You are on page 1of 13

MAKALAH FIKIH MUAMALAH

                                          SYIRKAH MUDHARABAH DAN MUSAQAH

PENDAHULUAN

Ruang lingkup fikih muamalah terbagi menjadi dua yang pertama bersifat adabiayah ialah ijab
qabul,saling meridhai tidak ada keterpaksaan dari salah satu pihak,hak dan kewajiban kejujuran
pedagang,penipuan,pemalsuan,penimbunan dan segala sesuatu yang bersumber dari indra
manusia yang berkaitan dengan peredaranharta dalam hidup bermasyarakat.
Kedua bersifat madiyah ialah masalah juala beli (aian kekeyal bar al hijaroh), gadai (Al
Rahn),Tammah dan tanggungan ( Kafalam Dam Dlaman),pemindahan hutang ( hiwalah ) jatuh
bangkrut (taflis) batasan bertindak (al hajru) perseroan atau perkongsian(syirkah) perseroan harta
dan tenaga (al mdhorobah) sewa menyewa (Al Ijaroh) pemberian hak guna pakai (al ariyah)
barang titipan (alwadlit-ah) barang temuan (Al Luqathah) garapan tanah (Al Mujaroah), sewa
meyewa tanah (Al Mukharabah),upah (Ujrat Al Amal) gugatan (Al Syufah),sayembara (Al
Jialah) pembagian kekayan bersama(Al Qismah)pemberian (Al Hibah),pembebasan (Al
Ibra),damai (Al Shulhu) dan lain lain.
Karena muamalah sendiri dalam arti luas adalah aturan hukum Allah untuk mengatur manusia
dalam kaitanya dengan urusan duniawi dalam pergaulan sosial,sedang muamalah dalam
pengertian sempt menurut rasyid ridha, muamalah adalah tukar menukar barang atau sesuatu
yang bermanfaat dari cara cara yang telah di tentukan persamaan muamalah dalam arti sempit
dan dalam arti luas adalah sama sama mengatur hubungan manusia dengam manusaia yang lain
dalam kaitan dengan pemutaran harta .

Dalam makah ini, kami hanya membahas muamalah persoroan atauu pengkongsian(al syirkah),
perseroan harta dan tenaga(al mudhorobah) dan garapan tanah(al mujaroah,dari pengertian
macam macam bentuknnya,rukun syarat,hukum serta beberapa permasalahan yang sering terjadi
dalam ketiga bahasan tersebut.

I SYIRKAH

A. Pengertian

Syirkah menurut bahasa berarti Al Ikhtath yang artinya campur atau pencampuran.
Menurut Taqsyudin magsudnya pencampuran adalah seseorang menampurkan hartanya dengan
harta orang lain sehingga tidak mungkin dibedakan.
Menurut istilah
1. Menurt sayid sabiq “ akad antara dua orang berserikat pada pokok harta modal dan
keuntungan.”.
2. Menurut syar bini al kholil “ketetapan hak pada sesuatu pada dua orang atau lebih dengan cara
yang masyhur”.
3. Menurut syihab al din al qlyubi wa umaira berkata “penetapan hak pada sesuatu bagi dua
orang atau lebih” .
B. Landasan Hukum Syirkah

1.Qs An-Nisa 12
“Maka mereka bersama sama dalam bagian sepertiga itu” .
2.Qs.Shaad 24
....Memenag banyak di antara orang-orang yang bersekutu itu berbuat zhalim kepada orang lain,
kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan dan hanya sedikit mereka yang
begitu.
3.HR Abu Daud dari Abu Hurairah
Aku ini orang ketiga dari dua orang yang berserikat,selama mereka tidak menghianati sesama
temannya. Apabila seseorang telah berhianat terhadap temannya aku keluar dari kedua mereka.

C. Pembagian Syirkah

Syirkah terbagi menjadi dua yaitu


1.syirkah amlak bersifat jabr, magsudnya dua orang yang di hibahkan atau di wariskan
sesutu,lalu mereka berdua menerima,maka barang yang di hibahkan dan di wasiatkan itu menjadi
milik berdua. Misalnya harta warisan.
2.Syirkah Uquud
Adalah dua orang atau lebih melakukan akad untuk bergabung dalam suatu kepentingan harta
dan hasilnya berupa keuntungan. 

Jenis Jenis Syirkah Uquud :


1) Syirkah Inan
Adalah persekutuan dalam pengelolaan harta oleh dua orang mereka memperdagangkan harta
tersebut dengan keuntungan di bagi dua.
2) Syirkah muwadhah
Adalah bergabungnya dua orang atau lebih untuk melakukan kerjasama dalam suatu hunian .

Dengan syarat-syarat sebagai berikut:


1.jumlah modal sama
2.memeliki kesamaan dalam bertindak
3.memiliki kesamaan agama
4.masing-masing menjamin penjamin atas lainya dalam jual beli.

