Professional Documents
Culture Documents
1
KATA PENGANTAR
Keberhasilan dan kegagalan merupakan dua hal akhir dari sebuah ikhtiar.
Oleh karena itu, penulis mengucapkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT
yang melimpahkan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya
Tulis ini. Karya Tulis ini berjudul PEMBELAJARAN KALIMAT DENGAN
PENDEKATAN KOMUNIKATIF DAN STRUKTURAL SISWA KELAS IX
SMP NEGERI 39 MEDAN TAHUN PELAJARAN 2006/2007 SEMESTER V
(GANJIL).
Penulis mengucapkan terimakasih kepada piha yang telah membantu
dalam penyelesaian kayra tulis ini. Ucapan terima kasihitu ditujukan kepada :
1. Dra. Aidar Uzir, MM. selaku Kepala SMP Negeri 39 Medan yang selalu
memberi kesempatan luas dan memberi motivasi dalam setiap usaha
untuk kemajuan dan keberhasilan.
2. Dra. Rahmawati Nasution sebagai istri setia mendampingi dan membantu
dalam setiap rutinitas di rumah dan pekerjaan kantor (sekolah).
3. Guru-guru SMP Negeri 39 Medan sebagai rekan sejawat yang dengan hati
tulus dan ikhlas setiap diajak bekerja sama dalam penyelesaian tugas-
tugas kedinasan.
4. Semua pihak yang telah memberi bantuan dan dukungan yang tidak
terhingga nilainya.
Penulis menyadari, bahwa karya tulis ini mempunyai kelemahan dan
kekurangan, untuk itu penulis memohon kritik dan saran guna perbaikan di masa-
masa yang akan datang. Akhirnya, semoga karya tulis ini bermanfaat untuk para
guru dan kita semua.
PANUSUNAN, S.PD.
NIP 132 123 900
2
DAFTAR ISI
halaman
ABSTRAK
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Identifikasi Masalah
C. Pembatasan Masalah
D. Rumusan Masalah
E. Tujuan Penelitian
F. Manfaat Penelitian
B. Kerangka Konseptual
C. Pengajuan Hipotesis
3
F. Instrumen Penelitian
DAFTAR PUSTAKA
4
DAFTAR TABEL
Tabel halaman
5
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah bertujuan agar siswa terampil
berbahasa dalam menyampaikan pikiran, perasaan, pendapat, pengetahuan,
dan dapat memahami bahasa orang lain. Tujuan seperti ini berlaku bagi
setiapjenjang pendidikan untuk menerima dan menyampaikan informasi.
Informasi yangingindisampaikan dapatdipahami orang lain apabila si
penyampai informasi memiliki keterampilan dan menguasai kaidah
kebahasaan. Dengan demikian, penyampaian informasi itu akan berjalan
lancar dan mudah dipahami orang lain.
Pemakai bahasa harus taat pada kaidah, misalnya berupa diksi, frasa, tanda
baca, dan lain-lain. Di samping itu juga harus diperhatikan lawan bicara,
tempat, topik pembicaraan, dan lain-lain. Hal ini penting karena tanpa
memperhatikannya, maka pesan yang disampaikan tidak berjalan lancar.
Lubis (1991 : 21) mengatakan :
Kemampuan berkomunikasi dengan bahasa dan bagian-bagiannya selalu
dikaitkan dengan faktor-faktor penentu dalam berkomunikasi. Faktor-
faktor penentu dalam berkomunikasi adalah siapa, untuk tujuan apa, dalam
situasi apa (tempat dan waktu) dalam konteks apa (peserta lain,
kebudayaan, dan suasana) dengan jalur apa (tatap muka, telepon, kawat,
denga koran, dsb) dalam peristiwa apa (bercakap-cakap, ceramah, upacara,
laporan, lamaran kerja, pernyataan cinta, dsb).
6
Pengajaran kebahasaan mengacu kepada pembelajaran bahasa yang
intinya berprinsip ”Ajarkanlah bahasa dan bukan tentang bahasa” Ini
berarti komponen kebahasaan walaupun menjadi dasar dan sangat penting
tidak merupakan tujuan pembelajaran bahasa, yakni memahami dan
menggunakan bahasa bagi tujuan dan keperluan-keperluan tersebut.
Pendapat Parera di atas mengisyaratkan kepada guru, bahwa dalam
pembelajaran bahasa yang dipentingkan adalah keterampilan, bukan
kebahasaan. Oleh karena itu, di sinilah pentingnya menggunakan pendekatan
yang tepat untuk mendukung pencapaian tujuan pembelajaran bahasa
Indonesia. Pembelajaran bahasa Indonesia ini mengharuskan siswa menghapal
dan menghapal berbagai macam kaidah dan istilah bahasa. Para siswa belajar
tentang pengertian dan unsur-unsur pembentuk kalimat tanpa pemahaman
tentang apa yang sudah dipelajarinya. Keadaan semacam ini akan
menyebabkan pembelajaran bahasa Indonesia kurang menyenangkan dan
kurang diminati siswa. Akibatnya siswa tersebut kurang memperhatikan
fungsi dan keberadaan bahasa sebagai alat komunikasi dalam kehidupan, baik
komunikasi secara lisan dan tulis. Badudu (1998 : 104) mengatakan :
Pada umumnya, guru lebih banyak berbicara, menyuapkan bermacam-
macam teori bahasa dan sastra yang harus diketahui dan dihapalkan oleh
murid. Kaidah-kaidah bahasa diajarkan, diurutkan, lalu murid-murid harus
menghapalkan semua yang diajarkan itu. Seharusnya guru memberikan
pengertian yang mantap tentang aturan-aturan itu agar murid-murid benar-
benar dapat memahaminya, kemudian menerapkannnya dalam
penggunaan bahasa secara tepat, baik lisan (waktu bercakap-cakap)
maupun tulisan (waktu menyusun karangan).
7
B. Identifikasi Masalah
Suatu masalah yang dipilih dalam penelitian akan menimbulkan berbagai
masalah yang berhubungan dengan yang akan diteliti. Dalam penelitian perlu
adanya identifikasi masalah agar penelitian itu terarah. Sejalan dengan itu
Muhammad Ali (1985 : 36) mengatakan :
Untuk kepentingan karya ilmiah, suatu hal yang perlu diperhatikan adalah
bahwa penelitian sedapat mungkin diusahakan tidak terlalu luas. Masalah
yang luas akan menghasilkan analisis yang sempit; sebaliknya bila ruang
lingkup masalah dipersempit, dapat diharapkan analisis secara luas dan
mendalam.
Permasalahan pembelajaran kalimat berkaitan dengan pendekatan
pembelajaran yang dipilih dan dilakukan oleh guru di dalam kelas.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah dapat diidentifikasi sebagai
berikut :
1. Pendekatan dalam pembelajarn kalimat yang dilakukan
selama ini tidak sebaik yang diharapkan dalam tujuan pembelajaran.
