi atau syarat-syarat
tertentu kepada si mudharib.
2. Mudharabah muqayadhah
Artinya shahib al maal boleh menetapkan batasan batasan atau syarat tertentu guna
menyelamatkan modalnya dari reiko kerugian.
Syarat-syarat atau batasan ini harus dipenuhi oleh si mudharib. Apabila mudharib melanggar
batasan batasan ini, ia harus bertanggung jawab atas kerugian yang timbul.
Dalam praktik perbankan syariah modern di kenal dua bentuk mudharobah muqayah yakni:
Dananya hanya boleh di pakai untuk pembiayaan pertambahan properti dan lain lain. Jadi selain
berdasarkan sektor nasabah investor dapat saja mensyaratkan berdasarkan jenis akad yang di
gunakan misalnya hanya boleh di gunakan berdasarkan akad penjualan cicilan saja atau
penyewaan cicilan saja atau kerjasama usaha saja. Skema ini di sebut on balance sheet karena di
catat dalam neraca bank .
Skema Mudhorobah Muqayadah On Balance Sheet
G. Nisbah Keuntungan
o Presentase
o Nisbah keuntungan harus dinyatakan dalambentuk presentase antara keedua belah pihak.
o Bagi untung dan bagi rugi
Bila untung bisnisnya besar kedua bekah pihak mendapat bagian yang besar, demikian pula
sebaliknya.bila untung pembagian berdasarkan proporsi modal hal ini di karenakan adanya
perbedaan kemampuan untuk menanggung kerugian anatara kedua belah pihak.
o Jaminan
Untuk menghindari mudharib yang lalai,dalam merawat dan menjaga dana, maka shahib al mal
boleh meminta jaminan tertentu kepada mudharib jadi tujuan jaminan dalam akad mudharobah
adalah untuk menghindari moral hazard mudharib bukan untuk mengamankan nilai investasi jika
terjadi kerugian karena faktor resiko bisnis.
Bertransaksi di pasar modal seperti bursa efek jakarta(BEJ) baik sebagai investor,pialang broker
atau dealer)maupun sebagai manager investasi (fund manager) dalam arti menanamkan sejumlah
dana pada sektor tertentu9sektor keuangan taupun sektor riil) pada periode waktu tertentu untuk
mendapatkan keuntungan yang diharapkan menurut syariah pada prinsipnya adalah hal,termasuk
dalam bentuk mudharabah.
Apabila di tinjau dari hukum tentang mekanisme transaksi jual beli,baik itu memperjual belikan
instrumen yang tidak berpendapatan tetap (seperti saham) maupun yang berpendapatan tetap
(seperti obligasi) di ibaratkan sama dengan orang yang menyimpan emas (bukan untuk
perhiasan) yang harganya adalah naik,adakalanya turun. maka jual beli BEJ adalah sah dan di
perbolehkan.
Namun permasalahan yang sering muncul adalah ketika jenis instrumen investasinya yang tidak
sesuai dengan syariah islam yaitu
III.MUSAQAH
A.Pengertian
Musaqoh diambil dari kata Al Saqa, yaitu seorang yang bekerja pada pohon,tanaman anggur
(menurusinya) atau pohon-pohon yang lainya supaya mendatangkan kemaslahatan dan
mendapatkan bagian tertentu dari hasil yang di urus sebagai imbalan.
1. Pohon pohon itu berakar kuat (tetap) dan berbuah,buah di petik serta pohon tersebut tetap ada
dengan waktu yang lama.
2. Pohon tersebut berakar tetap,tetapi tidak berbuah misal pohon kayu keras,karet,jati.
3. Pohon tersebut tidak berakar kuat teapi berbuah dan dapat di petik
misal padi dan qatsha`ah (pohon seperti labu buahnya seperti ketimun).
4. Pohon tersebut tidak berakar kuat dan tidak ada buahnya yang dapat di petik,tetapi memiliki
bunga yang bermanfaat seperti bunga mawar
5. Pohon yang di ambil hijau dan basahnya sebagai suatu manfaat,bukan buahnya misal tanaman
hias .
c. Menurut syafi`iyah
Musaqoh adalah memberikan pekerjaan orang yang memiliki pohon tamar dan anggur kepada
orang lain,untuk kesenangan keduanya dengan menyiram memelihara dan menjaganya dan
pekerja memperoleh bagian tertentu dari buah yang di hasilkan pohon-pohon tersebut.
d. Menurut Hanabilah
1. Pemilik menyerahkan tanah yang sudah di tanami,seperti pohon anggur,kurma,baginya ada
buah yang dimakan sebagai bagian tertentu dari buah pohon tersebutmseperti sepertiganya atau
setengahnya.