Jika semua hal tersebut terdapat kesamaan maka syirkah dinyatakan sah dan masing-masing
menjadi wakil perkongsian dan sebagai penjamin.
Untuk syirkah jenis ini Mazhab Hanafi dan Hambali membolehkan, sementara Madzhab Syafi`I
tidak membolehkan sebagaimana perkataanya “kalaulah Syirkah Mufawdhah ini tidak di katakan
batal, maka tidak ada yang bathil aku ketahui di dunia ini.
Menurut imam Malik semua Syirkah Muwafadhah adalah tiap-tiap kongsi atau sekutu
menegosiasikan dengan temanya atas semua tindakanya,baik pada saat kehadiran kongsi,aupun
tidak,sehingga semua kebijaksanaan ada di tangan masiang–masing .

3) Syirkah Wujuh

Menurut Madzhab Hanafi “bersyarikatnya dua orang atau lebih tanpa modal bagi keduanya
untuk sama-sama membeli dengan nama baik mereka”.
Mazhab Maliki “bersyarikatnya dua orang atau lebih tanpa modal harta dan karya”. Ia adalah
syarikatnya berdasarkan tanggung jawab moril yang mana jika mereka membeli sesuatu,maka
berada pada tanggungan mereka berdua dan jika mereka menjualnya mereka saling berbagi
keuntungannya.
Mazhab Syafi`I bersyaratnya dua orang yang memiliki reputasi di masyarakat karena kebaikan
keduanya dalam berbisnis dengan mereka untuk masing masing mereka membeli dengan jatuh
tempo dan barang yang terbeli milik keduanya. Jika mereka menjualanya maka kelebihan harga
jual di bagi antara mereka .
Mazhab Hambali bersyarikatnya dua orang dalam barang yang mereka beli dengan nama baik
(reputasi) mereka dan kepercayaan. Para pedagang terhadap mereka tanpa memiliki modal
finansial dengan kesepakatan apa yang mereka beli,kepemilikannya di bagi antara mereka secara
tengahan,pertigaan,perempatan dan mereka menjualnya maka hasil yang Allah SWT berikan di
bagi antara mereka.

4) Syirkah Abdan
Mazhab be5rsyarikatnya dua oranguntuk menerima order pekertjaan dan hasilnya adalah di bagi
antara mereka berdua.contoh tukang jahit dan tukang celup.
Mazhab Maliki bersyarikatnya dua tukang atau lebih untuk bekerjasama sesuai pekerjaan
masing-masing dengan syarat pejkerjaan tersebut adalah satu. Contoh tukang bei.
Mazhab Syafii bersyarikatnya dua orang atau lebih masing-masing bekerja dengan
keterampilannya secara sama atau berbeda,baik dengan kesatuan pekerjaan.
Mazhab Hambali bersyarikatnya dua orang atau lebih dalam apa yang mereka hasilkan dengan
ketrampilan tangan mereka,seperti para tukang.
Tukang yang bersyarikat dalam apa yang mereka hasilkan dari barang halal seperti berburu.

5) Al Mudharabah
Mazhab Hanaf i: akad atas sesuatu syarikat dalam keuntungan dengan modal harta dari satu
pihak dan dengan pekerjaann(usaha) dari pihak yang lain.
Mazhab Maliki sesuatu pemberian mandat untuk berdagang dengan mata uang tunai yang di
curahkan. kepada pengelolanya dengan mendapat sebagian dari keuntungan, jika di ketahui
jumlah dan keuntungan.
Mazhab Syafii suatu akad yang memuat penyerahan modal kepada orang lain untuk
mengusahakannya dan keuntungannya di bagi antara mereka berdua .
Mazhab Hambali penyerahan suatu modal tertentu dan jelas jumlahnya atau semaknanya kepada
orang yang mengusahaknnya dengan mendapat bagian tertentu dari keuntungannya.

D. Mengakhiri Syirkah

Syirkah akan berakhir apabila terjadi hal-hal berikut :

a. Salah satu pihak membatalkannya meskipun tanpa persetujuan pihak lainya.


Karena syirkah terjadi atas dasar rela sama rela dari kedua belah pihak.
b. Salah satu pihak kehilangan kecakapan untuk .....(keahlian mengelola harta) baik karena gila
maupun karena alasan lainya.
c. Salah satu pihak meninggal dunia tetapi apabila anggota syirkah lebih dari dua orang,yang
batal hanyalah yang meninggal saja. Syirkah berjalan terus pada anggota-anggota yang masih
hidup,apabila ahli warisnya menghendaki turut serta maka dilakukan perjanjian baru.
d. Salah satu pihak boros dalam penggunaan biaya atau modal yang terjadi pada waktu perjanjian
syirkah tengah berjalan maupun sebab lainya.
e. Salah satu pihak bangkrut yang berakibat tidak berkuasa lagi harta yang menjadi saham
syirkah kecuali mazhab-mazhab Hanafi berpendapat keadaan bangkrut tidak membatalkan
perjanjian yang dilakukan oleh orang yang bersangkutan.
f. Modal para anggota syirkah lengkap atau hilang sebelum adanya pencampuran harta hingga
tidak dapat di pisah-pisahkan maka yang menanggung resiko adalah para pemiliknya
sendiri,apabila harta lenyap setelah pencampuran maka menjadi resiko bersama .

