You are on page 1of 39

Pengertian agronomi dan hortikultura

Agronomi
Tanaman adalah tumbuhan yang sudah dibudidayakan. Sedangkan Tanaman Pertanian adalah
segala tanaman yang digunakan manusia untuk tujuan apapun, yang berfaedah yang secara
ekonomi cocok dengan rencana kerja dan eksistensi manusia dan dikelola sampai tingkat
tertentu. Produksi tanaman adalah pengelolaan tanaman yang bermanfaat. Ilmu yang
mempelajari produksi tanaman adalah Agronomi. Sehingga Agronomi adalah ilmu yang
mempelajari cara pengelolaan tanaman pertanian dan lingkungannya untuk memperoleh
produksi yang maksimum dan lestari. Secara lebih rinci Agronomi adalah ilmu yang
mempelajari pengelolaan sumberdaya nabati dengan melakukan rekayasa terhadap lingkungan
tumbuh, potensi genetik dan potensi fisiologinya dalam kegiatan produksi tanaman dan
penanganan hasil dengan tujuan untuk pemenuhan kebutuhan pangan, sandang, bahan baku
industri, obat-obatan dan rempah, serta kenyamanan hidup. Orientasi agronomi adalah produksi
maksimum dan mempertahankan sistem produksi yang berkelanjutan.
Mata kuliah Agronomi Lanjut membahas sistem produksi tanaman dengan penekanan pada
perekayasaan lingkungan tumbuh dan potensi fisiologi tanaman untuk peningkatan produktivitas
dan kelestariannya; kaitan antara iklim, tanah, lahan dan masyarakat dengan teknologi produksi
dalam rangka intensifikasi dan ektensifikasi pertanian di daerah tropis; pembahasan tentang
Revolusi Hijau dan reaksi balik atas kelemahannya dengan penekanan pada konsep integrated
crop management
Agronomi dalam Sistem Agribisnis
Sistem adalah sekumpulan bagian yang mempunyai kaitan satu dengan yang lain, terorganisir,
berinteraksi, yang secara bersama-sama bereaksi menurut pola tertentu terhadap input dengan
tujuan menghasilkan output. Agribisnis adalah keseluruhan rangkaian pertanian komersial yang
mencakup pengadaan dan pendistribusian sumberdaya, sarana produksi dan jasa, kegiatan
produksi pertanian, penanganan, penyimpanan dan transformasi hasil, pemasaran hasil dan hasil
olahan. Sedangkan Agroindustri adalah sub-sistem dari agribisnis yang mencakup kegiatan pasca
panen dan pengolahan, penanganan, sortasi, pengkelasan, pengemasan, pemberian label dan
penyimpanan yang terdapat dalam kegiatan transformasi produk dan pemasaran. Agronomi
adalah Subsistem dari Sistem Agribisnis yang menyangkut pengorganisasian dalam produksi
tanaman.

Hortikultura
Kata Hortikultura (Horticulture) berasal dari Bahasa Latin ‘hortus’ yang artinya kebun dan
‘colere’ yang artinya membudidayakan. Jadi hortikultura adalah membudidayakan tanaman di
kebun. Konsep ini berbeda dengan Agronomi, yang merupakan membudidayakan tanaman di
lapangan. Budidaya di kebun bersifat lebih intensif, padat modal dan tenaga kerja. Namun,
hortikultura akan akan menghasilkan pengembalian, apakah berupa keuntungan ekonomi atau
kesenangan pribadi, yang sesuai dengan usaha yang intensif tersebut. Praktek hortikultura
merupakan tradisi yang telah berkembang sejak sangat lama. Hortikultura merupakan perpaduan
antara ilmu, teknologi, seni, dan ekonomi. Praktek hortikultura modern berkembang berdasarkan
pengembangan ilmu yang menghasilkan teknologi untuk memproduksi dan menangani
komoditas hortikultura yang ditujukan untuk mendapatkan keuntungan ekonomi maupun
kesenangan pribadi. Dalam prakteknya, semua itu tidak terlepas dari seni. Komoditas
hortikultura berbeda dengan komoditas agronomi.

Pada umumnya komoditas hortikultura dimanfaatkan dalam keadaan masih hidup sehingga
perisibel (mudah rusak), dan air merupakan komponen penting dalam kualitas. Di lain pihak,
komoditas agronomi dimanfaatkan sesudah dikeringkan, sehingga tidak hidup lagi. Tergantung
pada cara pemanfaatannya, suatu spesies yang sama bisa tergolong menjadi komoditas
hortikultura atau agronomi. Sebagai contoh, jagung (Zea mays). Jagung yang dipanen muda
untuk sayuran (baby corn) atau sebagai jagung manis rebus (sweet corn) adalah komoditas
hortikultura,
tetapi jagung yang dipanen tua untuk makanan pokok, tepung maizena, atau makanan ternak
adalah tanaman agronomi. Jagung tersebut walaupun sama spesiesnya, tetapi cara produksi dan
pemanfaatan hasilnya sangat berbeda. Demikian pula kelapa, kalau dipanen muda untuk es
kelapa, buah ini termasuk hortikultura, tetapi kalau dipanen tua untuk santan atau produksi
minyak, dia menjadi komoditas agronomi.
Budaya masyarakat juga mempengaruhi penggolongan tanaman. Sebagai contoh, kentang di
Indonesia adalah tanaman hortikultura, tetapi di Amerika Serikat termasuk tanaman agronomi.
Ubi jalar di Indonesia adalah tanaman agronomi, tetapi di Jepang adalah tanaman hortikultura.
Yang menarik adalah kelompok tanaman industri seperti kopi, kakao, teh di Indonesia
digolongkan pada tanaman agronomi, padahal ini adalah tanaman kebun yang secara
Internasional seringkali masuk dalam kelompok tanaman hortikultura.
No 5
PERSEMAIAN/PEMBIBITAN

I. PENDAHULUAN

Persemaian atau pembibitan merupakan salah satu tahapan dalam sistem silvikultur.

Sistem silvikultur apa saja yang diterapkan pasti akan melaksanakan kegiatan persemaian atau
pengadaan bibit. Dalam konteks pengelolaan hutan produksi lestari, persemaian atau pengadaan
bibit merupakan salah satu tahapan kegiatan untuk memenuhi kebutuhan bibit bagi kegiatan
penanaman, baik rehabilitasi maupun pengayaan guna mengembalikan kondisi hutan agar
mendekati kondisi sebelum dilakukannya pemanenan. Hal ini merupakan salah satu upaya untuk
menjamin keberlanjutannya fungsi produksi pada rotasi berikutnya. Selain itu, kegiatan
persemaian juga dipersiapkan untuk menghasilkan bibit yang akan digunakan untuk
merehabilitasi tempat-tempat terbuka, sehingga dapat mempercepat proses penutupan tanah,
yang pada akhirnya akan menurunkan laju erosi. Dari sisi ini, kegiatan persemaian juga
berfungsi menjamin keberlanjutan fungsi lingkungan. Dari aspek penggunaan tenagakerja atau
kesempatan berusaha, kegiatan persemaian juga merupakan salah satu indikator yang
menunjukkan upaya guna mendukung tercapainya kelestarian fungsi sosial.

Dalam sistem silvikultur Tebang Pilih Tanam Indonesia (TTPI), kegiatan persemaian/pembibitan
merupakan tindak lanjut dari hasil inventarisasi tegakan tinggal (ITT) yang dilaksanakan dua
tahun setelah pemanenan. Hasil kegiatan ITT akan memberikan gambaran berapa luas areal
yang harus di rehabiitasi dan berapa luas yang harus dilakukan pengayaan. Dari luasan tersebut,
kemudian dengan pertimbangan jarak tanam yang akan digunakan, maka dapat dihitung
kebutuhan bibit yang harus dipersiapkan.

II. PENGERTIAN

Untuk memberikan pemahaman yang sama menyangkut dalam kaitannya dengan kegiatan
persemaian/pembibitan, maka di bawah ini diberikan beberapa pengertian atau definisi
menyangkut beberapa istilah yang digunakan dalam persemaian :

1. Pengadaan bibit adalah kegiatan yang meliputi penyiapan sarana, prasarana,


pengumpulan bibit berkualitas baik berupa biji maupun anakan alam (wilding) ataupun
teknik lainnya yang diperuntukkan sebagai penyedia materi (bibit) khususnya dalam
kegiatan penanaman, pengayaan (enrichment planting), rehabilitasi hutan maupun
peruntukan lainnya.
2. Persemaian adalah suatu areal pemeliharaan bibit yang lokasinya tetap dan dibangun
dengan peralatan yang rapi dan teratur yang berkaitan dengan kegiatan penghutanan
kembali areal tanah kosong dan rusak ataupun peruntukan lainnya.
3. Bibit adalah tanaman anakan yang akan dibudidayakan.
4. Bedeng tabur adalah suatu bedengan yang berisi media tanah, guna membiakkan biji.
5. Bedeng sapih adalah bedengan tempat diletakannya polybag yang berisi bibit yang
berasal dari bedeng tabur maupun anakan yang berasal dari kebun bibit guna
mempersiapkan ukuran dan mutu bibit yang memadai untuk pengayaan, rehabilitasi
ataupun peruntukan lainnya.
6. Media semai adalah media yang berupa tanah, gambut, sekam yang dipersiapkan
sedemikian rupa sehingga memungkinkan untuk bibit, biji dapat tumbuh dengan baik.
7. Biji adalah suatu bakal benih yang berasal dari tegakan benih atau pohon induk yang
belum dikenai perlakuan khusus atau belum disortir.
8. Pembiakkan vegetatif adalah pembibitan yang menggunakan bahan tanaman stek yang
diproduksi dari kebun pangkas.

III. FUNGSI PERSEMAIAN

Persemaian atau pembibitan berfungsi untuk menyediakan bibit yang berkualitas dalam jumlah
yang memadai, sesuai dengan kebutuhan yang direncanakan, tata waktunya tepat dan bibitnya
dapat beradaptasi dengan tapak atau kondisi setampat.

IV. PERENCANAAN PERSEMAIAN

Perencanaan merupakan tahap awal dari setiap proses penyelenggaraan kegiatan. Pada kegiatan
persemaian, beberapa pertimbangan yang digunakan dalam merencanakan kegiatan persemaian
antara lain penetapan jenis persemaian, lokasi persemaian, kebutuhan bahan, kebutuhan
peralatan dan tenaga kerja serta tata waktu yang diperlukan.

1. Jenis Persemaian

Pada umumnya persemaian dikelompokkan menjadi 2, yaitu persemaian sementara dan


persemaian tetap.

a. Persemaian Sementara (Flying Nursery)

Persemaian sementara biasanya merupakan persemaian kecil, dan diletakkan di dekat dengan
lokasi yang akan ditanami. Persemaian jenis ini biasanya digunaka tidak melebihi jangka waktu
5 tahun.

Keuntungan dari persemaian sementara antara lain :

• Kondisi lingkngan mendekati keadaan yang sebenarnya.


• Ongkos pengangkutan bibit murah.
• Kesuburan tanah tidak terlalu menjadi masalah karena persemaian selalu berpindah
tempat setelah tanah menjadi miskin.
• Tenaga kerja sedikit sehingga mudah pengurusannya.

