You are on page 1of 2

Puluhan Dokter Diadukan

07 Mar 2011

Nasional Pikiran Rakyat

Terkait Layanan Kesehatan dan Dugaan Malapraktik

BANDUNG, (PR).-

Laporan kasus yang masuk ke organisasi profesi kedokteran seputar layanan kesehatan yang
diberikan dokter cukup banyak. Tahun 2006 hingga Oktober 2010, sekitar 122 kasus
dilaporkan ke Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia (MKDKI), sementara yang
masuk ke Majelis Kehormatan Etika Kedokteran (MKEK) IDI Jabar, tahun 2011, lima kasus.

Hal tersebut dikatakan Ketua Divisi Pendidikan Konsil Kedokteran Konsil Kedokteran
Indonesia dr. Wavvang Suka-rya, Sp.O.G.(K), M.A.R.S, M.H.Kes., kepada "PR", Jumat (4/3)
di Bandung.

Menurut Wavvang, laporan yang masuk ke MKDKI paling banyak berkaitan dengan dokter
umum, sebanyak 45 laporan, dokter bedah (32), dokter kandungan (18), dokter penyakit
dalam (9), dokter anak (10), dokter forensik (1).

"Jadi ada juga laporan yang masuk akan ketidakpuasan layanan yang dialamatkan ke dokter
forensik," katanya.

Dari 122 kasus yang masuk ke MKDKI, menurut Wavvang, 28 kasus di antaranya dicabut
dan dihentikan. Dari 94 kasus yang diproses, 19 di antaranya dinyatakan bukan
termasukpelanggaran disiplin dan 23 kasus dianggap tidak bersalah. Delapan kasus lainnya,
dokternya diberikan peringatan tertulis dan dua di antaranya harus mengikuti pendidikan.

"Satu dokter dicabut surat tanda registrasi (STR)/ surat ijin praktik (SIP) selama 4 bulan. Tiga
dokter dicabut STR/SIP selama tiga bulan dan satu di antaranya harus mengikuti pendidikan.
Dua dokter dicabut STR/SIP selama dua bulan dan keduanya harus mengikuti pendidikan.
Daerah yang paling banyak diadukan adalah DKI se-, banyak 68 laporan, Banten (10), Jabar
(10), Jatim (9), Riau (4), Sumut (5)," ujarnya. Penyimpangan

Menurut Wawang yang dimaksud malapraktik di bidang medis adalah melakukan sesuatu
yang menyimpang dari yang seharusnya dilakukan sebagai orang pTofesional.

Dalam prosesnya ada empat pembuktian yang harus dilalui. Pertama melakukan sesuatu yang
bermanfaat. Misalnya dokter harusnya melakukan tindakan x yang bermanfaat bagi pasien,
tetapi tidak melaksanakan. Kedua, menghindari yang tidak boleh dilakukan. Ketiga, harus
merupakan sebab akibat. "Mak-sudnya, akibat yang terjadi disebabkan oleh tindakan dokter
karena bisa saja terjadi sesuatu tetapi tidak ada hubungannya dengan tindakan dokter,"
katanya.

Empat harus ada kerugian, misalnya pasien meninggal atau menjadi sakit akibat tindakan
yang dilakukan dokter. "Bila tidak bisa dibuktikan keempat hal tersebut, tidak dapat
dikatakan malapraktik," tuturnya.

Masyarakat, Wawang menambahkan, saat ini cenderung melihat apa yang terjadi sebagai
malapraktik, padahal belum tentu dan yang bisa membuktikannya adalah saksi ahli.

Jadi ketika satu dokter dituntut malapraktik, pengadilan atau kepolisian akan minta saksi ahli
kepada organisasi profesi," ucapnya.

Sementara Kepala Dinas Kesehatan Jabar, dr. Hj. Alma Lucyati, M.Kes, M.H.Kes.,
menyatakan, berdasarkan hasil audit dari Dinkes kabupaten/kota, keluhan yang masuk
seputar layanan kesehatan lebih disebabkan adanya kesenjangan komunikasi.

"Untuk itu, perlu adanya keterbukaan dari kedua pihak untuk saling menjelaskan."

You might also like