E. Zakat Bagi Yang Melakukan Syirkah

Rasullulah bersabda dalam hadits riwayat Anas Bin Malik Dari Abu Bakar Shiddiq.
“ dan apa – apa yang telah digabungkan dari dua orang yang berfungsi maka keduanya harus
diberlakukan secara sama–sama,maksudnya pembagian keuntungan maupun pemenuhan
kewajibanya, didasarnya pada jumlah dan nilai dari benda-benda yang dimiliki masing-masing .
Sebagian ulama menyebut perusahaan ini dengan istilah Syahsiyah Itibariyah ( badan hukum )
yang dianggaap sama dengan orang karena itu sudah semestinya perusahaan ini dikenakan wajib
zakat jika memang telah memenuhi persyarakat kewajiban zakat.

Menurut Mazhab Hambali


Badan hukum atau perusahaan disamakan dengan harta perdagangan nishabnya di hitung dari
modal tetap modal tidak tetap dan hasil pemasukan mencapai 85 gram emas maka wajib zakat
2,5%.

Menurut Imam Hambali


zakat badan hukum / perusahaan hanya dipungut saat perushaan menerima keuntungan. Cara
menghitungnya sama dengan perdagangan 2,5% dengan catatan bila di jumlah dalam satu tahun
mencapai 85 gram harga emas, tetap membayar pada tiap mendapat keuntungan.
Abu Zahrah ( Pengarang Kitab Ushul Fiqih ) Dan Abdul Wahab Khola, Abdulrahman Al-Hasan.
Zakat pada badan hukum sama dengan zakat pertanian dan buah-buahan dengan jumlah
pengutan 10% dan 5%.

Menurut DR Yusuf Al Qordhawi model ini dibagi 2


Apabila perusahaan tersebut mengurusi harta benda tidak bergerak.
Contoh : kos,tanah,sawah zakatnya sama dengan zakat tanaman,buah-buahan.
 Apabila perusahaan atau kongsi terhubungan dengan benda–benda bergerak,zakatnya
disamakan dengan zakatnya emas 2,5%,nishabnya dihitung dari modal di tambah penghasilan.

II.MUDHOROBAH

A. Pengertian

Secara bahasa Al Mudhorobah berasal dari kata Adh Dhard yang memiliki dua relevansi antara
keduanya,yaitu pertama karena yang melakukan usaha (amil) Yadhrib Fil Ardhi (berjalan di
muka bumi) dengan berpergian padanya untuk berdagang maka ia berhak mendapatkan
keuntungan karena usaha dan kerjanya.
Penduduk Hijaz menamainya Al-Qiradh yaitu berasal dari kata Qaradh yang berarti Al Qathu
atau pemotongan hal itu karena pemilik harta memotong dari sebagian hartanya sebagai modal
dan meyerahkan hak pengurusannya kepada orang yang mengelolanya dan pengelola memotong
untuk pemilik bagian dari keuntungan sebagian hasil dari usaha dan kerjanya.

Menurut istilah Fiqh Al Mudhorobah adalah

a) Mazhab Syafii mazhab hanafi :akad atas suatu syarikat dalam keuntungan dengan modal harta
dari satu pihak dan dengan pekerjaan (usaha) dari pihak ya lain
b) Mazhab Maliki: suatu pemberian mandat (taukil) untuk berdagang dengan ata uangtunai yang
diserahkan (kepada pengelolanya) dengan mendapatkan sebagai dari keuntungannya jika di
ketahui jumlah dan keuntungannya.
c) Mazhab Syafi`i suatu akad yang membuat penyerahan modal kepada orang lain untuk
mengusahakannya dan keuntungannya di bagi antara mereka berdua.
d) Mazhab Hambali :penyerahan suatu modal tertentu dan jelas jumlahbya kepada orang yang
mengusahakannya dengan mendapatkan bagian tertentu dari ketentuanya .

