You are on page 1of 20

APPENDISITIS

A. PENGERTIAN
Apendiks adalah ujung seperti jari-jari yang kecil panjangnya kirakira 10
cm (4 inci), melekat pada sekum tepat dibawah katup ileosekal. Dalam pengertian
ini ada beberapa pendapat anara lain :
Appendiks akut adalah peradangan dari appendiks vermiformis yang merupakan
penyebab umum dari akut abdomen (Junaidi, dkk, 1982). Appendisitis adalah
peradangan dari suatu appendiks.
Appendisitis akut adalah keadaan yang disebabkan oleh peradangan yang
mendadak pada suatu appendiks ( Baratajaya, 1990).

B. ETIOLOGI
• Ulserasi pada mukosa
• Obstruksi pada colon oleh fecalit (faeses yang keras)
• Pemberian barium
• Berbagai macam penyakit cacing
• Tumor
• Striktur karena fibrosis pada dinding usus

C. PATOFISIOLOGI

Penyebab utama appendisitis adalah obstruksi penyumbatan yang dapat


disebabkan oleh hiperplasia dari folikel limfoid merupakan penyebab
terbanyak,adanya fekalit dalam lumen appendiks. Adanya benda asing seperti
cacing, stiktura karena fibrosis akibat peradangan sebelumnya, sebab lain
misalnya keganasan (karsinoma karsinoid).
Obsrtuksi apendiks itu menyebabkan mukus yang diproduksi mukosa
terbendung, makin lama mukus yang terbendung makin banyak dan menekan
dinding appendiks oedem serta merangsang tunika serosa dan peritonium viseral.
Oleh karena itu persarafan appendiks sama dengan usus yaitu torakal X maka
rangsangan itu dirasakan sebagai rasa sakit disekitar umblikus.
Mukus yang terkumpul itu lalu terinfeksi oleh bakteri menjadi nanah,
kemudian timbul gangguan aliran vena, sedangkan arteri belum terganggu,
peradangan yang timbul meluas dan mengenai peritomium parietal setempat,
sehingga menimbulkan rasa sakit dikanan bawah, keadaan ini disebut dengan
appendisitis supuratif akut.
Bila kemudian aliran arteri terganggu maka timbul alergen dan ini disebut
dengan appendisitis gangrenosa. Bila dinding apendiks yang telah akut itu pecah,
dinamakan appendisitis perforasi. Bila omentum usus yang berdekatan dapat
mengelilingi apendiks yang meradang atau perforasi akan timbul suatu masa
lokal, keadaan ini disebut sebagai appendisitis abses. Pada anak – anak karena
omentum masih pendek dan tipis, apendiks yang relatif lebih panjang , dinding
apendiks yang lebih tipis dan daya tahan tubuh yang masih kurang, demikian juga
pada orang tua karena telah ada gangguan pembuluh darah, maka perforasi terjadi
lebih cepat. Bila appendisitis infiltrat ini menyembuh dan kemudian gejalanya
hilang timbul dikemudian hari maka terjadi appendisitis kronis.

D. MANIFESTASI KLINIS
Nyeri kuadran bawah terasa dan biasanya disertai oleh demam ringan,
mual, muntah dan hilangnya nafsu makan. Nyeri tekan lokal pada titik McBurney
bila ada penekanan. Nyeri tekan lepas (hasil atau intensifikasi dari nyeri bila
tekanan dilepaskan) mungkin akan dijumpai. Derajat nyeri tekan, spasme otot dan
apakah terdapat konstipasi atau diare tidak tergantung pada beratnya infeksi dan
lokasi appendiks. Bila appendiks melingkar di belakang sekum, nyeri dan nyeri
tekan akan terasa pada daerah lumbar; bila ujungnya ada pada pelvis, tanda-tanda
ini dapat diketahui hanya pada pemeriksaaan rektal. Nyeri pada defekasi
menunjukkan ujung appendiks berada dekat rektum; nyeri pada saat berkemih
menunjukkan bahwa ujung appendiks dekat dengan ureter atau kandung kemih.
Adanya kekakuan pada bagian bawah otot rektus kanan dapat terjadi.
Tanda Rovsing dapat timbul dengan melakukan palpasi pada kuadran kiri
secara paradoksial sehingga menyebabkan nyeri yang terasa di kuadran kanan
bawah. Apabila appendiks telah ruptur, nyeri menjadi lebih menyebar, distensi
abdomen terjadi akibat ileus paralitik dan kondisi pasien meburuk. Pada kasus
lansia, tanda dan gejala sangat bervariasi. Tanda dan gejala tersebut dapat
meragukan, menunjukkan obstruksi usus atau penyakit yang lain.

