You are on page 1of 19

IT

BUKU PETUNJUK
KEGIATAN DI
LABORATORIUM:
DINAMIKA
KIMIA

LABORATORIUM KIMIA FISIKA


JURUSAN KIMIA FMIPA ITS
2010
1 LAJU REAKSI

Pada bagian ini akan dipelajari laju reaksi kimia


dengan pendekatan eksperimen yang akan
dilakukan oleh mahasiswa di laboratorium.
Pentingnya mempelajari laju reaksi kimia ini
terkait dengan keperluan praktis untuk mampu
memprediksi seberapa cepat suatu reaksi
mencapai kesetimbangan. Laju reaksi ini sangat
dipengaruhi oleh beberapa variabel
pengontrolnya antara lain tekanan, suhu dan
katalis. Suatu produk reaksi dapat dioptimasi laju
perolehannya dengan cara memilih kondisi yang
tepat. Selain itu, pentingnya mempelajari laju
reaksi adalah untuk memahami mekanisme suatu
reaksi.

Kegiatan laboratorium pada bagian ini bertujuan


untuk mengenalkan prinsip-prinsip kinetika kimia
dengan cara menunjukkan bagaimana laju reaksi
diukur dan bagaimana menginterpretasikan data
hasil pengukurannya. Pada kegiatan
laboratorium ini juga dipelajari beberapa
pengaruh variabel seperti konsentrasi, suhu,
tekanan dan katalis terhadap laju reaksi.

Adapun luaran dari kegiatan pembelajaran ini


adalah mahasiswa mampu merancang suatu
percobaan dari reaksi sederhana untuk
mengoptimasi produk suatu reaksi.

Percobaan 1
PENENTUAN LAJU REAKSI IODINASI ASETON
DALAM SUASANA ASAM

Percobaan 1 ini bertujuan untuk menentukan laju


reaksi iodinasi aseton. Reaksi ini dilakukan
dengan menambahkan iodin pada aseton. Reaksi
iodinasi aseton ini berjalan sangat lambat, oleh
karena itu diperlukan penambahan katalis asam
untuk mempercepat terjadinya reaksi.

Prinsip percobaan ini adalah mereaksikan aseton


dengan iodin yang berwarna kuning. Ketika
larutan iodin direaksikan dengan aseton,
(CH3)2C=O, dengan adanya asam, maka warna
kuning dari iodin perlahan-lahan memudar seiring
dengan dikonsumsinya iodin tersebut untuk
bereaksi dengan aseton. Produk reaksi adalah
iodoaseton dan hidrogen iodida. Ion hidrogen
berperan sebagai katalis pada reaksi ini.
Persamaan reaksi iodinasi aseton ini dituliskan
pada Persamaan 1.1.

H+
(CH3)2C=O + I2 → CH3(CH2I)C=O +
HI
Aseton Iodoaseton
(1.1)

Hukum laju untuk reaksi tersebut adalah

Laju = k [I2]x[H+]y[(CH3)2C=O]z (1.2


)

Reaksi ini merupakan reaksi orde nol terhadap


iodin, sehingga persamaan (1.2) menjadi

Laju = k [H+]y[(CH3)2C=O]z (1.3


)

Pada percobaan ini digunakan metode laju awal


untuk menentukan nilai konstanta laju,k dan orde
reaksi terhadap H+ (nilai y) dan (CH3)2C=O (nilai
z). Laju reaksi pada percobaan ini diikuti dengan
mengamati penurunan intensitas warna kuning
dari iodin dalam larutan pada waktu tertentu
(Persamaan 1. 4),

(1.4
)

Oleh karena itu, hukum lajunya dituliskan sebagai


berikut

(1.5
)

sehingga pada percobaan ini diamati laju


berkurangnya iodin pada waktu tertentu.

Pada percobaan ini dikaji reaksi iodinasi aseton yang


dikatalisa oleh HCl. Laju reaksi diukur dengan
mengamati laju perubahan konsentrasi iodin dengan
spektrofotometer. Absorbansi larutan diusahakan
antara 0,7-0,2 pada panjang gelombang yang sesuai.
Oleh karena itu perlu dilakukan variasi konsentrasi
awal setiap pereaksi. Dalam campuran reaksi,
konsentrasi aseton dapat divariasi antara 0,1-2,0 M.
Konsentrasi iodium dapat divariasi antara 0,001-0,05
M. Dalam pengerjaannya larutan aseton dicampur
lebih dahulu dengan larutan HCl, dan kemudian ke
dalam campuran ini ditambahkan larutan iodium
sesuai dengan Tabel 1.1.
Tabel 1.1. Volume larutan aseton, iodium dan HCl
dalam campuran

No. Volum Volum


Volum
Percoba e e
e HCl
an Aseton Iodium

dst

PERALATAN DAN BAHAN

Peralatan yang digunakan meliputi spectronic 20,


tabung reaksi, pipet gondok 5mL, pipet ukur 2 mL,
gelas beker 50 mL, labu takar 2 buah, dan stop watch.

