You are on page 1of 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ikan gatul (Poecilia sp) termasuk famili Poecilidae. Berdasarkan struktur tubuhnya ikan gatul
berkerabat dekat dengan ikan moli (Poecilia latipinna), ikan moli hitam (Poecilia sphenops), ikan ekor
pedang (Xiphophorus helleri), dan ikan platis (Xiphophorus maculatus). Karakter spesifik yang dimiliki
oleh ikan ini adalah fertilisasinya internal, terlihat dari ovarium ikan Gatul yang di dalamnya terdapat
telur yang dibuahi. Pada ikan jantan terdapat organ kopulasi yang disebut gonopodium
(Farichah,2009). Ikan gatul atau Poecilia reticulate bukanlah ikan asli Indonesia, melainkan ikan impor
yang berasal dari Amerika Selatan, namun ikan ini beradaptasi dengan baik di indonesia sehingga kita
dapat menemuinya dimana-mana. Poecilia reticulata bersifat vivipar dan memiliki dimorfisme
seksual. Individu jantan memiliki ukuran tubuh yang relatif lebih kecil dan bentuknya lebih ramping,
dengan tubuh yang memiliki corak yang ramai dengan beraneka warna dan bentuk (polimurf).
Sedangkan pada individu betina warnanya polos dengan tubuh yang montok, serta memiliki ukuran
yang relatif lebih besar dibandingkan yang jantan (Ali,2008).
Dalam praktikum ini akan diamati perkembangan telur dan embrio ikan gatul melalui
pengamatan satu persatu telur dan perkembangan embrio yang terdapat di dalam kantung embrio
ikan betina. Embrio ikan gatul diamati tahap perkembangannya berdasarkan morfologinya. Tahap
perkembangan ikan gatul dimulai dari embrio yang belum berkembang sampai anak ikan yang siap
dilahirkan.

1.1 Permasalahan

Permasalahan yang akan dibahas dalam praktikum ini adalah bagaimana praktikan mempunyai
kemampuan untuk menjelaskan tahapan perkembangan telur menjadi embrio dari ikan Gatul.

1.2 Tujuan
Praktikum ini bertujuan agar praktikan mempunyai kemampuan untuk menjelaskan tahapan
perkembangan telur menjadi embrio dari ikan Gatul.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ikan Gatul


Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Classis : Actinopterygii
Ordo : Cyprinodontiformes
Familia : Poeciliidae
Genus : Poecilia
Species : Poecilia sp.
Gambar 2.1 Poecilia sp

Ikan gatul jantan memiliki ukuran yang lebih kecil dari pada betina. Ikan ini hidup pada
perairan air tawar, tersebar di berbagai daerah di Indonesia dan di beberapa benua. Ikan gatul
memakan larva nyamuk. Kemampuannya bertahan hidup di lingkungan yang tercemar membuat ikan
ini digunakan sebagai bioindikator. Di berbagai daerah ikan gatul juga dikonsumsi.  Ikan gatul juga
mudah dipelihara secara ex-situ di laboratorium, sehingga memungkinkan ikan ini menjadi hewan
model untuk penelitian-penelitian biologi. Morfologi ikan gatul menunjukkan dimorfi seksual. Dalam
hal ukuran dan pola warna, ikan jantan memiliki banyak pola warna dan ikan betina hanya memiliki
pigmen hitam. Ikan gatul memiliki tipe sisik sikloid. Tipe sirip ekor pada betina membulat, tipe sirip
ekor pada jantan membulat dengan pemanjangan pada bagian dorsal. Jumlah jari-jari  sirip  dorsal
pada ikan gatul jantan dan betina  adalah 7  sampai  8.  Jumlah sistem reproduksi jantan terdiri dari
sepasang testis yang berlobulus, spermatosit berkembang di dalam lobulus. Sistem reproduksi ikan
betina terdiri dari satu ovarium dan satu oviduk. Sistem ini bermuara ke dalam saluran kloaka.
(Dyah,2009)