Sedangkan kekurangan dari persemaian sementara yaitu :


• Ongkos persemaian jatuhnya mahal karena tersebarnya pekerjaan dengan hasil yang
sedikit.
• Keterampilan petugas sulit ditingkatkan, karena sering berganti petugas.
• Seringkali gagal karena kurangnya tenaga kerja yang terlatih.
• Lokasi persemaian yang terpancar menyulitkan pengawasan..

b. Persemaian Tetap

Persemaian ini biasanya berukuran besar (luas) dan lokasinya menetap di suatu tempat, dengan
tujuan untuk melayani areal penanaman yang luas. Keuntungan dari persemaian tetap adalah :

• Kesuburan tanah dapat dipelihara dengan pemupukan


• Dapat dikerjakan secara mekanis bila dikehendaki 3 Pengawasan dan pemeliharaan lebih
efisien, dengan staf yang tetap dan terpilih
• Perencanaan pekerjaan akan lebih teratur
• Produktivitas semai/bibit tinggi, kualitas bibit lebih baik dan pertumbuhannya lebih
seragam

Adapun kekurangan dari persemaian tetap adalah :

• Kondisi lingkungan tidak selalu mendekati keadaan yang sebenarnya.


• Ongkos pengangkutan lebih mahal dibanding dengan jenis persemaian sementara.
• Membutuhkan biaya dan investasi lebih besar dibanding persemaian sementara.

2. Lokasi Persemaian

Penentuan lokasi persemaian harus didahului dengan observasi lapangan. Untuk memilih lokasi
persemaian persemaian yang baik, beberapa persyaratan yang perlu dipertimbangkan adalah :

a. Aspek Teknis

a.1. Letak Persemaian

Lokasi persemaian sedapat mungkin diusahakan berada di tengah areal penanaman atau berada
pada jarak yang dekat denga areal penanaman. Lokai atau areal persemaian harus berada pada
lahan yang terbuka dan

mendapat sinar matahari yang cukup/langsung, mudah dijangkau setiap saat dan terlindung
dari tiupan angin yang kencang.

a.2. Jalan Angkutan

Lokasi persemaian harus dilalui jalan angkutan atau sarana transportasi, sehingga memudahkan
dalam kegiatan pengangkutan dan pengawasan.

a.3. Luas Persemaian


Luas areal persemaian tergantung pada :

• Rencana jumlah semai yang akan diproduksi/tahun


• cara penanaman apakah sistem akar telanjang (bare root) atau sistem container yang
membutuhkan ruang/tempat lebih luas.
• Lamanya semai/bibit dipelihara di pesemaian sampai diperoleh ukuran yang dinginkan .

b. Aspek Fisik

b.1. Air

Keberadaan sumber air dalam jumlah yang cukup amat menentukan berhasil/tidaknya
persemaian yang akan dibangun. Pada umumnya sumber air di dalam kawasan hutan berupa
sungai, mata air, dalam tanah dan air hujan.

b. 2. Media Tumbuh

Tanah merupakan salah satu komponen tempat tumbuh tanaman. Tanaman akan tumbuh subur
bila medium tumbuhnya subur dan merana bila medium tumbuhnya tidak subur.

Media tumbuh semai memerlukan persyarata sebagai berikut:

• Porositas dan drainase baik


• Bebas dari batu dan kerikil
• pH 5 – 7
• Tidak merupakan tanah liat
• Banyak mengandung unsur hara (dalam hal media yang digunaka tida subur, dapat dberi
pupuk sebagi pengganti)

b.3. Topografi/ Kelerengan

Lokasi persemaian diusahakan pada areal yang relatif datar. Semakin berat topografinya, maka
akan semakin sulit pengerjaan persiapan lapangan dan juga semakin banyak tenaga dan biaya
yang dibutuhkan. Kelerengan yang dapat dipertimbangkan sebagai areal persemaian tidak lebih
dari 10 %.

c. Aspek Tenaga Kerja

Ketersediaan tenaga kerja dalam jumlah yag cukup dan kualitas yang memadai menjadi faktor
yang menentukan bagi keberhasilan kegiatan persemaian. Kebutuhan tenaga kerja pada
persemaian diusahakan dapat dipenuhi dari masyarakat sekitar atau yang berada dekat dengan
persemaian.

Kebutuhan tenaga kerja untuk tiap persemaian bergantung pada volume pekerjaan yang ada.
Volume kegiatan pekerjaan di persemaian pada umumnya berbeda pada setiap tahap kegiatan,
karena itu kebutuhan tenaga kerja juga berbeda.
d. Material/Bahan

Bahan yang dibututhkan untuk kegiatan persemaian terdiri dari benih, pasir, tanah atau bentuk-
bentuk media tumuh yang lain (gambut, sekam dsb), kantong plastik (kontiner) pupuk, fungsida
dan pestisida.

d.1. Benih

Dua faktor penting yang perlu mendapat perhatian di dalam penyediaan benih adalah kualitas
dan kuantitas benih. Penyediaan benih yang berkualitas baik dan dalam jumlah yang cukup dan
tepat waktu sangat menentukan keberhasilan persemaian. Sering terjadi kekurangan benih bukan
disebabkan kurangnya jumlah/berat benih yang tersedia, tetapi karena kualitas benihnya yang
jelek. Hal ini dapat terjadi bagi suatu daerah yang tidak memiliki stok benih jenis tertentu
sehingga harus didatangkan dari luar. Untuk menyakinkan kualitas benih sesuai dengan yag
tercantum dalam label, maka perlu dilakukan pengujian.

d.2. Tanah dan Media Pasir dan tanah (jenis medium tumbuh lainnya)

Pada dasarnya tanahatau medium tumbuh yang lain untuk medium sapihan dipilih yang baik,
bebas batu, kerikil dan benda-benda lain, sehingga tidak mengganggu pertumbuhan benih yang
dikecambahkan maupun pertumbuhan semai hasil sapihan. Benda-benda keras yang dimaksud
antara lain kerikil, atau batu.

Pasir untuk medium perkecambahan diusahakan sesteril mungkin antara lain dengan cara
dijemur pada tempat kena sinar matahari penuh selama 2-3 hari atau disiram air panas atau
digoreng untuk menghindari kemungkinan adanya jamur. Dalam usaha untuk memacu
pertumbuhan semai hasil sapihan, akhir-akhir ini banyak dilakukan pemberian pupuk yaitu
dengan dicampur tanah yang telah dipilih untuk medium sapih. Pekerjaan ini dilakukan dengan
cara mencampur pupuk dan tanah sampai merata (diaduk) baru setelah itu diisikan kekantong
plastik yang telah disiapkan. Perbandingan pupuk kandang dengan tanah yaitu 1 : 2, sedang bila
menggunakan pupuk TSP biasanya digunakan dosis 4 – 5 gram setiap kantong plastik. Untuk
jenis-jenis tanaman tertentu seperti meranti dan pinus media sapih berupa tanah dan pupuk juga
dicampur dengan mikoriza.

3. Peralatan dan Tenaga Kerja

a. Kantor Persemaian , terdiri dari :

• Ruang kerja
• Ruang data
• Ruang istirahat
• Ruang P3K
• Gudang.

b. Barak Kerja
c. Rumah Jaga

Rumah jaga disediakan untuk tempat tinggal dan gudang petugas (mandor persemaian). Hal ini
sangat penting agar persemaian selalu terjaga dan dapat mengambil tindakan secara apabila
terdapat masalah-masalah di persemaian, antara lain masalah adanya gangguan persemaian oleh
hama dan penyakit yangbersifat mendadak.

d. Sarana Pengairan

Sarana pengairan dipersemaian antara lain berupa parit/saluran dan bak penampung air yang
cukup memada. Agar tidak tergantung dari air hujan, persemaian perlu dillengkapi dengan
peralatan berupa pipa penyalur air.

Untuk penyiraman persemaian dengan kurang dari 50.000 semai biasanya dilakukan dengan
tangan, yaitu menggunakan gembor. Sedang untuk persemaian dengan produksi bibit/semai dari
50.000 semai akan lebih menguntungkan dengan menggunakan pompa motor dengan
penyiraman otomatis. Pada persemaian modern penyiraman dilakukan dengan cara ”sprinkle
irrgation” dengan cara ini air disemprotkan lewat spayer yang dapat diputar seperti air mancur

e. Jalan Angkutan dan Jalan Inspeksi

Jalan angkutan perlu dibuat untuk mengangkut bahan-bahan dan peralatan yang diperlukan
dipersemaian termasuk untuk mengangkut semai pada saat akan ditanam di lapangan. Lebar
jalan angkutan biasanya tidak kurang dari 2,5 meter sedang lebar jalan inspeksi antara 0,75-1,00
meter.

f. Pemagaran Persemaian

Persemaian yang membutuhan pagar biasanya dalam kondisi :

• seringkali terjadi hembusan angin yang kencang


• adanya gangguan ternak
• adanya gangguan babi hutan/rusa.

g. Naungan

Naungan dibuat dengan maksud untuk menghindari kerusakan semai dari cahaya dan suhu udara
yang berlebihan serta kerusakan yang disebabkan oleh tempaaan air hujan. Tujuannya ialah
untuk mendapatkan semai dengan pertumbuhan yang baik dengan jalan memberikan cahaya
serta suhu sesuai yang dibutuhkannya.

Untuk memberikan naungan pada semai hal yang harus diketahui terlebih dahulu adalah sifat
jenis semai inti mengenai kebutuhannya akan cahaya. Untuk perkecambahan benih dan
pertumbuhannya apakah semai itu memerlukan cahaya penuh ataukah perlu naungan. Dalam
praktiknya, naungan diperlukan baik untuk jenis yang perlu naungan maupun yang tidak perlu
naungan. Hanya saja untuk jenis-jenis yang tidak perlu naungan atau memerlukan cahaya penuh,
diberikan naungan yang ringan, misalnya naungan yang dibuat dari bahan kasa plastik atau
alang-alang/daun kelapa sebagai atap yang diatur tidak terlalu rapat sehingga cahaya matahari
masih bisa masuk ke bedengan /bak , naungan sering dibuka, kecuali jika ada hujan deras dan
matahari begitu terik. Intensitas naungan dikurangi secara berangsur-angsur. Pada umumnya 8 –
10 minggu sebelum semai dipindahkan ke lapangan, naungan sama sekali ditiadakan. Hal ini
dimaksudkan agar menjelang penanaman di lapangan semai dapat menyesuaikan diri dari
keadaan di lapangan yang biasanya terbuka

h. Sarana-sarana lain (cangkul, sabit, sprayer dll).

4. Tata Waktu Penyelenggaraan Persemaian

tata waktu kegiatan dipersemaian perlu direncanakan masak-masak mengingat bahwa kegiatan
pembuatan tanaman di Indonesia khususnya sangat dipengaruhi oleh keadaan iklim setempat.

Penanaman di lapangan biasanya dilakukan pada permulaan musim penghujan, sehingga


sebelum saat itu tata bibit (semai) harus sudah siap. Mengingat musim penghujan untuk masing-
masing daerah kemungkinan berbeda-beda, maka permulaan dari pembuatan persemaian juga
mengukuti keadaan setempat.

Lamanya waktu penyelenggaraan setiap periode persemaian, selain dipengaruhi oleh iklim
(musim tanam) setempat, juga dipengaruhi oleh jenis tanaman yang akan disemaikan, karena
masing-masing jenis tanaman sampai siap tanam membutuhkan waktu yang berbeda-beda.

V. TEKNIK PERSEMAIAN

Teknik pengadaan bibit yang dapat dilakukan antara lain :

1. Biji

• Biji sebaiknya dikumpulkan dari pohon induk yang berbatang lurus, percabangan tinggi,
bertajuk lebat, sehat dan sudah cukup umur. Kalau benih dibeli dari produsen benih yang
mempunyai sertifikat yang jelas.
• Biji yang telah terkumpul/dibeli segera diangkut ke persemaian dan diseleksi untuk
memilih biji yang baik.
• Benih yang bermutu baik mempunyai daya kecambah tinggi 80% dengan kemurnian
tinggi yang diwujudkan dalam bentuk biji tidak berlubang, tengelam bila dimasukkan air,
besar dan bijinya seragam.
• Untuk memperoleh benih yang unggul lewat program pemuliaan, secara umum dapat
diklasifikasikan menjadi 2, yaitu:

a. Keperluan benih jangka pendek:

Benih-benih yang diperoleh melalui pemilihan dan penunjukan pohon plus, tegakan-tegakan
yang baik, tegakan benih dan sumber provenans.
b. Keperluan benih jangka panjang:

Usaha-usaha memperoleh benih yang benar-benar unggul, lewat serangkaian kegiatan pemuliaan
pohon hingga pembuatan kebun-kebun benih.