B. Landasan Hukumm Mudhorobah

Qs Al Muzamill : 20
“dan sebagian orang orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia allah”

C. Rukun Midhorobah

Adapun rukun mudhorobah adalah

1. Ijab dan qabul


Artinya harus jelas menunjukan magsud untuk melakukan kegiatan mudhorobah.
Dengan menjelaskan magsud tersebut bisa menggunakan kata-kata
Mudhorobah,Qiradh,Muqaradhah,Muamalah atau semua kata yang semakna.
Bisa pula dengan tidak tidak menggunakan kata Mudhorobah tetapi dengan kata yang sepadan
dengannya.
Misalnya : ambil uang ini dan gunakan untuk usaha dan keuntungan kita berdua.
Ijab dan qabul juga harus bertemu,akhirnya penawaran pihak pertama sampai dengan di ketahui
oleh pihak kedua artinya ijab yang di ucapkan pihak pertama harus di terima dan di setujui oleh
pihak kedua sebagai ungkapan kesediaannya bekerja sama. Ungkapan tersebut bisa di ungkapkan
dengan kata kata atau gerakan tubuh. Ijab qabul harus sesuai magsud pihak pertama cocok
dengan pihak kedua.
2. Adanya dua pihak (pihak penyedia dana dan pengusaha) mereka harus cakap bertindak hukum
secara syari artinya Shahib Al Mal memiliki kapasitas untuk menjadi pemodal dan madhrib
memiliki kepasitas menjadi pengelola memliki wilayah, Al Tawakil Wa Al Wikalah (memiliki
kewenangan mewakilkan atau memberi kuasa dan menerima pemberian kuasa).
3. Adanya Modal
4. Modal harus jelas jumlah dan jenisnya
5. Harus berupa uang bukan barang
6. Uang harus bersifat tunai bukan hutang
7. modal di serahkan sepenuhnya kepada pengelola secara langsung
8.Adanya Usaha (Al-Aml)

Mengenai usaha ada perbedaan di antara mazhab.

Mazhab Syafii dan Maliki mensyaratkan bahwa usaha itu hanya berupa dagang.mereka menolak
usaha yang berjenis kegiatan industri dengan anggapan industri termasuk dalam kegiatan ijaroh
(persewaan) yang mana semua kerugian dan keuntungan di tanggung oleh pemilik modal,
sementara para pegawainya di gaji secara tetap.
Tetapi Abu Hanifah membolehkan usah apa saja selain berdagang termasuk kegiatan kerajinan
dan industri.
9. Adanya Keuntungan
Keuntungan tidak boleh di hitung berdasarkan presentase dari jumlah modal yang di
investasikan, melainkan hanya keuntungan saja setelah di potong besarnya modal .

D. Hikamah Mudharabah

Islam telah mensyariatkan dan membolehkan mudhorobah untuk memberikan keringan kepada
manusia, terkadang sebagian orang memiliki harta tetap tidak mampu memproduktifkan
hartanya,pada sisi lain ada juga orang yang tidak memiliki harta tetapi mempunyai kemampuan
mengelola harta oleh karena itu,syariat islam membolehkan transaksi mudhorobah agar kedua
belah pihak saling mendapatkan manfaat. karena Allah tidak menetapkan segala bentuk akad
kecuali ada kemaslahatan dan menepis kesulitan .

E. Mudharabah Dalam Sistem Perbankan Islam

Kontrak mudharabah umumnya telah berjalan dalam sistem perbankan islam di timur tengah.
Konrak ini dalam dalam bank islam kebanyakan di gunakan untuk tujuan perdagangan pendek
dan jenis usaha tertentu.
Dalam hai ini pasti mudharib beretindak sebagai nasabah bank islam untuk meminta pembiayaab
usaha berdasarkan kontrak mudharabah sebelum pembiayaan di setujui mudharib menjelaskan
terlebih dahulu seluk beluk usaha yang berkaitan denagn barang,sumber pembiayaaan dan lain
lain .
Mudharib mengajukan sejumlah syarat finansial yang memuat beberapa hal, kemudian
persyaratan tersebut akan di pelajari untuk pihak bank sebelum memutuskan meyetujui
pembiayaan usaha tersebut.

F. Bentuk Bentuk Mudharabah

1. Mudhharabah mutlaqah

Artinya sifatnya mutlak di mana shahib al mal tidak menetapkan restriksi atau syarat-syarat
tertentu kepada si mudharib.
2. Mudharabah muqayadhah

Artinya shahib al maal boleh menetapkan batasan batasan atau syarat tertentu guna
menyelamatkan modalnya dari reiko kerugian.
Syarat-syarat atau batasan ini harus dipenuhi oleh si mudharib. Apabila mudharib melanggar
batasan batasan ini, ia harus bertanggung jawab atas kerugian yang timbul.

Dalam praktik perbankan syariah modern di kenal dua bentuk mudharobah muqayah yakni:

1. Mudharabah Muqayadah On Balance Sheet


Magsudnya aliran dana terjadi dari satu nasabah investor ke sekelompok pelaksana usaha dalam
beberapa sektor terbatas. Misalnya:pertanian dan jasa.