2.2 Seksualitas Ikan


Seksualitas hewan pada prinsipnya terdiri atas dua jenis kelamin yaitu jantan dan betina. Ikan
jantan adalah ikan yang mempunyai organ penghasil sperma sedangkan ikan betina adalah ikan yang
mempunyai organ penghasil telur. Populasi heteroseksual adalah ppulasi yang terdiri ikan yang
berdeda seksualitasnya sedangkan populasi monoseksual adalah populasi yang terdiri dari ikan
jantan saja atau ikan betina saja. Seksualitas ikan selain yang disebutkan di atas ada yang
hermaprodit, protoandri, protogini dan gonokorisme (Wahyuningsih,2007).
Sifat seksual ikan dapat dibedakan menjadi 2 macam yaitu sifat seksual primer dan sifat
seksual sekunder. Sifat seksual primer pada ikan ditandai dengan adanya organ yang secara langsung
berhubngan dengan proses reproduksi yaitu ovarium dan pembuluhnya pada ikan betina serta testis
dan pembuluhnya pada ikan jantan. Sifat seksual sekunder adalahtanda-tanda yang dapat digunakan
untuk membedakan ikan jantan dan ikan betina. Suatu spesies ikan yang mempunyai sifat morfologi
yang dapat digunakan untuk membedakan ikan jantan dan ikan betina dengan jelas, maka spesies
tersebut dikatakan bersifat seksual dimorfisme. Namun apabila, ikan tersebut dibedakan jantan dan
betinanya berdasarkan perbedaan warna maka spesies ikan tersebut bersifat seksual dikromatisme.
Pada umumnya ikan jantan mempunyai warna yang lebih cerah dan lebih menarik dibandingkan ikan
betina (Wahyuningsih,2007).
Sifat seksual sekunder pada dasarnya dapat dibagi menjadi dua yaitu :
1. Sifat seksual sekunder yang bersifat hanya sementara, hanya muncul pada waktu musim
pemijahan saja. Misalnya ovipositor yaitu alat yang digunakan untuk menyalurkan telur ke
bivalvia, adanya semacam jerawat di atas kepalanya pada waktu musim pemijahan. Banyaknya
jerawat dengan suunan yang khas tertentu bisa dipakai untuk tanda menentukan spesies.
Contohnya ikan Nocomis biggutatus dan Semotilus atromaculatus jantan (Wahyuningsih,2007).
2. Sifat seksual sekunder yang bersifat permanen atau tetap, yaitu tanda ini tetap ada sebelum,
selama dan sesudah musim pemijahan. Misalnya tanda bulatan hitam pada ekor ikan Amia calva
jantan, gonopodium pada Gambussia affinis, Claspers pada golongan ikan Elasmobranchia,
warna yang lebih menyala pada ikan Lebistes sp, Beta sp dan ikan-ikan karang, ikan
Photocornycus sp yang berparasit pada ikan betinanya dan sebagainya (Wahyuningsih,2007).

2.3 Macam - macam Telur


Macam telur menurut susunan deutoplasmanya, ada 4 macam yaitu :
1. Homolecithal
Homolecithal disebut juga oligolecithal atau isolecithal. Deutoplasmanya sedikit, tersebar
merata di seluruh sitoplasma (ooplasma). Terdapat pada amphioxus, Methateria dan Eutheria.
2. Mediolecithal
Mempunyai deutoplasma sedang berupa lapisan di daerah kutub vegetal telur, terdapat pada
ampibhia
3. Megalecithal
Megalecithal atau telolecithal berdeutoplasma banyak sekali, membentuk lapisan yang mengisi
hampir semua telur sedangkan inti dan sedikit inti dan sedikit sitoplasma menempati hanya
daerah puncuk kutub animal. Terdapat pada pisces, reptilia, aves dan monotremata.
4. Centrolecithal
Deutoplasma relatif banyak dibandingkan dengan volume telur, tapi terletak di bagian tengah.
Sitoplasma berada di sebelah luar, terdapat pada insecta.
(Yatim,1994).