2. Pembelajaran kalimat dengan pendekatan komunikatif
dalam penelitian ini adalah eksprimen, sehingga hal ini masih merupakan
masalah dalam hubungannya dengan pembelajaran kaimat.
3. Kekurangmampuan guru dalam memilih pendekatan
pembelajaran kalimat.
4. Penguasaan siswa terhadap kalimat masih minim atau
rendah.
C. Pembatasan Masalah
Kajian tentang pembelajaran kalimat dan banyaknya pendekatan yang
bermunculan dalam pembelajaran masih merupakan masalah yang luas.
Untuk menghindari penggarapan yang terlalu luas, maka permasalahan
penelitian dipersempit atau dibatasi. Hal ini memungkinkan permasalahan
dibahas secara tuntas. Keraf (1993 : 112) mengatakan :
Pembatasan dan penyempitan topik akan memungkinkan penulis
mengadakan penelitian yang lebih intensif mengenai masalah. Dengan
pembatasan itu penulis lebih mudah memilih hal-hal yang mudah
dikembangkan nantinya.
8
Sejalan dengan Keraf, Suharsimi (1990 : 18) mengatakan, ” Batasan
masalah merupakan sejumlah masalah yang merupakan pertanyaan yang akan
dicari jawabannya melalui penelitian.”
Dalam penelitian ini penulis membatasi masalah yang difokuskan pada
penggunaan pendekatan komunikatif dan struktural dalam pembelajaran
kalimat.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka diajukan beberapa
pertanyaan sebagai rumusan masalah, sebagai berikut :
1. Bagaimana hasil pembelajaran kalimat dengan pendekatan komunikatif?
2. Bagaimana hasil pembelajaran kalimat dengan pendekatan struktural?
3. Apakah ada perbedaan hasil pembelajaran kalimat dengan menggunakan
pendekatan komunikatif dan struktural ?
E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk, sebagai berikut :
1. Mengetahui hasil pembelajaran kalimat yang menggunakan pendekatan
komunikatif pada siswa kelas IX SMP Negeri 39 Medan Tahun Pelajaran
2006-2007.
2. Mengetahui hasil pembelajaran kalimat yang menggunakan pendekatan
struktural pada siswa kelas IX SMP Negeri 39 Medan Tahun Pelajaran
2006-2007.
3. Mengetahui pendekatan pembelajaran yang lebih sesuai dalam
pembelajaran kalimat pada siswa kelas IX SMP Negeri 39 Medan Tahun
Pelajaran 2006-2007.
F. Manfaat Penelitian
Temuan penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi peneliti atau penulis,
lebaga pendidikan dan para guru bahasa Indonesia. Manfaat yang diharapkan
itu adalah :
1. Secara Teoretis
9
a. Sebagai bahan pertimbangan dalam
pembelajaran bahasa, khususnya kalimat di sekolah
b. Sebagai bahan masukan bagi para guru
bahasa Indonesia dalam pembelajaran bahasa Indonesia
2. Secara Praktis
a. Menjadi pegangan dalam menggunakan pendekatan komunikatif
dan struktural dalam pembelajaran kalimat
b. Menjadi bahan bandingan bagi perencana kurikulum dalam upaya
pengembangan model dan pendekatan pembelajaran
c. Menjadi bahan bandingan bagi para guru bahasa Indonesia dalam
pembelajaran kalimat
10
BAB II
KERANGKA TEORETIS, KERANGKA KONSEPTUAL
DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Kerangka Teoretis
Kerangka teoretis merupakan rancangan teori-teori yang relevan dengan
permasalahan yang akan diteliti. Pendapat atau teori yang relavan itu akan
dijadikan acuan dalam mengkaji masalah yang akan diteliti. Hal seperti ini
merupakan hasil pengetahuan yang diperoleh dari sumber-sumber yang
berhubungan dengan pembelajaran kalimat dalam pendekatan komunikatif
dan pendekatan struktural.
1. Pembelajaran
Kata pembelajaran penulis samakan pengertiannya dengan kata
pengajaran. Pembelajaran lebih operasional dan berfokus kepada siswa
sebagai subjek bukan sebagai objek belajar sebagaimana tuntutan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan yang dipakai sekarang ini.
Pengajaran dalam KBBI (1998 : 13) adalah “Proses perbuatan cara
mengajar atau mengajarkan.” Hal sama dikemukakan oleh Akhaidah (1992 :
1) mengatakan : “Pengajaran merupakan proses perubahan perilaku siswa dari
tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mampu menjadi mampu, dari tidak
terampil menjadi terampil.” Selanjutnya Yunus (1990 : 39) mengatakan :
“Pengajaran adalah meletakkan tiap-tiap mata pelajaran di tempat yang
sewajarnya sehinga dapat dididik tiap-tiap murid dengan pendidikan yang
sesuai bakat dan alam sekitarnya.”
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan, bahwa
pembelajaran merupakan proses pembelajaran tiap-tiap mata pelajaran yang
dapat mengubah perilaku siswa dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak
mampu menjadi mampu dan dari tidak terampil menjadi terampil sehinga
siswa dapat diarahkan kepada suatu tujuan pengajaran yang diharapkan.
11
2. Kalimat
Kalimat adalah bahagian dari bahan pembelajaran bahasa
Indonesia tentang struktur. Batasan atau pengertian kalimat banyak
dikemukakan oleh pakar bahasa. Kridalaksana (1982 : 71) mengatakan :
Kalimat adalah 1. Satuan bahasa yang secara relatif sendiri, mempunyai pola
intonasi final secara aktual maupun potensial terdiri dari klausa. 2. Klausa
bebas yang menjadi bagian kognitif percakapan, satuan proposisi merupakan
gabungan klausa atau merupakan satu klausa yang membentuk satu kesatuan
yang bebas; jawaban minimal, seruan, salam, dan sebagainya, 3. Konstruksi
gramatikal yang terdiri dar atas satu atau lebih klausa yang ditata menurut
pola yang tertentu, dan dapat berdiri sendiri sebagai satu kesatuan.
Selanjutnya Fokker (1983 : 11) mengatakan , “Kalimat ialah ucapan bahasa
yang mempunyai arti penuh dan batas keseluruhannya ditentukan oleh
turunnya suara.” Sejalan dengan ini Ramlan (1982 : 86) mengatakan, “Kalimat
adalah satuan gramatikal yang dibatasi oeh adanya jeda panjang yang disertai
nada akhir turun atau naik.”
Berikutnya Moeliono (1988 : 254) memberikan batasan kalimat
sebagai berikut:
Kalimat adalah bagian terkecil yang utuh secara ketatabahasaan.
