You are on page 1of 10

Struktur Komunitas Btologi Padang Lamun di Panlw Selatan Lombok: dan kondisi lingkungannya

KRUSTASEA DARI PADANG LAMUN DI PERAIRAN LOMBOK SELATAN oleh



M. Kasim Moosa *) dan Indra Aswandy *)

ABSTRAK

Padang lamun di Teluk Kuta dan Teluk Gerupuk di bagian selatan Pulau Lombok mempunyai fauna krustasea yang cukup baik keragaman jenisnya Kepadatan rata-rata krustasea yang ditangkap dengan alat seser di Tcluk Kuta adalah 5-8 individu per m' volume air sedangkan dengan alat "corer" kepadatannya adalah 145 invidu per m' Iuas permukaan dasar Kepadatan rata-rata krustasea di Teluk Gerupuk adalah 0.8-3 individu per m' volume air dengan alat seser dan dengan alat corer adalah 90-106 individu per m' luas permukaan dasar.Jumlah jenis krustasea yang dikumpulkan dengan alat corer di Teluk Kuta adalah 12 jenis dan di Teluk Gerupuk 14 jenis sedangkan dengan alat seser hanya berhasil dikumpulkan 6 jenis di Teluk Kuta dan 7 jenis di Teluk Gerupuk. Jumlah krustasea yang disajikan pada Tabel 1 berasal dari baruan yang berada di antara lamun atau berdekatan dengan padang lamun

ABSTRACT

The seagrass beds at Kuta Bay and Gerupuk Bay located at the southern part of Lombok Island have moderate abundancy of crustacean fauna. The average number of Crustacea collected at Kuta Bay by using push net is 5-8 individuals per m' water volume while that of the corer is 145 individuals per m' surface area The average number of Crustacea collected at Gerupuk Bay by using push net is 0.8-3 individuals per M water volume while that of the corer is 90-106 individuals per m' surface area. The total number of crustacean species collected at Kuta Bay and Gerupuk Bay by using corer is 12 and 14, while for push net is 6 and 7 species respectively Many of species presented at Table 1 were collected from the coral rubble in between or near the neighbouring sea grass beds

PENDAHULUAN

Padang lamun merupakan salah satu ekosistem perairan pantai yang menjadi habitat dari berbagai jenis binatang invertebrata termasuk beraneka jenis krustasea Habitat ini berfungsi antara lain sebagai tempat tinggal, tempat membesar dan mencari makan, serta tempat berpijah

'j Balitbang Biologi, Puslitbang Oseanologi-LIPI

42

Struktur Komunitas Biologi Padang Lamun di Pantai Selatan Lombok dan kondisi lingkungannya

bagi krustasea tertentu Krustasea merupakan kelompok binatang yang paling banyak jenisnya ditemukan di padang lamun (MUKAI, 1987). Kelompok krustasea yang menghuni padang lamun terdiri dari berbagai taksa terutama adalah Amphipoda, Decapoda dan Stomatopoda Amphipoda, terutama suku Gamrnaridae, adalahkrustasea pemakan detritus dan busukan organis tennasuk daun dan bagian lain dari lamun (GRrFFITH,1976). Decapoda yang diwakili oleh berbagai jenis udang (Macrura), kepiting (Brachyura) dan Kumang (Anomura) pada umurnnya adalah binatang pemakan segala (omnivora) dengan kecenderungan ke arah pernakan daging (karnivora). Stomatopoda merupakan pernangsa (predator) yang bergerak aktif mencari mangsa dan merupakan karnivora atau menunggu mangsanya untuk diterkamnya. Krustasea rnendiami berbagai substrat yang terdapat di dalam ekosistem padang lamun. Amphipoda pada umumnya mendiami substrat dasar yang ditumbuhi oleh lamun atau algae bentik (BARNARD,1971). Binatang ini dapat berenang, berja1an atau meloncat di antara tumbuhan. Decapoda ditemukan mendiami berbagai macam habitat dan substrat. Kepiting (subordo Brachyura) sebagian besar mendiami substrat keras seperti batu-batuan yang terdapat di antara tumbuhan lamun dan sebagian lagi ada yang sudah mengadaptasikan diri hidup di antara daun tumbuhan seperti berbagai jenis algae dan juga lamun. Suku Xanthidae sebagian besar ditemukan pada substrat keras, suku Majidae ditemukan merayap di antara tumbuhan, dan suku Portunidae dan Calappidae bergerak di substrat dasar. Udang (subordo Macrura) ada yang mendiarni substrat dasar dengan membentuk J'iang seperti suku Alpheidae yang juga ditemukan meliang di dalam batuan dan mahJuk lain seperti sponge. Udang dari suku Palaemonidae, Periclimenes sp, hidup di antara daun Iamun dan ada pula yang sudah beradaptasi dengan baik seperti marga Tozeuma (suku Hippolytidae). Krustasea ini memangsa binatang- binatang keeil lainnya yang hidup menempel (epizoa) pada daun atau bagian lain dari lamun. Ordo Hoplocarida (Stomatopoda) hidup di substrat dasar dengan meliang seperti rnisalnya Lysiosquilla maculata dan ada pula yang membenamkan diri di substrat dasar atau hidup di antara batu-batuan yang terdapat di dalam ekosistem padang lamun. Binatang ini merupakan pemangsa yang memangsa berbagai jenis moluska at au binatang lainnya seperti ikan-ikan kecil atau krustasea Stomatopoda sendiri merupakan mangsa dari binatang lainnya seperti ikan, eumi dan gurita.