2.4 Pembelahan Sel


Pembelahan atau clevage adalah suksesi pembelahan sel secara cepat yang terjadi setelah
fertilisasi. Selama pembelahan itu sel-sel mengalami fase S (sintesis DNA) dan fase M (mitosis) siklus
sel, tapi sering kali hampir selalu melewati fase G1 dan G2. Embrio tidak membesar selama periode
perkembangan ini. pembelahan hanya membagi-bagi sitoplasma dalam satu sel besar yaitu zigot,
menjadi banyak sel yang lebih kecil yang disebut sebagai blastomer, masing-masing dengan
nukleusnya sendiri (campbell,2004).

Gambar 2.2 pembelahan pada embrio


Clevage yang terus berlangsung melalui bidang meridian maupun bidang horizontal
menghasilkan 32,64,128,256 sel (blastomer), dan seterusnya (2n) yang tersusun dalam suatu
struktur. Struktur yang terdiri dari 128 blastomer disebut blastula awal (Nurhayati,2004).

2.4.1 Periode Morula


Ada 3 macam tahap pembelahan yaitu :
a. Holoblastik
Pembelahan mengenai seluruh daerah zygot. Terdapat pada telur homolecithal dan
mediolecithal. Holoblastik dibedakan atas holoblastik teratur dan holoblastik tak teratur.
Holoblastik teratur terdapat pada bintang laut (Asterias), amphioxus, dan katak (Anura).
Disebut teratur karena pembelahan secara teratur dilihat dari bidang pembelahanmaupun
waktu tahap-tahap pembelahan itu. Holoblastik tak teratur terdapat pada mamalia
(metatheria dan eutharia). Bidang dan waktu pembelahan tak sama dan tak serentak terjadi
pada berbagai daerah zigot.
b. Meroblastik
Pembelahan hanya terjadi pada sebagian zygot yakni di daerah germinal disc. Terdapat pada
telur megalecithal.
c. Perantaraan holoblastik dan meroblastik
Pembelahan yang tak seluruhnya mencapai ujung daerah kutub vegetal. Terdapat pada telur
megalecithal yang berlapisan yolk yang tebalnya sedang, terdapat pada ganoid dan dipnoid
(Yatim,1994)

Gambar 2.3 Sel Morula


Sel telur yang telah dibuahi akan mengalami serangkaian proses pembelahan menjadi sel-sel
yang lebih kecil disebut blastomer. Setiap sel anak akan memperoleh jumlah kromosom yamg sama
dengan jumlah kromosom sel induk. Sejumlah blastomer menyusun struktur seperti bola berongga
disebut morula (Yatim,1994).

2.4.2 Periode Blastula


Macam blastula dilihat dari bentuk dan susunan blastomernya ada 3, yakni: 1. Coeloblastula
(blastula bundar), berasal dari telur homolecithal dan mediolecithal. 2. Discoblastula (blastula
gepeng), berasal dari telur homolecithal yang mengalami pembelahan holoblastik tak teratur dan
telur megalecithal yang membelah secara meroblastik. 3. Stereoblastula, blastula berbentuk bola
seperti coeloblastula tapi tidak terdapat blastocoel (Nurhayati,2004).
Periode blastula pada ikan memiliki dua tipe, yakni blastula elasmobranchii dan teleostei.
Kedua blastula ikan ini termasuk tipe discoblastula yang sama halnya dengan blastula burung-burung
dan Reptilia. Blastula primer terdiri dari selapis blastoderm dan blastocoel primer terletak antara
blastoderm central dan periblast central. Pembentukan hypoblast pada elasmobranchii belum jelas.
Daerah-daerah yang disangka akan menjadi calon pembentuk organ pada Elasmobranchii ada 5
apabila dilihat dari atas yaitu epidermal, neuroectodermal, notochordal, lamina prechordalis dan
mesodermal sedangkan calon pembentuk organ jika dilihat dalam penampang membujur ada 6 yaitu
epidermal, neuroectodermal, notochordal, lamina prechordalis, mesodermal dan entodermal. Kedua
blastula ikan tersebut terdapat thropoblast yang mengelilingi calon pembentuk organ. Trophoblast
akan menjadi bungkus embrio (Sagi,1990).