Dalam wujud lisan, kalimat diiringi oleh alunan titi nada, disertai
oleh jeda, diakhiri oleh kesenyapan yang memustahilkan adanya
perpaduan atau asimilasi bunyi. Dalam wujud tulisan berhuruf
latin, kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan
tanda titik, tanda tanya, dan sementara disertakan pula di dalamnya
berbagai tanda baca yang berupa spasi atau ruang kosong, koma,
titik koma dan atau sepasang garis pendek yang mengapit bentuk
tertentu.
………………………………………………………………………
12
3. Pendekatan Pembelajaran
Pendekatan pembelajaran adalah suatu usaha untuk menciptakan
suasana kondusif yang diperlukan untuk mendukung proses pemindahan
suatu ilmu pengetahuan. Gegne (dalam Nasution, 1987 : 6) mengatakan,
“Pendekatan pengajaran merupakan serangkaian peristiwa yang
mempengaruhi siswa, sehingga terjadi proses belajar.” Peristiwa-peristiwa itu
mempengaruhi siswa karena berupa intraksi antara siswa dan lingkungan
belajar yang biasanya diatur oleh pengajar dengan tujuan mencapai sasaran
pengajaran yang dimaksud. Dengan demikian, terdapat peristiwa yang
direncanakan oleh guru untuk mengaktifkan dan mendorong siswa agar
belajar dengan baik.
Tarigan (1989 : 6) mengatakan : “Pendekatan pengajaran merupakan salah
satu faktor yang sangat penting dalam peroses belajar.” Menggunakan
pendekatan yang tepat dalam proses belajar mengajar pada dasarnya dapat
meningkatkan hasil pencapaian tujuan pembelajaran yang telah ditentukan
sebelunya. Jika pendekatan itu kurang sesuai dengan tujuan pembelajaran
maka akan terjadi ketidaksesuaian dalam proses belajar mengajar.
Antoni (dalam Tarigan, 1989 : 6) mengatakan :
Pendekatan secara ideal merupakan dasar-dasar teoretis yang menentukan
cara-cara memperlakukan atau mebicarakan silabus…. Pendekatan adalah
asumsi korelatif yang menangani hakikat pengajaran dan pembelajaran
bahasa, pendekatan bersifat aksiomatik…. Metode merupakan rencana
keseluruhan bagi pengajaran bahasa secara rapi dan tertib yang tidak ada
bagian-bagiannya yang berkonstruksi dan semua itu didasarkan pada
pendekatan terpilih, kalau pendekatan bersifat prosedural. Dalam suatu
pendekatan mungkin terdapat beberapa metode…. Teknik bersifat
implementasional yang secara aktual berperan di kelas. Teknik harus
konsisten dengan metode karena ia harus selaras dan serasi dengan
pendekatan tersebut.”
13
4. Pendekatan Komunikatif
a. Pengertian
Kaswanti Purwo (1990) mengemukakan, bahwa pendekatan komunikatif
lebih mengutamakan kelancaran berkomunikasi penggunaan bahasa daripada
pemikiran pengetahuan bahasa sebagai sistem yang melekat pada otak
manusia. Ketepatan mengucapkan dapat diperbaiki sambil belajar, dan
menegaskan kemampuan berbahasa sebagai keterampilan, bukan sebagai
pengetahuan. Pendekatan komunikatif berpandangan, bahwa bahasa lebih
tepat sebagai suatau yang berkenaan dengan apa yang ditindakkan dengan
bahasa (fungsi) atau dengan apa yang diungkapkan melalui bahasa (nosi),
bukan berkenaan dengan butir-butir bahasa. Pendekatan komunikatif dalam
mengajarkan bahasa harus dilakukan dalam situasi penggunaan bahasa yang
alamiah. Hal ini disebabkan oleh pendekatan komunikatif yang mementingkan
penggunaan bahasa daripada pengetahuan tentang bahasa.
Pengajaraan bahasa dengan pendekatan komunikatif berpusat pada siswa.
Interaksi lisan dianggap sama pentingnya dengan membaca dan menulis. Oleh
karena itu, bahasa sehari-hari mendapat perhatian utama, ragam bahasa yang
digunakan ditentukan oleh konteks komunikasi tertentu. Hal ini mengharuskan
guru menciptakan situasi yang memungkinkan atau mendorong munculnya
pemakaian bahasa yang dipergunakan dalam situasi yang wajar. Siswa
diberikan kesempatan menggunakan bahasa yang dipelajarinya untuk
menyampaikan tujuan tertetntu yang bermakna. Dalam mempelajari bahasa
bentuk bahasa selalu dikaitkan dengan makna, karena bahasa adalah
pengungkapan ide konsep. Bentuk dan makna bahasa tergantung pada faktor
penentu komunikasi yang ada dalam situasi dan konteks penggunaan bahasa.
Faktor penentu tersebut adalah siapa, untuk tujuan apa, dalam situasi apa
(tatap muka, telepon, surat, telegram, dsb), dan dalam peristiwa apa
(bercakap-cakap, ceramah, laporan, upacara, dsb).
Pendekatan komunikatif didasari asumsi bahwa belajar bahasa adalah
proses pembentukan kaidah, bukan proses pembentukan kebiasaan. Dengan
mengacu pada asumsi ini dalam proses belajar bahasa siswa tidak lagi
dipandang sebagai pembeo yang mengulang-ulang kaidah bahasa tetapi
14
merupakan pelaku aktif dalam proses kreatif belajar bahasa. Karena itu, guru
tidak lagi dipandang sebagai orang yang hanya memberi informasi belaka,
tetapi harus sekaligus merangkap sebagai penerima informasi atau sebagai
moderator. Kesalaha-kesalahan yang dibuat siswa dianggap sebagai suatu hal
yang wajar dan tidak dapat dihindari. Dengan demikian mempelajari bahasa
dipandang sebagai suatu proses kognitif yang wajar, siswa sendiri yang pada
akhirnya yang bertanggung jawab (Sumardi dalam Syamsul Arief, 1994 : 7)
Dalam proses belajar mengajar guru berperan sebagai penyuluh,
penganalisis kebutuhan siswa dan berperan sebagai manajer kelompok. Yang
lebih dipentingkan adalah bagaimana siswa dapat dibimbing untuk
berkomunikasi (lisan atau tulis) secara wajar. Penyajian materi dan aktivitas
yang menunjukkan kemunikasi realistis dalam kelas harus berpusat pada
siswa. Materi pelajaran (materi ajar) berperan menunjang komunikasi secara
aktif yang terdiri dari tiga macam, yaitu (1) berdasarkan teks, yakni buku ajar
yang menunjang komunikatif siswa; (2) berdasarkan tugas, yang berupa
permainan, simulasi, tugas-tugas tertentu, papan peraga, dan (3) berdasarkan
bahan otentik yang diambil dari surat kabar, majalah dan percakapan yang
sesungguhnya (Nababan dalam Syamsul Arief, 1994 : 7-8).