Dananya hanya boleh di pakai untuk pembiayaan pertambahan properti dan lain lain. Jadi selain
berdasarkan sektor nasabah investor dapat saja mensyaratkan berdasarkan jenis akad yang di
gunakan misalnya hanya boleh di gunakan berdasarkan akad penjualan cicilan saja atau
penyewaan cicilan saja atau kerjasama usaha saja. Skema ini di sebut on balance sheet karena di
catat dalam neraca bank .
Skema Mudhorobah Muqayadah On Balance Sheet

2. Mudharabah Muqayadhah Off Balance Sheet


Magsudnya aliran dana berasal dari satu nasabah investor kepada satu nasabah pembiayaan
(dalam bentuk konvensiaonal disebut debitur),di sini bank syariah bertindak sebagai balance
sheet,sedangkan bagi hasilnya hanya melibatkan nasabah investor dan pelaksana usaha saja.
Besar bagi hasil tergantung kepada invesstor dan nasabah pembiayaan. Bng hanya memperoleh
Arranger Fee skema ini di sebut Off Balance Sheet karena transaksi tidak di catat dalam neraca
bank,tetapi hanya di catat dalam rekening administratif.
Skema Mudharabah Muqayadah Off Balance Sheet

G. Nisbah Keuntungan

o Presentase
o Nisbah keuntungan harus dinyatakan dalambentuk presentase antara keedua belah pihak.
o Bagi untung dan bagi rugi

Bila untung bisnisnya besar kedua bekah pihak mendapat bagian yang besar, demikian pula
sebaliknya.bila untung pembagian berdasarkan proporsi modal hal ini di karenakan adanya
perbedaan kemampuan untuk menanggung kerugian anatara kedua belah pihak.

o Jaminan
Untuk menghindari mudharib yang lalai,dalam merawat dan menjaga dana, maka shahib al mal
boleh meminta jaminan tertentu kepada mudharib jadi tujuan jaminan dalam akad mudharobah
adalah untuk menghindari moral hazard mudharib bukan untuk mengamankan nilai investasi jika
terjadi kerugian karena faktor resiko bisnis.

o Menentukan besarnya nisbah


Besarnya nisbah di tentukan berdasarkan kesepakatan masing masing pihak yang berkontrak.

o Cara menyelesaikan kerugian


Jika terjadi kerugian cara menyelesaikan adalah

1. Diambil terlebih dahulu dari keuntungan,karena keuntungan merupakan pelindung modal.


2. Bila kerugian memiliki keuntungan,baru diambil dari pokok modal .

H. Berakhirnya akad mudhorobah

Akad mudhorobah di nyatakan batal karena :


1. Modal usaha habis di tangan pemilik modal sebelum di kelola oleh pengelola
2. Salah satu dari oarang yang barakad meninggal dunia,menurut mazhab maliki tidak batal dan
bisa di wariskan.
3. Salah seorang yagng berakad menjadi gila,karena orang gila tidak cakap bertindak hukum

Hukum Transaksi Di Pasar Modal

Bertransaksi di pasar modal seperti bursa efek jakarta(BEJ) baik sebagai investor,pialang broker
atau dealer)maupun sebagai manager investasi (fund manager) dalam arti menanamkan sejumlah
dana pada sektor tertentu9sektor keuangan taupun sektor riil) pada periode waktu tertentu untuk
mendapatkan keuntungan yang diharapkan menurut syariah pada prinsipnya adalah hal,termasuk
dalam bentuk mudharabah.
Apabila di tinjau dari hukum tentang mekanisme transaksi jual beli,baik itu memperjual belikan
instrumen yang tidak berpendapatan tetap (seperti saham) maupun yang berpendapatan tetap
(seperti obligasi) di ibaratkan sama dengan orang yang menyimpan emas (bukan untuk
perhiasan) yang harganya adalah naik,adakalanya turun. maka jual beli BEJ adalah sah dan di
perbolehkan.

Namun permasalahan yang sering muncul adalah ketika jenis instrumen investasinya yang tidak
sesuai dengan syariah islam yaitu

1. Investasi dengan cara spekulasi


Ialah adanya sikap berjudi atau untung-untungan untuk mendapatkan keuntungan sebanyak-
banyaknya dan merugikan investor lainaya. Spekulasi ini diantaranya melalui margin trading
yaitu perdagangan saham melalui pembelian saham dengan uang tunai dan meminjam kepada
pihak ketiga untuk tambahan saham yang di beli.pembeli margin berharap keuntungan yang
banyak dengan modal yang sedikit. Short selling yaitu penjualan saham yang di miliki penjual
short,saham yang di jual secara short tersebut di peroleh dengan meinjam pihak ketiga. Penjual
shotrt meminjam saham dengan harapan membeli saham tersebut nantinya pada harga yang
rendah dan secara simultan mengembalikan saham yang di pinjam juga memperoleh keuntungan
atas penurunan harganya.
2. Investasinya yang tidak sesuai syariat islam dari segi instrumennya misalnya memberikan
keuntungan melalui mekanisme pembayaran bunga (interest) seperti pada obligasi karena
merupakan salah satu bentuk riba.
3.Investasi yang mekanisme operasionalnya tidak sesuai syariah seperti industri minuman
keras,pornografi,dan jugacdari operasionalisasi perusahaan publik ialah pelaku bisnis yang
mencerminkan praktik penipuan atau penimbunan barang,permainan harga dan monopoli.