Gambar 2.4 tahap blastula

2.4.3 Periode Gastrula


Setelah tahap blastula selesai dilanjutkan dengan tahap gastrulasi. Gastrula berlangsung pada
hari ke 15. Tahap gastrula ini merupakan tahap atau stadium paling kritis bagi embrio. Pada gastrulasi
terjadi perkembangan embryo yang dinamis karena terjadi perpindahan sel, perubahan bentuk sel
dan pengorganisasian embrio dalam suatu sistem sumbu. Kumpulan sel yang semula terletak
berjauhan, sekarang terletak cukup dekat untuk melakukan interkasi yang bersifat merangsang
dalam pembentukan sistem organ-organ tbuh. Gastrulasi ini menghasilkan 3 lapisan lembaga yaitu
laisan endoderm di sebelah dalam, mesoderm disebelah tengah dan ectoderm di sebelah luar. Dalam
proses gastrulasi disamping terus menerus terjadi pembelahan dan perbanyakan sel, terjadi pula
berbagai macam gerakan sel di dalam usaha mengatur dan menyusun sesuai dengan bentuk dan
susunan tubuh individu dari spesies yang bersangkutan (Moore,1988).

Gambar 2.5 Gastrula awal dan akhir


Gastrulasi pada Elasmobranchii tidak jauh berbeda dengan gastrulasi Teleostei. Involusi lamina
prechordalis dan notochordal terjadio seperti gastrulasi burung-burung. Kedua calon itu setelah
involusi bergerak ke anterior di bawah lamina prechordalis dan chorda dorsalis. Apabila gastrula
memanjang maka gastrocoel memanjang ke arah anterior dan mendesak entoderm dan blastocoel
jauh ke anterior. Pada gastrula Elasmobranchii terdapat 2 macam entoderm. Entoderm yang letaknya
tepat di bawah lamina prechordalis sebagai entoderm yang berada di sepanjang sumbu embryo akan
menjadi enteron. Entoderm di sebelah lateral dan akan meluaske periphere membentuk extra
embryonic entoderm yang akan menjadi kantong vitellus. Kedua entoderm itu terdorong ke anterior
oleh lamna pre chordalis dan chorda dorsalis. Entoderm axial berada di sebelah anterior lamina
prechordalis dan entoderm yang kedua terdesak lebih ke anterior di luar tubuh embryo atau di
sebelah anterior head fold (Sagi,1990).

2.4.4 Tubulasi
Pertumbuhan mengiringi pembentukan gastrula adalah tubulasi. Daerah-daerah bakal
pembentuk alat atau ketiga lapis benih menyusun diri sehingga berupa bumbung, berongga dan yang
tak nyata mengalami pembumbungan hanya notochord (tetap masif). Tubulasi terjadi mulai daerah
kepala sampai ekor. Proses yang menyertai tubulasi antara lain penonjolan daerah kepala,
pembesaran dan pemanjangan daerah badan, penonjolan daerah ekor, penonjolan doro median
daerah badan, dan pembentukan jaringan ekstra embrional yang bersifat pelindung, pemelihara atau
penyalur makanan bagi embrio. Blastocoel pada proses gastrulasi tidak hilang sama sekali namun
susut dan dalam tubulasi blastocoel tersebut kembali meluas karena ikut ambil bagian dalam
melancarkan proses tubulasi tersebut (Yatim, 1994).