Keanekaragaman krustasea di padang Iamun Pulau Lombok belum pemah diteliti sebelumnya Penelitian ini diharapkan bisa memberikan informasi tentang jenis-jenis krustasea di perairan ini.

43

Struktur Komunitas Biologi Padang Lamun di Pantai Selatan Lombok dan kondisi lingkungannya

Walaupun demikian dipercaya bahwa akan rnasih banyak jenis yang belum bisa berhasil ditangkap sehingga inforrnasi yang disajikan masih harus terns perlu dilengkapi.

METODE PENELITIAN

Pengurnpulan jenis krustasea dilakukan dengan menggunakan tiga eara dan beberapa macam alat. Untuk menangkap krustasea yang hidup di antara daun lamun digunakan alat seser dengan mulut berbentuk segitiga tiga sisi dengan panjang sisi 50 em dengan luas permukaan sekitar 0,1 m2 , Alat ini diberi rod a sehingga mudah digerakkan di atas substrat Dibelakang mulut diberi jaring plankton yang di bagian ujungnya diletakkan botol pengumpul. Alat ini bekerja efektif untuk menangkap krustasea yang hidup menernpel pada tumbuhan lamun atau berada di antara daun lamun (MANNING,1975; REAKA & MANNING,1989) Jarak dorong adalah 75 m sehingga dengan mengukur luas mulut dikalikan dengan panjang trayek maka akan bisa diperolen volume air tersaring dan dengan demikian dapat diukur kepadatan krustasea seeara kuantitatif per satuan volume. Untuk menangkap krustasea yang hldup di substrat dasar dipergunakan alat "corer" berbentuk lingkaran dengan luas mulut 0.1 m2 Alat ini dibenamkan ke dalam substrat dan semua biota yang ada dikumpulkan termasuk krustasea Pengumpulan dengan alat ini bisa memberikan gambaran kuantitatif per satuan luas. Pengumpulan fauna krustasea juga dilakukan dengan mengadakan koleksi bebas yaitu menangkap krustasea yang ada di dalam ekosistem lamun. Krustasea banyak yang hidup di substrat dasar keras seperti karang mati atau karang hidup, di antara algae bentik dan juga membenamkan diri di substrat dasar. Pengumpulan seeara koleksi bebas yang dilakukan dengan berbagai macam cara dan alat akan memberikan gambaran keanekaragaman jenis secara kualitatif Selain itu juga digunakan alat jaring tarik (beach seine) yang menangkap juga krustasea tertentu yang hidup di substrat dasar

HasiI pengumpulan diawetkan dalam metil alkohol 70% dan diidentifikasi dengan mempergunakan berbagai pustaka Tidak semua sampel bisa diidentifikasi sampai dengan jenis, sebagian sampai dengan marga atau suku atau bahkan raksa yang lebih tinggi. JumJah spesimen yang diperoleh dengan alat seser dan "corer" dihitung jurnlahnya untuk mendapatkan gambaran kepadatan kuantitatif

44

Struktur Komunitas Biologi Padang Lamun di Pantat Selatan Lombok dan kondw lingkungannya