Sedangkan bahan yang digunakan meliputi larutan


aseton 3 M, larutan HCl baku 1 M, larutan I 2 dalam KI
0,1 M.

PROSEDUR PERCOBAAN

I. Analisa iodin menggunakan spektronik

Buatlah kurva kalibrasi dengan larutan iodin,


minimal menggunakan 5 konsentrasi larutan
yang berbeda dengan selang konsentrasi yang
sama.

II. Penentuan laju reaksi

1. Tentukan dahulu volume masing-masing reaktan


(Tabel 3.1), sehingga untuk masing-masing reaktan
ada 4x “run” percobaan.
2. Sesuai dengan volume yang telah ditetapkan
(Tabel 3.1), campur aseton dan asam dalam gelas
beker 50 mL.
3. Masukkan larutan iodium ke dalam tabung reaksi
dan tuangkan ke dalam gelas beker berisi
campuran tadi (no. 2) dan pada saat itu juga
hidupkan stop watch pertama.
4. Segera aduk dan tuangkan ke dalam sel untuk
diukur absorbansinya secepat mungkin (kurang
1 menit) pada panjang gelombang yang sesuai
(tentukan dahulu panjang gelombang yang sesuai
dari larutan iod dengan konsentrasi ± 1/3
konsentrasi iod yang dicampurkan). Bersamaan
dengan saat pencatatan absorban pertama,
hentikan stop watch pertama dan sekaligus
hidupkan stop watch kedua (ketiga hal tersebut
harus serentak).
5. Catat waktu untuk pengukuran absorban pertama
dan kembalikan stop watch pertama ke titik nol.
6. Pencatatan absorban berikutnya dilakukan setelah
absorban berkurang 0,1 dan pada saat itu hentikan
stop watch kedua dan hidupkan kembali stop watch
pertama.
7. Pengerjaan no. 4 dan no. 5 diulang-ulang hingga
reaksi berjalan 10-20%.
8. Lakukan pula prosedur di atas untuk setiap variasi
konsentrasi masing-masing reaktan sesuai Tabel
3.1.

PERHITUNGAN

1. Tentukan laju reaksi awal dari iodinasi aseton yang


dinyatakan sebagai perubahan konsentrasi iodin
per detik (mol/l.dt).
2. Alurkan laju reaksi iodinasi (no. 1) terhadap variasi
konsentrasi aseton, variasi konsentrasi asam, dan
variasi konsentrasi iodin untuk menentukan orde
reaksi iodinasi terhadap masing-masing pereaksi.
3. Berdasarkan perhitungan no. 2, tentukan
persamaan laju reaksi iodinasi aseton.

TUGAS
1. Selain dengan spektrofotometer, laju reaksi iodinasi
aseton dapat diikuti dengan cara titrasi volumetri.
Terangkan cara tersebut !
2. Terangkan sistem reaksi katalisa asam atau basa
secara umum.
3. Reaksi iodinasi aseton termasuk reaksi substitusi
nukleofilik atau elektrofilik. Terangkan
mekanismenya!
Percobaan 2
LAJU INVERSI GULA

TUJUAN

Percobaan ini bertujuan mencari tetapan laju reaksi


orde satu dan mengkaji peranan ion hidrogen sebagai
katalis.

DASAR TEORI

Sukrosa atau gula merupakan zat optik aktif yang


memutar bidang polarisasi cahaya ke kanan
(dextrorotary). Apabila gula dilarutkan dalam air maka
perlahan-lahan arah pemutaran ke kanan tersebut
berkurang dan akhirnya menjadi sedikit memutar ke
kiri. Proses pembalikan arah pemutaran bidang
polarisasi cahaya dari kanan ke kiri atau sebaliknya
disebut proses inversi. Sedang reaksi yang
menyebabkan pembalikan arah polarisasi larutan gula
disebut reaksi inversi gula atau sukrosa.