2.4.5 Organogenesis
Organogenesis atau morfogenesis adalah embryo bentuk primitif yang berubah menjadi
bentuk yang lebih definitif dan memmiliki bentuk dan rupa yang spesifik dalam suatu spesies.
Organogensisi dimulai akhir minggu ke 3 dan berakhir pada akhir minggu ke 8. Dengan berakhirnya
organogenesis maka cirri-ciri eksternal dan system organ utama sudah terbentuk yang selanjutnya
embryo disebut fetus (Starr,2003).
Pada periode pertumbuhan antara atau transisi terjadi transformasi dan differensiasi bagian-
bagian tubuh embryo dari bentuk primitive sehingga menjadi bentuk definitif. Pada periode ini
embryo akan memiliki bentuk yang khusus bagi suatu spesies. Pada periode pertumbuhan akhir,
penyelesaian secara halus bentuk definitive sehingga menjadi ciri suatu individu. Pada periode ini
embryo mengalami penyelesaian pertumbuhan jenis kelamin, watak (karakter fisik dan psikis) serta
wajah yang khusus bagi setiap individu (Yatim,1994).

2.5 Perkembangan Bentuk Embrio


Perkembangan bentuk Embryo dari telur yang dibuah sampai trjadi bentuk tetap seperti
orang tuanya mengalami tingkat perkembangan bentuk antara lain bentuk tubuh primitif, bentuk
larva dan bentuk tetap (Sagi,1990).

2.5.1 Bentuk Tubuh Primitif


Bentuk tubuh vertebrata dalam stadium embryonal yang masih primitif pada umumnya
sama. Kenampakan dari luar bahwa bentuk tubuh embryo antra binatang satu dengan binatang
lainnya masih sama. Contoh embryo Squalus achantias dari Elasmobranchii ukuran 10-15mm,
embryo katak ukuran 5-7mm, embryo babi ukuran 6-10mm dan embryo manusia ukuran 6-10mm
(Sagi,1990).

2.5.2 Bentuk Larva


Bentuk larva adalah bentuk antara primitif dan bentuk tetap atau biasa disebut bentuk
transisi. Dalam periode larva bahwa organ yang telah mencapai bentuk dasar untuk kemudian
mengalami suatu metamorfose menjadi bentuk tetap. Bentuk larva dari binatang yang berkembang
di dalam air, Telestolei dan amphibia dapat dianalogikan dengan embryo yang berkembang di dalam
tubuh induknya seperti Elasmobranchii dan mamalia juga dapat disamakan dengan embryo yang
berkembang dalam kulit telur seperti reptil dan burung-burung (Sagi,1990).

Gambar 2.6 larva ikan gatul

2.5.3 Bentuk Tetap


Dikatakan bentuk tetap bila sudah tidak mengalami perubahan bentuk lagi dan sudah sesuai
dengan bentuk orang tuanya. Tanda-tanda larva sudah menghilang. Tingkatan ini ada yang
menyebutkan sebagai fetus (Sagi,1990)
BAB III
METODOLOGI

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat
Peralatan yang digunakan pada praktikum ini adalah pipet, gelas arloji, lup, silet baru, pinset,
tissue dan papan seksi.

3.1.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah ikan gatul (Poecilia reticulates) dan
air.

3.2 Cara Kerja


Ikan Gatul diambil dari parit, lalu dimasukkan ke dalam akuarium dan dipelihara beberapa
hari di laboratorium. Selanjutnya disediakan alat dan bahan berupa pipet, gelas arloji, lup, silet baru,
pinset, tissue dan papan seksi. Ikan Gatul betina yang kecil diletakkan pada papan seksi. Bagian
perutnya dibuka dan diamati ovariumnya, kemudian digambar. Langkah selanjutnya diambil ovarium
tersebut dan diletakkan pada gelas arloji, ditetesi dengan sedikit air kemudian diamati dengan lup
dan digambar. Setelah itu pembungkus ovarium dibuka dan ditetesi sedikit air. Telur diambil satu per
satu lalu diletakkan di atas gelas arloji dan ditetesi air kemudian diamati dengan lup. Telur yang
belum dibuahi dan yang telah dibuahi dibandingkan dan digambar. Ikan betina yang besar diambil,
ditetesi dengan sedikit air kemudian diamati dibawah mikroskop stereo. Setelah itu ovariumnya
diambil dan diletakkan pada gelas arloji, ditetesi dengan sedikit air kemudian diamati dengan lup dan
digambar. Pembungkus ovarium dibuka dan ditetesi sedikit air. Telur diambil satu per satu lalu
diletakkan di atas gelas arloji dan ditetesi air kemudian diamati dengan lup. Perkembangan embrio-
embrio yang telah diperoleh diurutkan. Hasilnya dibedakan dan digambar.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim.2010.http://iqbalali.com/2008/01/28/poecilia-ikan-gatul-dan-suhu/. Diakses pada tanggal 30