Jenis-jenis krustasea yang dikumpulkan diidentifikasi dengan menggunakan beberapa pustaka yaitu dari HOLTHUlS (1955), BARNARD (1970,1971) & GRIFFITHS (1976) serta berbagai pustaka lainnya

LOKASI PENELITIAN

Pengumpulan biota dilakukan pada dua lokasi yaitu di padang lamun pantai Kuta dan Gerupuk di Pulau Lombok bagian selatan. Di pantai Kuta dilakukan penangkapan pada dua lokasi dengan menggunakan aJat seser, dua transek dengan alat "corer", dan koleksi bebas. Di samping itu juga diadakan penangkapan dengan alat jaring dasar (beach seine) Di perairan Gerupuk dilakukan penangkapan dengan alar-alat yang sarna ditambah dengan alat pancing jerat khusus untuk menangkap Stomatopoda tertentu.

RASIL PENELITIAN

Hasil penelitian dan dua lokasi yaitu padang lamun di pantai Kuta dan padang lamun di pantai Gerupuk memperlihatkan bahwa keanekaragaman jenis krustaseanya cukup tinggi Namun karena alat yang di pakai bersifat selektif artinya alat seser hanya menangkap krustasea yang hidup menempel pada tumbuhan lamun yang berada di atas substrat atau krustasea yang ada di antara daun lamun, maka krustasea yang hidup membenamkan diri di dalam substrat tidak akan ikut tertangkap Sebaliknya alat "corer" menangkap krustasea yang hidup di substrat dasar dan tidak banyak memperoleh krustasea yang hidup di antara daun lamun Hasil dari pengumpulan krustasea pada ke dua Iokasi (pantai Kuta dan Gerupuk) disajikan pada Tabel 1

1. Pantai Kuta

Pengumpulan sampel dengan alat seser pada dua lokasi berhasil mengumpulkan udang (Macrura) masing-masing berjumlah 40 dan 62 ekor. Udang yang dikumpuJkan terdiri dari tiga suku yaitu Palaernonidae yang diwakili oleh marga Periclimenes sebanyak masing-masing 31 dan 61 ekor, suku Hippolytidae yang diwakili oleh marga Tozeuma sebanyak 9 ekor (pada satu lokasi saja) dan suku Penaeidae yang diwakili oleh marga Sicyonia sebanyak satu ekor Amphipoda yang

45

Struktur Komunitas Biologi Padang Lamun di Pantai Selatan Lombok dan kondisi lingkungannya

tertangkap adalah dari suku Gammaridae yang diwakili oleh marga Podocerus, Grandidierella, Maera masing- rnasing sebanyak satu ekor dan marga Cymadusa sebanyak lima ekor (pada satu lokasi saja). Kepadatan rata-rata yang diperoleh adalah antara 5 - 8 individu krustasea per m3 volume air.

Pengumpulan krustasea dengan alat "corer" berhasil menangkap krustasea dari ordo Decapoda, Arnphipoda dan Hoplocarida (Stomatopoda). Ordo Decapoda diwakili oleh ketiga subordonya yaitu Macrura (udang), Brachyura (kepiting) dan Anomura (kumang). Macrura diwakili oleh suku Penaeidae dan Alpheidae dengan masing-masing satu marga. Brachyura diwakili oJeh suku Portunidae dan Calappidae yang masing-masing terdiri satu marga. Amphipoda diwakiJi oleh suku Gammaridae dengan lima marga. Stomatopoda diwakili oleh suku SquiUidae dengan satu marga. Kepadatan rata-rata krustasea yang ditangkap dengan alat "corer" adalah 145

ekor per m2.

Pengumpulan dengan cara melakukan koleksi bebas yang difokuskan pada penangkapan Brachyura dan Stomatopoda berhasil mengumpulkan tiga jenis kepiting dan empat jenis Stomatopoda.

2. Pantai Geropuk

Pengurnpulan sampel dengan alat seser pada dua lokasi di pantai Gerupuk berhasil mengumpulkan udang masing-masing sebanyak satu dan 17 individu dan kesemuanya dari suku Palaemonidae yang diwakili oleh marga Periclimenes. Juga berhasil dikumpulkan 17 ekor mysid dan seekor isopod. Amphipoda yang dikumpulkan adalah dari suku Gammaridae yang diwakili oleh empat marga dan berjumlah seluruhnya sembilan ekor. Kepadatan rata-rata krustasea yang tertangkap dengan alat seser adalah berkisar antara 0,8 - 8 individu per m3 volume air.