2. Puteran

• Pengadaan bibit dengan sistem puteran dilaksanakan jika ada keperluan bibit tertentu
untuk kegiatan penanaman khusus atau pencapaian target bibit.
• Sasaran pengadaan bibit adalah penyiapan bahan tanaman bagi kegiatan penanaman,
pengayaan dan rehabilitasi.
• Jenis bibit yang disemaikan adalah dari jenis pohon yang ditebang atau jenis-jenis yang
memiliki keunggulan komersil.
• Bahan bibit puteran dapat berasal dari biji, cabutan, atau stek.
• Bibit yang sudah diputer dibawa ke persemaian untuk dilakukan penyesuaian lingkungan.
• Setelah bibit dirawat di persemaian dan sudah siap tanam, maka bibit puteran tersebut
dapat dibawa kelokasi penanaman.

3. Cabutan

• Pengumpulan dilakukan terhadap anakan alam disekitar pohon induk dengan radius
maksimum 10 meter dari proyeksi tajuk pohon induk.
• Anakan alam biasanya memiliki tinggi 15–30 cm dengan jumlah daun 2–5 lembar.
• Sebaiknya dilakukan pada saat musim penghujan atau tanah masih basah/lembab.
• Anakan dicabut dengan hati–hati yang dilakukan dengan pencabutan lurus sejajar
batangnya dan diusahakan agar akarnya tidak putus.
• Anakan alam yang telah dipungut hendaknya segera diangkut ke lokasi bedeng sapih.
• Anakan yang telah dipungut, diatur, disusun searah dimana akar dengan akar dan daun
dengan daun.

4. Stek

• Pembuatan bedeng kebun pangkas

1. Ukuran bedeng (1.5–2 meter)x6 meter dengan arah utara–selatan dan jarak antar bedeng
0.6 meter dan disekeliling bedeng agar diberi penahan yang terbuat dari papan dengan
tinggi dari permukaan tanah ±15 cm.
2. Setiap bedeng agar diberi atap sebagai pelindung bibit dari matahari dan air hujan secara
langsung. Terbuat dari bahan yang tahan lama seperti sarlon, diisi campuran media
setinggi ± 20 cm.
3. Media yang digunakan untuk kebun pangkas adalah campuran top soil, sekam , gambut
dengan perbandingan 6 : 3 : 1.
4. Perbandingan antara luas lahan untuk keperluan jalan inspeksi dengan luas bedengan
adalah 1 : 3
5. Bahan tanaman kebun pangkas sebaiknya bibit – bibit vegetatif atau bibit dari biji yang
berasal dari pohon induk yang fenotipnya bagus.
• Pembuatan stek

1. Bahan stek diambil dari anakan yang berasal dari kebun pangkas harus bersifat juvenille
atau muda dan tunas autotrop bukan cabang. Untuk tahap pertama tiap bibit dapat
menghasilkan ± 14 stek .
2. Untuk meningkatkan mutu bibit stek yang dihasilkan dari kebun pangkas dianjurkan lagi
untuk digunakan sebagai bahan pembuatan kebun pangkas. Dipilih bibit yang
pertumbuhannya seragam baik fungsi maupun jumlah daunnya.
3. Ukuran bak stek dengan media padat dan media air (water rooting system) adalah 1 x 2
meter dengan tinggi 0.6 m . Dalam rangka menstabilkan suhu media konstruksi bak stek
agar dibuat dengan dinding beton selebar ±10 Cm
4. Naungan perlu diberikan supaya intensitas cahaya yang masuk kedalam stek tidak terlalu
tinggi (optimum 50%). Untuk penaungan ini dapat digunakan plastik transparan berwarna
putih.
5. Jarak tanam bak stek 5 x 5 Cm.

• Bahan vegetatif tanaman (tunas pucuk) untuk pembuatan stek pucuk dapat diperoleh dari
beberapa sumber :

1. Kebun Pangkas
2. Persemaian (pemangkasan bergulir)
3. Semai alami

5. Kultur Jaringan

• Memilih dan menyiapkan tanaman induk sebagai sumber eksplan.


• Menyiapkan media kultur
• Sterilisasi eksplan.
• Inisiasi kultur atau culture establishment.
• Multiplikasi atau perbanyakan propagasi (bahan tanaman yang diperbanyak seperti tunas
atau embrio).
• Pemanjangan tunas induksi dan perkembangan akar.
• Aklimatisasi ke lingkungan eksternal (green house).

VI. PELAKSANAAN KEGIATAN PERSEMAIAN

1. Persiapan Pembuatan Persemaian

a. Persiapan Kegiatan


o Pembersihan lapangan dari rumput, gulma dan semak belukar yang mengganggu.
o Pengumpulan top soil guna pengisian bedeng tabur, bedeng semai dan polibag.
o Pemagaran calon lokasi persemaian, gudang, gubuk kerja, dan sebagainya.
o Pembuatan papan/plang nama persemaian, bedeng tabur, bedeng sapih.
o pemasangan jaringan pengairan seperti : penentuan sumber air, penyiapan pompa
air dan saluran – salurannya.

b. Pembuatan bedengan

Untuk beberapa jenis biji halus/sangat kecil harus ditabur dalam bak – bak penaburan dengan
ukuran 0,5 m x 0,5 m atau sesuai dengan kebutuhan dan ditempatkan di atas rak berukuran 5 m x
1 m atau sesuai dengan kebutuhan.

Untuk biji/benih yang berukurean besar yang memerlukan bedeng tabur maka bedeng tabur
dibuat :

• Penyiapan tanah untuk bedeng tabur ukuran 5 x 1 meter atau sesuai dengan kebutuhan
dengan arah yang seragam.
• Tanah dicangkul dan digemburkan sampai menjadi halus, ringan semua akar, batu
dibuang.
• Pada tepi bedengan diperkuat dengan batu, kayu, bambu dengan permukaan bedeng
ditinggikan 10 s/d 15 cm dari permukaan tanah dan sekitarnya.
• Jarak antara bedeng bedeng diberi jalur antara selebar 0,5 m dan setiap 5 – 10 bedeng
dibuat jalur inspeksi selebar 2 meter.
• Saluran air dibuat sepanjang kanan kiri jalan inspeksi.
• Bagi benih yang membutuhkan naungan bedeng tabur perlu diberi atap yang dibuat
miring.
• Apabila tanah kurang gembur bisa dicampur dengan pasir dengan perbandingan pasir
dengan tanah = 1:3.
• Sebelum biji ditabur sebaiknya lima hari sebelumnya diadakan sterilisasi media yakni
dengan mencampur tiap 1 m2 tanah dengan 4 liter campuran formalin dan air
(perbandingan campuran satu liter formalin dicampur 14 liter air) kemudian ditutup dan
didiamkan selam 3 hari. Setelah lima hari baru benih dicampur.

c. Pembuatan bedeng sapih

• Menyiapkan tanah untuk bedeng sapih dengan ukuran 5 x 1 meter dan arah bedeng sapih
seragam.
• Bedeng sapih dibersihkan dari tanaman dan akar–akaran serta diratakan sehingga datar.
• Pada tepi bedeng sapih ditandai dengan kayu setinggi 20 cm.
• Mengisi polibag dengan tebal 0.4 m meter ukuran 7 cm atau 10 cm tinggi kantong. Pada
pengisian kantong untuk mempercepat pertumbuhan tanaman sapihan dapat ditambahkan
pupuk phospat dengan ukuran 1 gram tiap polibag.
• Pada bagian pinggir disekitar dasar kantong plastik tersebut masing–masing diberi lubang
antara 12–18 lubang.
• Untuk jenis yang tidak memerlukan penyapihan maka bibitnya langsung dicabut dari
bedeng tabur ke lokasi penanaman.
• Untuk mempermudah dalam transportasi bibit dianjurkan untuk memakai kontainer
dimaksudkan untuk menghindari kerusakan bibit waktu pengangkutan, sebab kontainer
tersebut dapat lansung diangkat tanpa mengubah pot–pot bibit . Selain itu juga berguna
memudahkan penyiangan rumput.
• Setiap bedeng sapih diberi papan/plang keterangan yang memuat nama, jenis, tanggal
penyapihan dan nomor bedengan.

2. Pengadaan dan Persiapan Media

Kriteria umum media untuk produksi bibit

1. Aerasi baik
2. Dapat menjaga kelembaban
3. Dapat menahan berdirinya bibit
4. Dapat mendukung perkembangan akar

Hal yang perlu diperhatikan dalam pengadaan dan persiapan media :

a. Media Tabur

1. Media yang umum digunakan adalah gambut dan sekam padi yang sebelumnya sudah
disterilisasi.
2. Media diletakkan pada bak tabur dengan ketebalan 3-4 cm.
3. Benih yang sudah mendapat perlakuan ditabur diatas media,kemudian benih ditabur lagi
dengan media.

b. Media Perakaran Stek

1. Media yang bisa digunakan untuk perakaran arang sekam atau vermiculite
2. Media diletakkan pada bak perakaran dengan ketebalan 6-10 cm.
3. Bahan stek diletak dengan baik pada media perakaran.

c. Media Kultur Jaringan

1. Pembuatan media kultur disesuaikan dengan tanaman yang akan diperbanyak.


2. Komponen media kultur antara lain : air, hara makro dan mikro, gula, vitamin, asam
amino,zat pengatur tumbuh, agar-agar, dan lain-lain.

d. Media Sapih

1. Media yang umum digunakan untuk penyapihan bibit adalah gambut, sekam padi dan
topsoil.
2. Gambut, sekam padi dan topsoil dicampur dengan menggunakan molen.
3. Pada saat pencampuran media tersebut ditambahkan fertilizer berupa Kapur dan TSP.
4. Media yang sudah siap dimasukkan kedalam polybag. Masing-masing jenis berbeda
ukuran polybag,contoh:

• 6,5 x 15 cm untuk Sengon, Akasia dan Nyawai


• 7,5 x 15 cm untuk Meranti, Kapur, Jati dan Mahoni
• 10 x 15 cm untuk Aren, Pisang (tananam kehidupan)

5. Polybag yang telah terisi media disusun dalam kantong plastik dan siap untuk penayapihan.

3. Pemeliharaan Bibit

Adapun tahapan-tahapan pemeliharaan bibit :

1. Penyapihan

Teknik pelaksanaan penyapihan pada prinsipnya sama pada semua teknik/metode pengadaan
bibit, yang berbeda adalah perlakuan setelah penyapihan dilakukan.

- Biji

• Penyapihan dilakukan dibawah naungan dengan hati-hati karena pada proses ini sangat
rentan terhadap perubahan lingkungan.
• Akar atau tunas yang tumbuh ditanam pada polybag, yang sebelumnya telah disiapkan
lubang tanam.
• Setelah disapih tanaman disiram dengan butiran air yang halus.

- Puteran

Telah dijelaskan sebelumnya

- Cabutan

Telah dijelaskan sebelumnya

- Stek Pucuk

• Penyapihan dilakukan dibawah naungan atau didalam green House. Sekarang telah
berkembang teknologi KOFFCO, teknologi ini mengkondisikan iklim dalam green house
terjaga terutama kelembaban dan temperature serta cahaya sehingga prosentase jadi
tanaman bias tinggi.
• Penyapihan dilakukan setelah panjang akar minimal 2,5 cm.
• Buat lubang tanam sesuai panjang akar.
• Setelah disapih tanam disiram dan tempatkan dalam sungkup.

