You are on page 1of 7

NAMA : I MADE HERY KARYADIKA

NIM : 0816051241
TUGAS : ANALISA KASUS PIDANA (UNSUR-UNSUR PASAL 340 KUHP)

A,KASUS POSISI

5 Mei 2009 | Pembunuh Pemilik "Show Room" Dituntut Pidana Mati Denpasar (Bali
Post)
Hukuman maksimal akhirnya ditujukan kepada terdakwa A.A. Gede Rai Yoga, yang
diduga melakukan pembunuhan secara berencana terhadap korban Yenny Suryawati dan
Yudianto Siono. Jaksa Lumisensi dan Wayan Widana pada sidang di PN Denpasar, Senin
(4/5) kemarin menuntut terdakwa dengan pidana mati serta menyatakan terdakwa melanggar
pasal 340 KUHP. Tuntutan pidana mati terhadap Rai Yoga merupakan rekor baru pada kasus
pembunuhan di PN Denpasar.

Ketika mendengar tuntutan pidana mati yang diajukan jaksa, terdakwa yang di kedua
telinganya terselip bunga itu sedikit tampak terkejut. Hal itu tampak dari raut mukanya yang
sedikit merah. Mantan karyawan kedua korban ini baru mengangkat mukanya saat hakim
Made Seraman memberikan penjelasan soal tuntutan jaksa.

Ketika ditanya apakah mengerti dengan tuntutan jaksa, terdakwa menyatakan cukup
mengerti. Namun pihaknya menolak secara tegas dikatakan melakukan pembunuhan secara
berencana. Hakim Seraman selanjutnya mempersilakan terdakwa menyampaikan alasannya
tersebut pada agenda pembelaan. Terdakwa sekali lagi ngotot agar hakim menjatuhkan
hukuman seringan-ringannya serta mengaku menyesal atas perbuatan yang pernah
dilakukannya.

Dalam amar tuntutannya, jaksa secara tegas menyatakan terdakwa terbukti melakukan
pembunuhan secara berencana. Guna menguatkan pembuktiannya, jaksa menjelaskan secara
rinci unsur-unsur yang terkandung dalam pasal 340 KUHP (dakwaan primer). Berdasarkan
keterangan saksi yang dihadirkan ke depan persidangan, semuanya terkait satu dengan yang
lainnya, bahwa terdakwa memang benar membunuh Yenny Suryawati dan Yudianto Siono.
Semua itu diperkuat keterangan terdakwa serta bukti surat yang diajukan ke depan
persidangan.
Jaksa sama sekali tidak melihat unsur meringankan perbuatan terdakwa. Sementara
unsur memberatkan, perbuatan terdakwa mengakibatkan korban Yudianto Siono dan Yenny
Suryawati meninggal dunia, sekaligus menyebabkan Bima Aprianto yatim piatu serta
perbuatan terdakwa sangatlah sadis.

Seperti pernah diberitakan, terdakwa A.A. Gede Rai Yoga pada 29 Agustus 2008 di
Jalan Gatot Subroto No. 392 Denpasar telah dengan sengaja membunuh korban Yenny
Suryawati dan Yudianto Siono. Kasus pembunuhan yang menimpa korban Yudianto dan
Yeni sempat menggegerkan masyarakat Kota Denpasar. Banyak dugaan yang muncul di balik
pembunuhan keji tersebut.

Menariknya, saat polisi melakukan penyelidikan, terdakwa sempat berakting seolah-


olah tidak siap kehilangan kedua bosnya yang dikatakan sangat baik itu. Cuma akting Rai
Yoga akhirnya terbongkar, setelah polisi melihat adanya sebuah kejanggalan. Berdasarkan
hasil pemeriksaan, akhirnya terungkap, terdakwa nekat menghabisi nyawa korban karena
dendam dan sakit hati. (015)1

B.MASALAH HUKUM

Dari kasus diatas dapat dilihat terdakwa dituntut oleh jaksa penuntut umum
melakukan pembunuhan berencana sehingga dikenakan pasal 340 sebagai dakwaan primer.
Sehingga muncul pertanyaan, perbuatan pidana apa yang dapat dikenakan pasal 340 ??