Pengumpulan krustasea dengan alat "corer" pada dua Iokasi berhasil menangkap ordo Decapoda yang diwakili oleh ke tiga subordonya dan Amphipoda Subordo Macrura diwakili oleh suku Penaeidae, Alpheidae dan Palaemonidae; Brachyura diwakih oleh suku Calappidae, Leucosiidae, Majidae, Portunidae dan Xanthidae yang pada empat suku pertama diwakili masing-maslng oleh satu rnarga sedangkan yang terakhir diwakili oleh dua marga. Subordo Anomura diwakili oleh suku Upogebiidae. Amphipoda yang diwakili oleh suku Gammaridae

46

Struktur Komunitas Biologi Padang Lamun di Pantai Selatan Lombok dan kondisi lingkungannya

-~-------~------

terdiri dari dari empat marga. Kepadatan rata-rata krustasea dari dua lokasi penangkapan dengan alat "corer"di perairan Gerupuk berkisar antara 90-106 individu per m2

Pengumpulan dengan jalan koleksi bebas yang difokuskan pad a Brachyura dan Stomatopoda berhasil mengumpulkan 50 jenis kepiting dari tiga suku dan 32 marga, sedangkan Stomatopoda berjumlahempat jenis terdiri dari tiga suku dan riga marga.

PEMBAHASAN

Fauna krustasea dati perairan di pantai Kuta dan Gerupuk yang hidup di padang lamun cukup tinggi keragaman jenisnya. Tabel 1 memperlihatkan keanekaragaman tersebut walaupun demikian masih dirasakan belum dapat mewakili seluruh jenis yang terdapat di sana. Pengumpulan terhadap krustasea peliang yang hidup di substrat dasar dan juga yang hidup berasosiasi dengan biota lain di dalam ekosistem padang lamun belum terwakili. Dari itu pengumpulan secara kualitatif akan banyak memberikan gambaran tentang keanekaragaman jenis namun tidak dapat rnernperlihatkan kepadatan populasi. Sebaliknya pengumpulan dengan alat-alat tertentu seperti seser, "corer" dan jaring dasar akan hanya mampu menangkap krustasea yang hid up menempel atau berenang tetapi tidak bisa menangkap yang hidup di antara batuan atau yang bersifat peliang. ASWANDY & HUTOMO (1988) dan ASWANDY (1991) dalam penelitiannya di Teluk Banten mendapatkan 28 dan 29 jenis krustasea yang ditangkap dengan alat "grab'' dan "beam-trawl". Jumlah jenis yang diperoleh mereka relatif lebih tinggi kalau dibandingkan dengan hasil penangkapan dengan alat "corer" yang dilakukan di Teluk Kuta (12 jenis) dan Teluk Gerupuk (14 jenis). Hal ini dapat dimengerti mengingat lama waktu kerja dan juga jumlah stasiun yang berbeda.

Penangkapan yang mencakup areal yang lebih luas dan habitat yang lebih beragam yang terdapat di dalam lingkungan padang lamun diharapkan akan lebih banyak mengungkapkan keanekaragaman jenis krustasea yang hidup di sana. Perlu kiranya dapat dipahami bahwa sebagian besar dari krustasea yang tertangkap dan disajikan dalam Tabel 1 merupakan jenis-jenis yang juga bisa tertangkap di luar habitat lamun. Dari jenis yang diperoieh udang dari marga Tozeuma merupakan udang yang telah sangat beradaptasi dengan daun lamun sedangkan Stomatopi da

47

Struktur Komunitas Biologi Padang Lamun di Pantai Selatan Lombok dan kondisi lingkungannya

yang selalu ditemukan di padang lamun adalah Pseudosquilla ciliata yang merupakan jenis yang hidupnya sirkumtropis.