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Diagnosa didasarkan pada pemeriksaan fisik lengkap dan tes laboratorium
serta sinar-X. Hitung darah lengkap dilakukan dan menunjukkan peningkatan
jumlah darah putih. Jumlah leukosit mungkin lebih besar dari 10.000/mm 3 dan
pemeriksaan ultrasound dapat menunjukkan densitas kuadran kanan bawah atau
kadar aliran –udara terlokalisasi

F. PENATALAKSANAAN
Pembedahan diindikasi bila diagnosa appendiks telah ditegakkan.
Antibiotika dan cairan intravena diberikan sampai pembedahan dilakukan.
Analgesik dapat diberikan setelah diagnosa ditegakkan. Appendiktomi dilakukan
sesegera mungkin untuk menurunkan resiko perforasi. Appendiktomi dapat
dilakukan dibawah anestesi umum atau spinal dengan insisi abdomen bawah atau
dengan laparoskopi yang merupakan metoda terbaru dan sangat efektif.

G. KOMPLIKASI
Komplikasi utama appendisitis adalah perforasi appendiks yang dapat
berkembangmenjadi peritonitis atau abses. Insiden perforasi adalh 10%-2%.
Insiden lebih tinggi pada anak-anak dan lansia. Perforasi secara umum terjadi 24
jam setelah awitan nyeri. Gejala mencakup demam dengan suhu37,7 oc atau lebih
tinggi, penampilan toksik, nyeri atau nyeri tekan abdomen yang kontinyu.

H. KEPUSTAKAAN

Doenges M.E. at al., 1992, Nursing Care Plans, F.A. Davis Company, Philadelphia

Donna L. Wong, 2004, Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik Edisi 4, Penerbit


Buku Kedokteran EGC, Jakarta

Hudak C.M., 1994, Critical Care Nursing, Lippincort Company, Philadelphia.

Kuncara, H.Y, dkk, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner &
Suddarth, EGC, Jakarta

Joane C. Mc. Closkey, Gloria M. Bulechek, 1996, Nursing Interventions


Classification (NIC), Mosby Year-Book, St. Louis

Marion Johnson, dkk, 2000, Nursing Outcome Classifications (NOC), Mosby Year-
Book, St. Louis

Marjory Gordon, dkk, 2001, Nursing Diagnoses: Definition & Classification 2001-
2002, NANDA

Soeparman. (1987). Ilmu Penyakit Dalam, Balai Penerbit FKUI, Jakarta.

I. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG BIASA MUNCUL


1. Nyeri akut berhubungan dengan trauma fisik (luka pembedahan)
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan
3. Resiko terjadi infeksi behubungan adanya luka post appendiktomi dan
tindakan invasif.
4. Resiko tinggi kekurangan cairan tubuh berhubungan dengan muntah dan
diare.
5. Kurang pengetahuan tentang kondisi, pengobatan, faktor resiko dan perawatn
lanjut berhubungan dengan keterbatsan kognitif dan paparan informasi.
LAPORAN PENDAHULUAN DAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA An. A.S


DENGAN POST LAPARATOMY e/c APPENDICITIS GRADE V
DI PERINATAL INTENSIF CARE UNIT (PICU) RSUP Dr. SARDJITO
YOGYAKARTA

DISUSUN OLEH :
I MADE MUSTIKA
03/167080/EIK/00292

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2005
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FK UGM
FORMAT RESUME ASUHAN KEPERAWATAN
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Nama mahasiswa : I Made Mustika


Tempat Praktek : Ruang J RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten
Tanggal : 9-14 Mei 2005

I. Identitas diri klien


Nama : Sdr. SP
Umur : 26 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Srago Gede, Mojayan, Klaten Tengah
Status perkawinan : Belum Kawin
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pendidikan : SLTP
Pekerjaan : Swasta
Tgl. Masuk RS : 08 Mei 2005
Tgl. Pengkajian : 10 Mei 2005
Sumber Informasi : 1. Klien
2. Keluarga
3. Rekam Medik