Berdasarkan uraian terdahulu dapat disimpulkan, bahwa pendekatan
komunikatif dalam pembelajaran bahasa adalah pendekatan yang bersasaran
mengembangkan kompetensi komunikatif, berpusat pada siswa, lebih
mementingkan penggunaan bahasa dan kelancaran komunikasi. Kemampuan
berbahasa sebagai keterampilan bukan sebagai pengetahuan
15
karena satu pihak tidak mengetahui jawabannya. Perhatikan komunikasi
(dalam Bahasa Inggris) berikut :
(1) Guru : Where is the blacboard ?
(sudah terang tampak oleh guru dan para pelajar)
Pelajar : The blacboard is in front of the class room.
(2) Guru : Where is Jhon ?
(guru tidak melihat Jhon di dalam kelas)
Pelajar : He is not here, sir, he is ill.
( guru tidak mengetahui jawabannya)
Jika kita bertanya tentang sesuatu yang sudah diketahui jawabannya
(a.1), maka ini bukan komunikasi, sebab tidak ada “kekosongan
informasi” (information gap). Sebaliknya jika kita bertanya tentang
sesuatu karena kita tidak/belum mengetahui jawabannya maka ini
dinamakan information gap. Jadi, salah satu ciri pendekatan
komunikatif adalah harus ada “kekosongan informasi.’
(b) Aktivitas-aktivitas bahasa yang bertujuan untuk mengerjakan
tugas-tugas yang bermakna mendorong pelajar untuk belajar.
Contoh : - Hapuslah papan tulis itu!
- Pergilah ke kantor pos dan belikan saya kartu pos!
(c) Materi dari silabus komunikatif dipersiapkan sesudah diadakan
suatu analisis mengenai kebutuhan (needs) berbahasa pelajar. Ini
berarti bahwa para pelajar mempunyai kebutuhan sendiri-sendiri untuk
belajar BT (komunikasi sehari-hari).
(d) Penekanan dalam pendekatan komunikatif ialah pada pelajar dan
apa yang diharapkan dari belajar BT. Ini berarti bahwa penyajian materi
dan aktivitas dalam kelas harus ”berorientasi/berpusat pada pelajar.”
(e) Peran guru ialah sebagai ”penyuluh atau penganalisis kebutuhan
pelajar, dan manajer kelompok”. Guru tidak lagi dibenarkan untuk selalu
menguasai kelas dan materi, karena yang dipentingkan ialah bagaimana
para pelajar dapat dibimbng untuk berkomunikasi (lisan atau tulisan)
yang wajar.
16
(f) Pearan materi instruksional dalam pendekatan komunikatif ialah
untuk menunjang komunikasi pelajar secara aktif. Materi instruksional
bahasa terdiri dari, yaitu :
(f.1) materi yang berdasarkan teks (text – based)
(f.2) materi yang berdasarkan tugas (task – based)
(f.3) materi yang berdasarkan bahan otentik (realita)
Materi yang berdasarkan teks ialah buku-buku pelajaran yang ditulis
untuk menunjang kemampuan komunikatif pelajar (dalam bahasa Inggris
disebut, umpanya Nations in Language dari Leo Jones (1979), Functions
of English dari Leo Jones (1982), dan ALFA Series (1979). Materi yang
berdasarkan tugas ialah yang melibatkan permainan, simulasi, tugas-
tugas tertentu, papan-papan peraga, dan sebagainya.
Contoh : Buatlah peta perjalanan Anda ke sekolah!
Sedangkan materi yang berdasarkan bahan otentik berupa materi yang
diambil dari surat kabar atau majalah dan percakapan yang
sesungguhnya (percakapan penutur asli yang direkam, keterangan,
humor, dan sebagainya) Nababan, (1993 : 70-72).
17
(4) Variasi berbahasa menjadi pusat pembelajaran bahasa. Ini berarti model
pembelajaran bahasa harus mencakup sebanyak mungkin kegiatan
pelangsungan berbahasa Indonesia.
(5) Pembelajaran bahasa Indonesia harus menciptakan usaha dan
kemampuan siswa untuk berkomunikasi dengan bahasa Indonesia haruas
mendorong siswa untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan
baik, benar dan wajar untuk pelbagai tujuan dan dalam pelbagai situasi.
(6) Pembelajaran bahasa Indonesia terpusat pada siswa. Ini berarti aktivitas
terbesar dalam pembelajaran bahasa Indonesia adalah “siswa terdorong,
mau, giat, dan berusaha” mendengarkan uraian dan percakapan dalam
bahasa Indonesia, membaca karya sastra, membaca naskah tulisan
bahasa Indonesia.
(7) Guru dan buku pelajaran bahasa Indonesia hanya menjadi model dan
sampel pemahaman dan penggunaan bahasa Indonesia dengan baik,
benar, dan wajar (Parera, 1986 : 13).
Berdasarkan uraian di atas dapat dikatakan, bahwa pendekatan
komunikatif lebih mengutamakan dan menitikberatkan penggunaan bahasa
sebagai model latihan berbahasa yang hidup dan terpakai. Pembelajaran
bahasa Indonesia harus mendorong siswa agar mau berkomunikasi dalam
bahasa Indonesia yang baik, benar, dan wajar.
18
IV. : Dilanjutkan dengan pertanyaan sejenis yang berkaitan dengan
pengalaman pribadi para siswa, tetapi masih di sekitar dialog.
V. : Membahas ungkapan-ungkapan komunikatif dalam dialog, atau
ungkapan serupa yang mungkin muncul atau memiliki kesamaan
makna, atau mendiskusikan tentang struktur kalimat.
VI. : Pembelajar (siswa) menemukan generalisasi kaidah-kaidah yang
mendasari ungkapan atau struktur fungsi tersebut yang dapat
mencakup (a) bentuk-bentuk lisan dan tertulisnya, (b) posisi dalam
ucapan, (c) formalitas dalam ucapan, dan (d) fungsi dan makna
gramatikalnya.
VII. : Pengenalan lisan dengan kegiatan-kegiatan interpretasi.
VIII. : Kegiatan produksi lisan, dari kegiatan terpimpin ke kegiatan
komunikasi bebas.
IX. : Menyalin dialog-dialog, atau dialog-dialog mini, atau modul
kalau tidak terdapat dalam teks kelas.