Tabel 1. Daftar Koleksi Krustasea dari Lombok Selatan

Camposcia retusa +
Daldorfia horrida +
Hyastenus sp. +
Micippa cristata granulipes +
Micippa platypes +
Schizophrys aspera +
Tiarinia angusta + +
Tiarinia cornigera +
Tiarinia spinigera + +
Tiarinia sp.
Portunus pelagicus + +
Portunus sanguinolentus + +
Portunus convexus + +
Thalamita admete + +
Ocypode cordimana + +
Ocypode ceratophthalma + +
Macrophthalmus bosci + 48

Struktur Komunitas Biologi Padang Lamun di Pantai Selatan Lomnok dan kondlsi Iingkungannyo

--------------------------------~

. _oF,
)
XANTHIDAE +
Actaeodes hirsutissimus + I
Actaeodes tomentosus +
Atergatis floridus +
Carpilius convexus + I
Chlorodiella barbata +
Chlorodiella nigra + +
Chlorodiella sp. + +
Cymo andreossyi +
Domecia hispida + I
Eriphia sebana +
Etisus laevimanus +
Gail/ardiellus rueppellii +
Heteropilumnus sp. +
Leptodius exaratus +
Leptodius sanguine us +
Liomera bella +
Liomera edwardsi +
Macromedaeus crassimanus +
Ozius rugulosus +
Parapilumnus sp. +
Paraxanthias notatus +
Phymodius granulosus +
Phymodius ungulatus +
Pilodius areolatus + +
Pilodius nigrocrinitus + ,
Pilodius scabriculus +
Pilodius sp. +
Pilumnus caerulescens +
Pilumnus scabriusculus +
Pilumnus vespertilio +
Psaumis cavipes + +
Pseudozius caystrus + I
Valdivia typica +
Viaderiana typica +
Xanthias elegans
I
0 II 49

Struktur Komunitas Biologi Padang Lamun di Pantai Selatan Lombok dan kondtsi lingknngannya

MACRURA
Alpheidae
~lpheus sp. +
Hippolytidae
!A thanas sp. +
Tozeuma sp. + +
Penaeidae
Sycionia sp.
Palaemonidae
Periclimenes + + +
ANOMURA
Upogebiidae +
STOMATOPODA
Gonodactylidae
Gonodactylus mutatus + +
Gonodactylus viridis + +
Haptosquilla pulchella + +
Haptosquilla stoliurus +
Lysiosquillidae
Lysiosquilla maculata + +
Pseudosquillidae
ifseudosquilla ciliata + +
+
Squillidae
!Alima hyalina + 50

Struktur Komunitas Biologi Padang Lamun di Pantai Selatan Lombok dan kondisi lingkungannya

AMPHIPODA
'Ampelisca brevicomis +
Atylus sp. + +
Cymadusa filosa + + + +
Eusiroides sp. + + +
Grandidierella sp. + +
Leucothoe sp. + + +
iMaera sp. +
Paraphoxus sp. +
Photis sp. + ,
'Podocerus sp. + I
- -
ISOPODA
Cymodoce sp. +
MYSIDACEA +
lumlah 12 12 6 57 13 7 DAFTAR PUSTAKA

Asw ANDY,!. 1991. Komposisi jenis, kelimpahan dan sebaran fauna krustasea pada padang Jamun (seagrass) di TeJuk Banten. Prosiding Seminar Ilmiah dan Kongres Nasional Biologi X, 2 : 313-321

51

ASWANDY, I. & M. HUTOMO 1988, Komunitas bentik pada padang lamun (seagrass) di TeJuk Banten. Dalam : " Perairan Indonesia, Biologi, Budidaya, Kualitas Perairan dan Oseanograf (M,KMOOSA, D,P,PRASENO & SUKARNO eds.). Puslitbang OseanoJogi-LIPI 45-51,

BARNARD,lL.,1970, Sublittoral Gammaridea (Amphipoda) of the Hawaiian Islands. Smithsonian Contributions to Zoology, 34 : 1-279, 180 figures.

BARNARD, lL.1971. Keys to the Hawaiian marine Gammaridea, 0-30 meters, Smithsonian Contributions to Zoology, 58: 1-135,68 figures,

GRIFFITHS,CL 1976, Guide to the benthic marine amphipods oj Southern Africa. CSIR Oceanographic Research Unit, University of Cape Town: 1-93, 60 figures.

HOLTHUTS,L.B.1955. The recent genera of the caridean and stenopodidean shrimps (Class Crustacea, order Decapoda, supersection Natantia) with keys for their determination, Zoologische Verhandelingen, 26: 1-157,105 figures,

MANNING, RB.197S, Two methods for collecting decapods in shallow water. Crustaceana, 29: 317-319,

You might also like