II. Riwayat Penyakit


1. Keluhan utama saat masuk RS :
Sakit pada perut kanan bawah diikuti dengan mual dan muntah.
2. Riwayat penyakit sekarang :
Sejak sore hari sebelum masuk RS, klien merasakan sakit di perut kanan
bawah yang diikuti dengan mual dan muntah. Sakit tidak terpengaruh
makanan. Sore itu juga klien berobat ke dokter terdekat yang kemudian diberi
obat sehingga nyeri hilang. Malam hari nyeri kambuh lagi dan klien langsung
datang ke RSUP Dr. Seoradji Tirtonegoro untuk berobat.
3. Riwayat penyakit dahulu :
Klien dan keluarga tidak ada yang menderita penyakit DM dan darah tinggi.
4. Diagnosa medik pada saat MRS, pemeriksaan penunjang dan tindakan yang
telah dilakukan :
 Diagnosa medik saat masuk adalah suspect thypoid.
 Tgl. 8 Mei 2005 waktu datang di IGD diberikan terapi :
- Infus RL 20 tpm
- Injeksi Sotatic 1 ampul
- Injeksi Ulcimet 1 ampul
- Dexanta Syr 3 x CI
- Paracetamol 500mg (K/P)
 Tgl 9 Mei 2005 dilakukan pemeriksaan laboratorium dengan
hasil :
- WBC : 11,6 x 103/ul - MCHC : 32,4 pq
- RBC : 5,1 x 106/ul - PLT : 138 x 103/ul
- HGB : 13,9 g/dl - RDW : 40,9 fl
- HCT : 42,9 % - PDW : 10,9 fl
- MCV : 84,1 fl - MPV : 9,3 fl
- MCH : 27,3 fl - P-LCR : 19,9 %

DIFFERENTIAL
- Lym% : 6,3 % - Lym # : 0,7 x 10 3/ul
- MXD% : 1,9 % - MXD : 0,2 x 103/ul
- Neut % : 91,8 - Neut : 10,7 x 103/ul
 Tgl 9 Mei 2005 dilakukan pemeriksaan test widal dengan hasil
negatif.
 Tgl 10 Mei 2005 dilakukan pemeriksaan Laboratorium dengan
hasil :
- Albumin : 3,29 g/dl - Na : 149,3 mmol/L
- BUN : 5,6 mg/dl -K : 4,07 mmol/L
- Creat : 1,13 mg/dl - Cl : 102, 2 mmol/L
- Gluk : 132,6 mg/dl
 Tgl 12 Mei 2005 dilakukan pemeriksaan laboratorium kimia darah
dengan hasil :
- Albumin : 2,44 g/dl
- Tot. protein : 5,57 g/dl
- Globulin : 3,1 mg/dl

III. Pengkajian saat ini


1. Persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Pengetahuan tentang penyakit/perawatan :
- klien sudah mengerti tentang penyakit serta tindakan atau
penanganannya sekarang ini. Untuk saat ini klien hanya merasakan sakit
pada perut kanan bawah daerah bekas dilakukan operasi appenditomi
2. Pola nutrisi/metabolik
Program diit RS : sementara masih puasa sampai peristaltik membaik dan
sudah flatus.
Intake makanan : sejak masuk di Ruang J RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro
Klaten tgl 8 Mei 2005 klien tidak mengalami penurunan
nafsu makan
Intake cairan : klien minum air putih dan teh ± 6-7 gelas sehari dan
terpasang cairan parenteral infus RL dengan tetesan 20 tpm.
3. Pola Eliminasi
a. Buang air besar
- Sebelum dilakukan operasi klien mengatakan BAB sehari 1-2 kali dengan
konsistensi lembek dan berwarna kekuningan . Saat pengkajian dilakukan
klien belum BAB karena post operasi H-0.
b. Buang air kecil
- Klien BAK dengan menggunakan kateter.
4. Pola aktivitas dan latihan
Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4
Makan/minum √
Mandi √
Toileting √
Berpakaian √
Mobilisasi di tempat tidur √
Berpindah √
Ambulasi/ROM √

