You are on page 1of 10

KEADAAN GEOLOGI KABUPATEN GUNUNG MAS

Menurut Peta Geologi Lembar Tumbanghiram (U.Margono, T. Sujitno, T. Santosa, 1995),


Lembar Tewah (A. S. Sumartadipura & U. Margono, 1996), Lembar Muarateweh  (S.
Supriatna, A. Sudradjat, H.Z. Abidin, 1993) dan Lembar Buntok (Sutrisno, S. Supriatna, E.
Rustandi, P. Sanyoto, K. Hasan, 1994), bahwa Geologi Kabupaten Gunung Mas:

Morfologi :

Wilayah Gunung Mas termasuk dataran tinggi, Daerah utara merupakan daerah perbukitan,
dengan ketinggian antara ± 100–500 meter dari permukaan air laut dan mempunyai tingkat
kemiringan ± 8–150, serta mempunyai daerah pegunungan dengan tingkat kemiringan ± 15-
250. Pada daerah tersebut terdapat pegunungan Muller dan Schwanner dengan puncak
tertinggi (Bukit Raya) mencapai 2.278 meter dari permukaan air laut.
Bagian selatan terdiri dari dataran rendah dan rawa-rawa yang berpotensi mengalami banjir
cukup besar pada musim-musim hujan, selain itu juga daerah Kabupaten Gunung Mas
memiliki perairan yang meliputi danau, rawa-rawa, dan ada empat jalur sungai yang
berada/masuk wilayah Kabupaten Gunung Mas yaitu :
1. Sungai Manuhing dengan panjang ± 28,75 Km
2. Sungai Rungan dengan panjang ± 86,25 Km
3. Sungai Kahayan dengan panjang ± 600 Km
4. Sungai Miri.

Stratigrafi :

 ALUVIUM : Pasir kuarsa, kerikil dan bongkah berasal dari batuan malihan, batuan
bersifat granit dan kuarsif lepas. Dibeberapa tempat ditemukan lumpur pasir dan tanah
liat mengandung lignit dan limonit. Batuan yang mengeras juga ditemukan terletak di
antara 40 – 50 M di atas permukaan sungai sekarang. Batuan-batuan tersebut terdapat
sebagai endapan sungai, undak dan rawa.

 FORMASI DOHOR : Batupasir kuarsa halus sampai kasar berwarna kelabu kebiru-
biruan, konglomerat berlapis silang – siur dengan komponen batuan malihan dan
batuan granitan bersisipan lapisan batu pasir berbutir limonit. Lapisan batubara
dengan tebal 0,3 – 3 m terdapat di dalam lapisan batu pasir berbutir kasar. Di daerah
yang dipetakan batuan ini tidak mengandung fosil, kecuali kepingan moluska yang
tidak dapat dikenal lagi di dalam lapisan batubara. Formasi ini diduga berumur
Pliosen-Plistosen. Diperkirakan ketebalannya mencapai  300 meter dan sangat
mungkin menebal ke arah timur.

 FORMASI WARUKIN : batu pasir, batu pasir tufan, batu pasir gampingan,
batulanau dan batulempung. Dibeberapa tempat terdapat konglemarat berlapis silang-
siur dan sisipin batugamping. Lapisan batu bara dengan ketebalan 0,3 – 2 meter
terdapat di dalam lapisan batupasir. Di daerah yang dipetakan formasi ini
mengandung bahan gunungapi dan kekuning-kuningan dengan ketebalan kira-kira 10
sampai 15 meter, di bagian bawah satuan ini mengandung fosil Lepidocyclina
angulosa PROVALE ; Lepidocycilina acuta RUTTEN;  Heterostegina borneensis
VAN DER VLERK; Lepidocycilina ephippioides JONES dan CHAPMAN; karatan-
karatan koral (kadar, 1974), umumnya berumur Miosen dan Lembar Tewah satuan ini
merupakan bagian paling bawah Formasi Warukin. Berdasarkan penampang
melintang ketebalan formasi ini diperkirakan berkisar antaran 300 – 500 meter.