C.ANALISA HUKUM

Dalam suatu pasal yang terdapat di dalam KUHP, tentu ada unsur-unsur yang
terkandung didalam pasal tersebut yakni berupa unsur subjektif dan unsur objektif dimana
dalam hal ini terlebih dahulu kita melihat apa isi dari pasal 340 KUHP yakni :

1
Pembunuh Pemilik "Show Room" Dituntut Pidana Mati Denpasar, BaliPost, 5 Mei 2009,available from :
URL : http://www.balipost.com, diakses tgl 22 september 2010, dengan kata pencarian “pidana”
“Barang siapa dengan sengaja dan dengan direncanakan lebih dahulu
menghilangkan jiwa orang lain, dihukum, karena pembunuhan direncanakan (moord),
dengan hukuman mati atau penjara sementara selama-laman dua puluh tahun.”2
Dari penjelasan diatasa dapat dilihat bahwa unsur-unsur dari pasal ini ialah :
a. Unsur subjektif : barang siapa dengan sengaja
dengan direncanakan terlebih dahulu
b. Unsur objektif : menghilangkan jiwa orang lain
“Barang siapa” dalam hal ini sudah selasa merupakan setiap orang yang dianggap
telah dewasa dan mampu mempertanggung jawabkan perbuatanya oleh KUHP, tentu apabila
melihat hal tersebut ada beberapa orang dapat dikatakan tidak mampu mempertanggung
jawabkan perbutannya seperti orang sakit jiwa, atau orang yang memiliki sakit tertentu.
“Dengan sengaja” dimana dalam hal ini kematian tersebut dimaksud, termasuk
kedalam niatan si pelaku, sedang apabila tidak termasuk maka tidak dikenakan pasal ini
melainkan pasal 359 (karena kurang hatinya, menyebabkan matinya orang lain) atau pasal
351 sub 3 (penganiyaan biasa, berakibat matinya orang lain) atau pasal 354 sub 2
(penganiyaan berat berakibat mati), atau pasal 355 sub 2 (penganiyaan berat dengan
direncanakan terlebih dahulu, berakibat mati).
KUHP sendiri mengatakan yang dimaksud menghilangkan nyawa orang lain adalah
merupakan kejahatan yang dinamakan dengan “makar mati” atau “pembunuhan’ (doodslag).
Disini diperlukan perbuatan yang mengakibatkan kematian orang lain.3
Sedang pada pasal 340, penekanan jelas tedapat pada harus adanya unsur
“pembunuhan dengan direncanakan terlebih dahulu” (moord). Sehingga boleh dikatakan
bahwa pembunuhan ini adalah suatu pembunuhan biasa (doodslag) dalam pasal 338 yang
tetapi dilakukan dengan direncanakan terdahulu.
“Direncanakan lebih dahulu” (voorbedachte rade) merupakan antara timbulnya
maksud untuk membunuh dengan pelaksanaanya itu masih ada tempo bagi si pembuat untuk
dengan tenang memikirkan misalnya dengan cara bagaimanakah pembunuhan itu akan
dilakukan. Tempo disini tidak boleh terlalu sempit, akan tetapi sebaliknya juga tidak perlu
terlalu lama, yang penting ialah apakah didalam tempo itu sipembuat dengan tenang masih
dapat berpikir-pikkir, yang sebenarnya ia masih ada kesempatan untuk membatalkan niatnya
akan memebunuh itu, akan tetapi tidak dipergunakan.

2
Soesilo, R., 1996, KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA (KUHP) Serta Komentar-Komentarnya
Lengkap Pasal Demi Pasal, Bogor ; Poleteia, hal. 241
3
Ibid, hal. 240
Dari penjelasan tersebut jelas kiranya jaksa penuntut umum menjatuhkan dakwaan
primer dengan pasal 340 apabila dilihat dari penjelasan kasus diatas. Dimana dalam hal ini
terdakwa melakukan pembunuhan dengan sengaja bukan karena diminta sendiri oleh korban
ataupun terdakwa hanya bertujuan melakukan penganiyaan yang menyebabkan kematian, hal
ini juga dapat dilihat dari motif terdakwa yakni tentang dendam yang dimiliki oleh terdakwa
sehingga terdakwa membunuh korban dengan adanya tempo yang semestinya terdakwa dapat
membatalkan niatnya tetapi terdakwa tidak membatalkanya.
Guna menjerat terdakwa agar tidak lolos dari dakwaan sudah sepastinya diberikan
dakwaan subsidair (berlapis) dalam kasus diatas bijak kiranya apabila terdakwa di berikan
dakwaan :
- Primer : melanggar pasal 340 KUHP
- Subsider : melanggar pasal 338 KUHP
- Lebih Subsider : melanggar pasal 355 ayat (2) KUHP
Selain hal tersebut penting kiranya untuk mengetahui apakah suatu pekara masih bisa
dituntut oleh KUHP, sehingga perlu diketahui hal-hal yang dapat menyebabkan hapusnya
kewenangan menuntut pidana, yaitu :
- Nebis in dem (pasal 76 KUHP)
- Matinya terdakwa (pasal 77 KUHP)
- Kadaluwarsa/ verjaring (pasal 77 KUHP)
- Penyelesaian perkara di luar pengadilan/ afkoop (pasal 82 KUHP) 4

D. KESIMPULAN

Melalui penjelasan diatas maka dapat kiranya terjawab permasalahan hukum yang
dipertanyakan dalam resume ini yakni :
“perbuatan pidana apa yang dapat dikenakan pasal 340 ??”