X. : Memberikan contoh pekerjaan rumah, jika diperlukan.
XI. : Evaluasi pembelajaran hanya lisan.
Dengan melaksanakan prosedur di atas maka keempat keterampilan
berbahasa (berbicara, menyimak, membaca, dan menulis) dapat dilatih dalam
satu pertemuan. Keempat ketarmpilan itu tidak ditampilkan secara terpisah,
tetapi satu keterampilan menjadi sumber keterampilan yang lain atau satu
keterampilan menunjang keterampilan yang lain. Guru hanya memilih
komponen mana yang dijadikan fokus pembelajaran sesuai dengan tujuan
yang telah ditetapkan.
5. Pendekatan Struktural
a. Pengertian
Pendekatan struktural dilandasi oleh linguistik struktural dan psikologi
behaviorisme. Prinsip belajar behaviorisme klasik berpedoman pada
responded conditioning dan prinsip belajar behaviorisme mengutamakan
operant conditioning kesenangan dan keberterimaan. Dalam pembelajaran
19
bahasa prinsip ini memang berperan penting dalam pembentukan beberapa
metode pengajaran bahasa, khususnya pendekatan audiolingual dan struktural.
Dengan latihan tubian dan pemberian penguatan-penguatan tertentu,maka
proses belajar akan terjadi (Parera, 1996 : 15)
Di dalam pembelajaran bahasa kepada siswa disuguhkan pengertian-
pengertian, definisi-definisi, teori dan sebagainya yang berkaitan dengan
bahasa. Sejalan dengan itu, Kaswanti Purwo (1991 : 159) mengatakan :
Di dalam pengajaran bahasa Indonesia dengan pendekatan struktural
rumus-rumus, definisi-definisi, istilah-istilah dilimpahi perhatian utama.
Siswa dituntut untuk menghapalkan mentah-mentah apa itu S-P-O-K, dan
segudang istilah lain. Mereka dituntut untuk mengimani semua itu (jika
perlu tidak harus memahaminya), yang penting ialah begaimana
memperoleh nilai baik dalam ujian supaya lulus.
20
dihapal mati oleh siswa. Akhir pertemuan dapat digunakan untuk mengerjakan
tugas-tugas yang ada kaitannya dengan tata bahasa. Jadi guru harus
memperkenalkan semua struktur bahasa pada setiap butir yang diajarkan
(Tarigan, 1989)
B. Kerangka Konseptual
Pembelajaran adalah suatu cara atau perbuatan mengajar atau
mengajarkan sesuatu kepada orang lain (siswa).
Kalimat ialah bagian ujaran yang didahului dan diikuti kesenyapan yang
dibubuhi tanda baca untuk tertulis dan intonasi untuk kalimat lisan.
Pendekatan adalah sikap atau pandangan tentang sesuatu yang biasanya
berupa seperangkat asumsi yang saling berkatian dengan sesuatu.
Pendekatan komunikatif adalah suatu pendekatan yang menekankan
kalimat terhadap keseluruhan situasi, kondisi, pembicara / pendengar, dan
lain-lain yang turut menentukan arti atau kebermaknaan kalimat. Pengajaran
kalimat senantiasa menekankan tujuan untuk melahirkan dan mengembangkan
kemampuan berkomunikasi dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menggunakan bahasa yang dipelajarinya dalam menyampaikan tujuan
tertentu. Penyajian setiap butir pengajaran bahasa selalu disajikan berdasarkan
konteks.
Pendekatan struktural adalah pendekatan yang menganalisis unsur-unsur
yang membentuk rangkaian struktural (kalimat saja) tanpa
mempertimbangkan konteks penggunaan kalimat. Yang dituntut dalam
pendekatan ini adalah siswa harus mengerti kaidah-kaidah bahasa secara benar
dan pembelajaran dilakukan dengan latihan. Hal ini menyebabkan siswa hapal
kaidah-kaidah bahasa meski tidak dipahaminya.
21
C, Pengajuan Hipotesis
Hipotesis adalah dugaan sementara atau kesimpulan sementara sebelum
penelitian dilaksanakan. Hipotesis penelitian ini adalah :
Ho : Pendekatan komunikatif tidak lebih baik dalam mengajarkan
membuat kalimat dibandingkan dengan pendekatan struktural siswa
kelas IX SMP Negeri 39 Medan Tahun Pelajaran 2006/2007.
Ha : Pendekatan komunikatif lebih baik hasilnya dalam pengajaran
kalimat dibandingkan dengan pendekatan struktural pada siswa kelas
IX SMP Negeri 39 Medan Tahun Pelajaran 2006/2007
22
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Peneliti harus terebih dahulu menentukan metode yang digunakan dalam
penelitiannya. Hal ini dilakukan karena metode penelitian merupakan cara
yang menentukan ketercapaian tujuan. Sejalan dengan ini Winarno (1982 : 2)
mengatakan “Metode merupkan cara utama yang dipergunakan untuk
mencapai tujuan, misalnya untuk menguji serangkaian hipotesis, dengan
mempergunakan teknik serta alat-alat tertentu”.
Pada penelitian ini digunakan metode eksperimen, karena penelitian ini
adalah untuk mencari perbedaan pengajaran kalimat antara dua pendekatan
yang berbeda, yaitu pendekatan komunikatif dan pendekatan struktural.
B. Lokasi Penelitian
Penelitian ini berlokasi di SMP Negeri 39 Medan Kecamatan Medan
Marelan Kotamadya Medan Sumatera Utara, dengan pertimbangan sebagai
berikut:
1. SMP Negeri 39 Medan adalah tempat mengajar peneliti
2. Penelitian serupa ini belum pernah dilakukan di SMP
Negeri 39 Medan.
3. Untuk menghemat waktu, biaya dan tenaga bagi peneliti
23
d. Kelas IX-D = 40 orang
2. Sampel
Peneliti tidak meneliti seluruh populasi tetapi menarik sebagian
sampel untuk mewakili populasi. Arikunto (1992 : 107) mengatakan :
”Untuk sekedar ancer-ancer maka apabila subyeknya kurang dari 100,
lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian
populasi. Selanjutnya jika jumlah subyeknya besar dapat diambil di antara
10-15% dan 20-25% atau lebih”.
Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti mengambil sampel
sebanyak 42 orang (21 orang dari kelas IX-A dan 21 orang dari kelas IX-
B). Sebelum mengambil sampel terlebih dahulu dilakukan uji
homogenitas. Siswa yang tergolong kemampuannya rata-rata dijadikan
sampel dalam penelitian ini.
24
E. Teknik Analisis Data
Untuk menguji kebenaran penelitian ini digunakan teknik analisis data
dengan memakai rumus ”t” yaitu :
Ma − Mb
to= ∑ Xa 2 + ∑ Xb 2 1 1
+
na + nb − 2 na nb
Keterangan : to = t observasi
Ma = Mean kelompok eksprimen
Mb = Mean kelompok pembanding
x = Standar deviasi skor
na = Jumlah sampel eksprimen
nb = Jumlah sampel pembanding
G. Instrumen Penelitian
Peneliti menggunakan tes uraian atau essey test sebagai alat
pengumpul data. Soal sebanyak lima (5) soal, dengan perincian empat (4)
soal menugasi siswa membuat beberapa kalimat dan satu soal lagi
menyemurnakan percakapan (dialog).
