Professional Documents
Culture Documents
STTN-BATAN YOGYAKARTA
I. ABSTRAK
Telah dilakukan praktikum pembuatan biodiesel dengan skala lab, untuk mengetahui dan memahami
proses pembuatan biodiesel serta untuk mengetahui variable yang berpengaruh pada proses tersebut.
Proses pembuatan biodiesel berdasarkan reaksi kimia yang disebut reaksi transesterifikasi. Proses ini
pada dasarnya adalah mereaksikan minyak nabati dengan etanol yang dibantu dengan katalisator soda
api (NaOH). Variabel yang divariasi ialah jenis minyak nabati dan waktu pemanasan. Minyak nabati
yang digunakan adalah minyak kelapa sawit dan minyak jelantah. Pada pemanasan selama 5 menit,
kedua jenis minyak tersebut mengahasilkan biodiesel dengan volume yang sama (11,4mL) namun
dengan kualitas yang berbeda. Jika waktu reaksi ditambah menjadi 10 menit, dihasilkan volume
biodiesel yang lebih sedikit (5mL). Hal ini dikarenakan reaksi telah mencapai setimbang pada waktu
reaksi 5 menit. Selain itu, telah dilakukan pula pengujian kualitas biodiesel melalui analisis kualitatif
dan kuantitatif. Untuk analisis kuantitatif , dapat dilakukan dengan pengujian secara asidimetri.
Dimana, parameter yang dianalisis ialah bilangan asam, bilangan ester, bilangan penyabunan,
viskositas dan densitas,. Berdasarkan hasil analisis serta pembandingan terhadap biodiesel standar,
biodiesel yang dihasilkan, kurang memenuhi kriteria dalam segi densitasnya. Sehingga, diperlukan
proses lebih lanjut lagi agar memenuhi kriteria. Sedangkan, berdasarkan uji kualitatif, biodiesel dari
minyak kelapa sawit lebih berwarna kuning muda daripada biodiesel dari minyak jelantah.
II. PENDAHULUAN/TEORI
Biodiesel merupakan salah satu solusi dari berbagai masalah tersebut. Biodiesel merupakan
bahan bakar alternatif pengganti minyak diesel yang diproduksi dari minyak tumbuhan atau lemak
hewan. Biodiesel memiliki keunggulan yaitu:
1|
Biodiesel mudah digunakan, bersifat biodegradable dan tergolong senyawa aromatik.
Biodiesel mempunyai nilai flash point (titik nyala) yang lebih tinggi dari petroleum diesel
sehingga lebih aman jika disimpan dan digunakan.
Biodiesel dapat sebagai pengganti 100% minyak solar, maupun sebagai campuran minyak
solar tanpa modifikasi mesin.
Biodiesel mempunyai kadar belerang yang jauh lebih kecil (sangat ramah lingkungan karena
kadar belerang kurang dari 15 ppm). Penurunan kadar belerang dapat menurunkan emisi gas
buang kendaraan berupa gas SOx dan SPM (Solid Particulate Matters) yang mengotori udara.
Viskositas biodiesel lebih tinggi dibandingkan viskositas solar, sehingga biodiesel
mempunyai daya pelumasan yang lebih baik daripada solar. Oleh karena mampu melumasi
mesin dan sistem bahan bakar, maka dapat menurunkan keausan piston. Sehingga, mesin
yang menggunakan bahan bakar biodiesel menjadi lebih awet.
Biodiesel sudah mengandung oksigen dalam senyawanya, sehingga pembakaran di dalam
mesin nyaris sempurna dan hanya membutuhkan nisbah udara/bahan bakar rendah. Dengan
demikian emisi senyawa karbon non-CO2 dalam gas buang kendaraan sangat kecil dan
penggunaan bahan bakar lebih efisien
(Suirta, 2009)
Persyaratan mutu biodiesel di Indonesia sudah dibakukan dalam SNI-04-7182-2006, yang telah
disahkan dan diterbitkan oleh Badan Standarisasi Nasional (BSN) tanggal 22 Februari 2006
(Soerawidjaja,2006). Tabel.1 menyajikan persyaratan kualitas biodiesel yang diinginkan.
2|
Langkah awal pembuatan biodiesel adalah pembuatan minyak nabati. Untuk biodiesel dari biji
jarak minyak dapat diperoleh seperti pada diagram alir di bawah ini :
EKSTRAKSI SOLVEN
3|
Proses pembuatan biodiesel merupakan reaksi alkoholisis yang merupakan reaksi setimbang dengan
kalor reaksi kecil. Metil ester dari minyak jarak pagar dapat dihasilkan melalui transesterifikasi
trigliserida dari minayk jarak sehingga menghasilkan biodiesel (metil ester). Transesterifikasi adalah
penggantian gugus alkohol dari suatu ester dengan alkohol, jadi mirip reaksi hidrolisis, tetapi bukan air
untuk menghidrolisis tetapi alkohol sehingga dinamakan alkoholisis. Transesterifikasi merupakan
suatu reaksi kesetimbangan untuk menggeser reaksi ke kanan biasanya digunakan alkohol raksi pendek
dengan berlebih atau mengambil salah satu produk campuran, metanol sering digunakan karena lebih
murah, boleh jadi dengan alkohol lain seperti etanol. Reaksi kimia proses transesterifikasi tri glyceride
menjadi methyl ester dengan alkohol sebagai senyawa pengesterifikasi, adalah sebagai berikut:
Pada intinya, tahapan reaksi transesterifikasi pembuatan biodiesel selalu menginginkan agar
didapatkan produk biodiesel dengan jumlah yang maksimum. Beberapa kondisi reaksi yang
mempengaruhi konversi serta perolehan biodiesel melalui transesterifikasi adalah sebagai berikut
(Freedman, 1984):
a. Pengaruh air dan asam lemak bebas
Minyak nabati yang akan ditransesterifikasi harus memiliki angka asam yang lebih kecil dari
1. Banyak peneliti yang menyarankan agar kandungan asam lemak bebas lebih kecil dari 0.5%
(<0.5%). Selain itu, semua bahan yang akan digunakan harus bebas dari air. Karena air akan
bereaksi dengan katalis, sehingga jumlah katalis menjadi berkurang. Katalis harus terhindar
dari kontak dengan udara agar tidak mengalami reaksi dengan uap air dan karbon dioksida.