0 = mandiri 3 = dibantu orang lain dan alat


1 = alat bantu 4 = tergantung total
2 = dibantu dengan orang lain
Oksigenasi : klien tidak mengalami sesak napas dan tidak terpasang O2
5. Pola tidur dan istirahat
Pada saat pengkajian dilakukan, klien mangatakan bahwa semalam dapat tidur
dengan nyenyak. Selama sakit klien biasa tidur 5-7 jam sehari pada malam
hari dan jarang tidur siang. Pada saat bangun klien mengatakan segar.
6. Pola perceptual
Klien tidak mengalami gangguan pada indera penglihatan. Klien mampu
membaca papan nama perawat. Pendengaran klien tidak mengalami
gangguan baik kanan maupun kiri. Pengecapan kien baik. Klien mampu
merasakan asin, asem, pahit dan manis dengan baik. Sensasi tidak mengalami
gangguan.
7. Pola persepsi diri
Pada saat dilakukan pengkajian, klien mengatakan menerima kondisi saat
ini.Klien tidak merasa malu dengan keadaan saat ini.

8. Pola seksulitas dan reproduksi


Klien adalah anak ke-3 dari 3 bersaudara. Klien saat ini belum menikah dan
sudah bekerja pada sebuah perusahaan swasta.
9. Pola peran – hubungan
Selama sakit klien senantiasa ditunggui oleh ibu dan kadang kala kakak-
kakanya berkunjung bergantian. Komunikasi klien antar anggota keluarga,
pasien, perawat dan dokter baik
10. Pola manajemen koping – stres
Kien mengatakan perubahan hidup yang paling dirasakan adalah pada saat
sakit sekarang ini, harus opname di RS dan menjalani operasi. Sejak awal
masuk RS klien sudah menerima kondisinya dan berserah diri kepada Tuhan.
Keluarga dan kakak-kakaknya senantiasa mendukung kesembuhan klien.
11. Sistem nilai dan keyakinan
Klien beragama Islam. Selama sakit klien masih menjalankan kegiatan
keagamaan.

IV. Pemeriksaan Fisik


Keluhan yang dirasakan saat ini klien merasa sesak napas dan nyeri pada perut
kanan atas.
TD : 120/70 mmHg ; N : 84 x/mnt ; R : 24 x/mnt ; S : 37 o C
BB/TB : 55 kg / 168 cm
Kepala : Bentuk mesochepal, rambut ikal, hidung simetris tidak terdapat
kelainan. Mata konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik kanan
dan kiri dengan fungsi penglihatan baik, reflek cahaya +/+.
Kebersihan mulut baik dan bibir terlihat lembab
Leher : Tidak tampak peningkatan JVP dan tidak teraba pembesaran
kelenjar Limfe
Thorak : Bentuk dada simetris, tidak terdapat retraksi dinding dada, perkusi
paru terdengar sonor, auskultasi terdengar vesikuler.
Abdomen : Supel dan terdapat nyeri tekan pada abdomen kanan bawah pada
daerah post operasi
Inguinal : Klien terpasang kateter.
Ekstremitas : Pada tangan kanan terpasang infus RL 20 tpm. Tidak
terdapat oedema pada kedua ekstremitas. Turgor kulit baik dan
kekuatan otot baik.
Program terapi :
• Infus RL 20 tpm
• Diit : sementara masih puasa sampai sudah flatus dan peristaltik membaik
• Cefotaxime 1 gr/12 jam
• Ulsikur 1 ampul/8 jam
• Metronidazole 500mg/8 jam
• Ketorolac 50 mg/12 jam
Hasil pemeriksaan penunjang :
 Tgl. 8 Mei 2005 waktu datang di IGD diberikan terapi :
- Infus RL 20 tpm
- Injeksi Sotatic 1 ampul
- Injeksi Ulcimet 1 ampul
- Dexanta Syr 3 x CI
- Paracetamol 500mg (K/P)
 Tgl 9 Mei 2005 dilakukan pemeriksaan laboratorium dengan
hasil :
- WBC : 11,6 x 103/ul - MCHC : 32,4 pq
- RBC : 5,1 x 106/ul - PLT : 138 x 103/ul
- HGB : 13,9 g/dl - RDW : 40,9 fl
- HCT : 42,9 % - PDW : 10,9 fl
- MCV : 84,1 fl - MPV : 9,3 fl
- MCH : 27,3 fl - P-LCR : 19,9 %