oktober pukul 22.57 WIB

Pusparini, Dyah.2009.Ikan Gatul sebagai Kandidat hewan Model: Identifikasi Morfologi dan
Taksonomi Ikan Gatul di Lingkungan FMIPA Universitas Negeri Mlang. Diakses pada tanggal
30 oktober 2010 pukul 22.53 WIB

Farichah.2009.Perkembangan Embrio Ikan Gatul (Poecilia sp) Sebagai Kandidat Hewan Model. SkripsI
Program Studi Biologi, FMIPA Universitas Negeri Malang. Diakses pada tanggal 30 oktober
2010 pukul 22.47 WIB

Moore, Keith L. 1988. The Developing Human. Canada: W.B Saunders Company.

Nurhayati, A.P.D. 2004.Diktat Perkembangan Hewan. Prodi Biologi FMIPA ITS. Surabaya.

Starr, cecie.2003.Biology Concepts and Aplications fifth edition.Brooks/Cole Thomson Learning: USA

Sagi, M. 1990. Embriologi Perbandingan pada Vertebrata. UGM Press: Yogyakarta

Yatim, W. 1994.Reproduksi dan Embriologi. Tarsito. Bandung.


LAMPIRAN

SKEMA KERJA

Ikan gatul (Poecilia reticulatus)


- diambil dari parit
- dimasukkan pada akuarium untuk dipelihara beberapa hari di laboratorium
- diambil ikan betina yang kecil, diletakkan pada papan seksi
- dibuka bagian perutnya dan diamati ovariumnya
- digambarkan
- diambil ovarium, diletakkan pada gelas arloji,ditetesi dengan sedikit air
- diamati dengan lup dan digambar
- dibuka pembungkus ovarium, setelah terbuka ditetesi dengan sedikit air
- diambil satu per satu telur, diletakkan pada gelas arloji, ditetesi dengan sedikit air
- diamati dengan lup
- dibedakan telur yang belum dibuahi dengan telur yang sudah dibuahi
- digambarkan
- diambil ikan betina yang lebih besar, diletakkan pada gelas arloji, diamati di bawah
mikroskop stereo
- diulangi kegiatan seperti ikan gatul betina yang kecil
- diurutkan perkembangan embrio-embrio yang telah diperoleh
- dibedakan
- digambarkan
Hasil
LAMPIRAN

DISKUSI
1. Tabel ciri-ciri perkembangan telur mulai dari yang belum dibuahi
Tahapan Ciri-ciri
Telur sebelum dibuahi Sel telur diliputi selaput beupa lendir, memiliki kutub vegetal dan
animal, bagian kuning telur menjadi bagian ventral tubuh embrio,
memiliki polaritas dan bentuk bilaterl simetri
Telur Telur berwarna kuning dengan banyak butir-butir lemak serta
(tahap penetrasi) berbentuk bulat penuh (telur masak)

Zigot Merupakan bentuk penyatuan sel kelamin jantan dan sel kelamin
betina
Morula berupa bola padat yang masif dan terdiri dari sel-sel yang
membelah

Blastula Bola berongga terdiri dari sel-sel yang membelah

Gastrula Bola berongga ( sempit yang mana sel-sel disekelilingnya telah


menempati temoatnya masing-masing dan mengalami evolusi

Neurula Pada bagian dorsal terbentuk tonjolan notochord sebagai calon


tulang punggung dan penonjolan lain akibat lempeng-lempeng
neural yang berkembang