III.MUSAQAH
A.Pengertian

Musaqoh diambil dari kata Al Saqa, yaitu seorang yang bekerja pada pohon,tanaman anggur
(menurusinya) atau pohon-pohon yang lainya supaya mendatangkan kemaslahatan dan
mendapatkan bagian tertentu dari hasil yang di urus sebagai imbalan.

Menurut istilah Al Musaqah di definisikan oleh para ulama

a. Menurut Abdurahman Al Jazri


Akad untuk pemeliharaan pohob kurma,tanaman(peretanian) dan lainya dengan syarat syarat
tertentu.
b. Menurut Malikiyah
“sesuatu yang di tumbuh di tanah”

Hal ini di bagi menjadi lima macam

1. Pohon pohon itu berakar kuat (tetap) dan berbuah,buah di petik serta pohon tersebut tetap ada
dengan waktu yang lama.
2. Pohon tersebut berakar tetap,tetapi tidak berbuah misal pohon kayu keras,karet,jati.
3. Pohon tersebut tidak berakar kuat teapi berbuah dan dapat di petik
misal padi dan qatsha`ah (pohon seperti labu buahnya seperti ketimun).
4. Pohon tersebut tidak berakar kuat dan tidak ada buahnya yang dapat di petik,tetapi memiliki
bunga yang bermanfaat seperti bunga mawar
5. Pohon yang di ambil hijau dan basahnya sebagai suatu manfaat,bukan buahnya misal tanaman
hias .

c. Menurut syafi`iyah
Musaqoh adalah memberikan pekerjaan orang yang memiliki pohon tamar dan anggur kepada
orang lain,untuk kesenangan keduanya dengan menyiram memelihara dan menjaganya dan
pekerja memperoleh bagian tertentu dari buah yang di hasilkan pohon-pohon tersebut.
d. Menurut Hanabilah
1. Pemilik menyerahkan tanah yang sudah di tanami,seperti pohon anggur,kurma,baginya ada
buah yang dimakan sebagai bagian tertentu dari buah pohon tersebutmseperti sepertiganya atau
setengahnya.
2. Seseorang menyerahkan tanah dan pohon,pohon tersebut belum di tanamkan,magsudnya
supaya pohon tersebut di tanamkan pada tanahnya, yang menanam akan memperoleh bagian
tertentu dari buah pohon yang di tanamnya, yang kedua ini di sebut munasabhah muqharasah
karena pemilk meyerahkan tanah dan pohon-pohon untuk di tanamkannya.
e. Menurut Hasbi Ash Shiddieqi
Musaqoh adalah syarikat pertanian untuk memperoleh hasil dari pepohonan .

B.Landasan Hukum Musaqoh

Hadits Riwayat Muslim


Riwayat muslim dari ibnu umar bahwa nabi SAW telah mempekerjakan penduduk khibar dengan
memberikan imbalan separuh dari yang di hasilkan baik berupa buah atau tanaman .

Hadits Riwayat Bukhari

Bahwa orang anshor pernah berkata pada rasululoh SAW bagilah dia antara kami kuram,
Rasulluloh menjawb “tidak” lalu mereka berkata biarkanlah urusa pembiayaan denagn kami dan
kami bersama sama engkau bersekutu dalam memperoleh buah mereka (Muhajirin) berkata,kami
dengar dan kami laksanakan.
Magsud hadits ini bahwa orang Anshar menginginkan kerjasam dengan kaum muhajirin dalam
pengelolaan pohon kurma mereka meyampaikan hal tersebut pada Rasulluloh SAW namaun
beliau tidak bersedia.
Lalu mereka mengajukan usul bahwa merekalah yang mengelolanya dan mereka berhak
mendapat sebagian hasilnya,lalu Rasululloh mengabulkan permintaan tersebut.