 BATUAN TEROBOSAN SINTANG : Batuan terobosan berkomposisi andesit (a)


dan basal (b), terdapat sebagai retas dengan ketebalan 50 cm sampai 4 meter dan
sebagai badan terobosan dengan ukuran garis tengah beberapa Km. Terobosan ini
dinasabahkan dengan kegiatan gunung api Sintang di Barat Laut Lembar Tewah pada
zaman Tersier.

 BATUAN GUNUNG API MALASAN : Breksi gunungapi, tuf, aglomerat dan lava
andesit. Komponen breksi umumnya andesit dan dasit berukuran beberapa cm – 100
cm. Aliran lava umumnya andesit hornblenda. Batuan Gunungapi Malasan menjemari
dengan bagian bawah formasi tanjung, diduga berumur Miosen awal dan diendapkan
di lingkungan litoral.

 FORMASI MONTALAT : Batu pasir kuarsa, putih, berstruktur silang-siur, sebagian


gampingan, bersisipan batulanau dan serpih serta batubara. Berfosil Foram kecil
antara lain Globigerina venezuelana HEDBER, Globigerina tripartita KOCH,
Globigerina selli BORSETTI, Globigerina praebulloides BLOW, Globigerina
angustiumbilicata BOLLI dan Casigerinella chipolensis CUSMAN & POTTON.
Formasi ini berumur Oligosen (P19-N3) diendapkan di laut dangkal terbuka,
ketebalannya mencapai 1.400 meter, menjemari dengan Formasi Berai dan Formasi
Tanjung serta jenis perlipatannya dengan Formasi Tanjung tetapi lebih terbuka
(Soetrisno dtt, 1994).

 FORMASI MENTEMOI : Di bagian bawah dominan batupasir, bagian atas


batupasir  arkosa halus sampai kasar, kemerahan, terdapat struktur silang-siur dan
gelembur gelombang, Setempat terdapat sisipan konglomerat kuarsa dan batu
lempung yang kadang-kadang mengandung batubara. Komponen konglomerat
umumnya berupa kuarsa berdiameter 0,5 – 10 cm, menurut Mark (1957) formasi ini
berumur Eosen – Oligosen, diendapkan di lingkungan litoral, setempat berupa rawa-
rawa dan tebalnya kurang lebih 2.500 m. Formasi ini menindih Batu pasir Haloq.
Secara lateral setara dengan Formasi Ingar, Batupasir Dangkan dan Serpih Silat.

 FORMASI HALOQ : Batupasir kuarsa, batupasir sela kuarsa, batu pasir kerikilan,
jarang batulanau, batulumpur dan setempat batugamping (biokalkrenit, bioklastik)
berbentuk lensa pada bagian bawah. Kandungan bentos foraminifera besar dalam
batugamping berumur Eosen Akhir (Tb), pecahan koral, ganggang bryozoa,
pelecypoda dan echinoid. Batuan ini terendapkan di laut dangkal berenergi tinggi dan
kedalamnya kurang dari 500 m (Pieters dtt, 1993).

 FORMASI TANJUNG : Bagian bawah terdiri atas perselingan batupasir, serpih,


batulanau dan konglomerat aneka bahan sebagian bersifat gampingan. Komponen
konglomerat antara lain kuarsa, feldspar, granit, sekis, gabro dan basal. Di dalam
batupasir dijumpai komponen glaukonit. Bagian atas terdiri atas perselingan batupasir
kuarsa bermika, batulanau, batugamping, dan batubara. Batulanau berfosil foram
plangton di antaranya Globigerina tripartita KOCH, Globigerina ouachitaensis
HOWE & WALLACE, Globigerina sp dan Globorotalina sp yang menunjukkan umur
Eosen-Oligosen (P16-N3). Sedangkan dalam batugamping yang berumur Eosen Akhir
(Tb). Formasi ini tidak selaras di atas batuan Mesozoikum dengan tebal mencapai
1.300 m (Soetrisno dtt, 1994).