Reaksi inversi gula tersebut terjadi sebagai akibat


adanya reaksi hidrolisis gula atau sukrosa menjadi
fruktosa dan glukosa oleh air. Fruktosa mempunyai
sifat optik aktif memutar bidang polarisasi ke kiri
(laevorotary) dan glukosa mempunyai sifat optik aktif
sebaliknya, yaitu dextrorotary. Sifat optik aktif fruktosa
lebih kuat dibanding glukosa, sehingga saat jumlah
gula yang terhidrolisa menjadi fruktosa dan glukosa
semakin lama semakin besar, walaupun jumlah
keduanya sama, arah putaran bidang polarisasi
cahaya menjadi berubah dari kanan ke kiri.

Pada tahun 1850, Wilhelmy telah meneliti bahwa


kinetika reaksi inversi gula merupakan reaksi orde
satu terhadap sukrosa. Dalam larutan gula yang netral
(pH=7), reaksi hidrolisa gula mempunyai waktu paruh
10 minggu. Sedangkan di dalam larutan asam, dengan
adanya katalis ion H+, waktu paruh tersebut menjadi
lebih pendek.

Hukum laju reaksi inversi gula tersebut dapat


diungkapkan sebagai berikut:

− d[gula ] (2.1
r= = k[H+][H2O][gula] )
dt

Namun, oleh karena konsentrasi H1 dan H2O relatif


tetap maka hukum laju reaksi inversi gula menjadi
orde satu semua, yaitu:
− d[gula ] (2.2
r= = ki[gula] )
dt

Integrasi persamaan (2) di mana saat t=0 (reaksi


belum terjadi) maka [gula]=c(0) dan saat t=t (setelah
reaksi terjadi) maka [gula]−c(t) akan diperoleh
persamaan:

c ( 0) (2.3
ln = kt )
c( t )

Besarnya sudut pemutaran bidang polarisasi cahaya


yang ditimbulkan oleh larutan zat A yang optik aktif
dapat diungkapkan sebagai berikut:

α A – [αA ]tλ l c (2.4


)

dengan

α A : sudut putaran zat optik A teramati

[αA ]tλ : sudut putaran jenis zat optik A pada temperatur


t dengan cahaya monokromatis yang panjang
gelombagnya λ .
l : jarak tempuh cahaya monokromatis dalam
larutan

c : konsentrasi larutan

Dalam larutan yang mengandung beberapa zat optik


aktif, besar sudut polarisasi larutan merupakan jumlah
sudut polarisasi masing-masing zat optik aktif yang
ada dalam larutan. Bila larutan mengandung dua zat,
A dengan sudut polarisasi α A dan B dengan sudut
polarisasi α B maka sudut polarisasi larutan (α ) adalah:

α =α A +α B (2.5
)

Persamaan (2.3) dapat diubah menjadi

c (t) = c (o) e-kt (2.6


)

yang menyatakan konsentrasi reaktan (gula) pada


saat t. Untuk waktu (t+∆ ), di mana ∆ adalah selang
waktu pengukuran, maka konsentrasi reaktan menjadi

∆)
c (t+∆ ) = c (o) c-k(t+ (2.7
)

Dan selisih kedua persamaan tersebut menjadi



c(t) - c (t+∆ ) = c (o) (1-ek ) ekt (2.8
)

Persamaan (2.8) dapat pula dituliskan sebagai

ln (c(t) - c (t+∆ )) = -kt + tetapan (2.9


)

Substitusi persamaan (2.4) ke dalam persaman (2.9)


akan menghasilkan (2.10) dapat diketahui, jika sudut
polarisasi diukur pada waktu t1, t2, t3, …. dan
seterusnya, juga pada (t1+∆ ), (t2+∆ ), (t3+∆ ), … dan
seterusnya, maka tetapan laju reaksi k dapat diperoleh
dari kurva ln (α t-α (t+∆ )) fungsi waktu t.

PERALATAN DAN BAHAN

Peralatan yang digunakan meliputi 1 set polarimeter,


stop watch, crlcmcycr 100 mL, gelas ukur 100 mL,
pipet volum 25 mL, kertas saring, sukrosa p.a. 20 g,
dan larutan HCl 4N.

