Professional Documents
Culture Documents
LABORATORIUM BIOKIMIA
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2010
BAB I
PENDAHULUAN
Protein merupakan polimer alami yang terdiri dari sejumlah unit asam
amino yang berikatan satu dengan lainnya lewat ikatan amida (atau peptida).
Peptida ialah oligomer dari asam amino yang memiliki peranan penting dalam
kekuatan struktural, dan lain-lain. Protein ini disusun oleh asam-asam amino
Seperti yang telah kita ketahui sebelumnya bahwa secara umum ada tiga
gugus yang reaktif pada asam amino yaitu gugus karboksil, gugus amino, dan
gugus rantai samping. Ketiga gugus ini dapat diidentifikasi melalui uji spesifik,
diantaranya adalah dengan melalui tes ninhydrin, dan sebagainya. Akan tetapi,
selain uji spesifik berdasarkan ciri khas reaksi kimianya, asam amino dapat pula
ditempatkan pada fasa stasioner (zat padat), kemudian dihubungkan dengan fasa
mobile (zat cair), maka fasa mobile akan melalui fasa stasioner, sambil membawa
komponen-komponen tersebut, dimana perbandingan kecepatan perpindahan
Maksud dari percobaan ini adalah untuk mengetahui dan memahami cara
pemisahan dan identifikasi asam amino melalui metode kromatografi lapis tipis.
1. Untuk menghitung nilai Rf dari asam amino alanin, glisin, serin, dan sampel.
menggunakan metode kromatografi lapis tipis yang fase geraknya terdiri dari
TINJAUAN PUSTAKA
dan merupakan 50% atau lebih berat kering sel. Protein ditemukan dalam semua
sel dan semua bagian sel. Protein juga amat bervariasi, ratusan jenis yang berbeda
dapat ditemukan dalam satu sel. Semua protein, baik yang berasal dari bakteri
yang paling tua atau yang berasal dari bentuk kehidupan tertinggi, dibangun dari
rangkaian dasar yang sama dari 20 jenis asam amino yang berikatan kovalen
dalam urutan yang khas. Karena masing-masing asam amino mempunyai rantai
kelompok 20 molekul unit pembangun ini dapat dianggap sebagai abjad struktur
protein. Yang paling istimewa adalah bahwa sel dapat merangkai ke-20 asam
amino dalam berbagai kombinasi dan urutan, menghasilkan peptida dan protein
yang mempunyai sifat-sifat dan aktivitas berbeda. Dari unit pembangun ini
seperti enzim, hormon, lensa protein pada mata, bulu ayam, jaring laba-laba, dan
Jika protein dimasak dengan asam atau basa kuat, asam amino unit
molekul ini menjadi rantai. Asam amino bebas yang terbentuk merupakan
molekul yang relatif kecil, dan struktur masing-masing telah diketahui. Asam
amino yang pertama kali ditemukan adalah aspargin, pada tahun 1806 dan yang
paling terakhir adalah treonin, yang belum teridentifikasi sampai tahun 1983.
semua asam amino mempunyai nama biasa atau umum, yang kadang-kadang
diturunkan dari sumber pertama nama molekul ini diisolasi. Semua asam amino
yang ditemukan pada protein mempunyai ciri yang sama, gugus karboksil dan
gugus amino diikiat pada atom karbon yang sama. Masing-masing berbeda satu
dengan yang lain pada rantai sampingnya, atau gugus R, yang bervariasi dalam
struktur, ukuran, muatan listrik, dan kelarutan di dalam air (Lehninger, 1982).
pemisahan beberapa zat berdasarkan perbedaan kelarutan dalam dua pelarut yang
diteteskan sedikit pada kertas kromatografi pada titik tertentu dan kemudian ujung
kertas dicelupkan ke dalam pelarut tertentu. Pelarut ini akan naik berdasarkan
tersebut. Asam amino yang mudah larut dalam pelarut tertentu itu, misalnya
pelarut organik, akan terbawa naik lebih jauh dari pada yang sukar larut. Setetlah
mencapai bagian atas atau garis akhir, kertas diangkat dari pelarut dan dibiarkan
mengering dengan sendirinya di udara. Dengan proses ini asam-asam amino akan
terpisah satu sama lainnya, dan dengan penyemprotan dengan pereaksi ninhidrin
pada kertas kromatografi tersebut akan tampak noda-noda biru yang membuktikan
adanya asam amino yang terpisah itu. Jarak yang telah ditempuh oleh suatua asam
amino tertentu (b) dibandingkan dengan jarak yang ditempuh oleh pelarut dari
garis awal sampai garis akhir (a) diberi lambang R f (Poedjiadi dan Supriyanti,
2006).