- Kultur Jaringan

• Penyapihan yang dilakukan sama dengan penyapihan stek pucuk, yang berbeda hanya
perlu dibersihkannya media agar-agar yang digunakan sebelumnya sebagai media
perakaran.
2. Penyulaman

Kegiatan ini dilakukan dengan mengganti semai yang rusak/terserang penyakit/mati agar
diperoleh tanaman yang seragam. Penggantian ini dilakukan 2-4 minggu setelah penyapihan.

3. Penyiraman

Penyiraman dilakukan setiap hari, penyiraman harus hati-hati terutama tanaman yang masih
kecil. Penyiraman dilakukan agar tanaman benar-benar memperoleh air yang cukup. Penyiraman
yang baik parameternya adalah media tanaman harus basah tidak hanya tanamannya saja yang
basah.

4. Pemupukan

Pemupukan dilakukan dengan menambahkan unsur hara atau bahan lainnya agar pertumbuhan
tanaman bisa dipacu. Pemupukan dilakukan setiap 2-4 minggu, pemupukan juga disesuaikan
dengan kondisi tanaman, jika pertumbuhannya dianggap sudah baik maka frekuensi pemupukan
dapat dikurangi, begitu pula sebaliknya. Pupuk dilarutkan dalam air kemudian disemprotkan
kearah media tanaman, beberapa menit kemudian tanaman disiram dengan air untuk
membersihkan daun tanaman yang terkena pupuk.

5. Penyiangan

Penyiangan dilakukan dengan cara membersihkan tanaman pengganggu (rumput atau gulma
lainnya) sehingga tanaman dapat tumbuh optimal.

6. Pemberantasan Hama dan Penyakit

Pengendalian serangan hama dan penyakit dilakukan dengan cara pengaturan kondisi lingkungan
atau penggunaan pestisida. Jenis pestisida dibedakan atas penyebab hama dan penyakit yang
menjadi sasaran, yaitu: fungisida (jamur), insektisida (serangga), herbisida (gulma).

7. Hardening off

Tanaman yang telah berumur 4-8 minggu dikeluarkan dari naungan agar dapat beradaptasi
dengan lingkungan.

8. Seleksi

Kegiatan ini adalah mengelompokkan tanaman yang seragam dalam satu kantong plastik.
Tanaman yang memiliki ukuran dan kualitas yang baik siap untuk di kirim ke lapangan.
Sedangkan tanaman yang belum memenuhi standar bibit siap tanaman akan mendapat perlakuan
tambahan seperti pemupukan sampai bibit tersebut siap untuk ditanam.

9. Mutasi
Batas akhir tanggungjawab pihak persemaian adalah saat pengangkutan bibit dari lokasi
persemaian ke lokasi penanaman. Pengangkutan bibit ke lokasi penanaman harus hati-hati agar
resiko kerusakan tanaman dapat dikurangi. Setiap kali pengangkutan harus disertai dengan trip
ticket.
No 6
A.
PENGERTIAN PUPUK
Dalam arti luas yang dimaksud pupuk ialah suatu bahan yang digunakan untuk mengubah
sifat fisik, kimia atau biologi tanah sehingga menjadi lebih baik bagi pertumbuhan tanaman.
Termasuk dalam pengertian ini adalah pemberian bahan kapur dengan maksud untuk meningkatkan
pH tanah yang masam, pemberian legin bersama benih tanaman kacang-kacangan serta pemberian
pembenah tanah (soil conditioner) untuk memperbaiki sifat fisik tanah. Demikian pula pemberian
urea dalam tanah yang miskin akan meningkatkan kadar N dalam tanah tersebut. Semua usaha
tersebut dinamakan pemupukan. Dengan demikian bahan kapur, legin, pembenah tanah dan urea
disebut pupuk.
Dalam pengertian yang khusus pupuk ialah suatu bahan yang mengandung satu atau lebih
hara tanaman. Dengan pengertian ini, dari kegiatan yang disebutkan di atas hanya urea yang
dianggap pupuk karena bahan tersebut yang mengandung hara tanaman yaitu nitrogen.

Bahan pupuk selain mengandung hara tanaman umumnya mengandung bahan lain, yaitu:

1. Zat pembawa atau karier (carrier). Double superfosfat (DS): zat pembawanya adalah CaSO4 dan
hara tanamannya fosfor (P).
2. Senyawa-senyawa lain berupa kotoran (impurities) atau campuran bahan lain dalam jumlah
relatif sedikit. Misalnya ZA (zwavelzuure amoniak) sering mengandung kotoran sekitar 3%
berupa khlor, asam bebas (H2SO4) dan sebagainya.
3. Bahan mantel (coated) ialah bahan yang melapisi pupuk dengan maksud agar pupuk mempunyai
nilai lebih baik misalnya kelarutannya berkurang, nilai higroskopisnya menjadi lebih rendah dan
mungkin agar lebih menarik. Bahan yang digunakan untuk selaput berupa aspal, lilin, malam,
wax dan sebagainya. Pupuk yang bermantel harganya lebih mahal dibandingkan tanpa mantel.
4. Filler (pengisi). Pupuk majemuk atau pupuk campur yang kadarnya tinggi sering diberi filler
agar ratio fertilizer nya dapat tepat sesuai dengan yang diinginkan, juga dengan maksud agar
mudah disebar lebih merata
Dalam praktek perlu diketahui istilah-istilah khusus yang sering digunakan dalam pupuk
antara lain ialah:

a. Mutu pupuk atau grade fertilizer artinya angka yang menunjukkan kadar hara tanaman utama
(N,P, dan K) yang dikandung oleh pupuk yang dinyatakan dalam prosen N total, P 2O5 dan K2O.
Misalnya pupuk Rustika Yellow 15-10-12 berarti kadar N 15%, P2O5 10% dan K2O 12%.
b. Perbandingan pupuk atau ratio fertilizer ialah perbandingan unsur N,P dan K yang dinyatakan
dalam N total, P2O5 dan K2O merupakan penyederhanaan dari grade ferilizer. Misalnya grade
fertilizer 16-12-20 berarti ratio fertilizernya 4:3:5.
c. Mixed ferilizer atau pupuk campuk ialah pupuk yang berasal dari berbagai pupuk yang
kemudian dicampur oleh pemakainya. Misalnya pupuk Urea, TSP dan KCl dicampur menjadi
satu dengan perbandingan tertentu sesuai dengan mutu yang diinginkan. Hal ini berbeda dengan
pupuk majemuk yaitu pupuk yang mempunyai dua atau lebih hara tanaman dibuat langsung dari
pabriknya.
B.

Pupuk didefinisikan sebagai material yang ditambahkan ketanah atau tajuk tanaman dengan
tujuan untuk melengkapi katersediaan unsur hara. Bahan pupuk yang paling awal adalah kotoran
hewan, sisa pelapukan tanaman dan arang kayu. Pemakaian pupuk kimia kemudian berkembang
seiring dengan ditemukannya deposit garam kalsium di Jerman pada tahun 1839.

Dalam pemilihan pupuk perlu diketahui terlebih dahulu jumlah dan jenis unsur hara yang
dikandungnya, serta manfaat dari berbagai unsur hara pembentuk pupuk tersebut. Setiap
kemasan pupuk yang diberi label yang menunjukkan jenis dan unsur hara yang dikandungnya.
Kadangkala petunjuk pemakaiannya juga dicantumkan pada kemasan.karena itu, sangat penting
untuk membaca label kandungan pupuk sebelum memutuskan untuk membelinya. Selain
menentukan jenis pupuk yang tepat, perlu diketahui juga cara aplikasinya yang benar, sehingga
takaran pupuk yang diberikan dapat lebih efisien. Kesalahan dalam aplikasi pupuk akan
berakibat pada terganggunya pertumbuhan tanaman. Bahkan unsur hara yang dikandung oleh
pupuk tidak dapat dimanfaatkan tanaman.

1. A. Penggolongan Pupuk

Pupuk digolongkan menjadi dua, yakni pupuk organik dan pupuk anorganik. Pupuk organik
adalah pupuk yang terbuat dari sisa-sisa makhluk hidup yang diolah melalui proses pembusukan
(dekomposisi) oleh bakteri pengurai. Contohnya adalah pupuk kompos dan pupuk kandang.
Pupuk kompos berasal dari sisa-sisa tanaman, dan pupuk kandang berasal dari kotoran ternak.
Pupuk organik mempunyai komposisi kandungan unsur hara yang lengkap, tetapi jumlah tiap
jenis unsur hara tersebut rendah. Sesuai dengan namanya, kandungan bahan organik pupuk ini
termasuk tinggi.

Pupuk anorganik atau pupuk buatan adalah jenis pupuk yang dibuat oleh pabrik dengan cara
meramu berbagai bahan kimia sehingga memiliki prosentase kandungan hara yang tinggi.
Menurut jenis unsur hara yang dikandungnya, pupuk anorganik dapat dibagi menjadi dua yakni
pupuk tunggal dan pupuk majemuk. Pada pupuk tunggal, jenis unsur hara yang dikandungnya
hanya satu macam. Biasanya berupa unsur hara makro primer, misalnya urea hanya mengandung
unsur nitrogen.

Pupuk majemuk adalah pupuk yang mengandung lebih dari satu jenis unsur hara. Penggunaan
pupuk ini lebih praktis karena hanya dengan satu kali penebaran, beberapa jenis unsur hara dapat
diberikan. Namun, dari sisi harga pupuk ini lebih mahal. Contoh pupuk majemuk antara lain
diamonium phospat yang mengandung unsur nitrogen dan fosfor.

Menurut cara aplikasinya, pupuk buatan dibedakan menjadi dua yaitu pupuk daun dan pupuk
akar. Pupuk daun diberikan lewat penyemprotan pada daun tanaman. Contoh pupuk daun adalah
Gandasil B dan D, Grow More, dan Vitabloom. Pupuk akar diserap tanaman lewat akar dengan
cara penebaran di tanah. Contoh pupuk akar adalah urea, NPK, dan Dolomit.
Menurut cara melepaskan unsur hara, pupuk akar dibedakan menjadi dua yakni pupuk fast
release dan pupuk slow release. Jika pupuk fast release ditebarkan ke tanah dalam waktu singkat
unsur hara yang ada atau terkandung langsung dapat dimanfaatkan oleh tanaman. Kelemahan
pupuk ini adalah terlalu cepat habis, bukan hanya karena diserap oleh tanaman tetapi juga
menguap atau tercuci oleh air. Yang termasuk pupuk fast release antara lain urea, ZA dan KCL.

Pupuk slow release atau yang sering disebut dengan pupuk lepas terkendali (controlled release)
akan melepaskan unsur hara yang dikandungnya sedikit demi sedikit sesuai dengan kebutuhan
tanaman. Dengan demikian, manfaat yang dirasakan dari satu kali aplikasi lebih lama bila
dibandingkan dengan pupuk fast release. Mekanisme ini dapat terjadi karena unsur hara yang
dikandung pupuk slow release dilindungi secara kimiawi dan mekanis.

Perlindungan secara mekanis berupa pembungkus bahan pupuk dengan selaput polimer atau
selaput yang mirip dengan bahan pembungkus kapsul. Contohnya, polimer coated urea dan
sulfur coated urea. Perlindungan secara kimiawi dilakukan dengan cara mencampur bahan
pupuk menggunakan zat kimia, sehingga bahan tersebut lepas secara terkendali. Contohnya
Methylin urea, Urea Formaldehide dan Isobutilidern Diurea. Pupuk jenis ini harganya sangat
mahal sehingga hanya digunakan untuk tanaman-tanaman yang bernilai ekonomis tinggi.