25
Kriteria Penilaian sebagai berikut :
26
Pendekatan Struktural (kelas pembanding)
No Kegiatan Waktu
I Pertemuan I
Pre tes 40 menit
II Pertemuan II
1 Pembukaan 10 menit
2 Menjelaskan pengertian kalimat, ciri dan jenisnya 40 menit
3 Mencatat semua penjelasan guru 30 menit
III Pertemuan III
Menjelaskan dan memberi contoh kalimat sesuai
1 50 menit
penjelasan sebelumnya
2 Mencatat contoh-contoh yang diberikan guru 30 menit
IV Pertemuan IV
Membuat kalimat sesuai dengan kaidah yang diberikan
1 50 menit
guru
Membacakan dan menuliskan di papan tulis kalimat yang
2 30 menit
dibuat siswa secara bergantian
27
V Pertemuan V
1 Lanjutan membuat kalimat 20 menit
2 Tanya jawab guru dengan siswa 40 menit
3 Menyimpulkan dan menutup pelajaran 20 menit
VI Pertemuan VI
1 Melaksanakan pos tes 40 menit
BAB IV
PEMBAHASAN PENELITIAN
TABEL I
DATA KEMAMPUAN MEMBUAT KALIMAT
SISWA YANG DIAJAR DENGAN PENDEKATAN KOMUNIKATIF
NO NAMA SKOR (Xa)
1 2 3
1 ADE AMIZURA PULUNGAN 72
2 ARIFAH NURHIDAYATI 78
3 DEBI ANDINI 85
4 ELFI YUSRITA 75
5 HIKMA 82
6 IFNI NAZIP 87
7 IKBAL MUSTAFA SIREGAR 75
8 IRMAYANTI BULURAN 80
9 MARISSA MAISURI 80
10 NIA ISRAINI 65
11 NURUL RAMADHANI ARDI 75
12 RANI PERMATA SARI 74
28
13 RISNIATI 80
14 SANDI Y. TAUFIK 65
15 SARI MASITAH 75
16 SRI UTAMI SARAGIH 84
17 SUTRISNO 80
18 TRI SUKIRJA 80
19 TITO SUKIRJA 74
20 ULAN TRI LESTARI 67
21 ZARKASIH 75
TABEL II
DATA KEMAMPUAN MEMBUAT KALIMAT
SISWA YANG DIAJAR DENGAN PENDEKATAN STRUKTURAL
NO NAMA SKOR (Xa)
1 2 3
1 ANDIKA BAHRI 65
2 ARDIANSYAH RITONGA 65
3 ATIKAH SYAHPUTRI BAHRI 72
4 AYU NOVA ARTIKA 65
5 ELISMA HANDAYANI 75
6 FAHMIL ARIF 70
7 HALIMATUN SAKDIAH 76
8 ILHAM SYAHPUTRA LUBIS 70
9 KHAIRUNNISAK 75
10 MUHAMMAD HASAN BASRI 72
11 M. YASIN 60
12 RATNA SARI DEWI 60
13 RIZKA FITRIANA 62
14 RISKI SYAHPUTRA 70
15 SILVIA RISKI NASUTION 60
29
16 SRI WAHYUNI SIMAMORA 74
17 SUSIANTI 78
18 SYAIFUL ASWAD 68
19 UMAR DANI 74
20 YAYUK MULYANI 64
21 ZULFIKAR SUHAIMI 60
Ma = ∑Xa
na
Mb = ∑Xb
nb
30
TABEL III
PERSIAPAN PERHITUNGAN MEAN VARIABEL A
(SISWA YANG DIAJAR DENGAN PENDEKATAN KOMUNIKATIF)
NO Xa Xb
1 2 3
1 72 5184
2 78 6084
3 85 7225
4 75 5625
5 82 6724
6 87 7569
7 75 5625
8 80 6400
9 80 6400
10 65 4225
11 75 5625
12 74 5476
13 80 6400
14 65 4225
15 75 5625
16 84 7056
31
17 80 6400
18 80 6400
19 74 5476
20 67 4489
21 75 5625
Berdasarkan tabel di atas dapat dicari mean variabel A dan standard deviasi
variabel A, sebagai berikut :
Ma = ∑Xa
na
1608
=
21
= 76,57
∑ Xa
− ∑
2 2
Xb
SDa =
N N
2
123858 1608
= −
21 21
= 34 ,82
SDa = 5,9
32
TABEL IV
PERSIAPAN PERHITUNGAN MEAN VARIABEL B
(SISWA YANG DIAJAR DENGAN PENDEKATAN STRUKTURAL)
NO Xa Xb
1 2 3
1 65 4225
2 65 4225
3 72 5184
4 65 4225
5 75 5625
6 70 4900
7 76 5776
8 70 4900
9 75 5625
10 72 5184
11 60 3600
12 60 3600
13 62 3844
14 70 4900
15 60 3600
16 74 5476
17 78 6084
18 68 1424
19 74 5476
20 64 4096
33
21 60 3600
Berdasarkan tabel di atas dapat dicari mean variabel B dan standard deviasi
variabel B, sebagai berikut :
Mb = ∑Xb
nb
1435
=
21
= 68,33
∑ Xb
− ∑
2 2
Xb
SDa =
N N
2
98769 1435
= −
21 21
= 33 ,84
SDa = 5,8
34
TABEL V
PERHITUNGAN DEVIASI SKOR VARIABEL A
(SISWA YANG DIAJAR DENGAN PENDEKATAN KOMUNIKATIF)
NO Xa Xa - Ma = DXa = Xa Dxa2 = xa2
1 2 3 4
1 72 72 - 76,57 = -4,57 20,8849
2 78 78 - 76,57 = 1,43 2,0049
3 85 85 - 76,57 = 8,43 71,0649
4 75 75 - 76,57 = 1,57 2,4649
5 82 82 - 76,57 = 5,43 29,4849
6 87 87 - 76,57 = 10,43 108,7849
7 75 75 - 76,57 = -1,57 2,4649
8 80 80 - 76,57 = 3,43 11,7469
9 80 80 - 76,57 = 3,43 11,7469
10 65 65 - 76,57 = -11,57 113,8649
11 75 75 - 76,57 = -1,57 2,4649
12 74 74 - 76,57 = -2,57 6,6049
13 80 80 - 76,57 = 3,43 11,7649
14 65 65 - 76,57 = -11,57 133,8649
15 75 75 - 76,57 = -1,57 2,4649
16 84 84 - 76,57 = 7,43 55,2049
17 80 80 - 76,57 = 3,43 11,7649
18 80 80 - 76,57 = 3,43 11,7649
19 74 74 - 76,57 = -2,57 6,6049
20 67 67 - 76,57 = -9,57 91,5849
21 75 75 - 76,57 = -1,57 2,4649
∑ 1608 = 0,03 731,1429
35
TABEL VI
PERHITUNGAN DEVIASI SKOR VARIABEL B
(SISWA YANG DIAJAR DENGAN PENDEKATAN STRUKTURAL)
NO Xb Xb - Mb = DXb = Xb Dxb2 = xb2
1 2 3 4
1 65 65 - 76,57 = -3,33 11,0889
2 65 65 - 76,57 = -3,33 11,0889