DIFFERENTIAL
- Lym% : 6,3 % - Lym # : 0,7 x 10 3/ul
- MXD% : 1,9 % - MXD : 0,2 x 103/ul
- Neut % : 91,8 - Neut : 10,7 x 103/ul
 Tgl 9 Mei 2005 dilakukan pemeriksaan test widal dengan hasil
negatif.
 Tgl 10 Mei 2005 dilakukan pemeriksaan Laboratorium dengan
hasil :
- Albumin : 3,29 g/dl - Na : 149,3 mmol/L
- BUN : 5,6 mg/dl -K : 4,07 mmol/L
- Creat : 1,13 mg/dl - Cl : 102, 2 mmol/L
- Gluk : 132,6 mg/dl
 Tgl 12 Mei 2005 dilakukan pemeriksaan laboratorium kimia darah
dengan hasil :
- Albumin : 2,44 g/dl
- Tot. protein : 5,57 g/dl
- Globulin : 3,1 mg/dl

DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNCUL :


1. Nyeri akut berhubungan dengan trauma fisik (luka pembedahan)
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan
3. Resiko terjadi infeksi behubungan adanya luka post appendiktomi dan
tindakan invasif.

ANALISA DATA

Data Penunjang Kemungkinan Penyebab Masalah


Data Subyektif : Penurunan ekspansi paru Ketidakefektifan
Klien mengatakan sekarang kadang pola napas
terasa sesak napas

Data obyektif
Pada oservasi di dapatkan data
TD : 140/80 mmHg, suhu 37 0c,
Nadi 84 x/mnt, RR 28 x/mnt ,
terdapat retraksi dinding dada,
cuping hidung (+)

Data subyektif Tidak adekuatnya asupan Ketidakseimbang


- Klien mengatakan saya tidak ada nutrisi an nutrisi : kurang
nafsu makan. dari kebutuhan
- Klien mengatakan apabila makan
agak banyak perut terasa
”mbeseseg” dan mual.

Data obyektif
- Klien menghabiskan makanan
yang disiapkan hanya ¼ porsi (
makan pagi tanggal 7 dan
8/4/2005 )
- TB : 168 cm ; BB : 65 kg
- Turgor kurang
- Sklera ikterik
- Tgl 7/4/2005 terdapat oedema
pada ektremitas bawah kanan

Data subyektif Status penyakit Kelelahan


Klien menyatakan bahwa sejak
sakit menjadi cepat lelah dan tidak
kuat seperti dulu lagi.

Data obyektif
- Keadan umum klien lemah.
- Sejak tgl. 7/4/2005 klien disuapi
oleh istrinya serta aktivitas
berkurang

Data subyektif .Distensi abdomen Nyeri akut


Klien menyatakan nyeri pada
daerah perut bagian kanan atas
sampai ulu hati.

Data obyektif
- Tgl. 29/3/2005 : USG abdomen
dengan hasil Ictes dengan
cholesistitis
- Terdapat nyeri tekan pada daerah
abdomen kanan atas sampai ulu
hati
- TD : 140/80 mmHg, suhu 37 0c,
Nadi 84 x/mnt, RR 28 x/mnt
- Ekpresi wajah menahan sakit
- Terdapat distensi abdomen

Data obyektif : PK : perdarahan


- Terdapat melena gastrointestinal
- mual dan muntah
Data subyektif : Kelebihan volume cairan Mekanisme
- klien mengatakan sejak hari jumat pengaturan tubuh
ini, kaki terasa berat dan bengkak melemah
Data obyektif :
- Terdapat oedema pada ektremitas
bawah sejak tanggal 8 April 2005
- Nat : 134,1 mmk/L
Nama Klien : Sdr. SP
Ruang : Ruang J RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten
Nama Mahasiswa : I Made Mustika