2. Seseorang menyerahkan tanah dan pohon,pohon tersebut belum di tanamkan,magsudnya
supaya pohon tersebut di tanamkan pada tanahnya, yang menanam akan memperoleh bagian
tertentu dari buah pohon yang di tanamnya, yang kedua ini di sebut munasabhah muqharasah
karena pemilk meyerahkan tanah dan pohon-pohon untuk di tanamkannya.
e. Menurut Hasbi Ash Shiddieqi
Musaqoh adalah syarikat pertanian untuk memperoleh hasil dari pepohonan .
Bahwa orang anshor pernah berkata pada rasululoh SAW bagilah dia antara kami kuram,
Rasulluloh menjawb “tidak” lalu mereka berkata biarkanlah urusa pembiayaan denagn kami dan
kami bersama sama engkau bersekutu dalam memperoleh buah mereka (Muhajirin) berkata,kami
dengar dan kami laksanakan.
Magsud hadits ini bahwa orang Anshar menginginkan kerjasam dengan kaum muhajirin dalam
pengelolaan pohon kurma mereka meyampaikan hal tersebut pada Rasulluloh SAW namaun
beliau tidak bersedia.
Lalu mereka mengajukan usul bahwa merekalah yang mengelolanya dan mereka berhak
mendapat sebagian hasilnya,lalu Rasululloh mengabulkan permintaan tersebut.
Al Hazimi berkata bahwa telah di riwayatkan dari Ali Bin Abi Thalib Ra,Abdullah Bin
Masud,Ammar Bin Yasir,Said Bin Al Musayyab,Muhammad Bin Sirrin,Umar Bin Abdul Aziz
Ibnu Abi Laila,Ibnu Syihab Az Zuhri dan sejumlah tokoh di antaranya Abu Yusuf Al Qadhi dan
Muahammad Bin Al Hasan mereka menagatakan “ kerjasama dalam pertanian dan musaqah di
bolehkan dengan imbalan buah atau tanaman”
Selanjutnya mereka mengatakan
“Dibolehkan melakukan akad kerja sama bercocok tanam dan musaqah sekaligus.”
Pohon kurma di siram dan tanah di tanami seperti yang berlangsung di khaibar. Juga di bolehkan
akadnya di pisah”
C. Rukun Musaqah
Para ulama berbeda pendapat dalam masalah yang diperbolehkan dalam musaqoh
1. Imam Abu Daud berpendapat bahwa yang boleh dimusaqohkan hanya kurma.
2 Syafi`iyah yang boleh dimusaqohkan korma dan anggur.
3. Hanafiyah semua pohon yang mempunyai akar kedasar bumi dapat dimusaqohkan seperti
tebu.
4. Imam Malik musaqoh dibolehkan untuk semua pohon yang kuat seperti delima,tin,zaitun.
Pohon-pohon yang berakar tidak kuat seperti semangka dibolehkan apabila keadaan pemiliknya
tidak lagi memilki kemampuan untuk menggarapnya.
5. Hambali musaqoh diperbolehkan untuk semua pohon yang buahnya bisa dimakan.
6. Iam malik musaqoh diperbolehkan untuk pohon tadah hujan dan diperbolehkan untuk pohon
yang perlu di siram.
F.Tugas Penggarap
Kewajiban penyiram ( musaqi ) menurut Imam Nawawi adalah mengerjakan yang dibutuhkan
pohon dalam rangka pemeliharaannya untuk mendapatkan buah. Untuk semua pohon yang
berbuah musiman diharuskan menyiram,membersihkan saluran air,mengurus pertumbuhan
pohon,memisahkan pohon yang merambat,memilahara buah,dan perintisan batangnya.
Maksud memelihara asalnya dan tidak terulang setiap tahun adalah pemeliharaan hal-hal tertentu
yang terjadi sewaktu-waktu sepeti membangun pematang,menggali sungai,mengganti pohon
yang rusak atau pohon yang tidak produktif adalah kewajiban pemilik tanah termasuk pengadaan
bibit .
G.Ketidak mampuan penggarap dalam pekerjaan
1. Imam Malik mengatakan bahwa apabila penggarap tidak mampu melakukan garapan,sedang
masa penjualan buah-buahan telah tiba maka penggarap tidak boleh meminta penyiraman kepada
orang lain dan ia berkewajiban menyewa orang lain untuk bekerja . Jika orang kedua tidak
mendapat pembagian hasil buah, maka pihak kedua di byar dari bagian hasil penggarap.