PROSEDUR PERCOBAAN

1. Pelajari cara penggunan polarimeter.


2. Pengukuran sudut polarisasi dilakukan antara 5
hingga 120 menit dengan selang waktu 5 menit,
sejak penambahan larutan asam ke dalam larutan
gula.
3. Uji kesiapan stop watch.
4. Lepaskan salah satu tutup tabung polarimeter dan
lepaskan pula jendela kacanya dari tutup tersebut.
Bersihkan tabung tersebut dengan akuades.
5. Isi tabung polarimeter dengan akuades hingga
penuh dan permukaan cairan di bibir tabung
tampak cembung sehingga tak ada gelembung
udara di dalamnya. Pasang tutupnya rapat-rapat.
6. Ukur sudut pemutaran bidang polarisasi cahaya
(sudut polarisasi, α) oleh akuades. Catat
kedudukan ini dan anggap sebagai titik nol untuk
perhitungan selanjutnya. Kosongkan tabung
polarimeter dari akuades dan usahakan agar benar-
benar kering.
7. Larutkan 20,0 g gula dalam akuades hingga
terbentuk 100 mL larutan gula. Bila larutan tidak
jernih lakukan penyaringan.
8. Ambil 25 mL larutan gula dan masukkan ke dalam
erlemeyer.
9. Tambahkan ke dalam larutan gula tersebut 5 mL
larutan HCl. Jalan stop watch dan aduk sampai rata.
10.Segera bilas tabung polarimeter dengan larutan di
atas (no. 8) dan kemudian isi sampai penuh, seperti
prosedur 5.
11.Ukur sudut polarisasi sesuai dengan waktu yang
telah ditetapkan.

PERHITUNGAN

Tentukan tetapan laju reaksi dengan cara grafis atau


dengan cara regresi linear.

TUGAS

1. Bagaimana mekanisme katalisa ion H+ pada reaksi


hidrolisa gula (sukrosa) menjadi fruktosa dan
glukosa, yakni dengan menggambarkan proses
protonasi dan pemutusan ikatan.
2. Reaksi inversi gula merupakan reaksi orde satu
semu. Apa maksudnya?
3. Berapa tetapan laju reaksi inversi gula bila
konsentrasi larutan HCl dijadikan dua kali lebih
besar?
4. Reaksi inversi gula tersebut dapat juga terjadi
dengan adanya enzime invertase, sebuah senyawa
turunan ragi (yeast). Apa nama senyawa tersebut?
5. Reaksi inversi gula dengan adanya enzime
invertase dapat dijelaskan dengan mekanisme
yang diusulkan oleh Michaelis-Menten. Tuliskan
mekanisme tersebut!
6. Berdasarkan mekanisme Michaelis-Menten (no. 5)
turunkan persamaan laju reaksi inversi tersebut?
7. Apakah ada kesamaan di antara persamaan laju
reaksi yang Anda peroleh (no. 6) dengan
persamaan (1), dimana fungsi ion H+ digantikan
oleh enzim.
8. Berdasarkan stereokimia, tunjukkan bahwa secara
teoritis fruktosa dapat memutar bidang polarisasi
cahaya ke kiri dan glukosa memutar bidang
polarisasi cahaya ke kanan.

CATATAN

Agar Anda dapat memahami percobaan ini dan


mengerjakan tugas dengan sebaik-baiknya maka
carilah pustaka-pustaka terkait, yakni buku-buku teks
yang meliputi buku kimia fisik, buku organik, buku
biokimia, dan buku kinetika kimia.

2REAKSI DAN MEKANISME


Kinetika merupakan cabang dari kimia yang
berhubungan dengan laju reaksi. Secara umum, laju
reaksi pada suhu tertentu sangat tergantung pada
konsentrasi material yang bereaksi. Namun, beberapa
faktor lain, seperti suhu dari campuran reaksi, struktur
dari substansi juga mengambil bagian dalam reaksi,
ada atau tidak adanya katalis dan sifat pelarut yang
digunakan juga mempengaruhi laju reaksi.

Aplikasi kinetika untuk menjelaskan mekanisme secara


rinci oleh reaksi telah terbukti menjadi yang paling
sesuai dan alat otentik tunggal untuk menentukan
salah satu mekanisme yang diusulkan untuk reaksi
tertentu. Mekanisme yang diusulkan untuk suatu
reaksi yang diberikan dianggap tidak terjadi jika tidak
sesuai dengan data laju yang diperoleh untuk reaksi
tersebut.

Reaksi SN1

Reaksi substitusi nukleofilik dimana hanya satu


spesies kimia yang mengalami perubahan kovalensi,
dalam menentukan langkah-langkah laju, disebut
unimolekular dan disingkat SN1. Reaksi ini melibatkan
pembentukan karbokation dengan heterolisis yang
lambat (menentukan langkah laju) yang diikuti oleh
serangan cepat dari substitusi nukleofil pada
karbokation untuk membentuk

You might also like