b. Pengaruh perbandingan molar alkohol dengan bahan mentah
Secara umum ditunjukkan bahwa semakin banyak jumlah alkohol yang digunakan, maka
konversi yang diperoleh juga akan semakin bertambah. Pada rasio molar 6:1, setelah 1 jam
konversi yang dihasilkan adalah 98-99%, sedangkan pada 3:1 adalah 74-89%. Nilai
perbandingan yang terbaik adalah 6:1 karena dapat memberikan konversi yang maksimum.
c. Pengaruh jenis alkohol
4|
Pada rasio 6:1, metanol akan memberikan perolehan ester yang tertinggi dibandingkan
dengaan menggunakan etanol atau butanol.
d. Pengaruh jenis katalis
Alkali katalis (katalis basa) akan mempercepat reaksi transesterifikasi bila dibandingkan
dengan katalis asam. Katalis basa yang paling populer untuk reaksi transesterifikasi adalah
natrium hidroksida (NaOH), kalium hidroksida (KOH), natrium metoksida (NaOCH 3), dan
kalium metoksida (KOCH3). Katalis sejati bagi reaksi sebenarnya adalah ion metilat
temperatur 60oC konversi telah mencapai 94% sedangkan pada 45oC yaitu 87% dan pada
32oC yaitu 64%. Temperatur yang rendah akan menghasilkan konversi yang lebih tinggi
namun dengan waktu reaksi yang lebih lama.
5|
Gambar 2. Pengaruh temperatur terhadap waktu pencapaian konversi
Analisis Biodiesel
Prinsip analisis biodiesel dapat dilakukan dengan pengujian secara asidimetri. Pengujian secara
asidimetri dilakukan untuk menentukan bilangan asam, bilangan penyabunan, bilangan ester, asam
lemak bebas, jumlah asam lemak total dan asam lemak yang terikat sebagai ester.
Bilangan asam adalah ukuran jumlah asam lemak bebas, dihitung berdasarkan berat molekul
dari asam lemak atau campuran asam lemak. Bilangan asam dinyatakan sebagai jumlah miligram KOH
yang digunakan untuk menetralkan asam lemak bebas yang terdapat dalam 1 gram minyak atau lemak.
56 ,1 V N mg KOH
Bilangan asam =
M (
gram biodiesel )
Dengan : V : volume KOH yang dibutuhkan pada titrasi (ml)
N : normalitas KOH
Bilangan penyabunan adalah jumlah alkali yang dibutuhkan untuk menyabunkan sejumlah
contoh minyak. Bilangan penyabunan dinyatakan dengan jumlah miligram KOH yang dibutuhkan
untuk menyabunkan 1 gram minyak atau lemak.
6|
40 (B−C ) N mg NaOH
Bilangan penyabunan =
M gram biodiesel( )
Dengan : B : volume HCl 0,5 pada titrasi blangko (ml)
Bilangan ester adalah jumlah asam organik yang bersenyawa sebagai ester, dan mempunyai
hubungan dengan bilangan asam dan bilangan penyabunan.
Diagram alir proses pembuatan biodiesel dalam industri adalah sebagai berikut :
H2O
Metil
Alkali
Ester
MeOH
MeOH
Separator
Kolom Esterifikasi
Mixer
MeOH
Crude
Gliserin
7|
2. Termometer
3. Magnetic Stirer
4. Piknometer
5. Viskosimeter Ostwald
6. Ball pipet
7. Sendok sungu
8. Neraca analitik
9. Buret + statif
10. Labu leher tiga
11. Kolom pendingin untuk proses refluk
12. Alat-alat gelas lainnya ; kaca arloji ,gelas beker, gelas ukur, pipet tetes, corong,
erlenmeyer, labu pemisah, pipet gondok.
8|
2. Setelah NaOH larut semua, secara cepat ditambahkan minyak jarak 10 mL ke dalam
reaktor dan dipanaskan hingga suhu 700C serta diaduk selama 5 menit
3. Larutan hasil didinginkan sampai suhu kamar dan dibiarkan hingga terbentuk dua lapisaan,
yaitu lapisan atas adalah biodiesel, sedangkan lapisan bawah berupa sisa pereaksi dan
gliserol
4. Percobaan diulangi dengan variasi waktu pemanasan dan jenis minyak nabati
Analisis Biodiesel
1. Sampel Boidiesel ditimbang sebanyak 2 gram dan dimasukkan ke dalam labu leher tiga.
Kemudian, ditambahkan 25 mL NaOH alkoholis , dipanaskan di bawah pendingin balik,
dan dititrasi dengan HCl 0,5N.
2. Volume titran dicatat sebagai volume contoh
3. NaOH alkoholis 25 mL dipanaskan di bawah pending balik, didinginkan dan ditambahkan
1 mL indikator PP. Kemudian, dititrasi dengan HCl 0,5 N
4. Volume titran dicatat sebagai volume blanko
Diukur densitas dan viskositas biodiesel dengan menggunakan alat viskosimeter Ostwald dan
piknometer, dan hasil pengujian dibandingkan dengan standar biodiesel yang diizinkan.
9|