1. B. Jenis-jenis Pupuk
1. 1. Pupuk Sumber Nitrogen

Hampir seluruh tanaman dapat menyerap nitrogen dalam bentuk nitrat atau amonium yang
disediakan oleh pupuk. Nitrogen dalam bentuk nitrat lebih cepat tersedia bagi tanaman.
Amonium juga akan diubah menjadi nitrat oleh mikroorganisme tanah, kecuali pada tembakau
dan padi. Tembakau tidak dapat mentoleransi jumlah amonium yang tinggi. Untuk menyediakan
nitrogen pada tembakau, gunakan pupuk berbentuk nitrat (NO3-) dengan kandungan nitrogen
minimal 50%. Pada padi sawah, lebih baik gunakan pupuk berbentuk amonium (NH4+) karena
pada tanah yang tergenang, nitrogen mudah berubah menjadi gas N2. umumnya pupuk dengan
kadar N yang tinggi dapat membakar daun tanaman sehingga pemakaiannya perlu lebih hati-hati.

1. a. Amonium Nitrat

Kandungan nitratnya membuat pupuk ini cocok untuk daerah dingin dan daerah panas. Pupuk ini
dapat membakar tanaman jika diberikan terlalu dekat dengan akara atau langsung kontak dengan
daun. Ketersediaan bagi tanaman sangat cepat sehingga frekuensi pemberiannya harus lebih
sering. Amonium nitrat bersifat higroskopis sehingga tidak dapat disimpan terlalu lama.

1. b. Amonium Sulfat (NH4)2 SO4

Pupuk ini dikenal dengan nama pupuk ZA. Mengandung 21% nitrogen (N) dan 26% sulfur (S),
berbentuk kristal dan kurang higroskopis. Reaksi kerjanya agak lambat sehingga cocok untuk
pupuk dasar. Sifat reksinya asam, sehingga tidak disarankan untuk tanah ber-pH rendah. Selain
itu, pupuk ini sangat baik untuk sumber sulfur. Lebih disarankan dipakai didaerah panas.
1. c. Kalsium Nitrat

Pupuk ini berbentuk butiran, berwarna putih, sangat cepat larut didalam air, dan sebagai sumber
kalsium yang sangat baik karena mengandung 19% kalsium Ca. sifat lainnya adalah bereaksi
basa dan higroskopis.

1. d. Urea (CO(NH2)2)

Pupuk urea mengandung 46% nitrogen (N). Karena kandungan N yang tinggi menyebabkan
pupuk ini sangat higroskopis. Urea sangat mudah larut dalam air dan bereaksi cepat, juga
menguap dalam bentuk amonia.

1. 2. Pupuk Sumber Fosfor


1. a. SP36

Mengandung 36% fosfor dalam bentuk P2O5.pupuk ini terbuat dari fosfat alam dan sulfat.
Berbentuk butiran dan berwarna abu-abu. Sifatnya agak sulit larut dalam air dan bereaksi lambat
sehingga selalu digunakan sebagai pupuk dasar. Reaksi kimianya tergolong netral, tidak
higroskopis dan bersifat membakar.

1. b. Amonium Phospat

Monoamonium Phospat (MAP) memiliki analisis 11.52.0. Diamonium Phospat memiliki (DAP)
analisis 16.48.0 atau 18.46.0. pupuk ini umumnya digunakan untuk merangsang pertumbuhan
awal tanaman (styarter fertillizer). Bentuknya berupa butiran berwarna cokelat kekuningan.
Reaksinya termasuk alkalis dan mudah larut di dalam air. Sifat lainnya adalah tidak higroskopis
sehingga tahan disimpan lebih lama dan tidak bersifat membakar karena indeks garamnya
rendah.

1. 3. Pupuk Sumber Kalium


1. a. Kalium Chlorida (KCl)

Mengandung 45% K2O dan khlor, bereaksi agak asam, dan bersifat higroskopis. Khlor
berpengaruh negatif terhadap tanaman yang membutuhkannya, misalnya kentang, wortel dan
tembakau.

1. b. Kalium Sulfat (K2SO4)

Pupuk ini lebih dikenal dengan nama ZK. Kadar K2O-nya sekitar 48-52%. Bentuknya berupa
tepung putih yang larut didalam air, sifatnya agak mengasamkan tanah. Dapat digunakan untuk
pupuk dasar sesudah tanam. Tanaman yang peka terhadap keracunan unsur Cl, seperti tembakau
disarankan untuk menggunakan pupuk ini.

1. c. Kalium Nitrat (KNO3


Mengandung 13% N dan 44% K2O. berbentuk butiran berwarna putih yang tidak bersifat
higroskopis dengan reaksi yang netral.

1. 4. Pupuk Sumber Unsur Hara Sekunder


1. a. Kapur Dolomit

Berbentuk bubuk berwarna putih kekuningan. Dikenal sebagai bahan untuk menaikkan pH tanah.
Dolomit adalah sumber Ca (30%) dan Mg (19%) yang cukup baik. Kelarutannya agak rendah
dan kualitasnya sangat ditentukan oleh ukuran butiran. Semakin halus butirannya akan semakin
baik kualitasnya.

1. b. Kapur Kalsit

Berfungsi untuk meningkatkan pH tanah. Dikenal sebagai kapur pertanian yang berbentuk
bubuk. Warnanya putih dan butirannya halus. Pupuk ini mengandung 90-99% Ca. Bersifat lebih
cepat larut dalam air.

1. c. Paten Kali (Kalium Magnesium Sulfat)

Berbentuk butiran berwarna kuning. Mengandung 30% K2O, 12% S, dan 12% MgO. Sifatnya
agak sukar larut dalam air. Selain untuk memperbaiki defisiensi Mg, pupuk ini juga bermanfaat
untuk memperbaiki kejenuhan basa pada tanah asam.

1. d. Kapur Gypsum

Berbentuk bubuk dan berwarna putih. Mengandung 39% Ca, 53% S dan sedikit Mg. Ditebarkan
dalam sekali aplikasi. Jika terkena air, gypsum yang ditebarkan akan menggumpal dan mengeras
seperti tanah liat (cake). Gypsum digunakan untuk menetralisir tanah yang terganggu karena
kadar garam yang tinggi, misalnya pada tanah di daerah pantai. Aplikasi gypsum tidak banyak
berpengaruh pada perubahan pH tanah.

1. e. Bubuk Belerang (Elemental Sulfur)

Umumnya, sulfor disuplai dalam bentuk sulfat yang terdapat pada berbagai jenis pupuk.
Kandungan sulfat tersebut tidak berpengaruh dalam penurunan pH tanah. Selain terdapat dalam
berbagai jenis pupuk, bubuk belerang adalah sumber sulfur yang terbesar, kandungannya dapat
mencapai 909%. Namun, bubuk ini tidak lazim digunakan untuk mengatasi masalah defisiensi
sulfur, tetapi tidak lebih banyak digunakan untuk menurunkan pH tanah. Penggunaannya tidak
boleh melebihi 25 gram/m2, karena bubuk sulfur dapat mengakibatkan gejala terbakarnya daun
tanaman (burning effect).

1. 5. Pupuk Sumber Unsur Hara Mikro

Saat ini kebutuhan pupuk mikro sudah mulai terasa di Indonesia. Beberapa hasil penelitian
melaporkan bahwa tanaman padi sawah dan teh di beberapa daerah di Jawa sudah memulai
membutuhkan tambahan Zn dari pupuk.
Pupuk sebagai unsur hara mikro tersedia dalam dua bentuk, yakni bentuk garam anorganik dan
bentuk organik sintesis. Kedua bentuk ini mudah larut dalam air. Contoh pupuk mikro yang
berbentuk garam organik adalah Cu, Fe, Zn dan Mn yang seluruhnya bergabung dengan sulfat.
Sebagai sumber boron, umumnya digunakan sodium tetra borat yang banyak digunakan sebagai
pupuk daun. Sumber Mo umumnya menggunakan sodium atau amonium molibdat.

Bentuk organik sintesis ditandai dengan adanya agen pengikat unsur logam yang disebut chelat.
Chelat adalah bahan kimia organik yang dapat mengikat ion logam seperti yang dilakukan oleh
koloid tanah. Unsur hara mikro yang tersedia dalam bentuk chelat adalah Fe, Mn, Cu, dan Zn.

Selain disediakan oleh kedua jenis pupuk diatas, unsur hara mikro juga disediakan oleh pupuk
majemuk yang beredar di pasaran. Pupuk slow release dan pupuk daun biasanya dilengkapi
dengan satu atau lebih unsur mikro.

1. a. Pupuk Majemuk

Pemakaian pupuk majemuk saat ini sudah sangat luas. Berbagai merk, kualitas dan analisis telah
tersedia di pasaran.kendati harganya relatif lebih mahal, pupuk majemuk tetap dipilih karena
kandungan haranya lebih lengkap. Pupuk majemuk berkualitas prima memiliki besaran butiran
yang seragam dan tidak terlalu higroskopis, sehingga tahan disimpan dan tidak cepat
menggumpal. Hampir semua pupuk majemuk bereaksi asam, kecuali yang telah mendapatkan
perlakuan khusus, seperti penambahan Ca dan Mg.

Variasi analisis pupuk mejemuk sangat banyak. Meskipun demikian, perbedaan variasinya bisa
jadi sangat kecil, misalnya antara NPK 15.15.15 dan NPK 16.16.16. Variasi analisis pupuk,
seperti 15.15.15, 16.16.16, dan 20.20.20 menunjukkan ketersediaaan unsur hara yang seimbang.
Fungsi pupuk majemuk dengan variasi analisis seperti ini antara lain untuk mempercepat
perkembangan bibit; sebagai pupuk pada awal peneneman; dan sebagai puk susulan saat tanaman
memasuki fase generatif, seperti saat mulai berbunga.

Dalam memilih pupuk majemuk perlu dipertimbangkan beberapa faktor, antara lain kandungan
unsur hara yang tinggi, kandungan unsur hara mikro dan harga perkilogramnya.contoh cara
mempertimbangkan pemilihan pupuk majemuk, variasi analisis pupuk NPK 20.20.20 memiliki
kandungan hara yang lebih tinggi daripada NPK 15.15.15, tetapi sifatnya sangat higroskopis
sehingga mudah sekali menggumpal. Karena itu, variasi analisis pupuk ini sebaiknya tidak
dipilih karena bagian yang menggumpal tidak dapat digunakan.

1. b. Pupuk Daun

Daun memiliki mulut yang dukenal dengan nama stomata. Sebagian besar stomata terletak di
bagian bawah daun. Mulut daun ini berfungsi untuk mengatur penguapan air dari tanaman
sehingga air dari akar dapat sampai daun. Saat suhu udara terlalu panas, stomata akan menutup
sehingga tanaman tidak akan mengalami kekeringan. Sebaliknya, jika udara tidak terlalu panas,
stomata akan membuka sehingga air yang ada di permukaan daun dapat masuk dalam jaringan
daun. Dengan sendirinya unsur hara yang disemprotkan ke permukaan daun juga masuk ke
dalam jaringan daun.

Sebenarnya, kandungan unsur hara pada pupuk daun identik dengan kandungan unsur hara pada
pupuk majemuk. Bahkan pupuk daun sering lebih lengkap karena ditambah oleh beberapa unsur
mikro. Pemilihan analisis yang tepat pada pupuk daun perlu mempertimbangkan beberapa faktor
yang sama dengan analisis pada pupuk majemuk. Hanya saja, faktor sifat fisik dan kimia tanah
tidak dijadikan sebagai faktor utama. Sebagai faktor utamanya adalah manfaat tiap unsur hara
yang dikandung oleh pupuk daun bagi perkembangan tanaman dan peningkatan hasil panen.

Pupuk daun berbentuk serbuk dan cair. Kualitasnya dianggap baik jika mudah larut di dalam air
tanpa menyisakan endapan. Karena mudah larut dalam air, sifat pupuk daun menjadi sangat
higroskopis. Akibatnya tidak dapat disimpan terlalu lama jika kemasannya telah dibuka.