3 72 72 - 76,57 = 3,67 13,4789
4 65 65 - 76,57 = -3,33 11,0889
5 75 75 - 76,57 = 6,67 44,4889
6 70 70 - 76,57 = 1,67 2,7889
7 76 76 - 76,57 = 7,67 58,8289
8 70 70 - 76,57 = 1,67 2,7889
9 75 75 - 76,57 = 6,67 44,4889
10 72 72 - 76,57 = 3,67 13,4689
11 60 60 - 76,57 = -8,33 69,3889
12 60 60 - 76,57 = -8,33 69,3889
13 62 62 - 76,57 = -6,33 40,0689
14 70 70 - 76,57 = 1,67 2,7889
15 60 60 - 76,57 = -8,33 69,3889
16 74 74 - 76,57 = 5,67 32,1489
17 78 78 - 76,57 = 9,67 93,5089
18 68 68 - 76,57 = -0,33 0,1089
19 74 74 - 76,57 = 5,67 32,1489
20 64 64 - 76,57 = -4,33 18,7489
21 60 60 - 76,57 = -8,33 69,3889
∑ 1435 = 0,07 710,6669
36
3. Perbedaan Kemampuan Membuat Kalimat Siswa
yang Diajar dengan Pendekatan Komunikatif dan Struktural
Sampel penelitian terdiri dari dua kelompok siswa (siswa yang diajar
dengan pendekatan komunikatif dan siswa yang diajar dengan pendekatan
struktural). Setelah dapat dikumpulkan kemampuan membuat kalimat dari
kedua kelompok siswa, maka diperoleh harga rata-rata hitung (M) dan deviasi
skor kuadrat (X2) dihitung maka diperoleh gambaran, bahwa rata-rata hitung
kedua kelompok adalah berbeda, sebagai berikut :
TABEL VII
NILAI OBSERVASI KEMAMPUAN MEMBUAT KALIMAT
SISWA YANG DIAJAR DENGAN PENDEKATAN KOMUNIKATIF
DAN PENDEKATAN STRUKTURAL
NILAI
JENIS NILAI BEDA
SAPEK SAPES
1 2 3 4
ST 87 78 9
SR 65 60 5
M 76,57 68,33 8,24
X2 731,14 710,67 20,47
Keterangan :
ST = skor tertinggi
SR = skor terendah
M = nilai rata-rata
X2 = deviasi skor kuadrat
SAPEK = siswa yang diajar dengan pendekatan komunikatif
SAPES = siswa yang diajar dengan pendekatan struktural
37
B. Pengujian Hipotesis
Signifikansi rata-rata dalam membuat kalimat antara siswa yang diajar
dengan pendekatan komunikatif dan struktural harus diuji. Pengujian
signifikansi tersebut menggunakan statistik uji ”t”, dengan rumus sebagai
berikut :
Ma − Mb
to= ∑ Xa + ∑ Xb 2
2
1 1
+
na + nb − 2 na nb
a. Kriteria pengujian :
Tolak Ho apabila to > tt
Terima Ho apabila to < tt
b. Taraf signifikansi = 0,05 atau 5%
c. Interpretasi terhadap to dengan membandingkan df atau db tabel
”t” dengan rumus (N1 + N2 - 2), yakni : 21 + 21 – 2 = 40.
Dengan demikian pada taraf signifikansi 5% dan df 40 perhitungan
nilai t =
38
Ma − Mb
to= ∑ Xa 2 + ∑ Xb 2 1 1
+
na + nb − 2 na nb
76 ,57 − 68 ,33
= 731 ,14 + 710 ,67 1 1
+
21 + 21 − 2 21 21
8,24
= 1441 ,81
( 0,0476 + 0,0476 )
40
8,24
=
( 36 ,045 ) ( 0,0952 )
8,24
= 3,4315
8,24
= 1,852
= 4,448204208
to = 4,448
Diperoleh to = 4,448
Berdasarkan kriteria pengujian ternyata to > tt yakni 4,448 > 2,02. Hal ini
berarti, Ho dinyatakan ditolak dan Ha dinyatakan diterima.
39
C. Temuan Penelitian
Berdasarkan analisis data dan pengujian hipotesis ditemukan hal
sebagai berikut :
1. Terdapat perbedaan yang signifikan dalam membuat
kalimat antara siswa yang diajar dengan pendekatan komunikatif dengan
siswa yang diajar dengan pendekatan struktural siswa kelas IX SMP
Negeri 39 Medan Tahun Pelajaran 2006/2007.
2. Siswa yang diajar dengan pendekatan kounikatif lebih
kreatif dibandingkan dengan siswa yang diajar dengan pendekatan
struktural dalam membuat kalimat.
3. Ditemukan pengaruh yang lebih baik dengan
menggunakan pendekatan komunikatif terhadap kreatifitas siswa dalam
membuat kalimat
D. Diskusi
Setelah dilakukan penelitian dan analisis data didapati perbedaan yang
signifikan dalam pembelajaran kalimat dengan menggunakan pendekatan
komunikatif dan struktural. Pembelajaran kalimat dengan pendekatan
komunikatif lebih baik hasilnya daripada pendekatan struktural.
Guru yang baik dan bijak adalah guru yang selalu berusaha meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan siswanya seoptimal mungkin. Memilih dan
menggunakan pendekatan yang tepat akan meningkatkan kemampuan siswa
membuat kalimat. Hal ini menunjukkan, bahwa guru telah berusaha
memberikan motivasi belajar siswanya.
Hasil penelitian ini menunjukkan adanya perbedaan skor, mean, standard
deviasi antara kedua variabel. Hasil pembelajaran kalimat lebih rendah dengan
menggunakan pendekatan struktural. Hal ini bukan berarti pendekatan
struktural tidak baik digunakan atau diterapkan.