Dalam Kitab Nailull Athar

Al Hazimi berkata bahwa telah di riwayatkan dari Ali Bin Abi Thalib Ra,Abdullah Bin
Masud,Ammar Bin Yasir,Said Bin Al Musayyab,Muhammad Bin Sirrin,Umar Bin Abdul Aziz
Ibnu Abi Laila,Ibnu Syihab Az Zuhri dan sejumlah tokoh di antaranya Abu Yusuf Al Qadhi dan
Muahammad Bin Al Hasan mereka menagatakan “ kerjasama dalam pertanian dan musaqah di
bolehkan dengan imbalan buah atau tanaman”
Selanjutnya mereka mengatakan
“Dibolehkan melakukan akad kerja sama bercocok tanam dan musaqah sekaligus.”
Pohon kurma di siram dan tanah di tanami seperti yang berlangsung di khaibar. Juga di bolehkan
akadnya di pisah”

C. Rukun Musaqah

Ada dua rukun yaitu

1.Ijab dan qabul


2.Dinyatakan sah dengan ungkapan apapun yang menunjukan hal itu baik berupa ucapan,tulisan
maupun bahasa isyarat selain ijab dan qabul di lakukan oleh pihak yang melakukan aqad .
D. Syarat Musaqah
1. Pohon yang di musaqahkankan dapat diketahui dengan melihat atau menerapkan sifat sifat
yang tidak berbeda kenyataannya. Akad dinyatakan tidak sah apabila tidak di ketahui dengan
jelas.
2. Jangka wktu yang du butuhkan diketahui dengan jelas
a. Karena musaqah merupakan akad lazim (kekhususan) yang menyerupai akad sewa
menyewa.dengan kejelasan ini tidak akan terdapat unsur
b. Abu Yusuf dan Muhammad berpendapat bahwa penjelasan jangka waktu rukun syarat
musaqah tetapi hal itu di sunatkan
c. Zhariyiah berpendapat bahwa syarat tersebut tidak diperlukan,mereka berdalil hadits mursal
yang di riwayatkan oleh Malik,bahwa Rasulullah pernah berkata kepada orang yahudi “Aku
berikrar dengan kalian sebagaimana Allah berikrak kepadamu.
d. Mazhab Hanafi berpendapat apabila jangka waktu musaqah telah berakhir sebelum buahnya
masak,maka pohon itu wajib di biarkan kepada pihak penggarap agar ia tetap menggarap hingga
pohon tersebut berbuah masak.
3. Akad harus dilakukan sebelum buah tampak karena dengan keadaan seperti itu,pohon perlu
memerlukan penggarapan,namun apabila telah kelihatan hasilnya,menurut sebagian ahli fiqih
tidak dibolehkan musaqoh karena tidak membutuhkan penggarapan walupun tidak
dilakukan,maka namanya ijaroh ( sewa menyewa )
4. Imblan yang diterima oleh penggarap berupa buah diketahui dengan jelas misalnya separuh
atau sepertiga. Jika dalam perjanjian ini disyaratkan untuk penggarap atau pemilik pohon
menggambil hasil dari pohon tertentu atau kadar tentu maka musaqoh tidak sah .

E. Hal-Hal Yang Boleh Dilakukan Musaqoh

Para ulama berbeda pendapat dalam masalah yang diperbolehkan dalam musaqoh
1. Imam Abu Daud berpendapat bahwa yang boleh dimusaqohkan hanya kurma.
2 Syafi`iyah yang boleh dimusaqohkan korma dan anggur.
3. Hanafiyah semua pohon yang mempunyai akar kedasar bumi dapat dimusaqohkan seperti
tebu.
4. Imam Malik musaqoh dibolehkan untuk semua pohon yang kuat seperti delima,tin,zaitun.
Pohon-pohon yang berakar tidak kuat seperti semangka dibolehkan apabila keadaan pemiliknya
tidak lagi memilki kemampuan untuk menggarapnya.
5. Hambali musaqoh diperbolehkan untuk semua pohon yang buahnya bisa dimakan.
6. Iam malik musaqoh diperbolehkan untuk pohon tadah hujan dan diperbolehkan untuk pohon
yang perlu di siram.