2. Ciri – ciri telur dalam fase blastula, gastrula, dan neurula


 fase blastula : telur terbentuk seperti bola berongga dengan rongga disebut blastocoel,
terdapat 2 kutub animal dan vegetal, kutub animal memiliki sel-sel yang lebih kecil disebut
mikromer, sedangkan sel-sel di kutub vegetal disebut makromer. Akan tetapi ukuran blastula
tidak ikut membesar dengan adanya rongga tetapi blastomer bagian dalam rontok
 fase gastrula : sel-sel talah menempatkan dirinya sesuai bakal yang dibawanya sehingga
termentuk lapisan ektoderm, endoderm, dan mesoderm. Selain itu, pada gastrula akhir
terjadi pelekukan akibat aktivitas seperti involusi, invaginasi, epiboli dan emboli
 fase neurulasi : sel-sel sudah mulai berkembang dan terdapat penonjolan dibagian dorsal
akibat pembentukan lempeng-lempeng neural
3. Tabel ciri-ciri perkembangan embrio
No. Tahapan Ciri – ciri
1. Pembentukan neural, krista neural Bentuk memanjang antero-posteroid, pada akhir
dan notochord neurulasi kedua tepi kiri dan kanan tempat
ektodermal neural berinvolusi menyatu
2. Pembengkokan sumbu tubuh Terjadi dua pembengkokan yaitu kepala dan dada
sehingga tubuh embrio terbagi menjadi tiga bagian
yaitu kepala, leher dan ekor atau kepala, badan dan
leher
3. Pembentukan selaput ekstra Terbentuk kantong amnion sebagi tempat embrio
embrionik tumbuh dan berkembang sehingga embrio membesar
dan hidup dalam lingkungan akuatik

1. Perkembangan embrio sama artinya dengan pembentukan alat-alat tubuh dan pengondisian
agar embrio berkembang membesar dan mirip dengan induknya serta persiapan-persiapan untuk
kelahirannya

2. Beberapa diskusi dari hasil temuan perkembangan telur antara lain :


 fase apa saja yang terdapat pada perkembangan embrio
 ciri khusus dari tiap fase perkembangan embrio
 apa saja peristiwa perkembangan embrio ini terjadi

3. Beberapa diskusi dari hasil temuan perkembangan embrio :


 fase apa saja yang terdapat pada perkembangan embrio
 apa inti dari perkembangan embrio ini terjadi
 kondisi apa sajakah yang dipersiapkan untuk menjaga keselamatan embrio peda saat mulai
berkembang sampai melahirkan

4. Pada perkembangan telur dapat dibuat simpulan yaitu setelah terbentuk zigot maka telur
mengalami beberapa perkembangan antara lain :
 fase morula : telur terus membelah secara berulang-ulang dan melalui berbagai bidang
pembelahan sehingga terbentuk suatu bola padat yang pejal
 fase blastula : telur terus membelah dan sel-sel di bagian dalam rontok membentuk blastocoel
sehingga terbentuk bola padat berongga
 fase gastrula : telur mengalami berbagai perpindahan sel menuju tempatnya masing-masing
sesuai bakal alat yang dibawanya membentuk 3 lapis benih serta terjadi pelekukan akibat
aktivitas pada fase gastrula ini
 fase neurulasi : telur berbentuk agak memanjang dengan penonjolan pada daerah dorsal
akobat lempeng-lempeng neural
5. Pada perkembangan embrio dapat dibuat simpulan :
 perkembangan embrio merupakan kelanjutan dari perkembangan telur dengan terjadinya
perkembangan bakal alat pada fase gastrula dengan pembentukan alat-alat tubuh
 perkembangan embrio pada akhir juga mempersiapkan beberapa kondisi untuk menjaga
keamanan dan kenyamanan embrio dalam berkembang dan mempersiapkan kelahiran fetus
yang terbentuk dari perkembangan embrio

You might also like