Kentungan menggunakan pupuk daun antara lain respon terhadap tanaman sangat cepat karena
langsung dimanfaatkan oleh tanaman. Selain itu, tidak menimbulkan kerusakan sedikitpun pada
tanaman, dengan catatan aplikasinya dilakukan secara benar. Dalam pemakaian pupuk daun
dikenal istilah konsentrasi pupuk atau kepekatan larutan pupuk. Besarnya konsentrasi pupuk
daun dinyatakan dalam bobot pupuk daun yang harus dilarutkan kedalam satuan volume air.
Penentuan volume air dapat diketahui dengan membaca skala pada alat semprot. Angka
konsentrasi ini sering dicantumkan p[ada kemasan pupuk. Jika konsentrasi pupuk yang
digunakan melebihi konsentrasi yang disarankan, daun akan terbakar.

Penyemprotan pupuk daun idealnya dilakukan pada pagi atau pada sore hari karena bertepatan
pada saat membukanya stomata. Prioritaskan penyemprotan pada bagian bawah daun karena
paling banyak terdapat stomata. Faktor cuaca termasuk kunci sukses dalam penyemprotan pupuk
daun. Dua jam setelah penyemprotan jangan sampai terkena hujan karena akan mengurangi
efektifitas penyerapan pupuk. Tidak disarankan menyemprotkan pupuk daun pada saat suhu
udara sedang panas karena konsentrasi larutan pupuk yang sampai ke daun cepat meningkat
sehingga daun dapat terbakar. Contoh pupuk daun yang beredar di pasaran yaitu Gandasil Daun
14.12.14 dilengkapi dengan Mn, Mg, B, Cu dan Zn.

1. c. Pupuk Organik

Kandungan unsur hara yang terdapat di dalam pupuk organik jauh lebih kecil daripada yang
sempat di dalam pupuk buatan. Cara aplikasinya juga lebih sulit karena pupuk organik
dibutuhkan dalam jumlah yang lebih besar daripada pupuk kimia dan tenaga kerja yang
diperlukan juga lebih banyak. Namun, hingga sekarang pupuk organik tetap digunakan karena
fungsinya belum tergantikan oleh pupuk buatan. Berikut ini beberapa manfaat dari pupuk
organik.

• Mampu menyediakan unsur hara makro dan mikro meskipun dalam jumlah yang jauh
lebih kecil.
• Memperbaiki granulasi tanah berpasir dan tanah padat sehingga dapat meningkatkan
kualitas aerasi, memperbaiki drainase tanah, dan meningkatkan kemampuan tanah dalam
menyimpan air.
• Mengandung asam humat (humus) yang mampu meningkatkan kapasitas tukar kation
tanah.
• Penambahan pupuk organik dapat meningkatkan aktivitas mikroorganisme tanah.
• Pada tanah asam, penambahan pupuk organik dapat membantu meningkatkan pH tanah.
• Penggunaan pupuk organik tidak menyebabkan polusi tanah dan air.

Jenis pupuk organik yang banyak dikenal sebagai berikut

- Pupuk Kandang

Pupuk kandang adalah pupuk organik yang berasal dari kotoran ternak. Kualitas pupuk kandang
sangat tergantung pada jenis ternak, kualitas pakan ternak, dan cara penampungan pupuk
kandang.

Pupuk kandang dari ayam atau unggas memiliki unsur hara yang lebih besar daripada jenis
ternak lain. Penyebabnya adalah kotoran padat pada unggas tercampur dengan kotoran cairnya.
Umumnya, kandungan unsur hara pada urine selalu lebih tinggi daripada kotoran padat.seperti
kompos, sebelum digunakan, pupuk kandang perlu mengalami proses penguraian. Dengan
demikian kualitas pupuk kandang juga turut ditentukan oleh C/N rasio.

Dalam dunia pupuk kandang, dikenal istilah pupuk panas dan pupuk dingin. Pupuk panas adalah
pupuk kandang yang proses penguraiannya berlangsung cepat sehingga terbentuk panas. Pupuk
dingin terjadi sebaliknya, C/N yang tinggi menyebabkan pupuk kandang terurai lebih lama dan
tidak menimbulkan panas.

Ciri-ciri pupuk kandang yang baik dapat dilihat secara fisik atau kimiawi. Ciri fisiknya yaitu
berwarna cokelat kehitaman, cukup kering, tidak menggumpal, dan tidak berbau menyengat. Ciri
kimiawinya adalah C/N rasio kecil (bahan pembentuknya sudah tidak terlihat) dan temperaturnya
relatif stabil.

- Kompos

Kompos adalah kasil pembusukan sisa-sisa tanaman yang disebabkan oleh aktivitas
mikroorganisme pengurai. Kualitas kompos ditentukan oleh besarnya perbandingan antara
jumlah karbon dan nitrogen (C/N ratio).

Jika C/N rasio tinggi, berarti bahan penyusun kompos belum terurai secara sempurna. Bahan
kompos dengan C/N rasio tinggi akan terurai atau membusuk lebih lama dibanding dengan C/N
rasio rendah. Kualitas kompos dianggap baik jika memiliki C/N rasio antara 12-15.

Bahan kompos seperti sekam, jerami padi, batang jagung dan serbuk gergaji memiliki C/N rasio
antara 50-100. daun segar memiliki C/N rasio sekitar 10-20. Proses pembuatan kompos akan
menurunkan C/N rasio hingga 12-15. sampai dengan proses penguraian sempurna, tanaman akan
bersaing dengan mikroorganisme tanah untuk memperebutkan unsur hara. Karena itu disarankan
untuk menambah pupuk buatan apabila bahan kompos yang belum terurai sempurna terpaksa
digunakan.

Kandungan unsur hara dalam kompos sangat bervariasi. Tergantung dari jenis bahan asal yang
digunakan dan cara pembuatan kompos. Kandungan unsur hara kompos sebagai berikut.

- Nitrogen 0,1 – 0,6%

- Fosfor 0,1 – 0,4%

- Kalium 0,8 – 1,5%

- Kalsium 0,8 – 1,5%

Ciri fisik kompos yang baik adalah berwarna cokelat kehitaman, agak lembab, gembur dan
bahan pembentuknya sudah tidak tampak lagi. Penggunaan dosis tertentu pada pupuk kompos
lebih berorientasi untuk memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah daripada untuk menyediakan
unsur hara.

- Mikroba Penyubur Tanah

Kemajuan ilmu mikrobiologi tanah berhasil memperbanyak mikroba tanah yang bermanfaat dan
mengemasnya sebagai pupuk cair. Mikroba yang telah dikemas ini kemudian disemprotkan ke
tanah hingga berkembang biak dan memberi dampak positif bagi kesuburan tanah.

Jenis bakteri dan jamur yang biasa digunakan diantaranya Rhizobium, Lactobacillus,
Streptomyces, Micoriza, dan Aspergillus. Jenis dan fungsi mikroba sangat beragam, cara
penggunaanpun berbeda-beda. Karena itu sebaiknya baca petunjuk pada label atau brosur dengan
seksamasebelum menggunakannya.

Mikroba juga membutuhkan waktu untuk berkembang biak sehingga hasil aplikasi mikroba
penyubur tanah tidak langsung terlihat pada tanaman. Jumlah mikroba yang telah disemprotkan
pun sangat mungkin akan berkurang karena faktor cuaca. Aplikasi mikroba sebaiknya
dilaksanakan secara rutin setiap dua minggu sekali. Alat semprot yang digunakan sebaiknya
bukan yang biasa dipakai untuk menyemprot pestisida, karena pestisida akan mematikan
mikroba. Selain itu, tidak disarankan menyemprotkan pestisida terutama fungisida pada tanah
yang telah diaplikasi mikroba.

1. C. Cara Aplikasi
1. 1. Cara Aplikasi Pupuk Kimia
1. a. Larikan

Caranya, buat parit kecil disamping barisan tanaman sedalam 6-10 cm. Tempatkan pupuk di
dalam larikan tersebut, kemudian tutup kembali. Cara ini dapat dilakukan pada satu atau kedua
sisi baris tanaman. Pada jenis pepohonan, larikan dapat dibuat melingkar di sekeliling pohon
dengan jari-jari 0,5-1 kali jari-jari tajuk. Pupuk yang tidak mudah menguap dapat langsung
ditempatkan di atas tanah.

Setelah itu, larikan tidak perlu ditutup kembali dengan tanah. Hindari membuat larikan hanya
pada salah satu sisi baris tanam karena menyebabkan perkembangan akar tidak seimbang.
Karena itu, aplikasi pupuk kedua harus ditempatkan pada sisi yang belum mendapatkan pupuk
(bergantian). Biasanya cara ini dilakukan untuk memberikan pupuk susulan. Tanaman dengan
pertumbuhan cepat dan perakaran yang terbatas disarankan untuk menggunakan cara larikan.

1. b. Penebaran Secara Merata di Atas Permukaan Tanah

Cara ini biasanya dilakukan sebelum penanaman. Setelah penebaran pupuk, lanjutkan dengan
pengolahan tanah, seperti pada aplikasi kapur dan pupuk organik. Cara ini menyebabkan
distribusi unsur hara dapat merata sehingga perkembangan akarpun lebih seimbang. Tidak
disarankan untuk menebar pupuk urea karena sangat mudah menguap.

1. c. Pop Up

Caranya, pupuk dimasukkan ke lubang tanam pada saat penanaman benih atau bibit. Pupuk yang
digunakan harus memiliki indeks garam yang rendah agar tidak merusak benih atau biji. Cara ini
lazim menggunakan pupuk jenis SP36, pupuk organik, atau pupuk slow release.

1. d. Penugalan

Caranya, tempatkan pupuk ke dalam lubang di samping tanaman sedalam 10-15 cm. Lubang
tersebut dibuat dengan alat tugal. Kemudian setelah pupuk dimasukkan, tutup kembali lubang
dengan tanah untuk menghindari penguapan. Cara ini dapat dilakukan disamping kiri dan
samping kanan baris tanaman atau sekeliling pohon. Jenis pupuk yang dapat diaplikasikan
dengan cara ini adalah pupuk slow release dan pupuk tablet.

1. e. Fertigasi

Pupuk dilarutkan dalam air dan disiramkan pada tanaman melalui air irigasi. Lazimnya, cara ini
dilakukan untuk tanaman yang pengairannya menggunakan sistem sprinkle. Cara ini telah
banyak diterapkan pada pembibitan tanaman Hutan Tanaman Industri (HTI), lapangan golf, atau
nursery tanaman yang bernilai ekonomi tinggi. Lewat cara ini, akurasi dan penyerapan pupuk
oleh akar dapat lebih tinggi.

Pada pertanian intensif pemupukan sering dilakukan berkali-kali sehingga beberapa cara diatas
dapat dilakukan bersama-sama dalam satu musim tanam.

1. 2. Cara Aplikasi Pupuk Organik

Tanah berpasir, bekas pertambangan, tanah tererosi, atau tanah sangat padat yang mudah retak
pada musim kemarau, sebaiknya diberi pupuk organik dalam jumlah besar sebelum digunakan
untuk bercocok tanam. Setelah diberi pupuk organik, dilanjutkan dengan pengolahan tanah.
Kedua perlakuan tersebut dilakukan supaya sifat fisik tanah membaik dan pemakaian pupuk
kimia menjadi lebih efisien.

Kebutuhan dosis pupuk organik yang sangat besar seringkali menyulitkan proses penebarannya.
Namun, sekarang telah dipasarkan pupuk organik yang dipadatkan dalam bentuk pelet atau
konsentrat. Pupuk organik dalam bentuk tersebut lebih mudah diaplikasikan dan dosis yang
diperlukan menjadi lebih kecil. Pupuk organik seperti ini diantaranya dipasarkan dengan merk
dagang Ostindo, OCF, dan Green Pride.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam aplikasi pupuk organik adalah sebagai berikut.