2. Imam Syafi`I berpendapat bahwa musaqah menjadi batal karena ketidak mampuan penggarap.
3. Mazhab Hanafi apabila penggarap tidak mampu melakukan pekerjaannya karena sakit atau
karena kebutuhan yang mendesak, maka musaqah batal.
Hal ini berlaku apaabila di dalam kontrak pihak pemilik mensyaratkan bahwa penggarap
melakukan pekerjaannya sendiri. Jika tidak di isyaratkan maka musaqah tidak batal,akan tetapi
penggarap harus mencarikan pengganti atas dirinya.
H.Salah Satu Penggarap Meninggal Dunia
Apabila salah satu pihak pelaku akad meninggal dunia dan pohon sudah berbuah tapi buahnya
masih belum tampak masak, maka dalam rangka menjaga kemaslahatan kedua belah
pihak,penggarap tetap melakukan kerjanya atau pewarisanya yang melakukan garapan hingga
buah masak. Walapun di lakukan secara paksa terhadap pemilik yang keberatan,karena dalam
kondisi sepereti itu tidak ada kerugian,antara jangka waktu batalnya akad dan masaknya
buah,penggarap tidak berhak mendapat upah.
Apabila penggarap atau ahli warisnya melarang melakukan pekerjaan sebelum berakhir masa
akad atau batalnya akad,maka mereka tidak boleh di paksa namun apabila mereka hendak
memetik buah sebelum masak,maka hal itu tidak mungkin di lakukan.
Hak ada pada pemilik atau ahli warisnya apabila dalam kondisi salah satu dari tiga hal berikut:
1. Kesepakatan dalam memetik buah dan pembagiannya sesuai persetujuan.
2. Pemberian kepada penggarap atau ahli warisnya berupa sejumlah uang yang senialai bagianya,
karena dialah yang berhak memetik buah . Pembayaran atas pemeliharaan pohon hingga buahnya
masak,lau kepada penyiram(musaqi) atau ahli warisnya atau di beri berupa buah dari ketentuan
bagianya.
PENUTUP
Dari bahasan makalah ini,dapat kita ambil kesimpulan bahwa fikih muamalah mempunya ruang
lingkup yang sangat luas dia ntaranya adalah Al Muamalah Al Madiyah yang bersifat kebendaan
karena objek fikih muamalah adalah benda yang halal,haram dan syubhat untuk di perjual
belikan,benda benda yang memudharatkan dan benda yang mendatangkan kemaslahatan bagi
manusia,serta segi-segi yang lainya.
Dan juga Al Muamalah Al Adabiyah bagaimana muamalah yang di tinjau dari segi cara tukar
menukar benda yang bersumber dari panca indra manusia,yang unsur adalah hak-hak dan
kewajiban,misalnya jujur,hasad,dengki,dan dendam oleh karena itu jual beli benda maupaun
bagaimana bekerja sama bagi muslim bukan hanya sekedar memperoleh keuntungan yang
sebesar besarnya,tetapi secara vertikal bertujuan untuk memperoleh ridha allah dan secara
bertujuan untuk mencari keutungan. Sehingga benda benda yang perjual belikan akan senantias
dirujukan kepada aturan aturan Allah dan juga keridhaan kedua belah pihak yang melakukan
kerja sama,ijab qabul dan lain lain wajib di ikuti dan di laksanakan oleh keduanya
DAFTAR PUSTAKA
Doi rahman abdur, muamalah, raja grafindo persada, jakarta, 1996
Hafidhudin didin, zakat,infak, sedekah, gema insani press,jakarta,2002
Hafidhudin didin,zakat,infak,sedekah, gema insani press,jakarta,2003
Karim adi warman, bank islam analisis fikih dan keuangan, rajawali press,jakarta
Muhammad,tekhnik perhitunganbagi hasil di bank syariah,UII press,yogyakarta,2001
Muhammad,kontruksi mudharabah dalam bisnis syariah,STIS, yogyakarta,2003
Rasyid sulaiman, fikih islam,sinar baru al gesindo, bandung, 1994
Rosyidin dahlan ahmad, lembaga mikro dan pembiayaan mudhaabah,global purtaka
utama,yogyakarta, 2004
Saeed abdullah, bank islam dan bunga, pustaka pelajar, yogyakarta,2008
Suhendi hendi, fikih muamalah, raja grafindo persada,jakarta,2002
Sabiq sayyid,fikih muamalah jilid IV,pena pundi aksara,jakarta,2006
Hasan ali.m,masail fikriyah(zakat,pajak, asuransi dan lembaga keuangan) raja frafindo
persada,jakarta 1995
Utomo budi setiawan,fikih kontemporer,pustaka saksi, jakarta,2002