40
E. Rangkuman Sementara
Masalah pokok penelitian ini adalah pendekatan pembelajaran yang dapat
mempengaruhi siswa membentuk kalimat. Berdasarkan masalah tersebut,
peneliti ingin mengetahui apakah penggunaan dua pendekatan yang berbeda
akan memberikan hasil yang berbeda kreatifitas siswa dalam membuat
kalimat. Kedua pendekatan tersebut adalah pendekatan komunikatif dan
pendekatan struktural. Dalam pendekatan komunikatif memungkinkan
siswa menggunakan bahasa sesuai dengan konteks berbahasa yang
menimbulkan kreatifitas siswa dalam membuat kalimat
Untuk mengetahui hal di atas ditegakkan hipotesis kerja (Ha) sebagai
berikut: Penggunaan pendekatan komunikatif dalam pembelajaran kalimat
lebih baik hasilnya dibandingkan dengan pendekatan struktural siswa kelas IX
SMP Negeri 39 Medan. Pengujian hipotesis dilakukan dengan mebandingkan
hasil belajar kedua kelompok siswa. Statistik yang dipakai adalah statistik uji
”t” dengan taraf signifikansi 5% (pada df atau db 40, tt = 2,02), perhitungan
nilai to = 4,448.
Sesuai dengan ketentuan pengujian ditemukan to = 4,448 > tt = 2,02,
berarti hipotesis kerja diterima dan dinyatakan pendekatan komunikatif lebih
baik daripada pendekatan struktural dalam kreatifitas siswa membuat kalimat.
41
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan analisis data dan berpedoman pada temuan penelitian dapat
disimpulkan hal sebagai berikut :
1. Pemilihan dan penggunaan pendekatan yang tepat dalam pembelajaran
akan berpepangaruh baik terhadap pencapaian hasil belajar siswa. Oleh
karena itu diperlukan sikap selektif guru dalam memilih dan menerapkan
pendekatan.
2. Pendekatan komunikatif lebih baik dan sesuai diterapkan dalam
pembelajaran kalimat terhadap siswa kelas IX SMP Negeri 39 Medan TP
2006/2007. Hal ini dapat dilihat dari perolehan nilai rata-frata 76.57.
Sebaliknya, pendekatan struktural kurang sesuai diterapkan dalam
pembelajaran kalimat sesaui dengan perolehan nilai rata-rata sebesar
68,33.
3. Pembelajaran kalimat dengan menggunakan pendekatan komunikatif dan
struktural adalah berbeda. Hal ini dibuktikan oleh hasil perhitungan
statistik uji ”t” yakni to > tt = 4,448 > 2,02
4. Melaksanakan pembelajaran dengan pendekatan komunikatif siswa lebih
kreatif dalam membuat kalimat jika dibandingkan dengan pendekatan
struktural.
B. Saran-saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, peneliti ingin mengemukakan saran-saran
sebagai berikut :
1. Para guru bahasa Indonesia seyogyanya memilih dan menggunakan
pendekatan komunikatif dalam pembelajaran agar tercipta siswa yang
lebih kreatif.
42
2. Para guru bahasa Indonesai harus selalu berupaya untuk menambah dan
meningkatkan wawasan ilmu dan pengetahuannya agar lebih berhasil
mentransfer ilmu dan pengalamannya kepada para siswanya.
3. Perlu diingat, bahwa pembelajaran bahasa Indonesia lebih menekankan
keterampilan berbahasa daripada pengetahuan kebahasaan.
4. Para guru lebih baik menggunakan pendekatan komunikatif senantiasa
akan melahirkan siswa kreatif dalam berpikir dan berkomunikasi dalam
bahasa Indonesia.
43
DAFTAR PUSTAKA
44
SOAL POS TES
Petunjuk
1. Bacalah soal secara cermat sebelum menjawab!
2. Kerjakan terlebih dahulu soal yang lebih mudah!
3. Sebelum menyerahkan lembar jawaban terlebih dahulu periksa
kembali nama, kelas, dan jawaban Anda.
Soal
1. Sejak masuk ke kelas Andi diam saja. Ia duduk termenung. Rupanya
ayahnya sudah dua minggu opname di rumah sakit. Ia sedih memikirkan
keluarganya untuk mendapatkan uang untuk biaya rumah sakit. Untuk
biaya sehari-hari pun pas-pasan. Andi adalah teman baik dan teman akrab
Anda.
Tuliskan kalimat berupa saran agar Andi merasa terhibur!
3. Waktu istirahat dua orang siswa berkelahi dalam kelas gara-gara Irfan
mencoret baju Iwan dengan tinta pulpen miliknya.
Sebagai ketua kelas yang bijaksana, Anda tidak menginginkan hal ii
terjadi.
Tuliskan apa yang akan Anda katakan kepada mereka berdua!
4. Dua hari yang alu Pak Regar memberikan tugas atau Pekerjaan Rumah
(PR). Ternyata Anda tidak mengerjakannya karena ikut menjaga adik di
45
rumah sakit sehingga diberi hukuman tidak boleh ikut belajar pada hari itu
juga. Setelah kejadian itu Anda pun menyesal dan Anda berjanji tidak
akan terulang lagi.
Tuliskan rasa penyesalan dan janji Anda itu!
5. Sempurnakanlah percakapan (dialog) berikut ini!
Ani : .........................................................................................
Kak Ida : Walaikum salam.
Ani : Saya teman sekelas Ita, Kak!
Kak Ida : Oh, begitu. Silakan ..........................................................
Ani : Terima kasih, Kak.
Kak Ida : ...........................................................................................
Ani : Ani, Kak.
Kak Ida : Ada yang bisa kakak bantu?
Ani : ... ada Kak?
Kak Ida : ..........................................................................................
Ita : Eh, kamu An. Ada apa malam-malam begini?
Ani : Begini, Ta. Besok saya tidak bisa masuk sekolah.
Ita : .......................................................................................
Ani : Tadi sore ayahku mendapat berita melalui Telepon
Genggamnya dari kampung.
Ita : Lalu .................................................................................
Ani : Saya ke sini ngantarin surat ini.
Tolong .............................................................................
Ita : .........................................................................................
Ani : Terima kasih Ta, kamu bersedia membantu saya.
Ita : Sudahlah. Saya senang melakukan ini.
Eh, An. ............................................................................
Ani : Paling-paling dua tiga hari. Ayahku cuma dapat izin
segitu dari kantornya.
Ita : .........................................................................................
Ani : Saya buru-buru ni, pamit dulu ya. Salam buat Kak Ida.
46
Ita : Okelah An. Semoga selamat diperjalanan sampai ketemu
lagi nanti di sekolah.
Ani : ..........................................................................................
O
l
e
h
:
PANUSUNAN, S.PD.
NIP 132 123 900
47
DINAS PENDIDIKAN
SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) NEGERI 39 MEDAN
2007
LEMBAR PENGESAHAN
Tanda Tangan :
48
Dra. Aidar Uzir, MM.
NIP 132 065 709
49