Ninhidrin merupakan reagen yang berguna untuk mendeteksi asam amino
dan menetapkan konsentrasinya dalam larutan. Senyawa ini merupakan hidrat dari
triketon siklik, dan bila bereaksi dengan asam amino, menghasilkan zat warna
lapisan tipis. KLT merupakan kromatografi serapan, tetapi dapat juga merupakan
kromatografi partisi karena bahan penyerap telah dilapisi air dari udara. Sistem ini
diperlukan sedikit, murah, sederhana, waktu analisis cepat dan daya pisah yang
cukup baik. Sebagian besar dasar teori kromatografi kolom juga dapat diterapkan
pada KLT. Konsep “lempeng teori” lebih sukar digambarkan di sini, tetapi
dalam dua fasa, satu diantaranya bergerak terhadap yang lainnya. Terjadi proses
1988).
Harga Rf yaitu b/a merupakan ciri khas suatu asam amino pada pelarut
macamnya pada kromatografi kertas seperti yang dilakukan di atas maka dapat
diketahui macam asam amino yang diperiksa. Penentuan macam asam amino
dapat pula dilakukan dengan menghitung harga Rf masing-masing asam amino,
dan dibandingkan dengan harga Rf asam amino yang telah ada (Poedjiadi dan
Supriyanti, 2006).
sepanjang fase diam karena pengaruh kapiler pada pengembangan secara menaik
yang digunakan. Dalam kromatografi lapis tipis, peralatan yang digunakan lebih
lapis tipis preparatif. Noda memisah dengan baik setelah eluen yang
dengan pelarut kloroform terdapat tujuh noda yang terpisah dengan baik
ekstrak dapat larut sempurna. Cuplikan ini selanjutnya ditotolkan berupa garis
pada jarak 2 cm dari tepi bawah plat kromatografi lapis tipis. Plat
macam teknik pemisahan yang didasarkan atas partisi sampel diantara suatu rasa
gerak yang bisa berupa gas ataupun cair dan rasa diam yang juga bisa berupa
cairan ataupun suatu padatan. Pada kromatografi padatan cair (LSC), teknik
kerjanya tergantung pada teradsorpsinya zat padat pada adsorben yang polar
seperti silika gel atau alumina. Kromatografi lapisan tipis (TLC) adalah salah satu
bentuk dari LSC. Dalam KCKT kolom dipadati atau dipak dengan partikel-
microparticulate lebih kecil dari 20µ. Teknik ini biasanya digunakan untuk zat
padat yang mudah larut dalam pelarut organik dan tidak terionisasi. Teknik ini
komponen tertentu. Teknik ini sering dilakukan dengan lempengan gelas atau
plastik yang dilapisi fase diam. Fase gerak cair adalah pelarut. Campuran yang
akan dianalisis diteteskan pada dasar lempengan, dan pelarut akan bergerak naik
METODE PERCOBAAN
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini, antara lain eluen (n-
butanol : asam asetat : aquadest = 2,5 mL : 0,6 mL : 2,6 mL), larutan penyemprot
ninhidrin 2%, dan larutan asam amino (glisin 0,1 M, serin 0,1 M, alanin 0,1 M
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini antara lain chamber, kertas
kromatografi lapis tipis, botol semprot, pipa kapiler 0,5 L, gelas ukur 10 mL,
pipet volume 1 mL, pipet volume 5 mL, inkubator, pensil, selotip, dan penggaris.
Eluen dibuat dengan cara dicampurkan n-butanol, asam asetat, dan air
dimasukkan ke dalam chamber dan ditutup rapat dengan selotip hingga chamber
jenuh dengan larutan eluen, kurang lebih selama beberapa menit. Kemudian
sebuah plat KLT dibuat garis dengan pensil sejauh kira-kira 1 cm pada bagian
bawah plat dan kira-kira 1 cm dari tepi atas plat. Selanjutnya, plat KLT
plat KLT ditotolkan larutan asam amino (glisin, serin, alanin, dan larutan sampel)
dengan menggunakan pipa kapiler dengan jarak yang sama. Lalu, plat KLT
dimasukkan ke dalam chamber yang sudah jenuh dengan larutan eluen, tetapi
totolan larutan asam amino tidak boleh dicelupkan ke dalam larutan eluen. Elusi
dihentikan setelah eluen menempuh jarak yang telah ditentukan sebelumnya yaitu
garis ditandai dengan pensil. Plat KLT dikeluarkan dari chamber lalu dikeringkan
beberapa menit. Noda yang timbul diberi lingkaran dengan pensil. Diukur jarak
dari tempat totolan sampai ke noda yang terpisah. Dihitung Rf dari setiap noda.