 TONALIT SEPAUK : Batuan granitan dengan tekstur merata berkomposisi diorit,


tonalit, graniodiorit sampai monzonit. Kontak terobosan antara batuan pluton granitan
dengan batuan lelehan komposisi menengah terdapat di sekitar Buntut Nusa Hulu S.
Mentaya Proses piritisasi juga terjadi di beberapa tempat. Urat kuarsa dengan tebal
beberapa mm sampai beberapa cm berhubungan erat dengan terjadinya endapan
logam dasar di daerah ini. Berdasarkan penentuan jejak belah, batuan ini berumur
kira-kira 8,7 tahun atau Kapur Atas (Wikarno, 1976).

 BATUAN MALIHAN : Filit, sekis, kuarsit dan genes. Secara umum foliasinya
berarah Baratdaya – Timur laut (NE-SW). Secara umum batuan malihan berasal dari
batulumpur. Proses hidrotermal pneumatolit mempengaruhi batuan ini di beberapa
tempat menghasilkan logam dasar. Umur batuan ini diperkirakan Trias (Van
Emmichoven, 1939).

Struktur Geologi

Struktur geologi yan berkembang di Cekungan Barito relatif sederhana, hal ini
teramati dari sumbu-sumbu perlipatan yang mempunyai kemiringan yang landai.
Proses tektonik mempengaruhi Cekungan Barito berlangsung pada zaman Eosen-
Miosen yang menyebabkan terjadinya perlipatan batuan dari Formasi Tanjung-
Formasi Warukin, sedangkan Formasi Dahor yang berumur Pliosen tidak terpengaruh
oleh proses tektonik yang kuat (Sumartadipura A, 1975).
POTENSI SUMBERDAYA MINERAL LOGAM DAN BATUBARA :

Bahan Galian yang terdapat di Kabupaten Gunung Mas terdiri dari Mineral Logam Emas
(Au), Perak (Ag), Galena (Pbzn), Besi (Fe), Zirkon (ZrSiO 4) dan Tembaga (Cu) dan
Batubara.

 EMAS

Emas adalah unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki simbol Au (bahasa Latin:
‘aurum’) dan nomor atom 79. Sebuah logam transisi (trivalen dan univalen) yang lembek,
mengkilap, kuning, berat, “malleable”, dan “ductile”. Emas tidak bereaksi dengan zat kimia
lainnya tapi terserang oleh klorin, fluorin dan aqua regia. Logam ini banyak terdapat di
nugget emas atau serbuk di bebatuan dan di deposit alluvial dan salah satu logam coinage.
Kode ISOnya adalah XAU. Emas melebur dalam bentuk cair pada suhu sekitar 1000 derajat
celcius.

Emas merupakan logam yang bersifat lunak dan mudah ditempa, kekerasannya berkisar
antara 2,5 – 3 (skala Mohs), serta berat jenisnya tergantung pada jenis dan kandungan logam
lain yang berpadu dengannya. Mineral pembawa emas biasanya berasosiasi dengan mineral
ikutan (gangue minerals). Mineral ikutan tersebut umumnya kuarsa, karbonat, turmalin,
flourpar, dan sejumlah kecil mineral non logam. Mineral pembawa emas juga berasosiasi
dengan endapan sulfida yang telah teroksidasi. Mineral pembawa emas terdiri dari emas
nativ, elektrum, emas telurida, sejumlah paduan dan senyawa emas dengan unsur-unsur
belerang, antimon, dan selenium. Elektrum sebenarnya jenis lain dari emas nativ, hanya
kandungan perak di dalamnya >20%.