- penebaran pupuk organik sebaiknya diikuti dengan pengolahan tanah seperti pembajakan
atau penggemburan tanah agar pupuk organik dapat mencapai lapisan tanah yang lebih dalam.

- Pemberian pupuk organik dengan dosis kecil tetapi sering lebih baik dari pada dosis
banyak yang diberikan sekaligus.

- Pada jagung, cabai, tomat, dan beberapa jenis sayuran, pupuk organik sebaiknya
ditempatkan pada lubang tanam satu minggu sebelum bibit ditanam.

- Pada media tanam dalam pot, perbandingan antara kompos dan tanah yang ideal adalah
1:1. sementara itu, perbandingan pupuk kandang dan tanah yang ideal adalah 1:3.

- Jika harus menggunakan pupuk organik yang belum terurai sempurna (rasio C/N masih
tinggi) harus diberi jeda waktu antara pemberian pupuk organik dan penanaman bibit yakni
minimal satu minggu. Hal itu dilakukan untuk menghindari dampak buruk yang mungkin terjadi
pada tanaman ketika proses penguraian pupuk organik berlangsung

D
1. Usur hara esensial (dibutuhkan tanaman jika tidak ada maka tanaman tidak dapat
tumbuh secara optimal).
a. Unsur hara makro : Unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman dalam jumlah besar
(minimal 500 ppm)
Yang terdiri dari : C (karbon), H (hidrogen), O (oksigen), N (Nitrogen), P (fosfor), K
(kalium), Ca (kalsium), Mg (magnesium), S (belerang).

- Nitrogen (NO3 dan NH4)


Peranan N bagi tanaman adalah :1) Pembentuk Protein, 2) Bagian penting klorofil, 3)
Mempercepat pertumbuhan vegetatif tanaman, 4) Memperpanjang waktu pertumbuhan
vegetatif.

Kekurangan N dapat mengakibatkan :1) Protein dalam daun tua pecah, dan daun
tersebut mati, 2) Tanaman kerdil, 3) CHO diendapkan pada sel vegetatif sehingga daun
menjadi tebal, 4) Daun menjadi kuning

- Fosfor (HPO42-, H2PO4-, PO43-)

Peranan P bagi pertumbuhan tanaman :1) Penyusun asam nukleat, Firin dan fosfolipid,
2) Penyimpan energi, 3) Mempercepat pertumbuhan akar, 4) Mempercepat
pertumbuhan bunga dan buah, 5) Mempercepat pematangan, 6) Memperbaiki mutu
tanaman

Kekurangan P dapat mengakibatkan :1) Pertumbuhan akar terhambat, 2)


Perkembangan buah dan biji terhambat, 3) Buah matang tidak sempurna

- Kalium (K+)

Peranan K bagi pertumbuhan tanaman :1) Berperan sebagai katalisator biologi atau
aktivator enzim dalam metabolisme tubuh tanama, 2) Metabolisme C, H dan P menjadi
gula, 3) Metabolisme N dan sintesis protein, 4) Menyalur dan pengendali unsur lain, 5)
Penetral bahan beracun asam organik, 6) Merangsang jaringan meristematik, 7)
Pengatur stomata, 8 ) Merangsang pertumbuhan akar

Kekurangan K dapat megakibatkan :1) Produksi turun, 2) Sintesis protein kurang, 3)


Transformasi karbohidrat kurang, 4) Tekanan turgor turun sehingga tanaman menjadi
layu atau lemah, 5) Ujung daun kering dan mati, 6) Mutu dan produksi turun

- Kalsium (Ca2+)
Fungsi Ca bagi pertumbuhan tanaman adalah : 1) Sebagai pembentuk lamella tengah
sel, 2) Membantu pembentukan protein, 3) Membantu stabilitas mitokondria, 4)
Membantu perpanjangan akar, 5) Membantu litosis, 6) Membantu translokasi

- Magnesium (Mg2+)

Peranan Mg bagi pertumbuhan tanaman antara lain :1) Sebagai inti dari klorofil, 2)
Menetukan fotosintesis, 3) Aktivator berbagai enzim, 4) Penting dalam sintesis minyak.

Kekurangan Mg dapat menyebabkan :1) Klorosis sepanjang tulang daun, 2) Daun


belang-belang kuning, 3) Pembentukan C berkurang, 4) (pada tanaman jagung)
produksi jagung berkurang

- Belerang (SO42+)

Peranan S bagi tanaman adalah :1) Sintesis asam amino, 2) Aktivator enzim proteolitik,
3) Penyususn vitamin, 4) Meningkatakan fiksasi N, 5) Menigkatkan kadar minyak
kacang

Kekurangan S dapat mengakibatkan :1) Daun kuning seperti kekurangan N tapi


tidak merata, 2) Produksi menurun

nanogis.wordpress.com/ilmu-tanah/unsur-hara/
NO 4
PERSIAPAN PEMBUKAAN AREAL BARU

PERSIAPAN PEMBUKAAN AREAL BARU


UNTUK TANAMAN KELAPA SAWIT

Tanaman Kelapa Sawit ( Elaeis guinensis jacq ) saat ini sudah tiodak asing lagi bagi kita.dan
sudah banyak perusahaan-perusahaan yang membuka lahan perkebunan kelap sawit, begitu juga
hal nya dengan masyarakat yang juga telah banyak melakukan budi daya tanaman kelap
sawit.namun hal yang dilakukan oleh pihak perusahaan berbeda dengan hal yang dilakukan oleh
pihak masyarakat sebelum melakukan Budi Daya Kelapa Sawit.
Sebelum pembangunan peroyek baru perkebunan kelapa sawit dimulai atau di tanam dan sambil
menungu SK pencadangan lahan yang dimohon perusahaan harus melakukan survey dan study
serta penelitian-penelitian yang seksama terlebih treutama kesesuian lahan ( menyangkut
SDA,SDM dan SDK atau sumber daya keuangan) dari proyek tersebut.namun apabila
pembukaan untuk lahan pribadi ( perkebunan pribadi/masyarakat) tidak jauh berbeda dengan apa
yang dilakukan oleh perusahaan untuk pembukaan areal baru.

Hal-hal yang dilakukan perusahaan sebelum pembukaan lahan baru.

1. PERSIAPAN KECAMBAH ATAU BIBIT


Sebelum melakukan Budidaya tanaman Kelapa Sawit hal yang perlu dilakukan terlebih dahulu
adalah persiapan bibit atau kecambah.banyak nya bibit atau kecambah harus ditentukan dengan
jumlah luasan areal yang akan ditanami.dan juga harus ditentukan dengan lama nya waktu untuk
persiapan lahan.

2. JUNGLE SURVEY DAN SOIL SURVEY


Jungle Survey dilakukan apabila pembukaan areal baru masih dimulai dari hutan belantara yang
bertujuan untuk mengetahui daerah atau areal yang akan dijadikan lahan perkebunan kelapa
sawit,dan ada beberapa perusahaan melakukan jungle survey beriringan dengan soil
survey.tujuan dari soil survey ini adalah untuk mengetahui jenis tanah dan kandungan hara tanah
sebelum,kandungan air tanah sebelum penanaman kelapa sawit.

3. PENGADAAN LAHAN
Areal perkebunan kelapa sawit yang akan dibangun di Sumatra berupa hutan-hutan atau semak
belukar dan padang alang-alang. Besdasarkan SK pencadangan dan izin lokasi yang dikeluarkan
oleh Instansi Pemerintah,perusahaan mengadakan penelitian dan survey langsungke lokasi yang
telah ditunjuk sesuai dengan peta pencanangan lahan, untuk melakukan penelitian-penelitian
yang seksama dan langsung dilapangan untuk mengetahui apakah areal tersebut sesuai dan layak
dibangun proyek perkebunan kelapa sawit.informasi atau hal yang perlu diketahui dari survey
tersebut adalah

a. kesesuian Lahan
kesesuain lahan tersebut berupa sumber daya alam yang mendukung seperti
Iklim,Tanah,Topografi,Hama, Penyakit Dll.
b. Luas Lahan
Lahan yang tersedia cukup luas untuk perkebunan kelapa sawit,partisipasi dan animo penduduk
dan aparat pemerintahan.

4. PENYIAPAN DAN PEMBERSIHAN LAHAN


Penyiapan lahan dan pembersihan Tanaman Baru ( New Planting ) saat ini dilakukan Tanpa
Pembakaran ( Zero Burning ) melainkan hanya dengan mendorong dan memindahkan kayu-kayu
atau pohon-pohon bekas tebangan keluar dari gawangan tanaman dan ditumpuk disebelah kanan
atau kiri gawangan tersebut.

5. MENGUKUR AREAL
Perlu diperhatikan untukmengetahui luas areal kebun yang sebenar nya dilakukan dengan
membuat rintisan sepanjang keliling kebun atau piringan sesuai dengan peta pencadangan lahan.

6. MENGUKUR BLOK
Pembuatan atau printisan blok bertujuan disamping untuk penunjuk tempat/lokasi juga untuk
membagi lahan dengan ukuran luas.

7. MEMBUAT BLOK
Blok dibuat disetiap areal bukaan baru,dibatasi oleh jalan areal dan dengan jalan setapak atau
sungai. Blok yang disusun dengan arah utara selatan sesuai dengan arah barisan tanaman.

Untuk mengukur areal,mengukur blok, dan pembuatan blok dilakukan oleh team khusus yang
biasa disebut dengan GPS Team ( Growth Posisition System ) dengan alat Tripot atau dengan
theodolit.

8. MEMBUAT JALAN
Fungsi jalan :
• Sebagai sarana Transportasi untuk kegiatan-kegiatan kebun dan menyangkut hasil produksi.
• Sebagai batas block dan petak kebun
• Dimedan bergelombang atau berbukit jalan dibuat mengikuti mengikuti garis countour.
Klasifikasi Jalan
• Jalan Utama : adalah jalan yang menghubungkan explasement/ PKS ke divisi dan keluar kebun
untuk mencapai jalan aspal ( Negara ) dengan lebar jalan + 10 Mtr.
• Jalan Block : adalah jalan yang membatasi blok dengan blok dengan arah U-S dan T-B dengan
ukuran : Gawang jalan TB : + 18 – 22,5 m
Gawang Jalan US : + 15,6 m
Badan Jalan : + 8 m
• Jalan Produksi : - Terletak didalam block menjadi 4 petak yang sama luasnya
Setiap 4 baris tanaman terdapat 1 tempat pengumpulan TBS yang biasa disebut dengan TPH.

9. PEMBUATAN TATA AIR


Fungsi : Untuk menurunkan permukaan air tanah dengan mengalirkan air yang berlebihan atau
tergenang kedaerah yang lebih rendah
Jenis Parit : - Parit Pembuangan : Parit Pembuangan air dari areal kebun kesungai.
- Parit Primer : parit untuk menampung air yang mengalir dari parit skunder menuju parit
pembuangan
- parit Sekunder Skunder : yaitu parit penghubung antara tersier dengan primer
- Parit Tersier : yaitu Parit yang menampung air permukaan tanah, air kaki bukit dan kemudian
dielirkan ke parit skunder.

UKURAN PARIT

Jenis Parit
Bagian Atas ( m ) Bagian Bawah ( m ) Kedalaman (m)
Pembuangan 3-5 1.55 – 2.0 2.25 – 2.75
Primer 2-3 1.0 – 1.5 1.50 – 2.00
Skunder 1-2 0.6 – 0.8 1.20 – 1.50
Tersier 0.8 – 1 0.4 – 0.6 0.80 – 1.20

10. PEMBERSIHAN LAHAN


Pembersihan lahan yang terbaik dilakukan sesudah Block dan jalan dibuat,mulai dikerjakan awal
tahun sampai akhir tahun.sesuai dengan jadwal proyek.
A. Mengimas
Semua rumput semak belukar, dan pohon-pohon kayu yang berdiameter kurang dari 4 di tebas
rapat ke tanah dengan menggunakan parang babat.dan untuk pekerjaan ini tenaga yang dipakai
adalah + 25 Hk/Ha.