F.Tugas Penggarap

Kewajiban penyiram ( musaqi ) menurut Imam Nawawi adalah mengerjakan yang dibutuhkan
pohon dalam rangka pemeliharaannya untuk mendapatkan buah. Untuk semua pohon yang
berbuah musiman diharuskan menyiram,membersihkan saluran air,mengurus pertumbuhan
pohon,memisahkan pohon yang merambat,memilahara buah,dan perintisan batangnya.
Maksud memelihara asalnya dan tidak terulang setiap tahun adalah pemeliharaan hal-hal tertentu
yang terjadi sewaktu-waktu sepeti membangun pematang,menggali sungai,mengganti pohon
yang rusak atau pohon yang tidak produktif adalah kewajiban pemilik tanah termasuk pengadaan
bibit .
G.Ketidak mampuan penggarap dalam pekerjaan
1. Imam Malik mengatakan bahwa apabila penggarap tidak mampu melakukan garapan,sedang
masa penjualan buah-buahan telah tiba maka penggarap tidak boleh meminta penyiraman kepada
orang lain dan ia berkewajiban menyewa orang lain untuk bekerja . Jika orang kedua tidak
mendapat pembagian hasil buah, maka pihak kedua di byar dari bagian hasil penggarap.
2. Imam Syafi`I berpendapat bahwa musaqah menjadi batal karena ketidak mampuan penggarap.
3. Mazhab Hanafi apabila penggarap tidak mampu melakukan pekerjaannya karena sakit atau
karena kebutuhan yang mendesak, maka musaqah batal.
Hal ini berlaku apaabila di dalam kontrak pihak pemilik mensyaratkan bahwa penggarap
melakukan pekerjaannya sendiri. Jika tidak di isyaratkan maka musaqah tidak batal,akan tetapi
penggarap harus mencarikan pengganti atas dirinya.
H.Salah Satu Penggarap Meninggal Dunia
Apabila salah satu pihak pelaku akad meninggal dunia dan pohon sudah berbuah tapi buahnya
masih belum tampak masak, maka dalam rangka menjaga kemaslahatan kedua belah
pihak,penggarap tetap melakukan kerjanya atau pewarisanya yang melakukan garapan hingga
buah masak. Walapun di lakukan secara paksa terhadap pemilik yang keberatan,karena dalam
kondisi sepereti itu tidak ada kerugian,antara jangka waktu batalnya akad dan masaknya
buah,penggarap tidak berhak mendapat upah.
Apabila penggarap atau ahli warisnya melarang melakukan pekerjaan sebelum berakhir masa
akad atau batalnya akad,maka mereka tidak boleh di paksa namun apabila mereka hendak
memetik buah sebelum masak,maka hal itu tidak mungkin di lakukan.
Hak ada pada pemilik atau ahli warisnya apabila dalam kondisi salah satu dari tiga hal berikut:
1. Kesepakatan dalam memetik buah dan pembagiannya sesuai persetujuan.
2. Pemberian kepada penggarap atau ahli warisnya berupa sejumlah uang yang senialai bagianya,
karena dialah yang berhak memetik buah . Pembayaran atas pemeliharaan pohon hingga buahnya
masak,lau kepada penyiram(musaqi) atau ahli warisnya atau di beri berupa buah dari ketentuan
bagianya.

PENUTUP

Dari bahasan makalah ini,dapat kita ambil kesimpulan bahwa fikih muamalah mempunya ruang
lingkup yang sangat luas dia ntaranya adalah Al Muamalah Al Madiyah yang bersifat kebendaan
karena objek fikih muamalah adalah benda yang halal,haram dan syubhat untuk di perjual
belikan,benda benda yang memudharatkan dan benda yang mendatangkan kemaslahatan bagi
manusia,serta segi-segi yang lainya.
Dan juga Al Muamalah Al Adabiyah bagaimana muamalah yang di tinjau dari segi cara tukar
menukar benda yang bersumber dari panca indra manusia,yang unsur adalah hak-hak dan
kewajiban,misalnya jujur,hasad,dengki,dan dendam oleh karena itu jual beli benda maupaun
bagaimana bekerja sama bagi muslim bukan hanya sekedar memperoleh keuntungan yang
sebesar besarnya,tetapi secara vertikal bertujuan untuk memperoleh ridha allah dan secara
bertujuan untuk mencari keutungan. Sehingga benda benda yang perjual belikan akan senantias
dirujukan kepada aturan aturan Allah dan juga keridhaan kedua belah pihak yang melakukan
kerja sama,ijab qabul dan lain lain wajib di ikuti dan di laksanakan oleh keduanya

DAFTAR PUSTAKA
Doi rahman abdur, muamalah, raja grafindo persada, jakarta, 1996
Hafidhudin didin, zakat,infak, sedekah, gema insani press,jakarta,2002
Hafidhudin didin,zakat,infak,sedekah, gema insani press,jakarta,2003
Karim adi warman, bank islam analisis fikih dan keuangan, rajawali press,jakarta
Muhammad,tekhnik perhitunganbagi hasil di bank syariah,UII press,yogyakarta,2001
Muhammad,kontruksi mudharabah dalam bisnis syariah,STIS, yogyakarta,2003
Rasyid sulaiman, fikih islam,sinar baru al gesindo, bandung, 1994
Rosyidin dahlan ahmad, lembaga mikro dan pembiayaan mudhaabah,global purtaka
utama,yogyakarta, 2004
Saeed abdullah, bank islam dan bunga, pustaka pelajar, yogyakarta,2008
Suhendi hendi, fikih muamalah, raja grafindo persada,jakarta,2002
Sabiq sayyid,fikih muamalah jilid IV,pena pundi aksara,jakarta,2006
Hasan ali.m,masail fikriyah(zakat,pajak, asuransi dan lembaga keuangan) raja frafindo
persada,jakarta 1995
Utomo budi setiawan,fikih kontemporer,pustaka saksi, jakarta,2002

You might also like