Tanggal Dx. Keperawatan / Masalah Tujuan Intervensi Rasional


Kolaborasi
10/5/2005 1. Nyeri abdomen NOC : Kontrol nyeri Setelah NIC : Manajemen nyeri
berhubungan dengan dilakukan tindakan Aktifitas :
trauma fisik; luka keperawatan selama 3 x 24 1. Monitor vital sign 1. Mengetahui
pembedahan jam nyeri pasien berkurang perubahan sistemik
dengan indikator : 2. Lakukan observasi tubuh
- Klien terhadap nyeri meliputi skala, 2. Menentukan
menyatakan nyeri karakteristik, durasi, intensitas intervensi yang
berkurang/hilang serta faktor pencetus nyeri. sesuai dan kefektifan
- Mengguna 3. Observasi respon non terapi yang
kan teknik non verbal klien diberikan.
farmakologi 3. Mengidentifikasikan
- Mengguna perasaan
kan skala nyeri untuk 4. Berikan lingkungan yang ketidaknyamanan
mengidentifikasi tingkat nyaman kien
nyeri 4. Meningkatkan
kenyamanan

10/5/2005 2. Resiko tinggi kekurangan Keseimbangan cairan dan 1. Kaji tanda-tanda dehidrasi Intervensi lebih dini
cairan tubuh berhubungan elektrolit dipertahankan 2. Berikan minuman per oral Mempertahankan
muntah dan diare. dengan kriteria hasil : sesuai toleransi intake yang adekuat
- turgor kulit normal - 3. Atur pemberian cairan per Melakukan rehidrasi
- membran mukosa lembab infus sesuai order.
- urine output normal, kadar 4. Ukur semua cairan output Meyakinkan
darah sodium, kalium, (muntah, diare, urine. Ukur keseimbangan antara
magnesium dna kalsium semua intake cairan. intake dan ouput
dalam batas normal.

12/5/2005 3. Gangguan mobitilitas Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi KU kien Dengan latihan
fisik berhubungan keperawatan selama 2. Tentukan keterbatasan gerak pergerakan akan
dengan kelemahan 3x24 jam klien mampu Klien mencegah terjadinya
mentoleransi aktivitas 3. Lakukan ROM sesuai kontraktur
dengan kriteria hasil : Kemampuan
- peningkatan kemampuan 4. Kolaborasi dengan terapis untuk Meminimalkan pada
dan kekuatan otot dalam melaksanakan latihan kien untuk tidak terjadi
bergerak 5. Evaluasi fugsi sensorik kerusakan mobilitas
- peningkatan aktivitas fisik 6. Gunakan sentuhan untuk fisik
meminimalkan spasme otot
7. Tingkatkan aktivitas sesuai
kemampuan klien

10/5/2005 4. Resiko infeksi Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi vital sign dan adanya Mengetahui sedini
berhubungan dengan keperawatan selama 4x24 tanda-tanda infeksi pada daerah mungkin adanya tanda-
tindakan invasif jam resiko infeksi dapat dilakukan tindakan invasif tanda infeksi
diminimalkan dengan kriteria 2. Monitor hasil laboratorium
hasil : 3. Lakukan perawatan dengan
- Bebas dari tanda-tanda teknik septik dan aseptik Mencegah serta
infeksi 4. Kolaborasi pemberian antibiotik mengurangi terjadi
- AL dan differensial normal 5. Anjurkan klien dan keluarga infeksi silang
- Vital sign normal untuk menjaga kebersihan
- Mampu mendemostrasikan lingkungan Memabantu mencegah
cara pencegahan infeksi

10/5/2005 5. Kurang pengetahuan Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji kesiapan klien untuk
tentang kondisi, keperawatan selama 1x24 menerima informasi Mengetahui tingkat
pengobatan, factor resiko jam pengetahuan klien 2. Kaji pengetahuan klien tentang pengetahuan untuk
dan perawatan lanjut tentang penyakit bertambah penyakit hipertensi, penanganan kesiapan dalam
berhubungan dengan dengan kriteria hasil dan pencegahannya penyuluhan lebih lanjut
keterbatasan koginitf. 3. Bangun rasa saling percaya
4. Jalaskan tentang pengertian, Klien dapat belajar
penyebab, tanda dan gejala, tentang pengertian,
penanganan dan pencegahan penyebab, tanda dan
sesuai dengan kemampuan klien gejala, penanganan dan
5. Evaluasi tingkat pemahaman pencegahan hipertensi
dan kemampuan dalam Pemahaman klien
menerima penjelasan dapat membenatu
menentukan intervesi
lebih lanjut
CATATAN PERKEMBANGAN

No. Dx. KEP HARI/TGL/JAM IMPLEMENTASI EVALUASI

You might also like