 PERAK

Perak adalah suatu unsur kimia yang memiliki lambang Ag dan nomor atom 47. Lambangnya
berasal dari bahasa Latin Argentum. Sebuah logam transisi lunak, putih, mengkilap, perak
memiliki konduktivitas listrik dan panas tertinggi di seluruh logam dan terdapat di mineral
dan dalam bentuk bebas. Logam ini digunakan dalam koin, perhiasan, peralatan meja, dan
fotografi. Perak termasuk logam mulia seperti emas.
 GALENA

Galena atau dikenal sebagai timah hitam di alam berupa senyawa PbS. Apabila unsur sulfida
dominan pada batuan galena, secara fisik terasa aroma sulfida di lokasi batuan tersebut.
Mineral yang biasanya ditemukan dekat galena antara lain sphalerit, pirit dan kalkopirit.
Mineral galena ini banyak berguna dalam industri pengolahan besi dan baja, terutama bila
terdapat unsur tembaga (Cu) di dalamnya. Batuan galena Indonesia saat ini kebanyakan
diekspor untuk memenuhi kebutuhan industri di China.

Mineral galena banyak dijumpai di sekitar batuan malihan. Galena tersebut membentuk suatu
jalur di antara rekahan batuan malihan. Singkapan mineral galena ini bisa terlihat di lereng
bukit atau tepian sungai di daerah batuan malihan. Pada beberapa tempat, mineral galena ini
berdekatan dengan unsur lain seperti tembaga (Cu). Apabila unsur Cu juga dominan pada
mineral galena.

 BESI

Besi adalah logam yang berasal dari bijih besi (tambang) yang banyak digunakan untuk
kehidupan manusia sehari-hari dari yang bermanfaat sampai dengan yang merusakkan. Besi
mempunyai simbol Fe dan nomor atom 26. Besi juga mempunyai nilai ekonomis yang tinggi.

Besi adalah logam yang paling banyak dan paling beragam penggunaannya. Hal itu karena
beberapa hal, diantaranya:

1.  Kelimpahan besi di kulit bumi cukup besar,

2.  Pengolahannya relatif mudah dan murah, dan

3.  Besi mempunyai sifat-sifat yang menguntungkan dan mudah dimodifikasi.

Salah satu kelemahan besi adalah mudah mengalami korosi. Korosi menimbulkan banyak
kerugian karena mengurangi umur pakai berbagai barang atau bangunan yang menggunakan
besi atau baja.
 ZIRKON

Zirkon adalah batu mineral dengan beberapa macam warna. Dengan rumus kimia ZrSiO4
(zirkonium silikat), bobot jenis 4-4,8, kekerasan 7-7,5, mempunyai kemampuan
mendispersikan cahaya sehingga kelihatan berkilauan yang hanya kalah dari kilauan intan.

 TEMBAGA

Tembaga adalah suatu unsur kimia yang memiliki lambang Cu dan nomor atom 29.
Lambangnya berasal dari bahasa Latin Cuprum.Tembaga merupakan konduktor panas dan
listrik yang baik.Selain itu unsur ini memiliki korosi yang lambat sekali.

 BATUBARA

Batubara adalah batuan sedimen yang dapat terbakar, terbentuk dari endapan organik,
utamanya adalah sisa-sisa tumbuhan dan terbentuk melalui proses pembatubaraan. Unsur-
unsur utamanya terdiri dari karbon, hidrogen dan oksigen. Batubara juga adalah batuan
organik yang memiliki sifat-sifat fisika dan kimia yang kompleks yang dapat ditemui dalam
berbagai bentuk.
POTENSI  SUMBER DAYA BAHAN GALIAN BATUBARA KABUPATEN GUNUNG
MAS
POTENSI  SUMBER DAYA BAHAN GALIAN MINERAL LOGAM KABUPATEN
GUNUNG MAS
Daftar Bahan Galian Menurut Jenisnya Tahun 2009

You might also like