Bahwa untuk dapat dijerat dengan pasal 340, suatu perbuatan pidana haruslah mengandung
unsur :
 Unsur Subjektif :
 Barang Siapa

4
Ali, Chidir, 1985, RESPONSI HUKUM PIDANA(Penyertaan dan Gabungan Tindak Pidana), Bandung ;
C.V. ARMICO, hal. 52
yakni menjerat setiap orang yang dianggap mampu
mempertanggung jawabkan perbuatanya oleh KUHP, dalam hal
ini yang dikatakan tidak mampu memprtanggung jawabkan
perbutannya missal orang yang mengalami sakit jiwa.
 Dengan Sengaja
dalam hal ini kematian tersebut dimaksud, termasuk kedalam
niatan si pelaku, sedang apabila tidak termasuk maka tidak
dikenakan pasal ini melainkan pasal 359 (karena kurang
hatinya, menyebabkan matinya orang lain) atau pasal 351 sub 3
(penganiyaan biasa, berakibat matinya orang lain) atau pasal
354 sub 2 (penganiyaan berat berakibat mati), atau pasal 355
sub 2 (penganiyaan berat dengan direncanakan terlebih dahulu,
berakibat mati).
 Dengan Direncanakan Terlebih Dahulu
Direncanakan lebih dahulu” (voorbedachte rade) merupakan
antara timbulnya maksud untuk membunuh dengan
pelaksanaanya itu masih ada tempo bagi si pembuat untuk
dengan tenang memikirkan misalnya dengan cara
bagaimanakah pembunuhan itu akan dilakukan. Tempo disini
tidak boleh terlalu sempit, akan tetapi sebaliknya juga tidak
perlu terlalu lama, yang penting ialah apakah didalam tempo itu
sipembuat dengan tenang masih dapat berpikir-pikkir, yang
sebenarnya ia masih ada kesempatan untuk membatalkan
niatnya akan memebunuh itu, akan tetapi tidak dipergunakan
 Unsur Objektif :
 Menghilangkan jiwa orang lain
Dimana dalam hal ini berarti kejahatan ini mengakibatkan
kematian pada orang lain atau dapat dikatakan kejahatan
“makar mati” atau “pembunuhan” (doodslag) tetapi tetap harus
melihat unsur subjektif.
 Penjatuhan pasal 340 terhadap terdakwa oleh jaksa penuntut umum didasarkan atas
keyakinan bahwa terdakwa telah memenuhi unsur-unsur delik atau perbuatan pidana
yakni dimana terdakwa telah melakukan pembunuhan atas motif dendam dan
seharusnya terdakwa dapat membatalkan niatnya tetapi tidak dilakukan.
 Guna menjerat terdakwa agar tidak lolos dari dakwaan dapat dilakukan dengan
memnjatuhkan dakwaan subsider seperti :
 Primer, melanggar pasal 340 KUHP (Pembunuhan Berencana)
 Subsider, melanggar pasal 338 KUHP (Pembunuhan Biasa)
 Lebih Subsider, melanggar pasal 335 ayat (2) KUHP
(Penganiyaan yang direncanakan dan mengakibatkan matinya
orang lain).
 Lebih Subsider Lagi, melanggar pasal 351 ayat (3) KUHP
(Penganiyaan yang mengakibatkan matinya orang lain)

 Dalam suatu perkara pidana perlu di ketahui hal-hal apa saja yang dapat menyebabkan
hapusnya kewenangan menuntut pidana dalam KUHP, yaitu :
 Nebis in dem (pasal 76 KUHP)
 Matinya terdakwa (pasal 77 KUHP)
 Kadaluwarsa/ verjaring (pasal 77 KUHP)
 Penyelesaian perkara di luar pengadilan/ afkoop (pasal 82
KUHP)
DAFTAR PUSTAKA

BUKU :
Soesilo, R., 1996, KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA (KUHP) Serta
Komentar-Komentarnya Lengkap Pasal Demi Pasal, Bogor ; Poleteia

Ali, Chidir, 1985, RESPONSI HUKUM PIDANA(Penyertaan dan Gabungan Tindak


Pidana), Bandung ; C.V. ARMICO

AKSES INTERNET :
Pembunuh Pemilik "Show Room" Dituntut Pidana Mati Denpasar, BaliPost, 5 Mei
2009,available from : URL : http://www.balipost.com, diakses tgl 22
september 2010, dengan kata pencarian “pidana”

You might also like