B. Menumbang Pohon
Arah tumbangan searah dengan rencana penanaman yang direncanakan namun, untuk areal yang
miring penumbangan dibuat coutour dimulai dari bawah naik keatas yanglebih tinggi.

C. Memancang Rumpukan
Memancang dilakukan setelah semua dahan – dahan dan pohon –pohon yang ditumbang kering.
Pemancangan dilakukan dengan jarak tanam yang berbeda-beda.
Beberapa jarak tanam
9x9
9 x 7,8 dll

11. MENANAM PENUTUP TANAH ( COVER CROP )


Jenis tanaman yang digunakan untuk Cover Crop yaitu kacangan. Kacangan yang sering
digunakan adalah Mucuna
12. PENANAMAN TANAMAN
Tanaman yang ditanam dilapangan tentunya tanaman yang sudah sesuai dengan umur tanaman
untuk pemindahan kelapangan ( berkisar 1 tahun dari pembibitan ) yang diambil daru areal
pembibitan.
KESIMPULAN
Hal – hal yang dilakukan untuk pembukaan areal tanaman Budidaya Tanaman Kelapa Sawit
yang dilakukan oleh Pihak perusahaan adalah :

1.persiapan kecambah atau bibit


2.jungle survey dan soil survey
3.pengadaan lahan
4.penyiapan dan pembersihan lahan
5.mengukur areal
6.mengukur blok
7.membuat blok
8.membuat jalan
9.pembuatan tata air
10.pembersihan lahan
11.menanam penutup tanah ( cover crop )
12.penanaman tanaman

Penanaman baru ( New Planting ) yang dilakukan oleh pihak perusahan berbeda hal nya dengan
yang dilakukan oleh masyarakat.biasanya masyarakt umum jika ingin membuka lahan itu bukan
dari pembukaan hutan dan tinggal membeli bibit dari pihak-pihak yang menjual bibit kelapa
sawit,jadi mereka langsung menanam dilapangan. Begitu juga dengan perawatan dan
pemupukan.
Diposkan oleh Penelitian Kelapa Sawit di 05:25

No 3
Budidaya Bawang Merah

Posted on 19 November 2008 by penyair cinta (0) Comment

I. PERKECAMBAHAN

Budidaya bawang merah dengan biji memerlukan penanganan yang sangat serius dan teliti
terutama pada saat perkecambahan sampai pindah tanam. Perlakuan per-kecambahan yang harus
diperhatikan adalah, pertama benih dimasukkan ke dalam kantong plastik atau wadah yang berisi
air hangat + 25 – 300C, dan dibiarkan selama 30 menit, kemudian ditiriskan dan dikering-
anginkan sehingga antara benih satu dengan lainnya tidak lengket tetapi tidak smpai terlalu
kering .

II. PERSEMAIAN

Sebelum persemaian dilaksanakan, terlebih dahulu kita harus menyiapkan media semai yang
berupa campuran pupuk kandang yang sudah matang dan pasir (lebih baik media semai sudah
disterilisasi) dengan perbandingan 5 : 1 Untuk memperoleh persemaian yang bagus, tiap 1 m3
media ditambah 1 kg ZA, 1 Kg SP-36 dan 0,5 Kg KCl. Media tersebut kita bentuk menjadi
bedengan dengan ukuran disesuaikan dengan kebutuhan dan jumlah benih yang disemai,
selanjutnya pada bedengan dibuat larikan dengan jarak antar larikan 15 Cm. Untuk menghindari
panas dan hujan, pada bedengan persemaian harus dipasang sungkup (atap) dan sebaiknya dibuat
agak tinggi. Benih yang sudah tumbuh disiram secara rutin untuk menjaga kelembabannya. Bibit
bawang merah disemprot dengan pestisida apabila ada gejala serangan hama atau penyakit. Pada
umur 45-50 hari atau daunnya sudah sebesar pipa sedotan air minum dan pangkal batangnya
sudah membentuk bakal umbi bibit bawang merah sudah siap dipindah tanam, yaitu dengan cara
mencabut bibit tersebut, yang sebelumnya bedengan semai harus dibasahi agar akar tidak rusak.
Bibit tersebut selanjutnya dipotong daunnya bagian atas sekitar 1/3-nya untuk mengurangi
penguapan. Sebelum tanam, bibit bawang merah sebaiknya dicelupkan pada larutan bakterisida
dan fungisida pada bagian akarnya.

III. PINDAH TANAM

Persiapan yang dilakukan sebelum tanam adalah:

1. Pengolahan tanah
Pengolahan tanah dilakukan untuk menciptakan kondisi struktur tanah dan aerasi yang lebih
baik.
2. Pembuatan bedeng tanam
Ukuran bedeng tanam disesuaikan dengan kondisi tekstur dan struktur tanah setempat, tetapi ada
beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu:

a. Tanah dengan tekstur liat/ tanah berat


Pengolahan dengan sistem surjan dengan got/selokan dalam (lebar 40 Cm, dalam 50 Cm).

b. Tanah dengan tekstur pasir/ tanah ringan


Tanah ringan sulit menyimpan air oleh karena itu bedengan diupayakan tidak terlalu tinggi, yaitu
kurang dari 50 Cm.

c. Tanah organik/gambut
Tidak dilakukan pengolahan tanah secara intensifatau sering disebut dengan sistem TOT (Tanpa
Olah Tanah) dan bedengan tidak terlalu tinggi.

3. Penanaman
Sebelum ditanami sebaiknya bedeng tanam disiram terlebih dahulu untuk menciptakan kondisi
tanah yang lebih basah. Khusus untuk tanah berat terutama pada musim kering walaupun sudah
disiram tetapi masih tetap keras perlu ditugal untuk membuat lubang tanamnya. Jarak tanam
yang disarankan adalah 10 x 12 Cm per lubang 1 bibit untuk musim penghujan dan untuk musim
kemarau 10 x 10 Cm per lubang 1 bibit.

IV. PEMELIHARAAN

Meliputi kegiatan :

1. Penyiraman
Penyiraman dilakukan dengan sprayer yang diisi air, dan dilakukan tiap pagi hari terutama
sehabis hujan untuk menghindari penyebaran penyakit Alternaria porii (trotol).

2. Menyiang dan membumbun


Menyiang dilakukan sesuai dengan kondisi gulma, sehingga tanamannya tidak terganggu.
Kegiatan membumbun dilakukan saat tanaman umur 30 dan 45 hst atau disesuaikan dengan
kondisi umbi sampai menyembul ke permukaan tanah.

3. Pengairan
Dilakukan disesuaikan dengan kondisi tanah yang penting tanah harus tetap basah. Karena
pengairan yang kurang akan mempengaruhi kesuburan tanaman dan ukuran umbi.

4. Pengendalian Hama dan Penyakit


a. Bercak Ungu (Alternaria porii (ELL) Cif.

Akibat serangan :
- Daun bawang kering dan mati
- Umbi yang berbentuk tidak sempurna ( kecil – kecil )
Gejala serangan:
- Bercak kecil, cekung
- Warna putih hingga kelabu
-Jika membesar bercak seperti membentuk cincin
Pengendalian teknis :
- Penyemprotan dengan air bersihpada tanaman sehabis turun hujan
Pengendalian kimia:
- Aplikasi fungisida berbahan aktif tembaga hidroksida dan Iprodion.

b. Bercak daun Cercospora (Cercospora duddiae)


Akibat serangan :
-Terjadi klorosis pada daun

Gejala serangan:
-Bercak klorosis, bulat, berwarna kuning
- Terdapat pada ujung daun

Pengendalian kimia:
-Aplikasi fungisida berbahan aktif tembaga hidroksida dan Iprodion

c. Busuk Daun (Peronospora destructor)


Akibat serangan:
- Daun kering dan mati

Gejala serangan:
- Saat tanaman mulai membentuk umbi pada cuaca yang cukup lembab maka gejala serangan
akan berupa bercak hijau pucat dan selanjutnya berubah menjadi kapang.

Pengendalian teknis :
- Penyemprotan dengan air bersih sehabis hujan atau pada pagi hari sebelum matahari terbit

Pengendalian kimia:
- Aplikasi fungisida berbahan aktif metalaksil dan tebu konazol

d. Rebah bibit (Phytium debaryanum Hesse.)


Akibat serangan :
- Tanaman yang baru tumbuh akan busuk dan mati

Gejala serangan:
- Bibit di persemaian busuk, rebah dan selanjutnya akan mati

Pengendalian teknis:
-Menjaga kelembaban disekitar persemaian agar tidak terlalu tinggi

Pengendalian kimia:
-Aplikasi bakterisida.
d. Ulat
Akibat serangan:
- Daun tanaman menjadi putus-putus atau robek dan rusak

Gejala serangan:
-Terdapat telur ulat di sekitar tanaman.
- Daun bila diteropong tampak bekas dimakan ulat

Pengendalian teknis:
- Memotong daun yang terserang dan dibuang di lokasi yang berjauhan.
Pengendalian kimia:
- Aplikasi insektisida yang berbahan aktif Klorpirifos, Tebufenosida.

5. Pemupukan

Kebutuhan pupuk per hektarnya adalah sebagai berikut N = 200 Kg (ZA = 952 Kg/Ha), P2O5 =
230 Kg (SP36 = 500 Kg/Ha), K2O = 230 Kg (KCl = 383 Kg/Ha). Pemupukan diberikan pada
awal tanam sekitar setengah bagian dari total dan sisanya masing-masing 1/4 diberikan waktu
umur 30 hst dan 55 hst.

V. PANEN

Panen dilaksanakan saat tanaman umur 65-75 hst, ditandai dengan daun tanaman sudah mulai
rebah dan umbi tersembul ke permukaan tanah. Cara memanen adalah dengan mencabut
tanaman dan menjemurnya diteruk matahari langsung atau diletakkan di para-para.

VI. PASCA PANEN

Umbi dapat bertahan + 1-2 bulan apabila cara penanganan pasca panennya baik. Cara
penyimpanan disesuaikan dengan kondisi setempat. Salah satu cara penyimpanannya adalah
disimpan diatas para-para.

Incoming Search
budidaya bawng merah dengan biji,bercak ungu pada bawang merah,SISTEM OLAH
TANAH UNTUK BUDIDAYA BAWANG MERAH,PENYAKIT PADA BAWANG
MERAH,pengolaham tanah budidaya bawang merah,PENGENDALIAN PENYAKIT
BERCAK UNGU PADA BAWANG MERAH,Pengelolahan tanah terhadap bawang
merah,kondisi tanah yang perlu diperhatikan,cara mengolah tanah dalam menanam
bawang merah,budidaya tanaman bawang merah pada tanah gambut,ukuran bibit
bawang merah untuk siap tanam
NO 1
A
Agronomi adalah ilmu bercocok tanam. Cabang penting ilmu-ilmu pertanian ini
merupakan salah satu ilmu terapan yang berbasis biologi/botani yang mempelajari
pengaruh dan manipulasi berbagai komponen biotik (hidup) dan abiotik (tidak
hidup) terhadap suatu individu atau sekumpulan individu tanaman untuk
dimanfaatkan bagi kepentingan manusia. Cakupan aspek biotik meliputi individu itu
sendiri, individu lain yang sejenis, atau individu lain yang berbeda jenis. Cakupan
aspek abiotik meliputi semua komponen tidak hidup yang memengaruhi kehidupan
individu yang dipelajari, seperti tanah, cuaca dan iklim, topografi, dan kebijakan
ekonomi-politik.

You might also like