BAB IV
Tabel 1
4.2. Pembahasan
kertas harus kering agar mampu menyerap noda larutan sampel dengan baik,
yang akan dianalisis hanya dibutuhkan sedikit (uji kualitatif) serta dilakukan
secara hati-hati dan diusahakan noda tidak melebar di absorben, teknik double
yang terdapat di dalam gelas merupakan campuran dari n-butanol, asam asetat,
dan air dengan perbandingan 2,5 mL : 0,6 mL : 2,6 mL. Campuran ini berfungsi
agar setiap asam amino dengan gugus yang berbeda dapat diidentifikasi. Adapun
memiliki koefisien partisi tertentu untuk pasangan pelarut tertentu. Asam amino
yang memiliki afinitas terhadap fasa gerak (pelarut) yang lebih besar akan
tertahan lebih lama pada fasa gerak, sedangkan zat terlarut yang afinitasnya
terhadap fasa gerak lebih kecil akan tertahan lebih lama pada fasa diam. Dengan
demikian asam amino dapat dipisahkan akibat perbedaan migrasi di dalam fasa
gerak dan fasa diamnya. Prinsip percobaan KLT ini didasarkan pada sifat fisik dan
kimia asam amino. Sifat fisik ditunjukkan oleh kecepatan bergerak pada fase diam
dari kertas kromatografi dan sifat kimianya berdasarkan pada warna yang timbul
Pada percobaan ini proses elusi berjalan cukup lambat, namun karena
waktu yang sedikit, maka kertas diambil terlebih dahulu sebelum mencapai tanda
batas. Setelah kertas diangkat dari eluen, kemudian dikeringkan pada suhu kamar
dan disemprotkan dengan larutan ninhidrin, maka akan muncul dua warna
dominan dalam identifikasi asam amino, yaitu ungu dan jingga yang merupakan
warna senyawa kompleks yang dibentuk oleh larutan asam amino dan sampel
dilakukan proses pengukuran jarak eluen dan jarak noda dari tempat penotolan.
sama dengan glisin yaitu 0,15, dapat diambil sebuah hipotesa bahwa sampel X
adalah glisin atau senyawa asam amino yang mempunyai gugus fungsi mirip
dengan glisin. Begitupun juga dengan sampel Y yang mempunyai nilai Rf hampir
sama dengan serin yaitu 0,12 maka dapat disimpulkan bahwa sampel itu adalah
serin.
Adapun kesalahan dalam percobaan ini yaitu nilai Rf yang tidak sesuai
karena larutan yang sudah tidak murni. Selain itu, kami menggunakan data dari
kelompok kedua , hal ini karena cara memasukkan kertas kromatografi ke dalam
chamber tidak baik sehingga tanda batas juga terkena percikan eluen.
4.3. Reaksi
4.3.1. Serin
4.3.2. Glisin
4.3.3. Alanin
BAB V
5.1. Kesimpulan
1. Nilai Rf asam amino glisin adalah 0,15, asam amino serin 0,12, asam amino
5.2. Saran
Untuk praktikum sebaiknya larutan contoh yang diidentifikasi diperbanyak
agar dapat diketahui Rf dari asam amino selain glisin, serin dan alanin dan juga
Untuk laboratorium agar kebersihannya tetap terjaga dan kalau bisa asam
kami praktikannya tentang prosedur percobaan yang akan dilakukan, saya harap
dapat dipertahankan.
DAFTAR PUSTAKA
Bresnick, S., 2004, Intisari Kimia Organik, diterjemahkan oleh Hadian Kotong,
Hipokrates, Jakarta.
Gandjar, I. G. dan Abdul Rohman, 2007, Kimia Farmasi Analisis, Pustaka Pelajar,
Yogyakarta.
Hart, H., Craine, L. E., dan Hart, D. J., 2003, Kimia Organik: Edisi Sebelas,
diterjemahkan oleh Suminar Setiati Achmadi, Erlangga, Jakarta.
Lehninger, A. L., 1982, Dasar-Dasar Biokimia jiid 1, diterjemahkan oleh Maggy
Thenawidjaja, Erlangga, Jakarta.
Putra, Effendi D. L., 2004, Kromatografi Cair Kinerja Tinggi Dalam Bidang
Farmasi (online),
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3616/1/farmasieffendy.pdf
(diakses tanggal 28 september 2010, pukul 08.47 WITA).
Soedjadi, 1988, Metode pemisahan, Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
Lampiran 1: Perhitungan Nilai Rf
0,5
Rf = =0 , 15
1. Sampel X : 3,3
0,4
Rf = =0,12
2. Sampel Y : 3. , 3
0,4
Rf = =0 , 12
3. Serin : 3,3
0,6
Rf = =0 , 18
4. Alanin : 3,3
0,5
Rf = =0 , 15
5. Glisin : 3,3
Lampiran 2 : Bagan Kerja
Plat KLT
- Dikeringkan
Noda
Data
-
Lampiran 3: Daftar Nilai Rf 20 Asam Amino
Asisten Praktikan